Secara administratif PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas berada di Desa
Batang Belian, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di PT. Harita Prima Abadi
Mineral secara geografis terletak pada posisi 110 42’ 01” sampai 110 53’ 03” BT
dan 2 07’ 09” sampai 2 24’ 02” LS. Secara umum wilayah PT. Harita Prima
Abadi Mineral. Berikut ini lokasi penelitian antra lain :
(sumber : Peta Kesampain Daerah PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)
Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata - rata 23,70° C - 26,70° C
dan suhu pada siang hari mencapai 30,80°C serta memiliki curah hujan rata - rata
3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali,
sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di
Kalimantan Barat.
Pada umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan April dan
musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober, dengan curah
hujan yang cukup bervariasi.
2.3 Keadaan geologi
1) Endapan Aluvium
Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
kadangkadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan
daerah aliran sungai besar.
2) Rombakan Lereng, Talus
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter,
menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
3) Basal Bunga
Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu
terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi
gunungapi dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus,
diperkirakan berumur Kapur Akhir – Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas
Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta
menindih Granit Sangiyang.
Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan
Komplek Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan
menindih batuan Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat;
diterobos oleh granit Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai
felsik, ditindih oleh Basal Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir.
Batuan terobosan metalumina yang mengandung cukup soda dengan sedikit
kandungan paralumina dan jarang perakalin. Batuan Terobosan setelah
penunjaman. Jenis 1 kemungkian terjadi akibat leburan sumber batuan beku
basa yang terpecah di bagian bawah kerak. Penyebarannya meliputi perbukitan
dan rangkaian perbukitan di seluruh wilayah lembar peta termaksuk kepulauan-
kepulauan di sekitarnya.
7) Komplek Ketapang
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai
tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan
hidrotermal: batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan
(setempat-setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan
atau mengandung pecahan batuan gunung api hasil ‘rework’). Serpih (setempat-
setempat pasiran), dan batusabak; Kadang-kadang gampingan membentuk
batuan kalk-silikat. Batuan terangkat dan terlipat, umumnya dengan kemiringan
antara 30 derajat sampai tegak. Terdapat fosil Mikroflora Lanjut
Caytonipollenites (Muller,1968; Albian Akhir-Cenomanian), dan satu conto
terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin berumur Jura. Satuan ini
terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi tak terlihat
kontaknya; Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan batuan
Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh Granit
Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak terlihat.
Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman.
Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya
meliputi wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya,
tersebar di banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van
Bemmelen,1939; de Keyser & Rustandi,1989).
Gambar 2.5
Peta Geologi Regional Kalimantan Barat
Seluruh Ketapang terletak dalam suatu sabuk magma Kapur yang ekstensif yang
menghasilkan Batholit Schwaner. Erosi telah membongkar banyak sekali batuan
asal, tetapi beberapa bagian atasnya yang tersebar, masih tersisa, sebagian dari
bagian batholit yang mempunyai batuan gunung api sebagai penutup. Batuan-
batuan yang tersingkap membuktikan fase-fase deformasi, proses magma, dan atau
proses malihan sebagai berikut:
1) Deformasi dan malihan regional
2) Lokasi terobosan granit yang jelas
3) Terobosan granit, dan malihan termal yang menyertai di wilayah lembar peta
ke arah utara dan timur laut (Kapur Awal);
4) Terobosan Granit disertai malihan termal (Kapur-Akhir), Pengangkatan
regional dan volkanisma (menerus sampai Paleosen); dan terdapat sumbat
Gunungapi (Oligosen Miosen).
Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar yang
memiliki arah umum timur laut – barat daya. Sesar dan kekar secara umum
berkembang di bagian barat.
Gambar 2.6
Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Regional Kalimantan Barat