Anda di halaman 1dari 6

BAB II

DAERAH UMUM EKSPLORASI

2.1 Lokasi dan kesampaian daerah

Secara administratif PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas berada di Desa
Batang Belian, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di PT. Harita Prima Abadi
Mineral secara geografis terletak pada posisi 110 42’ 01” sampai 110 53’ 03” BT
dan 2 07’ 09” sampai 2 24’ 02” LS. Secara umum wilayah PT. Harita Prima
Abadi Mineral. Berikut ini lokasi penelitian antra lain :

(sumber : Peta Kesampain Daerah PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.1 Peta Lokasi

2.2 Iklim dan curah hujan

Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata - rata 23,70° C - 26,70° C
dan suhu pada siang hari mencapai 30,80°C serta memiliki curah hujan rata - rata
3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali,
sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di
Kalimantan Barat.

Pada umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan April dan
musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober, dengan curah
hujan yang cukup bervariasi.
2.3 Keadaan geologi

Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem


Lembar Ketapang – 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda ke tua
adalah sebagai berikut :

1) Endapan Aluvium
Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
kadangkadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan
daerah aliran sungai besar.
2) Rombakan Lereng, Talus
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter,
menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.

3) Basal Bunga
Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu
terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi
gunungapi dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus,
diperkirakan berumur Kapur Akhir – Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas
Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta
menindih Granit Sangiyang.

4) Formasi Granit Sangiyang


Merupakan batuan beku pluton berkomposisi granitik alkali-feldspar
leukokratik. Batuan ini mengerobos formasi Granit Sukadana (Kus), Batuan
Gunung Api Kerabai (Kuk) dan mungkin juga menerobos Basal Bunga (Kubu).

5) Formasi Granit Sukadana


Merupakan batuan pluton; banyak mempunyai banyak jenis/tingkatan:
Monzonit Kuarsa, Monzogranit, Syenogranit dan Granit Alkali-Feldspar,
sedikit Syenit kuarsa, Monzodiorit Kuarsa dan Diorit kuarsa dan syenogranit,
langka diorit dan gabro, beberapa mengandung olivin retas dan urat aplit tingkat
akhir bersifat lokal; Macam-macam tingkatan kuarsa feldspar alkali (umumnya
pertit atau mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit, hornblenda,
klinopiroksen, ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum berupa granit
alkali-felspar mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar setempat-
setempat terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali felspar.

Metasomatis potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari


dua generasi dalam beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan
yang muda yang lebih segar yang setempat-setempat mengandung mineral
mafik dan mineral-mineral lainnya); Mineral mafik umumnya dalam gumpalan,
dan jelas adanya macam-macam kandungan mineral dalam satu singkapan
memberikan dugaan bahwa satuan ini berasal dari pencampuran susunan
magma.

Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan
Komplek Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan
menindih batuan Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat;
diterobos oleh granit Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai
felsik, ditindih oleh Basal Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir.
Batuan terobosan metalumina yang mengandung cukup soda dengan sedikit
kandungan paralumina dan jarang perakalin. Batuan Terobosan setelah
penunjaman. Jenis 1 kemungkian terjadi akibat leburan sumber batuan beku
basa yang terpecah di bagian bawah kerak. Penyebarannya meliputi perbukitan
dan rangkaian perbukitan di seluruh wilayah lembar peta termaksuk kepulauan-
kepulauan di sekitarnya.

6) Formasi Gunungapi Kerabai


Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi
gunung api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik;
mengandung mineral dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa
berkomposisi dasitik, riodasitik dan riolitik umumnya terdapat setempat-
setempat; Terdapat terobosan dan lava porfiritik, umumnya pecah-pecah,
terubah secara hidrotermal dan terpotong oleh urat-urat klorit - epidot. Susunan
piroklastik tufa berwarna fresh hijau sampai kelabu, di mana umumnya dalam
keadaan lapuk memberikan bermacam-macam warna yaitu coklat, merah dan
kuning, terdapat mineral-mineral pofiroklas dari felspar yang tersausuritisasi,
hornblenda, augit, sedikit kuarsa, hipersten dan biotit, sedikit olivin, fragmen
batuan daripada batuan gunung api berbutir halus. Formasi ini diendapkan
secara tidak selaras di atas dan setempat-setempat berjemari dengan Komplek
Ketapang; tidak selaras dengan Formasi Granit Laur, diterobos dan menindih
Formasi Granit Sukadana yang terlihat berkerabat; diterobos Granit Sangiyang;
ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama dengan Basal Bunga. Terbentuk oleh
proses gunungapi subaerial yang berumur Kapur akhir-Paleosen; Ketebalan
Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh bagian dataran lembar peta
membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik sampai >1000 mdpl di bagian
utara. (Pieters & Sanyoto,1987; Komplek Mantan de Kenser & Rustandi,1989).

7) Komplek Ketapang
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai
tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan
hidrotermal: batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan
(setempat-setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan
atau mengandung pecahan batuan gunung api hasil ‘rework’). Serpih (setempat-
setempat pasiran), dan batusabak; Kadang-kadang gampingan membentuk
batuan kalk-silikat. Batuan terangkat dan terlipat, umumnya dengan kemiringan
antara 30 derajat sampai tegak. Terdapat fosil Mikroflora Lanjut
Caytonipollenites (Muller,1968; Albian Akhir-Cenomanian), dan satu conto
terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin berumur Jura. Satuan ini
terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi tak terlihat
kontaknya; Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan batuan
Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh Granit
Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak terlihat.
Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman.
Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya
meliputi wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya,
tersebar di banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van
Bemmelen,1939; de Keyser & Rustandi,1989).

8) Batuan Malihan Pinoh


Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung
anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung
klinozoisit dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika
dengan biotit porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin
local; sekis andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik, berada
tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara
termal oleh Granit Sukadana.

Sumber : Peta geologi regional oleh , E. Rustandi dan F. DE Keyser (1993)

Gambar 2.5
Peta Geologi Regional Kalimantan Barat

2.4 Struktur geologi

Seluruh Ketapang terletak dalam suatu sabuk magma Kapur yang ekstensif yang
menghasilkan Batholit Schwaner. Erosi telah membongkar banyak sekali batuan
asal, tetapi beberapa bagian atasnya yang tersebar, masih tersisa, sebagian dari
bagian batholit yang mempunyai batuan gunung api sebagai penutup. Batuan-
batuan yang tersingkap membuktikan fase-fase deformasi, proses magma, dan atau
proses malihan sebagai berikut:
1) Deformasi dan malihan regional
2) Lokasi terobosan granit yang jelas
3) Terobosan granit, dan malihan termal yang menyertai di wilayah lembar peta
ke arah utara dan timur laut (Kapur Awal);
4) Terobosan Granit disertai malihan termal (Kapur-Akhir), Pengangkatan
regional dan volkanisma (menerus sampai Paleosen); dan terdapat sumbat
Gunungapi (Oligosen Miosen).
Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar yang
memiliki arah umum timur laut – barat daya. Sesar dan kekar secara umum
berkembang di bagian barat.

Sumber : Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Bammelen (1949)

Gambar 2.6
Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Regional Kalimantan Barat

Anda mungkin juga menyukai