Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGHANTAR TEKNOLOGI MINERAL


LANGKAH-LANGKAH REKLAMASI DARI PROSES
PENAMBANGAN BATUBARA

DISUSUN OLEH :
NAMA : DENY J BANUNAEK
NPM : 11.2018.1.00715
JURUSAN: PERTAMBANGAN
FAKULTAS MINERAL DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGOI ADHITAMA SURABAYA
ABSTRAK
Pertambangan merupakan aktivitas manusia yang dapat
mempengaruhi lingkungan sehingga mengurangi fungsinya sebagai
pengendali ekosistem. Kegiatan pertambangan merupakan
kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat risiko,
merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi
tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari
beberapa sektor. Lahan pasca penambangan batubara umumnya
gersang, vegetasi sulit tumbuh, dan menjadi tidak produktif. Pada
saat terjadi hujan, air sulit meresap ke dalam tanah atau sebagian
besar mengalir di permukaan, akibatnya air tanah berkurang dan
erosi terus meningkat bahkan ancaman banjir dan longsor terus
mengintai. Sangat disayangkan apabila lahan pasca penambangan
batubara.
Akhirnya menjadi tidak produktif dan justru mendatangkan ben
cana bagi manusia. Oleh sebab itu, lahan pasca penambangan tidak
boleh ditinggalkan begitu saja dan perlu usaha serius untuk
mengembalikan kondisi lahan tersebut seperti sediakala atau paling
tidak mendekati keadaan semula sebelum penambangan. Upaya
pemulihan untuk mengembalikan kondisi lahan pasca penambangan
disebut reklamasi.
Pendahuluan
Indonesia memiliki luas lahan pertambangan yang semakin
besar dan luas hutan yang semakin sempit. Berdasarkan data yang
dirilis oleh Kementerian Kehutanan Februari 2014 lalu, di propinsi
Kalimantan Timur terdapat 41 pemegang Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH). Untuk kegiatan survey/ekplorasi dan 71
perusahaan pemegang IPPKH untuk kegiatan operasi produksi dan
non tambang. Setidaknya, tiap hari 6-7 Izin Usaha Pertambangan
(IUP) dikeluarkan sejak 2008.
Lahan pasca penambangan batubara umumnya gersang, vegetasi
sulit tumbuh, dan menjadi tidak produktif. Pada saat terjadi hujan,
air sulit meresap ke dalam tanah atau sebagian besar mengalir di
permukaan, akibatnya air tanah berkurang dan erosi terus
meningkat bahkan ancaman banjir dan longsor terus mengintai.
Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah
perubahanlingkungan.Perubahankimiawi terutama berdampak te
rhadap air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik per
ubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah
perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan
angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta
penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau
gundul. Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan upaya
reklamasi. Selain bertujuan untuk mencegah erosi atau mengurangi
kecepatan aliran air limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga
lahan agar tidak labil dan lebih produktif. Akhirnya reklamasi
diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan
menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai kegiatan reklamasi lahan bekas tambang
batubara dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak
lingkungan yang ditimbulkan.
Manfaat penulisan karya ilmiah ini berupa :

1. Menambah pengetahuan masyarakat akan pentingnya reklamasi


lahan bekas tambang
2. Sebagai bahan pemikiran bagi semua kalangan bahwa kegiatan
reklamasi lahan bekas tambang yang seperti apa yang dapat
menanggulangi dampak lingkungan.

Definisi Pertambangan dan dampak lingkungan yang


ditimbulkannya
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan
bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi,
baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di
bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan
ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih
timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan
bijih mangan (BPS, 2016).
Perkembangan teknologi pengolahan batubara menyebabkan
ekstrak bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga
semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan jauh dibawah
permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan pertambangan
menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar. Sejalan
dengan hal tersebut dan semakin berkembangnya teknologi untuk
mengelola alam, maka manusia yang merupakan factor yang sangat
penting dan dominan dalam merestorasi lingkungan menjadi rusak.
Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak yang sangat
signifikan terutama pencemaran air permukaan dan air tanah,
kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk seperti lapisan
tanah tidak berprofil, terjadi pemadatan, kekurangan unsur hara
yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada
lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah.
Pengertian Reklamasi
Kata reklamasi berasal dari kata to reclaim yang bermakna to
bring back to proper state, sedangkan arti umum reklamasi adalah
the making of land fit for cultivation. Membuat keadaan lahan
menjadi lebih baik untuk dibudidayakan, atau membuat sesuatu
yang sudah bagus menjadi lebih bagus, sama sekali tidak
mengandung implikasi pemulihan ke kondisi asal tapi yang lebih
diutamakan adalah fungsi dan asas kemanfaatan lahan. Arti
demikian juga dapat diterjemahkan sebagai kegiatan-kegiatan yang
bertujuan mengubah peruntukan sebuah lahan atau mengubah
kondisi sebuah lahan agar sesuai dengan keinginan manusia.
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan
upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar
menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan juga diupayakan
menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi bahan galian yang masih tertinggal.
Teknologi dan langkah-langkah reklamasi

1. Penanggulangan Logam Berat

PENUTUPAN TANAH YANG MENGANDUNG LOGAM

Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas


ambang batas diperlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi
kadar logam berat tersebut. Vegetasi penutup tanah yang digunakan
untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan membangun
kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi
kadungan logam berat dengan menyerapnya ke dalam jaringan.

2. Penataan Lahan

MENATA ULANG LAHAN

Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang


alam, antara lain dengan cara:
a. menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan
limbah tailing (overburden). Lubang kolong yang
sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk penampung air.
b. membuat saluran drainase untuk mengendalikan
kelebihan air.
c. menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi
terkendali, diantaranya dilakukan dengan cara meratakan
permukaan tanah, jika tanah sangat bergelombang
penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan
suatu teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan
teras.
d. menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara
lebih efisien. Karena umumnya jumlah tanah pucuk
terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada areal atau
jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada
lubang tanam.

3. Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi

METODE PENCEGAHAN EROSI

Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan


penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat
bangunan penangkap yang relatif besar. Cara vegetative juga
merupakan metode pencegahan erosi yang dapat diterapkan pada
areal bekas tambang. Menggunakan strip vetiver untuk pencegahan
erosi pada areal bekas tambang batu bara. Vetiver merupakan
pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif menahan erosi,
tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk
sehingga bertindak sebagai tanaman pioner.

4. Konservasi Top Soil

PENGHAMPARAN TOP SOIL

Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan


lapisan tanah yang perlu dikonservasi, karena paling memenuhi
syarat untuk dijadikan media tumbuh tanaman. Beberapa hal yang
harus diperhatikan, adalah:
a. menghindari tercampurnya subsoil yang mengandung
unsur atau senyawa beracun, seperti pirit, dengan tanah
pucuk, dengan cara mengenali sifat-sifat lapisan tanah
sebelum penggalian dilakukan,
b. menggali tanah pucuk sampai lapisan yang memenuhi
persyaratan untuk tumbuh tanaman,
c. menempatkan galian tanah pucuk pada areal yang aman
dari erosi dan penimbunan bahan galian lainnya,
d. menanam legum yang cepat tumbuh pada tumpukan
tanah pucuk untuk mencegah erosi dan menjaga
kesuburan tanah

5. Penanaman Cover Crop

PENANAMAN POHON JOHAR DAN SENGON

Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha


untuk memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi.
Karakteristik cover crop yang dibutuhkan, sebagai berikut: mudah
ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau
fungi yang menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan
mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah
terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok dan
tidak melilit.
6. Penanaman Tanaman Pionir

HASIL DARI BEBERAPA TAHAPAN RELAMASI

Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan


penyakit, serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar
benih, khususnya burung, lebih baik jika digunakan lebih dari satu
jenis tanaman pionir/multikultur. Beberapa jenis tanaman pionir
adalah : sengon buto (Enterrolobium cylocarpum), Sengon
(Paraserianthes falcataria), johar.
Sasaran Reklamasi Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua
Kegiatan yaitu :

A. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan


yang terganggu ekologinya.
B. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki
ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.
Simpulan
Pengelolaan kegiatan pertambangan yang kurang baik akan
banyak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan bahkan
setelah lahan tambang tidak terpakai lagi. Namun, ada solusi yang
ditawarkan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbukan
akibat kegiatan pertambangan yaitu reklamasi. Adapun tahapan dari
kegiatan reklamasi meliputi: penanggulangan logam berat, penataan
lahan, pengelolaan sedimen dan pengendalian erosi, konservasi top
soil, penanaman cover crop, dan penanaman tanaman pionir.
Daftar pustaka
Anonim. 2014. inilah-wajah-pertambangan-indonesia . diakses pada
http: //www. hijauku. Com / 2014 /08/26 /inilah-wajah-
pertambangan-indonesia/.
Anonim. 2015. reklamasi-lahan-bekas-tambang-batubara. Diakses
pada http://www. hastirullahfitrah.com/2015/01/reklamasi-lahan-
bekas-tambang-batubara.html
Abubakar, Fiki. 2009. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi
Lahan Bekas Tambang Nike Di PT. Inco TBK Sorowako, Sulwesi
Selatan. Skripsi Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Ambodo, A.P. 2004. Aplikasi Mikoriza untuk Peningkatan
Pertumbuhan Tanaman dan efisiensi Biaya pada Lahan Pasca
Tambang di PT. International Nickel Indonesia. Makalah
disampaikan pada Lokakarya dan Rapat Koordinasi serta Fasilitasi
Nasional, Penerapan Bioremediasi untuk Reklamasi dan Rehabilitasi
lahan Bekas Tambang di Kawasan Timur Indonesia, 5 April 2004,
Jakarta.
Arif, I. (2007). Perencanaan Tambang Total sebagi upaya
penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
BPS. 2016. Data tentang Pertambangan. diakses pada https ://www
.bps.go.id /Subjek/ view/ id/10.
Notohadiprawiro,T.1999.Tanah dan Lingkungan. Diterbitkan oleh
Dit-Jen Dikti, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia,Jakarta.
Nurlaela. 2015. Tanggung Jawab Hukum Reklamasi Lahan Bekas
Pertambangan PT. Kaltim Prima Coal Di Kabupaten Kutai Timur.
Artikel Karya Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Hasanudin.
Nusantara A, Enny W, Iwan S, Arief D, Untung S. 2004. Strategi
Restorasi Lahan Terdegradasi [makalah]. Sekolah Pasca Sarjana,
IPB. Tidak Diterbitkan.
Suprapto, S.J., 2006. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas
Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian. Buletin Sumber Daya
Geologi. Vol. 1 No. 2.
Tala’ohu, S.H., S. Moersidi, Sukristiyonubowo, dan S. Gunawan.
1995. Sifat fisikokimia tanah timbunan batubara (PT BA) di Tanjung
Enim, Sumatera Selatan. Dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan
dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Buku
IV.BidangKonservasiTanahdanAirsertaAgroklimat.Puslitbangtanak.
http://agribisnis.deptan.go.id/download/layanan_informasi/sekret
ariat/jurnal_sumberdaya_lahan_vol._4_no.1_juli_2010.pdf. ISSN
1907-0799.
BAGIKAN INI:

 Surat elektronik

Anda mungkin juga menyukai