PROGRAM PASCASARJANA
2019
2
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Mengetahui :
Ketua Direktur
Program Studi Program Pascasarjana
Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Makassar,
Prof. Dr. Hamzah Upu, M. Ed. Prof. Dr. H. Hamsu Abdul Gani, M. Pd.
NIP. 19660801 19890 3 1 001 NIP. 19601231 198503 1 029
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Istilah
Punishment
G. Efektivitas Pembelajaran
H. Kerangka Pikir
I. Hipotesis
C. Prosedur Penelitian
D. Variabel Penelitian
G. Instrumen Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan
menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Dalam undang- undang no. 20
pasal 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan
semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa
depan. Hal tersebut dipandang perlu, karena masih banyak permasalahan pendidikan
pendidikan. Keadaan ini merupakan sesuatu yang wajar karena setiap orang
matematika, yang ditandai dengan rendahnya prestasi belajar matematika pada bidang
studi tersebut.
sebagai ilmu dasar, menjadi tiang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini disebabkan karena matematika berfungsi sebagai penata nalar dan pembentuk
sikap siswa. Matematika berpangkal pada logika, merupakan dasar dan pangkal tolak
Syahdan, & Annas, 2016: 192) secara garis besar menunjukkan bahwa pembelajaran
yang baru pada setiap pembelajaran matematika (World Bank, 2010). Keadaan ini
matematika itu sangat sulit. Faktor lain yang membuat siswa merasa kesulitan dalam
7
mempelajari matematika bahwa matematika memiliki objek yang abstrak dan bahasa
yang digunakan lebih banyak berupa symbol, sehingga kebanyakan siswa hanya
dihadapkan dengan soal yang bervariasi mereka akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikannya. Hal ini nantinya akan berdampak pada hasil belajar matematika
siswa. Salah satu cara dalam mengatasi keadaan ini adalah bagaimana agar
melaksanakan, mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Hal itu perlu adanya
usaha guru untuk menerapkan bentuk pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif
melalui penggunaan strategi, metode atau teknik mengajar yang bervariasi sehingga
kualitas proses belajar semakin baik dan kualitas hasil belajar pun semakin
meningkat.
dengan baik diperlukan tenaga pendidik yang terampil merancang dan mengelola
proses pembelajaran yang mengarah pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor
siswa. Jika guru ingin memaksimalkan pembelajaran, maka terlebih dulu harus
menemukan bagaimana otak bekerja (Jensen, 2008: 6). Yang terpenting dalam
berarti yang meninggalkan kesan pada siswa, sehingga siswa menyukai dan senang
belajar matematika (Heruman, 2010). Terserah kepada kita (guru) untuk menciptakan
kondisi dimana otak mereka akan menyeleksi cara belajar yang paling dapat
mengembangkan kesempatan mereka untuk bertahan atau tidak (Jensen, 2008: 9).
Namun hal tersebut tidaklah mudah mengingat dalam suatu kelas terdapat
puluhan anak dengan karakter dan cara belajar yang berbeda beda. Hal ini menjadi
tantangan besar bagi guru. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar pada
dimana pembelajaran terfokus pada guru, dimana definisi, rumus dan contoh soal
diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru, Peserta didik sekedar menirukan
dan membatasi pemikiran peserta didik. Peserta didik tidak bisa mengeksplorasikan
ide–idenya karena terpaku pengerjaan jawaban guru. Pada akhirnya, peserta didik
akan bergantung pada guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
pembelajaran Matematika yakni ranah kognitif dan afektif siswa tidak tercapai. Selain
itu beberapa siswa seringkali melakukan banyak kegiatan lain selain mendengarkan
penjelasan dari guru. Kegiatan- kegiatan itu seperti saling bercerita satu dengan yang
9
lainnya. Bermain dengan saling melempar pulpen atau kertas, bahkan tak sedikit yang
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dengan melibatkan siswa itu sendiri
pendekatan Saintifik. Adapun untuk mengontrol siswa agar tujuan dari pembelajaran
tetap tercapai diberlakukan sistem Reward dan Punishment. Reward kepada siswa
10
yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan Punishmen pada siswa dengan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa sebelum dan setelah diajar dengan
Saintifik?.
Saintifik?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran hasil belajar siswa sebelum dan setelah diajar dengan
Saintifik?.
Saintifik?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
a) Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan untuk memperkaya khasanah
b) Guru
Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam bidang studi matematika, untuk
c) Bagi siswa
Dapat meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran
matematika.
d) Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
beda pandangan dalam memberikan pengertian tentang belajar. Ada beberapa definisi
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
Menurut Burton dalam Hosnan (2014: 3), belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Croncabch dalam Hosnan (2014: 3), belajar adalah suatu
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Menurut Daryanto (2009: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya.
14
Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu
belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang
itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang
dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena itu, belajar ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, akibat dari proses belajar diwujudkan dalam berbagai
keterampilan kecakapan, dan kemampuan serta perubahan aspek kualitas yang terjadi
tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Interaksi yang
terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang antara
lainterdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi
pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan yang
sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam
15
pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Adapun ciri perubahan tingkah laku dalam
belajar bersifat kontinudan fungsional. c)Perubahan dalam belajar bersifat positif dan
aktif. d)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e)Perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah. f)Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto:
2010). Seseorang dikatakan belajar jika orang tersebut mampu menangkap informasi
tentang sesuatu baru dalam hidupnya, proses seseorang dari tidak tahu menjadi tahu.
2. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthenein atau mathema yang
berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa belanda,
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan
penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang
kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas
dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui
penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai
16
perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif,
diantaranya:
sistematik.
dengan bilangan.
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
ahli di atas terlihat bahwa matematika tidak memiliki definisi atau pembatasan yang
tunggal, tetapi matematika didefinisikan berdasarkan kajian dan sudut pandang ahli
17
matematika adalah suatu bahasa simbolis yang menerangkan pola hubungan suatu
3. Pembelajaran Matematika
Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan
menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain – lain. Oleh
karena itu diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana cara
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktivitas guru dalam merancang bahan pembelajaran agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
Adapun menurut Soekanto, dkk (dalam Trianto, 2009:22) maksud dari model
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perangcang pembelajaran dan para pengajar
sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak
(dalam Trianto, 2009:22) bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah
Dengan demikian model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para
guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
19
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.
merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
lebih dari sekedar pembelajaran kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperative ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
interdepedensi efektif di antara anggota kelompok. Hal ini pula (Silberman, 2009: 43)
siswa bergerak secara fisik untuk berbagai fikiran dan perasaan secara terbuka, serta
kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman
learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on
each learning is held accountable for his or her own learning and in motivated to
dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam
konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran (berdiskusi) dengan
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) terdapat unsur-unsur
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. Siswa akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat, dalam hal tukar-menukar pikiran
bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja
belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri beberapa ras, suku, budaya,
jenis kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompok pun
terdiri dan ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
3. Equal opportunities for succes (adanya kesempatan yang sama untuk sukses).
kepentingan pribadi).
Menurut Slavin (dalam Taniredja, dkk, 2011: 60), tujuan dari pembelajaran
Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang
Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi sosial, untuk bekerja da saling bergantung pada tugas-tugas rutin,
Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain: berbagai tugas, aktif bertanya,
asal katanya berarti bola salju bergulir. Dengan demikian, Snowball Throwing adalah
suatu model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola, kemudian dilempar secara bergiliran antar kelompok.
Snowball Throwing adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
berupa permainan yang dibentuk secara kelompok dan memiliki ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru, kemudian setiap kelompok membuat pertanyaan dan
akan dilempar pada kelompok lain. Pada pembelajaran kooperatif, tipe Snowball
Throwing ini, siswa melakukan kompetisi antar kelompok. Dengan adanya kompetisi
ini, sekiranya dapat mendorong anak didik untuk lebih bersemangat dalam belajar.
karena dapat dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mangajar yang
kondusif.
Model kooperatif tipe Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap
menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya
yang diremas menjadi sebuah bola. Kertas kemudian dilemparkan kepada siswa lain.
Siswa yang menerima bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau
25
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas
dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari
menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata
dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui
situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, maupun dalam lingkungan
pergaulan.
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
f) Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
g) Evaluasi.
h) Penutup.
Kekurangan model kooperatif tipe Snowball Throwing yaitu pengetahuan tidak luas
hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa dan kurang efektif. Kelebihan Model
b) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran
yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman
sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan,
kelompok.
27
d) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
f) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
suatu masalah.
i) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,
Punishment
kertas, kemudian menggulung kertas tersebut mejadi seperti bola dan melemparkan
oleh si pelempar, dengan kata lain si pelempar harus mengerjakan soalnya terlebih
dahulu sebelum melempar ke siswa lainnya. Hal ini diharapkan mampu menciptakan
rasa tanggung jawab siswa, rasa percaya diri serta memotivasi siswa untuk
dijawab dengan baik dan benar. Disamping itu, model pembelajaran ini diharapkan
model ini. Misalkan membuat suasana kelas tidak kondusif, tidak efektif dan
sebagainya. Sehingga diberlakukan aturan atau sistem reward dan punishment untuk
2. Reward Punishment
2014 :30), apalagi jika terdapat banyak siswa di dalam kelas, dan hanya beberapa saja
memberi label “anak nakal” pada anak bermasalah sehingga hukuman menjadi salah
29
satu cara jitu untuk menjadikan anak patuh. Menyelesaikan masalah anak sebenarnya
tidak sulit asalkan guru memiliki pengetahuan dan cara untuk menyelesaikannya.
positif. Namun, sebagian besar guru tetap akan setuju bahwa penghargaan dan sanksi
merupakan strategi yang sangat bermanfaat dalam teknik mengajar yang efektif.
menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar yang lebih baik lagi.
sengaja oleh pendidik (guru) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau
kesalahan (Purwanto, 2006). Tujuannya untuk memberikan efek jera dan mencegah
situasi (Cowley, 2011: 106). Ketika memberikan penghargaan, hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
30
(2) Jangan menyuap mereka, kejutkan mereka, penghargaan yang paling efektif
(3) Berikan penghargaan sesuai dengan usia siswa, semakin tua usia siswa, mereka
setiap perilaku baik dan sederhana. Semakin sulit diperoleh, semakin berharga
penghargaan tersebut.
(5) Menyesuaikan penghargaan dengan tiap siswa, berikan penghargaan anda secara
(6) Penghargaan memiliki batas waktu, ubahlah secara teratur sistem penghargaan
(7) Beri penghargaan kepada semua siswa, jangan lupakan mereka yang sudah
(8) Kadang-kadang, penghargaan harus bersifat personal, beberapa siswa tidak ingin
(1) Macam dan besar kecilnya pelanggaran: Besar kecilnya pelanggaran akan
(3) Hukuman diberikan dengan melihat jenis kelamin: usia dan halus kasarnya
(5) Pilihlah bentuk-bentuk hukuman yang pedagogis: Hukuman yang dipilih harus
sedikit mungkin segi negatifnya baik dipandang dari sisi murid, guru, maupun
(6) Sedapat mungkin jangan menggunakan hukuman badan: Hukuman badan adalah
hukuman yang menyebabkan rasa sakit pada tubuh anak, hukuman badan
Reward dan punishment sebagai metode pembelajaran akan sangat ideal dan
hendaknya menguasai metode ini secara benar agar tidak berimplikasi buruk,
Dalam diri anak membutuhkan pengakuan bagi eksistensinya di mata orang lain
kemampuannya, anak mulai menghargai keberadaan diri dan orang lain. Hal ini akan
ada. Pemberian kepercayaan lebih berimplikasi positif pada diri anak daripada
Pemberian kasih sayang oleh pendidik (guru) yang diwujudkan melalui ekspresi
wajah dan tindakan jasmaniah akan lebih mengena. Keadaan emosional anak yang
labil akan sering menimbulkan sikap menolak, mencela bahkan merombak ketentuan
apapun yang dirasa mempersempit kebebasannya, karena anak pada masa pendidikan
marah. Oleh karena itu, adanya sikap penerimaan positif dari pendidik (guru) sebagai
wujud persetujuan mereka pada perilaku anak, akan diimbangi pula oleh penerimaan
positif anak.
33
pemberian berupa barang. Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran materiil.
Ganjaran berupa pemberian barang ini sering mendatangkan pengaruh yang negatif
pada belajar murid, yakni bahwa hadiah ini lalu menjadi tujuan dari belajar anak.
Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar karena ingin
mendapatkan hadiah.
Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak bisa tercapai, maka anak
akan mundur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang ini lebih
baik jangan sering dilakukan. Berikan hadiah berupa barang jika dianggap memang
(1) Hukuman fisik, misalnya dengan mencubit, menampar, memukul dan lain
sebagainya;
(2) Hukuman dengan kata-kata atau kalimat yang tidak menyenangkan, seperti
(3) Hukuman dengan stimulus fisik yang tidak menyenangkan, misalnya menuding,
(4) Hukuman dalam bentuk kegiatan yang tidak menyenangkan, misalnya disuruh
berdiri di depan kelas, dikeluarkan dari dalam kelas, didudukan di samping guru,
34
disuruh menulis suatu kalimat sebanyak puluhan atau ratusan kali, dan lain
sebagainya.
(1) Membantu kita untuk mendorong perilaku yang baik dan kerja keras
(2) Membantu kita untuk memotivasi siswa kita, terutama siswa-siswa yang tidak
(4) Dapat memotivasi siswa yang memiliki rasa percaya diri rendah.
yang terbaik adalah senyuman, perkataan yang lembut, mengetahui bahwa Anda
karena:
(1) Memberikan jalan kepada kita untuk membuat siswa tetap mematuhi batasan
(3) Sanksi membantu mengajarkan tata karma sosial kepada siswa_peraturan tertulis
dan tidak tertulis dan kode moral yang berlangsung di masyarakat kita.
35
Perlu diingat bahwa sanksi yang sangat efektif di suatu lingkungan atau dengan
kelompok usia tertentu, mungkin sama sekali tidak berguna di lingkungan dan
E. Pendekatan Saintifik
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dai mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
prinsip.
36
didik.
didik
guru.
komunikasi
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi
2) Menanya
3) Mengumpulkan informasi
4) Mengasosiasi, dan
5) Mengkomunikasikan
2.1. berikut :
kebiasaan)
data
lainnya.
aktivitas siswa yang dilakukan dengan membuat suatu pertanyaan yang ditulis pada
selembar kertas kemudian kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar kepada
siswa lain. Dengan pendekatan Saintifik diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna
bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta
didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik dan
a. Menginformasikan a. Mendengarkan
kepada siswa bahwa informasi dan
materi yang dibahas. pemberian motivasi
b. Melakukan apersepsi oleh guru
Fase I dengan mengingatkan
Menyiapkan Tujuan kembali tentang pelajaran
sebelumnya.
pembelajaran dan
c. Menyampaikan tujuan
memotivasi siswa pembelajaran dan
memotivasi siswa agar
aktif terlibat dalam
kegiatan belajar
mengajar.
Fase II a. Menyampaikan kegiatan a. Mendengarkan/memahami
Menyajikan Informasi pembelajaran yang akan penjelasan dari guru.
dilakukan, yaitu dengan b. Mengajukan/menjawab
menggunakan model pertanyaan teman/guru.
40
pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Throwing
Reward Punishment.
b. Memberikan penjelasan
kepada seluruh siswa
tentang materi yang akan
di pelajari.
G. Efektifitas Pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti
ada pengaruhya, akibatnya. Efektifitas menurut Peter Salim (dalam Nahriah, 2015:
15) adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan
tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota.
Menurut Wajo Wasito S.DKK (dalam Nahriah, 2015: 15) mengartikan efektif
adalah berhasil, tepat, sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
sedangkan Redin (dalam Nahriah, 2015: 16) mengatakan bahwa pengelolaan yang
efektif ialah apabila pengelolaan itu dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
2. Mengkreasikan alternative-alternativ,
efektif apabila pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan semula.
penghargaan setiap suatu usaha terhadap hasil yang telah dilakukannya. Melalui
perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk
adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar dapat diartikan
sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses
mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap,
dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya perubahan
perubahan perilaku maka perilaku kejiawaan manusia dibagi menjadi tiga domain
atau ranah, yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan
perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh
44
karena perubahan perilaku kejiwaan meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
maka hasil belajar yang mencerminkan perubahan perilaku juga meliputi hasil belajar
Hasil belajar merupakan salah satu indikator dalam melihat ketercapaian tujuan
a) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang panjang. Beberapa lama
periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian
sikap.
45
Hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang
diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dan
penilaian hasil belajar penting dilakukan sebab hasil belajar sebagai ungkapan dan
algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Siswa
kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
a) Hasil belajar matematika siswa lebih besar dari nilai KKM baik secara deskriptif
maupun inferensial.
c) Gain/ peningkatan hasil belajar minimal dalam kategori sedang (0,3) baik secara
2. Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswalah yang menjadi subyek, dialah pelaku
kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar, maka guru
aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Hal ini bukan berarti membebani siswa dengan
banyak tugas, aktivitas atau paksaan-paksaan. Tetapi siswa belajar mandiri dengan
materi-materi yang telah diberikan agar siswa lebih berminat dalam belajar dan
berkembang pikiranya dengan tujuan ilmu yang didapat secara mandiri bermanfaat
siswa bukan berarti guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas, tetapi guru selalu
memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai,
dan mengadakan evaluasi. Dengan demikian dalam suatu proses pembelajaran siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi
pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah
laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek
didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat
a) Kegiatan-kegiatan visual
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
d) Kegiatan-kegiatan menulis
e) Kegiatan-kegiatan menggambar
f) Kegiatan-kegiatan metrik
g) Kegiatan-kegiatan mental
h) Kegiatan-kegiatan emosional
48
kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
efektif jika secara deskriptif aktifitas siswa minimal dalam kategori aktif.
3. Respons Siswa
seseorang terhadap sesuatu dapat melalui angket, karena angket pada umumnya
meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden juga mengenai
pendapat atau sikapnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa respons
guru mengenai pembelajaran yang diterapkan di kelas uji coba yaitu pembelajaran
respon guru disusun atas dasar kriteria respon siswa dan respon guru yang telah
efektif dari aspek respons siswa jika secara deskriptif dan inferensial dalam kategori
minimal positif.
H. Kerangka Pikir
berpangkal pada logika, merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan
yang semata-mata ditujukan untuk memahami materi atau memecahkan masalah yang
ditugaskan. Mungkin tidaklah mengejutkan jika banyak siswa bahkan orang dewasa
yang takut dengan matematika dan berusaha menghindarinya. Oleh karenanya, guru
Reward dan Punishment . Kelebihan dari model ini adalah membuat siswa menjadi
lebih aktif, santai, namun tetap bisa mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini sebab
adanya reward dan punishment yang dapat mengontrol setiap pergerakan siswa agar
siswa tidak hanya asal melempar saja namun siswa dapat bertanggung jawab atas soal
yang dilemparkan sebab mereka harus tahu solusi dari soal tersebut. Model
hasil belajar siswa sehinggap proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif.
51
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
diterapkan
Kelebihan/karakteristik
Kelebihan/karakteristik
Melatih kesiapan siswa, memahami dan mengerti secara mendalam
tentang materi, merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai
topik, memahami makna kerja sam adan menemukan pemecahan Dapat menghilangkan kecanggungan, Bahasa teman
Siswa menjadi lebih aktif, santai, namun
masalah, lebih bias menerima keragaman serta termotivasi untuk sebaya juga lebih mudah dipahami, dan di antara mereka
tetap bisa mengikuti proses belajar
meningkatkan kemampuannya. Pemberian reward dan punishmen tidak ada rasa segan, rendah diri dan malu.
memotivasi mengajar
siswa memotivasi siswa dengan rasa percaya diri rendah.
dampak
Hasil
respons
Aktivitas
Memenuhi kriteria
(KKM, gain, ketuntasan)
aktif positif
kesimpulan
PEMBELAJARAN EFEKTIF
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdiri atas hipotesis mayor dan hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka
matematika pada siswa kelas VIII SMP NEGERI 1 BAJENG di Kabupaten Gowa.
2. Hipotesis Minor
(KKM).
b) Respons Siswa
Skor respons siswa setelah penerapan model Kooperatif tipe Snowball Throwing
c) Aktivitas siswa
Skor aktivitas siswa setelah penerapan model Kooperatif tipe Snowball Throwing
METODE PENELITIAN
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
Desain penelitian ini terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dimana kelas
eksperimen adalah kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
O1 T O2
Keterangan:
1. Populasi
Agar dapat memperoleh sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka diperlukan sumber dari objek penelitian yang disebut populasi. Populasi adalah
keseluruhan aspek tertentu dari ciri, fenomena atau konsep yang menjadi pusat
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi sensus (Arikunto:
1993)
Dengan demikian, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif/
Adapun dalam penelitian ini karena populasi cukup besar yaitu 62 SMP
diperoleh dari data Kementrian Agama Kabupaten Gowa. Namun perlu diingat bahwa
karena SMP AKSARA BAJENG tersebut berstrata, sebab ada yang akreditasi A, B,
stratified random sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling
area strata berkelompok (cluster stratified random sampling). Teknik sampling area
ini digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sekolah, dan tahap
berikutnya menentukan kelas yang ada disekolah itu secara sampling juga. Teknik ini
Berdasarkan teknik tersebut, maka yang terambil secara acak menjadi sampel
adalah MTs. Sultan Hasanuddin yang berakreditasi A pada kelas VIId dengan jumlah
VIIb dengan jumlah siswa 40 orang dan MTs. Muhammadiyah Lempangang yang
57
berakreditasi C dengan jumlah siswa 36 orang. Data lengkap mengenai sampel dapat
C. Prosedur Penelitian
Gowa yaitu: MTs. Sultan Hasanuddin, MTs. Muhammadiyah Limbung, dan MTs.
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu perlakuan,
a) Melakukan kajian kepustakaan yang relevan dengan masalah yang akan dibahas.
2. Tahap Pelaksanaan
sebagai berikut :
58
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu variabel bebas dan variabel
mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah hasil yang diharapkan
penelitian ini adalah aktivitas, hasil belajar matematika dan respons siswa.
oleh guru kepada temannya. (4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.(5) Kemudian kertas yang
berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit. (6) Setelah siswa dapat satu bola/ satu
reward dan siswa dengan jawaban yang kurang tepat akan diganjar punishment.
2. Tutor sebaya atau biasa disebut teman sebaya dalam penelitian adalah siswa yang
mampu menjadi tutor atau pengajar untuk siswa lainnya dengan kriteria yaitu:
meraih prestasi akademis yang baik, (4)Memiliki sikap toleransi dan tenggang
pada: (1) pencapaian ketuntasan klasikal hasil belajar siswa (2) peningkatan hasil
belajar sebelum dan sesudah pembelajaran (3) aktivitas siswa berada pada
positif
waktu tertentu yang diukur dengan tes hasil belajar yang dikembangkan oleh
5. Aktivitas siswa adalah perilaku yang ditunjukkan siswa pada saat kegiatan
dan pemberian motivasi oleh guru (2) Mendengarkan/ memahami penjelasan dari
siswa berada pada kelompoknya, (6) Siswa yang menjadi tutor menjelaskan
guru jika merasa kesulitan (bertanya), (8) Siswa menuliskan pertanyaan pada
selembar kertas lalu membentuknya seperti bola, (9) Siswa melempar bola
pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa yang mendapatkan bola harus
menjawab soal dalam kertas tersebut, (10) Siswa memaparkan pada siswa
lainnya soal yang telah dikerjakan, (11) Siswa membuat rangkuman hasil diskusi
(12) Mengerjakan soal kuis secara individu (tetap tenang) (13) Siswa menerima
Prosedur yang ditempuh di dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
(1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Kegiatan yang
1. Tahap persiapan
pembelajaran ini divalidasi oleh validator untuk menilai validasi isi (content validity).
Hasil dari revisi validator digunakan peneliti untuk melakukan perbaikan isi terhadap
Salah satu kriteria utama untuk menentukan dipakai tidaknya suatu perangkat
pembelajaran adalah hasil validasi oleh ahli. Penilaian para ahli umumnya berupa
pemberian skor terhadap aspek yang dinilai dan catatan-catatan kecil pada bagian
yang perlu diperbaiki. Setelah divalidasi oleh ahli dilakukan analisis data kevalidan
perangkat pembelajaran.
perangkat pembelajaran yang meliputi RPP dan LKPD adalah sebagai berikut:
1) Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel yang meliputi: (a)
Aspek (𝐴𝑖 ), (b) Kriteria (𝐾𝑖 ), dan (c) hasil penilaian validator (𝑉𝑖𝑗 ).
2) Mencari rata-rata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteria dengan rumus:
∑𝑛
𝑗=1 𝑉𝑖𝑗
𝐾𝑖 = 𝑛
dengan:
𝑉𝑖𝑗 = skor hasil penilaian terhadap kriteri ke-i oleh penilai ke-j
𝑛 = jumlah penilai
63
∑𝑛
𝑗=1 𝐾𝑖𝑗
𝐴𝑖 = 𝑛
Dengan:
∑𝑛
𝑗=1 𝐴𝑖
𝑋𝑖 = 𝑛
𝑋𝑖 = rata-rata total
𝑛 = jumlah aspek
5) Menentukan kategori kesahihan setiap kriteria atau aspek atau keseluruhan aspek
dengan mencocokkan rerata kriteria (𝐾𝑖 ) atau rerata aspek (𝐴𝑖 ) atau rerata total
untuk keseluruhan aspek minimal berada dalam kategori cukup valid dan nilai 𝐴𝑖
untuk setiap aspek minimal berada dalam kategori valid. Jika tidak demikian, maka
akan dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari validator atau melihat
kembali aspek-aspek yang nilainya kurang. Selanjutnya akan dilakukan validasi ulang
digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen yang terdiri dari: (1) lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, (2) lembar pengamatan aktivitas siswa (3) tes hasil
c) Mempersiapkan observer
Observer terdiri dari empat orang dengan rincian yakni masing-masing guru
2. Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik.
c) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat proses
disiapkan.
d) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar matematika dan
3. Tahap Akhir
atau tidak untuk dapat digunakan dalam suatu penelitian, maka perlu pertimbangan
dari hasil validasi ahli. Hasil dari validasi ahli digunakan sebagai dasar untuk
melakukan revisi, peneliti mengacu pada masukan dan saran-saran serta petunjuk
66
pembelajaran (RPP), (2) Lembar kegiatan Siswa (LKS) dan (3) Buku siswa.
Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1)
instrumen tes hasil belajar, (2) Lembar observasi aktivitas siswa, (3) Lembar
dan instrumen penelitian ini sudah layak dan dapat digunakan dengan revisi kecil.
Sehingga diberikan catatan–catatan kecil pada bagian yang perlu diperbaiki untuk
1. Perangkat Pembelajaran
berdasarkan banyaknya sub materi. Pada pertemuan pertama membahas sub materi
mengenal dan memahami bangun datar segiempat, memahami jenis dan sifat persegi,
belahketupat dan layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya. Pertemuan
kedua, ketiga, dan keempat membahas sub materi rumus keliling dan luas persegi,
67
kelima membahas sub materi penerapan bangun datar segi empat, dan menaksir Luas
segiempat dan menerapkan konsep keliling dan luas segiempat untuk menyelesaikan
masalah. Adapun format RPP disesuaikan dengan format RPP K-13 yang digunakan
pembelajaran, skenario pembelajaran, assesmen, dan bahasa yang dibuat oleh peneliti
sebelum memperoleh nilai akhir dari validator adalah hasil revisi berdasarkan saran–
saran dari validator. Hasil validasi secara lengkap data dilihat pada lampiran, dan
No Aspek Penilaian 𝒙
̅ Ket.
1. Kompetensi Dasar dan Indikator 3,75 Valid
2. Tujuan Pembelajaran 3,5 Cukup Valid
3. Kelengkapan 4,0 Valid
4. Materi Pembelajaran 4,5 Valid
5. Skenario pembelajaran 4.0 Valid
6. Asessmen 3,0 Cukup Valid
7. Bahasa 4,3 Valid
Rata – rata Penilaian Total (𝒙
̅) 3,9 Valid
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan RPP untuk aspek kompetensi dasar dan indikator adalah
“valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek kompetensi dasar dan
𝑥̅ = 3,5. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “cukup
valid” (2,5 < 𝑀 ≤ 3,5). Jadi ditinjau dari aspek tujuan pembelajaran, maka RPP
“valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek kelengkapan, maka RPP
𝑥̅ = 4,5. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek materi pembelajaran, maka RPP
𝑥̅ = 4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek skenario pembelajaran, maka RPP
𝑥̅ = 3,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “cukup
valid” (2,5 < 𝑀 ≤ 3,5). Jadi ditinjau dari aspek asessmen, maka RPP dinyatakan
𝑥̅ = 4,3. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka RPP dinyatakan
Nilai rata-rata total kevalidan RPP yang diperoleh adalah x = 3,9. Berdasarkan
kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek, maka RPP dinyatakan
Sesuai dengan RPP, dibuat sebanyak 6 LKS berdasarkan banyaknya sub materi yaitu
pada LKS pertama mengenal dan memahami bangun datar segiempat, memahami
jenis dan sifat persegi, persegi panjang, trapezium, jajargenjang, belahketupat dan
trapesium, jajargenjang, belahketupat dan layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya. Pada LKS kedua, ketiga, dan keempat membahas sub materi rumus
keliling dan luas persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, belahketupat dan
layang-layang. Pada LKS kelima membahas sub materi penerapan bangun datar segi
(LKS) secara garis besar adalah format LKS, isi LKS, dan bahasa. Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang dibuat oleh peneliti sebelum memperoleh nilai akhir dari validator
adalah hasil revisi berdasarkan saran–saran dari validator. Hasil validasi secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran, dan berikut adalah rangkuman hasil validasi
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk aspek format adalah
𝑥̅ = 4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format, maka Lembar Kerja Siswa (LKS)
Nilai rata–rata kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk aspek isi adalah 𝑥̅ =
4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek isi, maka Lembar Kerja Siswa (LKS)
Nilai rata–rata kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk aspek bahasa adalah
𝑥̅ = 4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka Lembar Kerja Siswa
Nilai rata-rata total kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diperoleh adalah
x = 4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk
72
dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek,
c) Buku Siswa
peserta didik yang dirancang disesuaikan dengan K-13 hasil revisi sesuai dengan
besar adalah format dan komponen, isi, dan bahasa. Buku siswa yang dibuat oleh
peneliti sebelum memperoleh nilai akhir dari validator adalah hasil revisi berdasarkan
saran–saran dari validator. Hasil validasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran,
dan berikut adalah rangkuman hasil validasi buku siswa untuk setiap aspek penilaian.
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.5 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan buku peserta didik untuk aspek format dan komponen
adalah 𝑥̅ =4,3. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori
“valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format dan komponen, maka buku
Nilai rata–rata kevalidan buku peserta didik untuk aspek isi adalah
𝑥̅ = 4,3. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek isi, maka buku peserta didik dinyatakan
Nilai rata–rata kevalidan buku peserta didik untuk aspek bahasa adalah 𝑥̅ = 4,25.
Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid” (3,5 <
𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka buku peserta didik dinyatakan
Nilai rata-rata total kevalidan buku peserta didik yang diperoleh adalah x = 4,28.
Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk dalam
kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek, maka
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat bantu yang dipakai dalam
jenis-jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
angket, dan tes. Lembar observasi terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi
mengetahui respons siswa, sedangkan tes yang dimaksud yaitu tes hasil belajar yang
74
digunakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa sebelum dan
untuk model pembelajaran yang diterapkan. Butir-butir instrumen ini mengacu pada
model tersebut. Pengamatan dilakukan sejak kegiatan awal hingga kegiatan akhir dan
pembelajaran terdiri atas 5 kategori yakni (1) tidak terlaksana dengan baik, (2) kurang
terlaksana, (3) cukup terlaksana, (4) terlaksana dengan baik, dan (5) terlaksana
pembelajaran.
keterlaksanaan model pembelajaran secara garis besar adalah aspek petunjuk, aspek
isi, dan aspek bahasa. Hasil validasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, dan
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
untuk aspek petunjuk adalah 𝑥̅ =3,67. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini
termasuk dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format dan
76
untuk aspek isi adalah 𝑥̅ = 4,125. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini
termasuk dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek isi,
untuk aspek bahasa adalah 𝑥̅ = 4,375. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini
termasuk dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek
yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5).
dengan aktivitas siswa yang diajar melalui pembelajaran dengan penerapan model
77
b) Membaca dan memahami materi pelajaran pada buku siswa atau LKS.
siswa secara garis besar adalah aspek petunjuk, aspek isi, dan aspek bahasa. Hasil
validasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, dan berikut adalah rangkuman
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan lembar observasi aktivitas siswa untuk aspek petunjuk
adalah 𝑥̅ =4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori
“valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format dan komponen, maka lembar
Nilai rata–rata kevalidan lembar observasi aktivitas siswa untuk aspek isi adalah
𝑥̅ = 4,0. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek isi, maka lembar observasi aktivitas
Nilai rata–rata kevalidan lembar observasi aktivitas siswa untuk aspek bahasa
kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka lembar
Nilai rata-rata total kevalidan lembar observasi aktivitas siswa yang diperoleh
adalah x = 4,08. Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini
termasuk dalam kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan
kevalidan.
matematika setelah perlakuan. Tes hasil belajar yang digunakan berbentuk uraian
(essay test) yang diberikan pada satu kelas yakni kelas eksperimen untuk memperoleh
hasil belajar siswa. Hasil belajar matematika siswa diperoleh melalui tes yang
dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai berupa pretest dan tes yang
sebagai berikut:
d) Membuat kisi-kisi,
Sebelum diteskan, tes yang telah disusun divalidasi oleh ahli. Aspek-aspek
yang diperhatikan dalam memvalidasi tes hasil belajar adalah aspek isi, pedoman
penskoran jawaban, dan bahasa. Hasil validasi secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran, dan berikut adalah rangkuman hasil validasi tes hasil belajar untuk setiap
aspek penilaian.
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan tes hasil belajar untuk aspek isi adalah 𝑥̅ =3,92.
Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid” (3,5 <
𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format dan komponen, maka tes hasil belajar
Nilai rata–rata kevalidan tes hasil belajar untuk aspek pedoman penskoran
jawaban adalah 𝑥̅ = 2,5. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam
kategori “cukup valid” (2,5 < 𝑀 ≤ 3,5). Jadi ditinjau dari aspek isi, maka tes
Nilai rata–rata kevalidan tes hasil belajar untuk aspek bahasa adalah 𝑥̅ = 4,0.
Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid” (3,5 <
𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka tes hasil belajar dinyatakan
Nilai rata-rata total kevalidan tes hasil belajar yang diperoleh adalah x = 3,47.
Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk dalam
kategori “cukup valid” (2,5 < 𝑀 ≤ 3,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek,
Angket tersebut diberikan setelah proses pembelajaran selesai. Angket respons siswa
pembelajaran berlangsung.
adalah aspek petunjuk, bahasa, dan isi. Hasil validasi secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran, dan berikut adalah rangkuman hasil validasi angket respons siswa
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 3.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai rata–rata kevalidan angket respons siswa untuk aspek petunjuk adalah 𝑥̅
=4,25. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari format dan komponen, maka angket respons
Nilai rata–rata kevalidan angket respons siswa untuk aspek isi adalah 𝑥̅ = 4,2.
Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid” (3,5 <
82
𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek isi, maka angket respons siswa dinyatakan
Nilai rata–rata kevalidan angket respons siswa untuk aspek bahasa adalah 𝑥̅ =
4,375. Berdasarkan kriteria kevalidan, nilai ini termasuk dalam kategori “valid”
(3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari aspek bahasa, maka angket respons siswa
Nilai rata-rata total kevalidan tes hasil belajar yang diperoleh adalah x = 4,275.
Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, nilai ini termasuk dalam
kategori “valid” (3,5 < 𝑀 ≤ 4,5). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek, maka
Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
pembelajaran dan isntrumen penelitian yang telah dirancang kepada beberapa ahli
(validator) atau pakar pendidikan untuk dinilai dan diberi masukan berupa saran-
keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer pada saat proses pembelajaran
bahasa, dan isi. Observer yang mengisi lembar observasi ini adalah guru mata
pelajaran yang telah dibimbing atau dilatih dalam mengisi lembar observasi.
Data mengenai aktivitas dalam kegiatan proses belajar mengajar diperoleh dari
lembar observasi aktivitas siswa. Pada pengumpulan data untuk aktivitas siswa yang
bertindak sebagai pengamat adalah teman sejawat sebanyak satu orang. Agar
peneliti maupun pengamat (observer) berdiskusi tentang tata cara mengobservasi dan
digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam
memvalidasi lembar observasi aktivitas peserta didik adalah aspek petunjuk, bahasa,
dan isi.
84
Data mengenai hasil belajar matematika siswa diperoleh dari hasil tes yang
penskoran yang telah ditentukan. Butir-butir instrumen pada hasil belajar siswa
tes yang telah disusun divalidasi oleh ahli. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam
memvalidasi tes hasil belajar adalah aspek isi, pedoman penskoran jawaban, dan
bahasa.
menggunakan angket respons peserta didik. Angket respons siswa telah di validasi
oleh para ahli (validator) atau pakar pendidikan. Angket respons siswa diberikan
kepada seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Pemberian angket tersebut
1. Analisis Deskriptif
pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran, respons siswa, hasil belajar siswa
a) Keterlaksanaan Pembelajaran
kurangnya 75% dari semua kegiatan berada pada kategori Seluruh aspek terlaksana.
aktivitas siswa yaitu frekuensi setiap aspek pengamatan dibagi dengan aspek
Masing-masing siswa berada pada kelompoknya, (6) Siswa yang menjadi tutor
kepada tutor/ guru jika merasa kesulitan (bertanya), (8) Siswa menuliskan
pertanyaan pada selembar kertas lalu membentuknya seperti bola, (9) Siswa
melempar bola pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa yang
mendapatkan bola harus menjawab soal dalam kertas tersebut, (10) Siswa
memaparkan pada siswa lainnya soal yang telah dikerjakan, (11) Siswa membuat
5) Fase V (Evaluasi): (12) Mengerjakan soal kuis secara individu (tetap tenang)
87
6) Fase VI: Memberikan Penghargaan: (13) Siswa menerima reward kelompok dan
simpati
c) Hasil Belajar
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah nilai dari hasil pretest dan
pendekatan Saintifik.
Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest. Gain menunjukkan
peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Hal
berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi, yang dapat dihitung dengan
kuantitatif. Menurut Arikunto (2005), mengemukakan bahwa skala lima adalah suatu
pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori yaitu sebagai berikut:
Data respons siswa akan diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada
siswa setelah pembelajaran berakhir. Keefektifan dari aspek respons siswa diukur
89
dengan menggunakan kategori respons positif, agak positif, agak negatif, dan negatif.
sebagai berikut:
a) Menguji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan
sistem Statistical Package for Social Science (SPSS). Data populasi dapat dianggap
berdistribusi normal apabila p-value > α dengan taraf nyata α = 0,05, dengan syarat:
b) Pengujian Hipotesis
taraf signifikansi untuk menguji hipotesis digunakan α = 0,05. Jenis uji-t yang
H0 diterima jika Pvalue ≤ 0,05 dan H0 ditolak jika Pvalue > 0,05
c) Analisis Keefektifan
pembelajaran yakni apabila minimal dua dari tiga indikator keefektifan yang telah
ditetapkan yaitu
respons siswa.
Memenuhi kriteria efektif dengan syarat kriteria Hasil belajar harus dipenuhi.
T= Tinggi
S= Sedang
R= Rendah
Tabel 3. 16 Tabel 4.46 .Pencapaian Keefektifan Pembelajaran
3. Respons Siswa
a) Statistik rata-rata respons cenderug
siswa Positif
Abdurrahman & Garba. 2014. Influence of Laboratory Activities and Peer Tutoring
on Slow-Learners Achievement and Retention in Senior Secondary School
Trigonometry, KEBBI State Nigeria. International Journal of Advance
Research vol. 2, Issue 12.
Baiduri. 2017. Elementary School STudets’ Spoken Activities and their responses in
math learning by peer-tutoring. International Journal of Instruction Vol. 10,
No. 2.
Djamarah, S.B & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Cet. III; Jakarta, PT.
Rineka Cipta.
Fatihahrifah & Yustisia, Nisa. 2014. 71 Rahasia Sukses Menjadi Guru: Plus Ide-Ide
Hukuman Kreatif untuk Anak. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Firestone & Dauglas. 1975.” The Effecs of Reward and Punishment One Reaction
Times and Autonomic Activityi in Hyperactive an Normal Children”. Journal
of Abnormal Child Psycology 3 (3,201-216).
Gillies, R. 2002. The residual effect of cooperative learning experiences a two year
follow-up. The journal of educational research, 96(1,15-20).
95
Hasibuan, J.J. dkk. (1988). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Helma, R.F & Syarifuddin, H. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line pada
pembelajaran matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh. Jurnal
Pendidikan Matematika 3 (1) , 18-22.
Nuharini, Dewi & Wahyuni, Tri.2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk
kelas VII SMPdan MTs, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosadakarya.
Setiawan & Sujadi. 2015. “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Matematika dengan Snowball Throwing Siswa Kelas VIIc SMP Negeri II
Kokap Kulon Progo”. UNIUN : Jurnal Pendidikan Matematika (3)
Soejono, Ag. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV. Ilmu.
Sulastri, Sri. 2015. Penerapan Reward dan Punishment pada Siswa. (online)
(http://srisulistr.blog.upi.edu/2015/11/14/penerapan-rewarddanpunishment -
pada-siswa-4/diakses 26 Agustus 2016).
Suradi. 2005. Interaksi Siswa SMP dalam Belajar Matematika Secara Kooperatif.
Desertasi tidak diterbitkan. Surabaya. Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Surabaya.
Susanty, Henny. 2016. Use of the snowball Throwing Technique For Teaching Better
ESL Speaking. English Education Journal (EEJ). 7(1).
Susanto, A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group