Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(DPPPA) Bulukumba

1. Kondisi Umum DPPPA

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merupakan suatu

instansi yang dibentuk oleh Bupati Bulukumba dengan peraturan nomor 95 tahun

2016 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bulukumba dalam

rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan

pemerintahan, agar berdaya guna dan berhasil. DPPPA mulanya digabungkan

dengan BKKBN yang lebih dikenal dengan Badan Pemberdayaan Keluarga dan

Keluarga Berencana (BPPKB) pada tahun 2016 berhasil dipecahkan dan berdiri

sendiri kemudian berganti nama menjadi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak atau biasa disingkat dengan DPPPA.

2. Visi dan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bulukunba

Adapun visi dan misi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bulukumba, yaitu:

a. Visi

Dalam perencanaan pembangunan daerah, rumusan visi sangat berperan

penting karena dapat digunakan sebagai pedoman implementasi pembangunan.

Secara konseptual, visi adalah pandangan jauh kedepan dan bagaimana suatu
daerah harus di bawa agar konsisten dan tetap eksis, antisiatif, inovatif serta

realistis1

Berdasarkan keputusan Bupati Bulukmba, telah merumuskan visi Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bulukumba berdasarkan arah

kebijakan pembangunan tahun 2016-2021 yaitu Terwujudnya Kesetaraan Gender

dan Perlindungan Anak dalam Segala Aspek Kehidupan.

b. Misi

Sejalan dengan visi yang telah ditetapkan dengan melihat kondisi obyektif Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bulukumba dirumuskan misi

pembangunan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak di berbagai bidang.

2. Meningkatkan kualitas kelembagaan pengarustaamaan gender dan

pengarustamaan anak-anak.

3. Meningkatkan peran perempuan dan perlindungan anak dalam pembangunan2

3. Sarana dan Prasarana Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Kabupaten Bulukumba

Sarana dan prasarana adalah suatu alat penunjang keberhasilan atau suatu

proses yang dilakukan dalam pelayanan publik. Di Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) di Kabupaten Bulukumba, sarana

dan prasarana yang dapat mempermudah aktivitas tenaga kerja DPPPA dan

menjadi faktor penunjang keberhasilan dalam melakukan proses penanganan

terhadap perempuan dan anak. Adapun sarana dan prasaran yang tersedia yaitu :

a. Ruang rapat

b. Musholla

1
2
c. Perpustakaan mini

d. Dapur

e. Wc

f. Mobil Perlindungan Perempuan dan Anak

4. Jenis Pelayanan Yang di Berikan Kepada Korban Kekerasan Terhadap

Perempuan dan Anak

Dalam pelayanan yang diberikan kepada korban kekerasan terhadap perempuan

dan anak DPPPA bekerja sama dengan mitra yaitu instansi yang berada di

kabupaten Bulukumba diantaranya yaitu Dinas Sosial Bulukumba, Kepolisian

Daerah Bulukumba, RSUD Bulukumba dan Lembaga Swadaya Masyarakat,

sehingga dalam pemberian pelayanan di tentukan oleh kesepakatan diantara

instansi tersebut. Adapun jenis pelayanan yang diberikan yaitu :

a. Reintegrasi Sosial

b. Pendampingan Tokoh Agama

c. Rehabilitasi Sosial

d. Bantuan Hukum

e. Kesehatan

f. Pemulangan3

5. Bagian Umum dan kepegawaian Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kabupaten Bulukumba

Sub bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang kepala Sub

Bagian yang mempunyai tugas pokok membantu sekretaris dalam menyusun program,

kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan

3
umum dan kepegawaian Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.

Adapun tugas jabatan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yaitu :

a. Menyusun program dan kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

b. Menyusun pedoman atau petunjuk teknik pelaksaan kegiatan Sub Bagian

Umum dan Kepegawaian

c. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kepada bawahan.

d. Memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan

e. Mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melakukan penyusunan

perencanaan,program dan kegiatan

f. Menyusun analisis jabatan, beban kerja, Daftar urut kepangakatan dan

kenaikan gaji berkala.

g. Mengoordinasikan kegiatan pengumpula, pengolahan, penyajian, data dan

informasi serta fasilitas pelayanan informasi.

h. Melakukan perumusan kebijakan pembinaan, peningkatann kompetensi,

disiplin dan kesejahteraan pegawai Aperatur Sipil Negara (ASN)

i. Menyusun laporan tahun Dinas PP dan PA, Laporan Akuntabilitas KiNERJA

Instansi Pemerintah (LAKIP)

j. Menyusun laporan hasil pelaksaan kegiatan.

k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan4

4
Tabel 1.1

Jumlah karyawan DPPPA

Jumlah pegawai Perempuan Laki-laki

21 orang 15 orang 6 orang

Sumber : Kantor Dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak kabupaten

Bulukumba 2019

Berdasarkan pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada Dinas pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak Kabupaten bulukumba, ,memiliki 21 orang pegawai yang

diantara memiliki jabatan antara lain: Kepala dinas, sekertaris, kabid data dan informasi,

Kabid PP dan anak, kabid kesetaraan Gender, Kasi Analisis dan penyajian data, Kasi

kesetaraan Gender bidang sospolhuk, Kasi pel. Terpadu PP dan anak, Kasi perlindugan hak

perempuan, kasi Evaluasi dan Pelaporan, dan Kasi pemenuhan Hak dan perlindungan khusus

anak. Sedangkan yang didapatkan adalah pegawai di Dinas pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak, pegawai perempuan memiliki jumlah yang lebih unggul dibandingkan

dengan pegawai laki-laki

6. Profil DPPPA

Adapun profil DPPPA berdasarkan jabatan dan jenis kelamin yaitu

No Jabatan L P

5
6

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

18
7. Struktur Organisasi

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Lembaga


8. Sasaran Program

Keseluruhan program yang akan dikelola Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak (DPPPA) selama 5 tahun kedepan (2016-2021) diarahkan

untuk mencapai tujuan sebagaimana yang tercantum dalam visi dan misi Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Untuk selanjutnya pencapaian visi

dan misi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan menunjang

tercapainya visi dan misi Kabupaten Bulukumba selama 5 tahun kedepan. Penetapan

program dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 5 tahun

kedepan. Penetapan program prioritas mencerminkan urgensi permasalahan yang

hendak diselesaikan tanpa mengabaikan penyelesaian permasalahan lainnya, adapun

sasaran yang ingin dicapai oleh DPPPA yaitu:

a. Menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak

b. Meningkatkan pelayanan administrasi perkantoran, kualitas sumber daya

manusia, dan kualitas laopran capaian keuangan dan kinerja SKPD5

9. Jumlah Kekerasan Pada Perempuan

Perempuan kerap menjadi korban kekerasan, seperti fakta yang terjadi di

sekitar Kabupaten Bulukumba, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak telah bekerja sama dengan berbagai pemerintahan di Kabupaten Bulukumba

untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dan mencegah terjadinya kekerasan

terhadap perempuan.

5
Table 1.2

Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2018

No Bentuk Kekerasan Jumlah

1 Fisik 109

2 Psikis 13

3 Seksual 28

4 Eksploitasi 0

5 Traffucking 0

6 Penelantaran 3

7 Lainnya 3

Dapat dilihat dari table di atas Korban kekerasan terhadap perempuan sudah

sering kali terjadi, kekerasan fisik menjadi kekerasan terbanyak di tahun 2018, dan

semakin meningkat. Berdasarkan informasi dari hasil wawancara yang peneliti terima

dari ibu Hj. Sitti Hadrah yang merupakan Kepala Seksi Perlindungan Hak Perempuan

sebagai berikut:

“Kekerasan sekarang sudah banyak sekali, dan menjadi hal biasa lagi, seperti

sekarang ini laporan yang masuk dan diterima di DPPPA adalah kekerasan seksual,

bahkan pelaku kekerasan ini tidak lain dari keluaraganya sendiri”

Table Jumlah Kekerasan terhadap perempuan dan anak berdasarkan tempat kejadian

di Kabupaten Bulukumba Tahun 2018

NO Tempat Kejadian Jumlah


1 Rumah Tangga 37

2 Tempat Kerja 0

3 Sekolah 18

4 Lembaga Diklat 0

5 Fasilitas Umum 15

6 Lainnya 82

B. Karakteristik Informan

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 5 orang dan dipilih dengan

menggunakan tehnik purposive sampling, informan dipilih berdasarkan kriteria

tertentu, yaitu 4 orang pegawai instansi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (DPPPA), yakni Kepala Dinas DPPPA, Kepala Seksi

Perlindungan Hak Perempuan, Kabid Data dan Informasi DPPPA, Kasubag Umum

dan Kepagawaian, dan 1 orang ibu rumah tangga yang menjadi korban kekerasan

fisik. Berikut data lengkap 5 informan dalam penelitian ini yang akan dipaparkan

beberapa karakteristik dengan menyimak table berikut:

Table

No Nama/Inisial Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan KET.

(Tahun) kelamin

1 Hj. Umrah Perempuan S2 PNS Kepala Dinas

Aswani

2 Andi Perempuan S1 PNS Kabid Data

Nurgawati dan

Informasi
DPPPA

3 Hj. Sitti 57 Perempuan S1 PNS Kasi

Hadrah Perlindungan

Hak

Perempuan

DPPPA

4 Hasnah 45 Perempuan S1 PNS Kepala Sub

bagian

Umum dan

Kepegawaian

5 N.L 39 Perempuan SMP IRT Korban

kekerasan

fisik

Dari table di atas dapat dilihat beberapa informan yang dipilih peneliti yang

merupakan pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA)

dengan jabatan yang berbeda-beda yakni Kepala Dinas, Kabid Data dan Informasi, Kasi

Perlindungan Hak Perempuan dan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. Diantara

Informan yang diwawancarai ada salah satu informan yang merupakan korban kekerasan

fisik,yang pernah di pukuli dengan suaminya sendiri dalam jangka waktu yang cukup lama

dan berstatus sebagai Ibu rumah tangga.

Namun dalam hal ini mereka mempunyai presepsi yang berbeda dalam memahami

suatu permasalahan nantinya yang akan mengarah ke pro maupun kontra dalam memahami

Peran DPPPA dalam mengatasi korban kekerasan pada perempuan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengumpulkan data melalui observas, observasi dilakukan di kantor Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bulukumba dan wawancara

dilakukan dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Permpuan dan Perlindungan Anak dan staf

yang bersangkutan dalam penelitian ini.

C. Upaya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Dalam

Mengatasi Korban Kekerasan Pada Perempuan di Bulukumba

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah merupakan unsur

pelaksana dalam urusan pemerintahan yang dibentuk dalam rangka meningkatkan kelancaran

pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat,

agar berdaya guna dan berhasil. Dalam rumusan indikator kinerja DPPPA Kabupaten

Bulukumba menjadi ukuran dalam pencapaian tujuan dan sasaran Renstra sesuai dengan visi

dan misi DPPPA, dengan tujuan terlaksananya peningkatan kualitas PUG, Perlindungan

Perempuan dan Anak dan sasaran yang ditetapkan yaitu demi menurunkan kekersan terhadap

perempuan dan anak.

1. Program Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(DPPPA)

Salah satu Program Kerja DPPPA yang merupakan lembaga Pemerintahan dalam upaya

melaksanakan tugas dan fungsinya menyangkut upaya dalam pencegahan kekerasan terhadap

perempuan yaitu pelaksanaan kegiatan standar operasional prosedur (SOP), dengan judul

SOP sosialiasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan. Untuk tahap

awal sebelum melaksanakan kegitan sosialisasi DPPPA, dalam hal ini Kasub bagian program

pelaporan dan keuangan melakukan proses perencanaan menyangkut anggaran yang akan

digunakan dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi tersebut. Anggaran ditujukan untuk

memenuhi segala aspek-aspek yang menjadi pendukung dalam sosialisasi itu. Adapaun
perencanaan kegiatan sosialisasi dengan judul SOP sosialisasi dan advokasi kebijakan

perlindungan tenaga kerja perempuan di dalam DPPPA yaitu :

a. Menyusun SK kegiatan

b. Memeriksa Konsep SK kegiatan, menyetujui, membubuhkan paraf dan

menandatangani surat

c. Menyusun jadwal kegiatan sosialisasi

d. Mengadakan rapat persiapan pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan advokasi kebijakan

perlindungan tenaga kerja perempuan

e. Menyusun Konsep surat undangan dan daftar peserta yang akan di undang dalam

kegiatan sosialisasi.

f. Memeriksa konsep, membubuhkan paraf-menyetujui-menandatangani surat undangan

dan daftar peserta yang akan di undang dalam kegiatan sosialisasi

g. Menyebarkan kegiatan sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga kerja

perempuan.

h. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga kerja

perempuan.

i. Membuat laporan hasil kegiatan sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan

tenaga kerja perempuan.

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pelaksanaan Sosialisasi (DPPPA)

Dalam pelaksanaan sosialisasi bentuk komunikasi yang dilakukan adalah tatap

muka antara komunikator dengan audience. Komunikator dalam penyampaian

informasi akan memberikan kesempatan kepada audience untuk melakukan Tanya

jawab, yang menjadi komunikator disini adalah dari pihak-pihak DPPPA yang terkait
dalam sosialisasi tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini komunikator

dari pihak DPPPA memberikan pengarahan mengenai dampak dan resiko kekerasan

terhadap perempuan seperti yang dikemukakan Ibu Hj.Umrah Aswani:

“Kami menyebar luaskan informasi ke masyarakat bahwa tidak boleh

melakukan kekerasan terhadap perempuan atau anak karena kita dapat terkena

undang-undangnya, bahwa ketika kita melakukan kekerasan,seperti pemukulan. kita

akan mendapatkan sanksi dan ditangkap hanya dengan korban melapor kepolisi dan

memberikan bukti Visum, selain itu upaya kami itu dari DPPPA dengan menyebar

luaskan informasi terkait undang-undang kekerasan pada perempuan agar masyarakat

memahami dan tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan”

Selain dalam pemaparannya dalam sosialisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan anak juga melakukan penyebaran informasi melalui media-media informasi

lainnya, sebagaimana yang di utarakan salah satu pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak ibu Andi Nurgawati yaitu sebagai berikut:

“ upaya kami memang lebih fokus ke pencagahan, yaitu dengan melakukan

sosialisasi, namun sosialisasi bukan berarti satu-satunya upaya kami, kami juga

menyebarkan informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan dengan memasang poster-

poster atau spanduk dan juga di situs Web/Blog”

3. Rencana Penenentuan Strategi (DPPPA)

Dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan, Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak merumuskan beberapa strategi yang akan digunakan

yaitu:
a. Melaksanakan program yang terkait dengan perlindungan perempuan dan anak di

antaranya:

1. Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan.

2. Program peningkatan peran dan kesetaraan gender dalam pembangunan

3. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan

b. Membuat regulasi atau kebijakan yang terkait dengan PUG dan perlindungan anak

melalui pelaksanaan program penguatan kelembagaan pengurus utama gender dan

anak.

c. Meningkatkan pelayanan Administrasi perkantoran melalui pelaksanaan program

diantaranya:

1. Program pelayanan administrasi perkantoran

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aperatur

3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aperatur

4. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan

keuangan.

D. Kendala Yang di Hadapi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(DPPPA) Dalam Mengatasi Kekerasan Pada Perempuan di Bulukumba

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merupakan unsur pelaksana

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang bertanggung jawab

kepada Bupati Bulukumba dalam menyelenggarakan tugasnya, namun dalam

menyelenggarakan tugas terkadang mempunyai kendala yang disebabkan oleh

berbagai faktor. Sebagai mana yang disampaika Kepala Dinas DPPPA dan salah satu

pegawai DPPPA tentang berbagai macam kendala yang dihadapi dalam

menyelenggarakan tugasnya yaitu :


1. Faktor Finansial

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala DPPPA yang menjadi faktor

penghambat dari pelaksaan sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan

tenaga kerja perempuan adalah faktor finansial.

Pelaksanaan sosialisasi dapat terlaksana dengan baik apabila di dukung oleh

berbagai pihak. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya banyak pihak-pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga

kerja perempuan. Baik yang menjadi komunikator, peserta maupun dari pihak

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Hal ini tentu saja

membutuhkan biaya untuk pemenuhan komponen-komponen dalam sosialisasi

tersebut.

Dana atau anggaran untuk melaksanakan sosialisasi adalah bersumber dari

APBD. Anggaran ini akan terealisasi apabila sudah mendapatkan persetujuan dari

anggota DPRD tingkat Kabupaten, persyaratan untuk mendapatakan anggaran

pelaksanaan sosialisasi adalah dengan memberikan pelaporan kepada Pemerintah

Daerah Tingkat Kabupaten tentang rencana kegiatan sosialisasi yang akan

dilakukan. Kemudian untuk program sosialisasi berikutnya, persyaratan untuk

mendapatkan anggaran kegiatan, DPPPA harus memberikan pelaporan mengenai

kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Permasalahan ini sudah

pasti akan menghambat kinerja DPPPA itu sendiri, terlebih lagi jika DPPPA ingin

melakukan sosialisasi berikutnya karena hal ini merupakan strategi yang paling

penting dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan yang semakin

meningkat. Dan ditindak lanjuti dengan langkah pencegahan. Untuk itu, harus

lebih memperkuat langkah dan strategi pencegahan ini. Karena kekerasan

merupakan ancaman bagi kaum perempuan yang memang sudah di takdirkan


lebih mengenaik kekuatan fisik dibandingkan dengan laki-laki. Dapat dilihat dari

penjelasan diatas bahwa anggaran sangat berperan penting dalam mencapai tujuan

DPPPA, Seperti yang dikemukakan Ibu Hj. Umrah Aswani yaitu:

“ Salah satu yang menjadi penghambat bagi kami dalam melaksanakan sosialiasi

adalah anggaran, karena kurangnya anggaran sehingga kami hanya sosialisasi dalam

kecamatan saja, belum keluar di desa-desa atau pedalaman yang ada di Bulukumba”

2. Akses dan Letak Geografis

Salah satu faktor penghambat DPPPA dalam mensosialisasikan mengenai

kebijakan perlindungan perempuan yaitu akses dan geografis yang ada di

Kabupaten Bulukumba. Daerah perbukitan yang terjal dan terpencil seperti

Kahayya yang merupakan salah satu daerah di Bulukumba yang memiliki akses

jalan dan letak geografis yang sulit di jangkau petugas DPPPA dalam

mensosialisasikan dan melakukan pelayanan secara maksimal. Seperti yang

dikemukakan Ibu Hj.Sitti Hadrah yaitu :

“ Kendala DPPPA dalam melaksakan tugas dan fungsinya ialah akses dan letak

geografis, seperti yang diketahui masih ada daerah yang sulit dijangkau

kendaraan umum, sehingga kami selaku petugas DPPPA belum dapat mengakses

ke tempat tersebut”

3. Kurangnya Kerja Sama Dengan Masyarakat

Salah satu faktor penghambat DPPPA Bulukumba adalah kurangnya kerja sama

dengan masyarakat, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui

adanya DPPPA dan apabila ada masalah mengenai kekerasan terhadap perempuan

dan anak masyarakat hanya berfokus kepada pihak yang berwajib yang dimaksud

adalah Polisi, sehingga pihak DPPPA disini dalam menangani kasus Kekerasan

terhadap perempuan maupun anak ia lebih mengandalkan polisi (Kanit PPA),


sehingga tugas dan fungsinya tidak berjalan dengan baik, seperti yang

dikemukakan NR yang perna menjadi korban kekerasan fisik yaitu:

“ saya pernah di aniaya suami dalam waktu yang lama sehingga saya memutuskan

untuk melapor ke Polres Bulukumba karena belum tau mengenai DPPPA”

Dari informasi yang peneliti dapatkan dari DPPPA bahwa ia bertemu dengan

korban di Kanit PPA (Polres Bulukumba) jadi apabila ada kasus barulah pihak

polisi yang memberi informasi ke DPPPA untuk melakukan pendampingan.

4. Tidak Memiliki Psikolog

Salah satu penghambat DPPPA dalam melaksanakan tugasnya adalah tidak

memiliki Psikolog, seperti yang diketahui bahwa psikolog sangat berperan penting

untuk membantu korban atau klien untuk mengatasi masalah yang memengaruhi

kondisi mental dan kesehatan korban, seperti yang dikemukakan ibu :

“ salah satu kendala kami disini yaitu kami tidak memiliki psikolog, sehingga

kami sulit untuk menilai keadaan pikiran klien”

Anda mungkin juga menyukai