Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMPLEMENTASI DALAM PENGUATAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI


DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLIDUNGAN ANAK
KABUPATEN KOLAKA TIMUR

MUHAMMAD SAHLAN, S.Ag


CAMAT LALOLAE
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL...............................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................4
1.3 Outcome....................................................................................................................4
BAB II KONDISI DINAS PADA SAAT INI...................................................................5
2.1 POTENSI DINAS.....................................................................................................5
2.1.1 Sumber Daya Manusia.....................................................................................5
2.2 Arah Kebijakan Dinas Pemeberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Kolaka Timur.........................................................................................6
2.2.1 Program dan Kegiatan......................................................................................7
BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN CARA
PENYELESAIAN MASALAH..........................................................................8
BAB IV INOVASI YANG AKAN DILAKSANAKAN...............................................12
BAB V PENUTUP............................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada umumnya suatu organisasi melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Suatu organisasi publik untuk mencapai tujuan dibutuhkan strategi yang
mampu merencanakan program-program secara matang dengan memperhatikan masa yang
akan datang dan melaksanakan rencana yang telah dibuat dengan optimal. Organisasi
memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk melaksanakan strategi organisasi secara
efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, dengan tercapainya sebuah
tujuan, manajemen organisasi dapat mengukur kinerja yang ada pada organisasi tersebut.
Setiap organisasi publik harus bekerja sebaik mungkin dalam melayani masyarakatnya.
Setiap organisasi memiliki strategi organisasi untuk mengukur keaktifan dari organisasi
tersebut.
Organisasi publik memiliki misi yang sangat strategis yakni memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat. Dengan mengingatnya isu kekerasan terhadap perempuan yang
sangat ironis dan menjadi masalah yang memprihatinkan merupakan tugas organisasi publik
untuk mengatasinya. Munculnya beberapa kasus seperti tindak kriminalitas, kerusakan moral,
pemerkosaan, penganiayaan, pelecehan seksual dan perempuan serta anak- anaklah yang
menjadi korbannya. Tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak ini dapat terjadi di
dalam rumah tangga (domestik) maupun di masyarakat (publik).
Kekerasan merupakan isu yang sangat kompleks baik di negara maju maupun
berkembang seperti halnya di Indonesia. Terlebih fenomena tindakan kekerasan yang dialami
perempuan dan anak saat ini cenderung dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kekerasan
terhadap perempuan adalah Segala bentuk kekerasan berbasis jender yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan- penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenangwenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan
pribadi.
Banyak orang mulai memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM) anak mengingat saat
ini banyak sekali terjadi pelanggaran terhadap hak–hak anak. Banyak kasus-kasus
pelanggaran HAM terutama pada anak yang menjadi sorotan dan menyita perhatian publik.
Banyak anak dijual dan disiksa, anak yang terkena penyakit turunan dari orang tua dan
mengalami gizi buruk. Jika kita melihat ini adalah potret yang sangat menyedihkan, anak
yang seharusnya mendapatkan perhatian kasih sayang dan cinta malah mendapatkan
perlakuan yang tidak seharusnya seperti itu. Sedangkan pada perempuan, tindakan kekerasan
memiliki dampak yang cukup serius untuk para korban atau para perempuan.

2
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi: “Kekerasan dalam Rumah Tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”.
Pasal tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah bersama masyarakat
berkewajiban melakukan upaya pencegahan, perlindungan, pemulihan terhadap korban
kekerasan berbasis gender dan anak. Sesuai dengan apa yang diamanatkan didalam undang-
undang tersebut, maka untuk menjamin perlindungan korban dari tindakan kekerasan yang
dari tahun ke tahun meningkat. Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan
untuk menjadi korban kekerasan walaupun kecenderungan akhir-akhir ini kelompok ini juga
menjadi kelompok pelaku pada perempuan dan anak lainnya.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan tugas
dalam pemberdayaan perempuan serta perlindungan anak, antara lain meningkatkan
pemahaman dan peran serta masyarakat dalam Kekerasan terhadap perempuan dan
perlindungan anak, membangun sistem dan jejaring pengawasan pada kekerasan terhadap
perempuan dan perlindungan anak, meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas
kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak, meningkatkan kuantitas dan kualitas
laporan pengawasan Kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka Timur
adalah salah satu atau bagian dari “good governance” (Kepemerintahan yang baik) yang
bertugas untuk mewujudkan tujuan dari perannya yaitu melindungi hak-hak perempuan dan
anak yang ada di Kabupaten Kolaka Timur. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentu harus
melaksanakan perannya secara efektif agar diketahui sejauh mana ketercapaian tujuan atau
seberapa besar tujuannya sudah tercapai.
Dalam rangka mengimplementasikan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur bermaksud menyelenggarakan
Kegiatan Assesment Kompetensi Bagi Pejabat Esselon IIB di Lingkungan Pemerintah Kolaka
Timur. Adapun tujuan kegiatan assesment untuk menyiapkan profil kompetensi bagi Pejabat
Pemerintah Daerah.

I.2. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti Proses Assesment /Promosi Jabatan Secara Terbuka Untuk Posisi
Jabatan Kepala Dinas pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Kolaka Timur.

3
I.3. Outcome
Adanya pemetaan kompetensi bagi calon pejabat Aparatur Sipil Negara di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur.

4
BAB II

KONDISI DINAS PADA SAAT INI

2.1 POTENSI DINAS

2.1.1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja suatu organisasi. Dalam menunjang pelaksanaan Dinas,
Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan
Anak Kabupaten Kolaka Timur saat ini terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai
Negeri Sipil. Jumlah PNS sebanyak 25 Orang, Non PNS sebanyak 15 orang.
Tabel 2.1 Jabatan Struktural di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan
Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2023

No. Jabatan Jumlah


1 2 3 4 5
1 Struktural a. Kepala Dinas -
b. Sekretaris 1
c. Kepala Bidang 3
d. Kasubag. Umum dan Kepegawaian 1
d. Kasubag. Perencanaan dan Keuangan 1
e. Kepala Seksi 7
2 Fungsional Umum f. Staf 12
3 Pegawai Kontrak g. - 15
Jumlah 40
Sumber: Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian DPPA Kab. Kolaka Timur Tahun 2022

Ditinjau dari golongan Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlidungan Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2023 adalah sebagai
berikut:
Golongan IV : 3 Orang
Golongan III : 18 Orang
Golongan II : 4 Orang
Pegawai Kontrak : 15 Orang

Ditinjau dari eselon Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlidungan Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2023 adalah sebagai
berikut:

Eselon III : 4 Orang


Eselon IV : 9 Orang
Staf PNS : 12 Orang
Staf Non PNS : 15 Orang

5
Ditinjau dari tingkat pendidikan pegawai pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlidungan Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Pegawai di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan
Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2023
No. Pendidikan PNS Kontrak Jumlah
1 2 3 4 5
1 Strata Dua (S2) 4 - 4
2 Strata Satu (S1) 17 10 27
3 Diploma Tiga (D3) 4 5 9
4 Diploma Dua (D2) - - 0
5 SLTA - - -
Jumlah 25 15 40
Sumber: Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian DPPA Kab. Kolaka Timur Tahun 2023

2.2. Arah Kebijakan Dinas Pemeberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kabupaten Kolaka Timur

Arah Kebijakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten


Kolaka Timur di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya ditentukan berdasarkan
arah fokus tujuan pelayanan Dinas Pemeberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Kolaka Timur yakni sebagai berikut :
1. Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender
2. Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak
3. Penguatan Sistem Informasi gender dan anak
Di sisi lain, untuk menunjang program dan kegiatan Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka Timur selaras dengan visi misi Kabupaten Kolaka
Timur yakni "SEJAHTERA BERSAMA MASYARAKAT KOLAKA TIMUR YANG
AGAMIS, MAJU, MANDIRI DAN BERKEADILAN". Adapun tujuan dan sasaran Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2021 –
2026 adalah:
1. Meningkatkan upaya Perlindungan dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak
2. Meningkatnya layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan dan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
3. Meningkatkan keberdayaan dan kesetaraan gender dalam berbagai bidang pembangunan
di Kabupaten Kolaka Timur.
4. Meningkatnya implementasi kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
pembangunan.
5. Meningkatkan ketersediaan data gender dan anak yang berkualitas.
6. Meningkatnya penyajian data gender dan anak di tingkat Kabupaten.
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Aparatur Sipil Negara serta sarana sarana prasarana
penunjang pelaksanaan urusan sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka Timur.

6
8. Meningkatnya kualitas dan kuantitas aparatur sipil negara serta sarana prasarana.

2.2.1. Program dan Kegiatan


Dalam rangka mendukung pelaksanaan arah kebijakan dan meningkatkan capaian
kinerja berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka Timur didukung oleh program dan kegiatan. Program dan
Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah :
1 Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah
2 Program Pengarusutamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
3 Program Perlindungan Perempuan
4 Program Peningkatan Kualitas Keluarga
5 Program Pengelolaan Sistem Data Gender dan Anak
6 Program Pemenuhan Hak Anak
7 Program Perlindungan Khusus Anak

7
BAB III

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN CARA PENYELESAIAN MASALAH

Berbagai literatur banyak membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak, khususnya di ranah domestik. Berbagai teori
dan perspektif juga di jadikan dasar dalam menganalisa fenomena kekerasan tersebut.
Perspektif gender beranggapan tindak kekerasan terhadap istri dapat dipahami melalui
konteks sosial.
Jika dihubungkan antara pandangan dan perspektif diatas dengan kondisi dilapangan,
dimana faktor utama dari penyebab atau pemicu terjadinya kekerasan pada perempuan dan
anak khususnya dalam lingkup rumah tangga antara lain :
1. Faktor ekonomi, walaupun faktor ini dianggap kuno dan tidak ada batasan yang pasti,
karena orang yang mampu dengan orang yang tidak mampu secara ekonomi sama-sama
punya peluang terjadi kekerasan. Pada faktanya banyak ditemukan kasus kekerasan
dalam rumah tangga di picu oleh kondisi ekonomi yang sulit.
2. Faktor kecemburuan Sosial, karena suami atau istri yang pencemburu, sifat pencemburu
baik suami maupun istri juga merupakan faktor utama terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga, yang mana pasangan saling serang dan tidak saling percaya lagi.
3. Suami merasa berkuasa yang didukung oleh adat kebiasaan bahwa surga seorang istri ada
dikaki suami, sehingga hal ini diartikan bahwa istri diperbolehkan diperlakukan
sesukanya.
4. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin. Faktor ini juga mendominasi
penyebab kekerasan dalam rumah tangga.
5. Ikut campurnya pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga daripihak suami/istri,
terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan terhadap istri.
6. Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil, Suami memang suka berlaku
kasar, kebiasaan suami melakukan kekerasan terhadap istri secara berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan. Selain itu juga pengalaman pernah mengalami kekerasan
pada masa kanak- kanak.
7. Karena suami suka berjudi dan minuman alkohol, kebiasaan berjudi dan minum alkohol
biasanya berkorelasi positif dengan perilaku negatif lainnya, termasuk perilaku agresif
dan kejam.
Selain dari pada beberapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat
dan keluarga, kekerasan terhadap anak juga dapat diakibatkan oleh lemahnya pengawasan
dan penindakan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga para pelaku kekerasan tidak jera
dalam melakukan tindakan kekerasan.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dilaksanakan dan mencapai target yang sudah
ditetapkan maka salah satu cara yang cukup efektif adalah mengidentifikasi masalah yang
8
mungkin akan muncul serta menemukan cara penyelesaian masalahnya. Identifikasi
permasalahan yang muncul dan cara penyelesaian masalahnya disajikan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 3.1. Identifikasi Masalah dan Cara Penyelesaian Masalah

No. Identifikasi Masalah Penyelesaian Masalah

1 Aspek Pemberdayaan Perempuan

1. Pengarusutamaan Gender belum 1. OPD harus menuangkan PPRG menjadi dasar


sepenuhnya diimplementasikan menjadi dalam pencapaian kinerja Program Kegiatan
strategi pembangunan seluruh sektor. 2. Meningkatkan koordinasi lintas sektor
2. Dokumen perencanaan penganggaran lainnya ( Dinas tenaga kerja, disperidakop,
belum seluruhnya disusun berdasarkan Perbankan) dalam upaya meningkatkan
Perencanaan dan Penganggaran keberhasilan program peningkatan
Responsif Gender (PPRG). pendapatan perempuan.
3. Belum terbentuknya sistem informasi 3. Komitmen Pemerintah Pusat dan daerah
data gender dan anak (data pilah) yang dalam mendukung urusan pemberdayaan
aktif. perempuan dan perlindungan anak dan
4. Keterlibatan perempuan di lembaga kelompok difabel.
legislatif relatif rendah, terlihat dari rasio 4. Meningkatkan pelaksanaan regulasi yg
Keterwakilan perempuan dalam memandatkan layanan bagi perlindungan
parlemen. Perempuan oleh Negara yang termuat dalam
5. Kesenjangan pendapatan antara laki-laki Renstra DPPA.
dan perempuan tergolong tinggi, terlihat 5. Meningkatkan ketersediaan data dan
dari pendapatan yang diperoleh informasi terkait Perhitungan Data Korban
penduduk laki-laki lebih tinggi dari Kekerasan melalui online (SIMFONI PPA)
pendapatan penduduk perempuan. yang sesuai dengan fakta lapangan.
6. Minimnya pelaku usaha ekonomi 6. Meningkatan ketersediaan dukungan dengan
perempuan yang terdaftar. mitra kerja dalam implementasi PUG
7. Pencabutan kewenangan dalam (Universitas, PT, Dunia Usaha, dan lain
Perlindungan Perempuan dan anak sebagainya).
korban kekerasan akan di tindaklanjuti 7. Mengoptimalkan fungsi koordinasi
dengan pembentukan UPTD PPA(dalam Forkopimda bagi perlindungan perempuan
proses). dan anak.
8. Jumlah dan kualitas Lembaga pemerhati 8. Meningkatkan Peran Fungsi dan kewenangan
perempuan mengalami penurunan, unit pelayanan terpadu Daerah bidang PPPA
sehingga perlu dilakukan peningkatan lainnya.
partisipasi. 9. Menyediakan Sistem Informasi yang menjadi
Pusat Layanan Terpadu bagi pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
2 Aspek Perlindungan Anak

1. Terjadinya berbagai praktik buruk yang 1. Memberikan penguatan dalam bentuk Perda
mengancam hak-hak anak, seperti yang memuat regulasi daerah tentang
perkawinan anak, anak jalanan dan anak penurunan angka Perkawinan Usia Anak.
berhadapan dengan hukum (ABH), anak 2. Meningkatkan komitmen para pemangku
korban pornografi, anak korban kepentingan dalam pengembangan Forum
trafficking , anak korban kekerasan. Anak
2. Belum adanya Komitmen OPD untuk 3. Penguatan kelembagaan dan organisasi
pelaksanaan Pengarusutamaan hak Anak Pemerhati Perlindungan Anak dan OPD
(PUHA). dalam menyuarakan PUHA.
3. Pudarnya fungsi keluarga dan lingkungan 4. Meningkatan ketersediaan dukungan dengan
sekitar dalam penanaman nilai-nilai mitra kerja dalam implementasi PUG
luhur untuk menunjang tumbuh (Universitas, PT, Dunia Usaha, dan lain
kembang anak sebagainya) dalam pemenuhan dan
4. Kesenjangan fasilitas publik dengan perlindungan anak.
fasilitas ramah anak masih cukup tinggi 5. Menyediakan mekanisme pendataan
(sekolah, puskesmas, dan lain
anak korban kekerasan melalui Simfoni,
sebagainya).
Indeks Komposit Kesejahteraan
9
5. Pemenuhan hak partisipasi anak dalam Anak(IKKA).
perencanaan pembangunan memerlukan 6. Menjadikan Isu anak menjadi isu
wadah dan dukungan semua pihak. strategis oleh seluruhsektor terhadap
6. Sasaran dalam pelaksanaan beberapa instansi terkait.
perlindungan perempuan dan anak
memerlukan ketepatan data.
7. Tidak semua korban memahami
adanya layanan rujukan korban
kekerasan.
8. Adanya mutasi pegawai pada bidang
teknis perlindungan anak sehingga
layanan perlindungan anak mengalami
hambatan untuk penyesuian.

3 Aspek Sumber Daya Manusia

1. Belum optimalnya kualitas pelayanan 1. Meningkatkan konsistensi dalam penempatan


informasi publik pemberdayaan jabatan aparatur dengan keilmuan atau peta
perempuan dan perlindungan anak. jabatan.
2. Hasil Evaluasi kinerja belum dijadikan 2. Perlu peningkatan kualitas / keterampilan
sebagai pedoman perbaikan kinerja ASN terutama dalam penguasaan IT untuk
yang akan datang. menunjang pekerjaan.
3. Kurang memadainya sarana dan 3. Perlunya dukungan anggaran dalam
prasarana untuk menunjang pelayanan peningkatan ketersediaan sarana dan
perangkat daerah. prasarana di dalam melaksanakan tugas dan
4. Adanya Mutasi Pegawai pada bidang kegiatan.
teknis menghambat proses pelayanan. 4. Meningkatkan fungsi sistem kepegawaian
5. Belum optimalnya penggunaan SOP yang tersedia untuk menunjang peningkatkan
dalam pelayanan internal sehingga penilaian capaian kinerja ASN (SAO, SKP,
berpengaruh terhadap layanan publik. ANJAB).
6. Capaian kinerja belum sepenuhnya 5. Adanya kesempatan bagi ASN untuk
optimal, karena capaian bersifat lintas mengikuti Bimtek guna peningkatan Kualitas
sektor. SDM.

10
BAB IV

INOVASI YANG AKAN DILAKSANAKAN

Dengan memperhatikan faktor pendorong dan penghambat serta permasalahan yang


dihadapi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kolaka
Timur, maka dalam rangka untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, maka inovasi yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pelaksanaan (Pengarusutamaan Gender) PUG melalui PPRG dan ARG
dalam pembangunan daerah secara optimal dengan tujuan Meningkatkan pelaksanaan
PUG melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dan Anggaran
Responsif Gender (ARG).
2. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat dalam mewujudkan kesetaraan gender
dengan tujuan meningkatkan peran serta dan partisipasi perempuan dalam pembangunan
daerah.
3. Meningkatkan kebijakan pelaksanaan tumbuh kembang, perlindungan dan pemenuhan
hak anak dengan tujuan meningkatkan perlindungan bagi Perempuan dan anak dari
korban kekerasan dalam pelayanan terpadu secara berkualitas serta penurunan angka
perkawinan usia anak.
4. Mendukung dan memberikan ruang dalam rangka meningkatkan peran aktif perempuan
dalam pembangunan, keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam proses politik dan
jabatan publik dengan tujuan meningkatkan pelaksanaan PUG melalui Perencanaan dan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dan Anggaran Responsif Gender (ARG).
5. Mendorong Tercapainya Pembangunan yang Berkeadilan dengan tujuan Meningkatkan
kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
melalui status formal oleh pemerintah.
6. Mendorong penurunan tingkat kemiskinan perempuan.
7. Meningkatkan dukungan sistem teknologi informasi yang dapat mendukung upaya
pelaksanaan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
8. Meningkatkan dukungan koordinatif dengan Instansi-Instansi terkait di dalam
memberikan perlindungan terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
khususnya dalam segmen Fasilitator dalam penyediaan fasilitas pengaduan, Konselor
melalui konseling kepada korban yang dilakukan oleh psikolog dan tim untuk pemulihan
trauma, serta Mediator dalam memberikan mediasi dan melakukan pendekatan kepada
korban tindak kekerasan dengan pelaku.
9. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi dengan tujuan Mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

11
12
BAB V
PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan informasi dan manfaat bagi dalam
rangka implementasi dalam penguatan tugas pokok dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlidungan Anak Kabupaten Kolaka Timur.

13

Anda mungkin juga menyukai