Anda di halaman 1dari 129

[Type text]

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA,


PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

Perempuan dan anak masih menjadi prioritas


program Sustainable Development Goals (SDGs) karena
secara stereotip, perempuan dan anak adalah manusia
lemah yang perlu dilindungi. Selain itu, masih banyak
kekerasan dan tindakan kriminal lainnya yang melibatkan
perempuan dan anak sebagai korban. Oleh sebab itu,
Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak berusaha untuk mengeliminasi tindakan kekerasan,
e ksploitasi, diskriminasi, kemiskinan, dan juga kesulitan
dalam mengakses pendidikan yang dialami oleh
perempuan dan anak. Berkat program-program tersebut,
terjadi peningkatan kualitas hidup perempuan serta
perlindungan terhadap perempuan dan anak yang diukur
melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), dan Indeks Perlindungan
Anak (IPA).

IPG memiliki dimensi yang sama dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), namun
IPG lebih memperhitungkan capaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Kualitas
hidup yang diukur adalah dalam bidang kesehatan melalui Angka Harapan Hidup, bidang
pendidikan melalui Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah, serta bidang
ekonomi yang mengukur pengeluaran per kapita. Pada tahun 2022, Indeks Pembangunan
Gender Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mencapai 94,61, berada di atas angka rata-
rata nasional. Sementara itu IDG adalah indeks komposit yang dihitung berdasarkan
keterlibatan perempuan di parlemen, perempuan sebagai tenaga manajer professional,

Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD


Profil Provinsi Sulawesi
Gender dan UtaraDP3AD Provinsi Sulawesiii iv
Anak 2022
ii
[Type text]

administrasi, teknisi serta sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja Kabupaten


Bolaang Mongondow Selatan sebesar 79,07.

Indeks Perlindungan Anak (IPA) mengukur pencapaian pemenuhan hak anak dan
perlindungan khusus anak. Cara mengukur Indeks Perlindungan Anak adalah melalui lima
indikator yang disepakati: (1) Pemenuhan Hak Sipil dan Kebebasan, (2) Lingkungan Keluarga
dan Pengasuhan Alternatif, (3) Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, (4) Pendidikan dan
Pemanfaatan Waktu Luang, (5) Perlindungan Khusus. Pada tahun 2020, IPA Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan berada pada angka 65,62.

Buku Profil Gender dan Anak akan memuat banyak ketersediaan data mengenai
perempuan dan anak. Dengan demikian, informasi ini diharapkan akan menjadi acuan bagi
penyusunan rencana kebijakan dan juga bahan evaluasi program peningkatan kualitas hidup
perempuan dan anak, sehingga akselerasi pembangunan berkelanjutan lebih mudah dicapai.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, kiranya Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa memberkati usaha dan kerja kita bersama membangun Bolsel yang makin maju.

Bolaang Uki, September 2022

Kepala Dinas PPKBPPPA\

Dra. Suhartini Damo,ME


Pembina Utama Muda
NIP. 19660731 199203 2 002

iii
[Type text]

KATA PENGANTAR
Pembangunan di berbagai bidang ditujukan untuk seluruh penduduk, tanpa
membedakan laki-laki atau perempuan. Dalam kenyataannya hasil pembangunan belum
dirasakan sama antara laki-laki dan perempuan. Itulah sebabnya, pengukuran tingkat
kesejahteraan masyarakat di Indonesia, yang selama ini menggunakan parameter manusia
tanpa memandang jenis kelamin, saat ini telah menggunakan parameter perempuan dan laki-
laki. Dampaknya sangat positif yang ditandai dengan makin terkikisnya berbagai
ketimpangan pelayanan publik terhadap perempuan dan laki-laki yang secara langsung
menyebabkan peningkatan kesetaraan dan keadilan gender dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2022
dihadirkan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai capaian-capaian terukur
dari pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan berbasis Kesetaraan Gender dan
Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA), serta menyediakan data dan informasi terukur untuk
menjadi dasar perencanaan kebijakan, program dan kegiatan ke depan. Data-data yang
dibahas dalam buku ini umumnya adalah data tahun 2021, yang telah dipublikasikan secara
resmi oleh instansi penanggung jawab.

Diperlukan berbagai masukan konstruktif untuk penyempurnaan buku edisi


selanjutnya karena penyusunan Profil Gender dan Anak Provinsi Sulawesi Utara akan menjadi
agenda tahunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagaimana mestinya.

Bolaang Uki, September 2022

Tim Penyusun

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel v


[Type text]

DAFTAR ISI

halaman

Sambutan.......................................................................................................................................................................................... iii

Kata Pengantar................................................................................................................................................................................. v

Daftar Isi............................................................................................................................................................................................ vii

Daftar Gambar................................................................................................................................................................................. xi

Daftar Tabel................................................................................................................................................................................... xvii

Daftar Lampiran............................................................................................................................................................................ xxi

Bab I. Pendahuluan.........................................................................................................................................................................1

Latar Belakang 2

Tujuan 4

Sasaran 4

Hasil yang diinginkan 5

Sistematika Penyajian 5

Bab II. Gambaran Umum..............................................................................................................................................................7

Visi dan Misi 8

Aspek Geografi 8

Gambaran Demografi 10

Bab III. Profil Gender Bolaang Mongondow Selatan.....................................................................................................15

Latar Belakang Pentingnya Kesetaraan Gender..............................................................................................................................................16

Pendidikan 17

Jumlah Penduduk Usia Sekolah (≤ 20 Tahun).............................................................................................................................18


Jumlah Murid SD, SMP, SMA, dan SMK............................................................................................................................................................. 20
Rata-rata Lama Sekolah 20
Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi........................................................................................................................................22
Angka Partisipasi dalam Pendidikan....................................................................................................................................................................23
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 23
Angka Partisipasi Kasar (APK) 26
Angka Partisipasi Murni (APM) 29

Kesehatan 32

Status Kesehatan 33
Akses Kesehatan Masyarakat 35
3.3.3 Keluarga Berencana.................................................................................................................................42

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab.dan


Profil Gender Bolsel
Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi vii
vi
[Type text]

Sosial dan Ketenagakerjaan.................................................................................................................................................................................... 47

Masalah Sosial 47
Masalah Ketenagakerjaan 49
Partisipasi Angkatan Kerja 49
Perempuan sebagai Pekerja Migran 51
Status pekerjaan & Upah Pekerja 52
Penduduk yang Bekerja dan Lapangan pekerjaan Utama..........................................................................................................................54
Pekerja Tidak Penuh 55
Tingkat Pengangguran Terbuka 57

Perempuan di Sektor Publik.................................................................................................................................................................................... 58

Peran Perempuan Bolaang Mongondow Selatan dalam Pembangunan.............................................................................................58


Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif...................................................................................................................................................60
Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif dan Eksekutif......................................................................................................................62
Partisipasi Perempuan dalam Profesi Guru.......................................................................................................................................................64
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG)...............................................................................................................................66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)..................................................................................................................................................................66


Indeks Pembangunan Gender (IPG).....................................................................................................................................................................67
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)................................................................................................................................................................... 76

Bab IV. Kekerasan dan Perlindungan Terhadap Anak dan Perempuan.................................................................79

Gambaran Kasus Kekerasan.................................................................................................................................................................................... 81

Perlindungan Hak Perempuan Lanjut Usia (LANSIA)....................................................................................................................................86

Bab V. Profil Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan....................................................................................89

Struktur Penduduk Usia Anak.................................................................................................................................................................................90

Hak Sipil dan Kebebasan93

Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif..........................................................................................................................................98

Pengasuhan Alternatif / Keberadaan Orang Tua Kandung........................................................................................................................98


Perkawinan Usia Anak 99
Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan Anak......................................................................................................................................................105

Penolong Persalinan 106


Penolong Kelahiran Pertama 109
Penolong Kelahiran Terakhir 109
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 111

3.3.3 Keluarga Berencana.................................................................................................................................42

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel vii


[Type text]

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) 114

Imunisasi 117
Keluhan Kesehatan pada Anak 119

Pendidikan Anak 122

Perlindungan Khusus 127

Balita Terlantar 129


Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)........................................................................................................................................................129
Anak Pelaku Tindak Pidana 131
Anak Korban Tindak Pidana 132
Pekerja Anak 133

Indeks Perlindungan Anak (IPA), Indeks Pemenuhan Hak Anak (IPHA), dan Indeks
Perlindungan Khusus Anak (IPKA)...................................................................................................................137

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA).................................................................................................................................................................... 143

Bab VI. Pelayanan Publik.........................................................................................................................................................145

P2TP2A 146

SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak)................................................................................153

LAMPIRAN.....................................................................................................................................................................................155

3.3.3 Keluarga Berencana.................................................................................................................................42

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel vii


[Type text]

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Persentase Penduduk Usia Sekolah Berumur 5 tahun Ke Atas Status Bersekolah
menurut Kecamatan, 2021..................................................................................................... 19

Tabel 3.2 Jumlah Murid menurut Jenjang Pendidikan yang Sedang Diikuti Tahun Ajaran
2021/2022.................................................................................................................................... 20

Tabel 3.3 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Bolsel Berusia 25 Tahun Ke Atas
menurut Kecamatan Tahun 2019-2021.............................................................................22

Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Bolsel berumur 7-12 Tahun, 13-15 Tahun
dan 16-18 Tahun menurut Jenis Kelamin, 2017-2021.................................................24

Tabel 3.5 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Bolsel 2021......................................................26

Tabel 3.6 Angka Partisipasi Kasar Penduduk Bolsel menurut Jenjang Pendidikan dan
Jenis Kelamin, 2017-2021....................................................................................................... 27

Tabel 3.7 Angka Partisipasi Murni Penduduk Bolsel menurut Jenjang Pendidikan dan
Jenis Kelamin, 2017-2021....................................................................................................... 30

Tabel 3.9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Apakah
Pernah Rawat Jalan, 2021....................................................................................................... 38

Tabel 3.10 Persentase Penduduk Bolsel yang mempunyai keluhan kesehatan Menurut

Tempat Rawat Inap, 2021....................................................................................................... 41

Tabel 3.11 Persentase penduduk perempuan berumur 15-49 tahun yang pernah kawin
dan sedang ber KB menurut jenis alat KB, 2021............................................................46

Tabel 3.12 Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif Sulawesi Utara...................................61

Tabel 3.13 Jumlah Guru Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Bolsel 2021 *)...........65

Tabel 3.14 IPM Kabupaten Bolsel 2017-2021..................................................................................... 67

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab.dan


Profil Gender Bolsel
Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi xvii
x
[Type text]

Tabel 3.15 Indeks Pembangunan Gender Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2021.........68

Tabel 3.16 Status Pembangunan Manusia Kabupaten Bolsel menurut Jenis Kelamin Tahun
2021................................................................................................................................................ 73

Tabel 3.17 Indeks Pemberdayaan Gender dan Komponen Penyusunnya, 2019-2021.........77

Tabel 4.1 Jumlah Kasus Kekerasan P e r e m p u a n yang Ditangani P2TP2A PPA Kab.
Bolsel Tahun 2019-2021....................................................................................................... 82

Tabel 4.2 Korban Kekerasan menurut Usia, 2021............................................................................. 84

Tabel 4.3 Jumlah Pelaku Kekerasan Berdasarkan Hubungan Dengan Korban, 2021..........85

Tabel. 4.4 Jumlah Penduduk Pra-Lanjut Usia dan Lanjut Usia menurut Kecamatan dan
Kelompok Umur Tahun 2021................................................................................................ 87

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Anak-Anak di Bolsel Menurut Kelompok Umur, Jenis
Kelamin, 2021............................................................................................................................ 91

Tabel 5.2. Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Berumur 0-17 Tahun
Menurut Kecamatan di Bolsel, 2021................................................................................... 95

Tabel 5.3 Data Jumlah Kasus Perceraian yang Terdaftar di Pengadilan Agama di Bolsel
Tahun 2021.................................................................................................................................. 98

Tabel 5.4 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah
Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Bolsel Tahun 2021.......................101

Tabel 5.5 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun Menurut Status Perkawinan dan Tipe
Daerah di Bolsel, 2021........................................................................................................... 102

Tabel 5.6 Data Permohonan Dispensasi Nikah Bolsel yang Terdaftar di Pengadilan Agama
Bolsel Tahun 2021.................................................................................................................. 104

Tabel 5.7. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran Terakhir,
2021.............................................................................................................................................. 111

xviii Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Tabel 5.8. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir Menurut Berat Badan Bayi Tahun 2021..116

Tabel 5.9 Persentase Penduduk Umur 0-59 Bulan (Balita) yang Pernah Mendapat
Imunisasi menurut Kecamatan dan Jenis Imunisasi di Bolsel, Tahun 2021.......118

Tabel 5.10 Persentase Penduduk Berumur 0-6 Tahun yang Pernah/Masih Mengikuti
Pendidikan Prasekolah Menurut Kecamatan dan Jenis Pendidikan Prasekolah,
2021.............................................................................................................................................. 124

Tabel 5.11 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Partisipasi Sekolah,
Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2021......................................................124

Tabel 5.12 Pendampingan terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum menurut Jenis Tidak
Pidana dan Jenis Kelamin, 2020-2021.............................................................................131

Tabel 6.1 Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan yang Ditangani oleh P2TP2A PPA
Bolsel, 2021................................................................................................................................ 153

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel xix


[Type text]

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Bolsel, 2021................................................................................................................................ 156

Lampiran 2 Persentase Penduduk Laki-Laki Berumur 15 Tahun ke Atas menurut


Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021.....................................159

Lampiran 3 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut


Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021.....................................163

Lampiran 4 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan selama Sebulan


Terakhir menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2021............................................165

Lampiran 5 Persentase Penduduk Laki-laki Bolsel yang Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir Menurut Tempat Berobat Jalan, Tahun 2021..............................................166

Lampiran 6 Persentase Penduduk Perempuan Bolsel yang Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir Menurut Tempat Berobat Jalan, Tahun 2021..............................................168

Lampiran 7 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Bolsel yang Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Tempat Berobat Jalan, Tahun 2021...............170

Lampiran 8 Persentase Kepala Rumah Tangga berdasakan Jenis Kelamin Menurut Daerah
Tempat Tinggal di Bolsel, 2021.......................................................................................... 172

Lampiran 9 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Bolsel ,
2017-2021.................................................................................................................................. 173

Lampiran 10 Persentase Penduduk Laki-laki Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Bolsel, 2021...................................................174

Lampiran 11 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Bolsel, 2021...................................................176

Lampiran 12 Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Umur 0-17 Tahun Menurut
Jenis Kelamin dan Kecamatan di Bolsel, 2021..............................................................178

Lampiran 13 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup

dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Tempat Melahirkan dan Kabupaten/Kota


di Sulawesi Utara, 2021......................................................................................................... 181

Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD


Profil Provinsi Sulawesi
Gender dan UtaraDP3AD Provinsi Sulawesi
Anak 2022 xxi
xx
[Type text]

Lampiran 14 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis


Kelamin dan Kecamatan, 2021........................................................................................... 182

Lampiran 15 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Bolsel, 2020-2021
........................................................................................................................................................ 183

Lampiran 16 Persentase Anak Usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan dalam Sebulan
Terakhir dan Berobat Jalan Menurut Kecamatan dan Tempat Berobat Jalan,
2021.............................................................................................................................................. 186

Lampiran 17 Persentase Penduduk Laki-Laki Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Partisipasi


Sekolah dan Kecamatan di Bolsel, 2021.........................................................................188

Lampiran 18 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut


Partisipasi Sekolah dan Kecamatan di Bolsel, 2021............................................. 189

Lampiran 19 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun Menurut Partisipasi Sekolah, Jenis Kelamin,
dan Kecamatan di Bolsel, 2021.......................................................................................... 192

Lampiran 20 IPM Laki-laki menurut Kecamatan di Bolsel, Tahun 2018- 2021..........................201

Lampiran 21 IPM Perempuan menurut Kecamatan di Bolsel, Tahun 2018-2021..................202

Lampiran 22 Umur Harapan Hidup Perempuan menurut Kecamatan di Bolsel, 2018- 2021
(Tahun)........................................................................................................................................ 204

Lampiran 23 Umur Harapan Hidup Laki-laki menurut Kecamatan di Bolsel, 2018 - 2021
(Tahun)........................................................................................................................................ 206

Lampiran 24 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Laki-laki Usia 25 tahun Ke-Atas


Kabupaten Bolsel Tahun 2021............................................................................................ 209

Lampiran 25 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Perempuan Usia 25 tahun Ke-Atas


Kabupaten Bolsel Tahun 2021............................................................................................ 210

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel xxiii


[Type text]

Lampiran 26 Harapan Lama Sekolah Penduduk Perempuan Usia 25 tahun di Kabupaten


Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2021...................................................................216

Lampiran 27 Pengeluaran Perkapita Penduduk Laki-laki yang Disesuaikan Kab. Bolsel 2018-
2021 (Ribu Rupiah per Orang Per Tahun)......................................................................218

Lampiran 28 Pengeluaran Perkapita Penduduk Perempuan yang Disesuaikan Kab. Bolsel


2018-2021 (Ribu Rupiah per Orang Per Tahun) ………………………………. 219

Lampiran 29 Pengeluaran Perkapita Penduduk yang Disesuaikan Menurut Provinsi Di


Indonesia, 2018-2021 (Ribu Rupiah per Orang Per Tahun)....................................220

Lampiran 30 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kab. Bolsel, Tahun 2018- 2021......................223

Lampiran 31 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kab. Bolsel, Tahun 2018- 2021....................224

Lampiran 32 Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kab. Bolsel Menurut
Jabatan dan Jenis Kelamin, 2021....................................................................................... 225

Lampiran 33 Jumlah Hakim di Lingkungan Pengadilan Agama di Wilayah Kab. Bolsel Menurut
Jenis Kelamin, 2021................................................................................................................ 225

xxiv Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

PEMBATAS BAB I

Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi Utara 1


[Type text]

BAB I
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas manusia dan pembangunan yang merata dan berkeadilan

merupakan bagian dari misi Presiden RI tahun 2020-2024 yang sejalan dengan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan untuk mewujudkan pembangunan yang didasarkan pada hak


asasi manusia dan kesetaraan. Hal tersebut menjadikan keterlibatan laki-laki dan perempuan
yang setara sebagai syarat mutlak dalam mewujudkan pembangunan manusia yang
berkeadilan. Sama halnya dengan laki-laki, perempuan juga berperan sebagai pelaku
sekaligus sebagai pemanfaat hasil dari pembangunan. Negara tidak akan mampu
mewujudkan komitmen global untuk leave no one behind jika perempuan disisihkan dan
tidak dilibatkan dalam pembangunan.

Tantangan mewujudkan kesetaraan laki-laki dan perempuan di Indonesia berkaitan


dengan perlakuan atau persepsi yang berbeda, etnis, status sosio-ekonomi, usia, dan faktor-
faktor lain. Budaya patriarki yang melekat menjadikan perempuan hanya sebagai obyek
pembangunan. Padahal keterlibatan perempuan sebagai subyek dalam pembangunan sangat
penting untuk memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan
dan memerintah secara efektif.

Di sisi lain, dalam konteks pembangunan, perbaikan kualitas manusia begitu erat
kaitannya dengan perlindungan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu arahan presiden dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, bahwa
pembangunan sumber daya manusia diantaranya melalui peningkatan kualitas anak,
perempuan dan pemuda. Oleh sebab itu pelindungan terhadap anak mutlak harus dilakukan
agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Bonus demografi di Indonesia mulai terjadi pada tahun 1990-an ditandai dengan
lebih banyaknya penduduk usia produktif (15-65 tahun) dibandingkan penduduk usia tidak

2 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas). Sementara itu jendela peluang
terbesar

terjadi pada tahun 2020-2035, di mana dependency ratio mencapai titik terendah (Adioetomo

2 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

menghadapi bonus demografi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak (Kemen PPPA) mendapat amanat untuk menjalankan 5 (lima) isu prioritas dalam
rencana pebangunan tahun 2020-2024, yaitu: 1) Peningkatan pemberdayaan perempuan
dalam kewirausahaan; 2) Peningkatan peran ibu dan keluarga dalam
pendidikan/pengasuhan anak;

3) Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak; 4) Penurunan pekerja anak; dan 5)
Pencegahan perkawinan anak. Kelima isu prioritas tersebut tidak akan dapat terwujud dengan
optimal tanpa adanya sinergi dan kerjasama stakeholder terkait, serta partisipasi dari
masyarakat.

Rendahnya partisipasi perempuan dan pengarusutamaan hak-hak anak, yang


berakibat sering terjadi praktik diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Serta adanya ketimpangan gender di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik dan
publik turut serta mendorong ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam pembangunan.

Upaya untuk mencapai kesetaraan hak perempuan di Sulawesi Utara salah satunya
terwujud dengan terbentuknya Deklarasi Likupang yang merupakan hasil dari side event
Presidensi G20 di Minahasa Utara, yaitu Women20 (W20) yang dilaksanakan pada tahun
2022. Deklarasi tersebut menjadi bentuk komitmen bersama dari 20 negara anggota G20
untuk mewujudkan dunia “bebas dari diskriminasi terhadap perempuan”.

Untuk mendukung upaya pembangunan yang mampu menyentuh 2 kelompok


penting dalam masyarakat tersebut diperlukan data terpilah yang mampu memberikan
gambaran dan peta perkembangan pembangunan pada perempuan dan anak. Fungsi utama
dengan adanya data terpilah, yakni setiap pembuat kebijakan serta perencana program dan
kegiatan akan mampu mengidentifikasi permasalahan atau isu gender dan anak. Di sisi lain
data terpilah telah menjadi syarat utama untuk dijadikan sebagai sumber data dalam
menyusun perencanaan program pembangunan. Hal ini dalam rangka melihat sejauh mana
masyarakat mampu menerima hasil-hasil pembangunan secara proposional dan responsif
gender.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 5


[Type text]

Alat yang dapat digunakan untuk menjadikan data terpilah sebagai dasar
Penyusunan Perencanaan Program dan Kegiatan Pembangunan dapat dilihat melalui
dokumen profil gender dan anak. Profil gender dan anak dipaparkan secara terpilah
menurut usia dan

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 yang mengamanatkan


bahwa peningkatan kualitas dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan
anak menjadi bagian pembangunan nasional. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim Data Gender
dan Anak, yang antara lain mengamanatkan pada Bab 2, bahwa pengelolaan data terpilah
serta didukung ketersediaan sarana dan prasarana berupa teknologi informasi yang memadai
untuk menyimpan dan menyebarluaskan data dan informasi.

Dinas PPKBPPPA dalam Profil Gender dan Anak Tahun 2022 menyajikan berbagai
gambaran indikator capaian pembangunan manusia berbasis gender dan kondisi anak di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan pada data internal, BPS serta berbagai
lembaga yang memiliki informasi terkait kestaraan gender dan anak. Publikasi ini dapat
menjadi bahan evaluasi terkait pemenuhan kesetaraan gender dan hak anak di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan. Selain itu, publikasi ini juga diharapkan dapat menjadi
pedoman dan melengkapi berbagai publikasi lainnya. Dengan adanya data sebagai landasan,
perumusan kebijakan diharapkan dapat tepat sasaran sehingga dapat mempercepat
pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam mewujudkan kesetaraan
gender dan pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus perempuan dan anak.

Tujuan

Tujuan penyusunan Profil Gender dan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tahun 2022 yaitu:

a. Menyusun indikator-indikator penting dalam pembangunan gender dan


perlindungan anak untuk dimanfaatkan para pengambil keputusan serta menjadi
masukan untuk perancangan dan penyusunan program kegiatan pembangunan;

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 5


[Type text]

b. Tersedianya data informasi gender dan anak bidang pembangunan yang terkait
dengan pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan, kesejahteraan, dan
perlindungan anak.
Sasaran

Data profil gender dan anak diharapkan dapat memberikan gambaran tentang issue

dan persoalan pembangunan dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketenagakerjaan,


pengambilan keputusan, politik, hukum, sosial budaya dan kekerasan di wilayah
Kabupaten
Hasil yang diinginkan

Dari penyusunan Profil Gender dan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
diharapkan dapat diperoleh:

a. Tersusunnya Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan;
b. Data gender dan anak yang dapat dijadikan dasar dalam penyusunan program
dan kegiatan berdasarkan data terpilah, sehingga hasil dapat menghasilkan program
yang responsif terhadap pemasalahan gender dan anak;
c. Adanya kerjasama lembaga sektoral dalam penyelenggaraan data gender dan anak.

Sistematika Penyajian

Buku ini disajikan dalam enam bab. Bab I dimulai dari pendahuluan yang berisi latar
belakang penyusunan publikasi, tujuan, sasaran, hasil yang diinginkan dan sistematika
publikasi. Bab II mengulas mengenai gambaran umum cakupan/kecamatan yang menjadi
objek penulisan buku ini. Bab III membahas tentang profil gender di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan. Bab IV secara khusus menelisik lebih jauh mengenai kasus kekerasan
dan perlindungan hak perempuan. Bab V tentang profil anak Bolaang Mongondow Selatan.
Bab VI menyajikan pelayanan publik terkait perempuan dan anak yang diselenggarakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 5


[Type text]

BAB II
VISI DAN MISI

Visi Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah Terwujudnya Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan yang Bersatu, Berdaulat, Mandiri, Sejahtera dan Berkepribadian dengan Semangat
Gotong Royong yang Berdasarkan Pancasila

Visi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan diwujudkan dalam 5 (lima) Misi yaitu:
1. Meningkatkan Nilai-Nilai Religius Dan Bersatu Memelihara Toleransi Antar
Umat Beragama Yang Berkearifan Lokal Berdasarkan Pancasila
2. Meningkatkan Pembangunan Kewilayahan Yang Berdaulat
3. Meningkatkan Kapasitas Ekonomi Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang
Mandiri Dan Berwawasan Lingkungan
4. Meningkatkan Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Inovasi
Melalui Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih
5. Meningkatkan Sumberdaya Manusia Yang Berkepribadian Dan Berbudaya
Serta Berdaya Saing

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai bagian dari
pemerintahan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mengacu pada Visi Bupati dan Wakil
Bupati tahun 2019-2024 yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi serta menjadi kerangka
kerja yang ingin dicapai selama lima tahun ke depan.

Aspek Geografi
3 Letak Geografis Dan Batas Administrasi Wilayah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan salah satu dari
Kabupaten / kota yang ada di Propinsi Sulawesi Utara, dengan luasa wilayah
Km2 yang terdiri dari 7 Kecamatan dan 81 Desa dengan 81 Desa defenitif.Secara
geografis dilintasi Khatulistiwa dan berada pada 0 22º 54,5” Lintang Utara sampai
dengan 0 27º 57,4” Lintang Selatan dan 123º 28’59,2 Bujur Timur sampai dengan
124º 22’41,4 Bujur Timur. Ketinggian antara meter sampai dengan meter di
atas permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan Kabupaten

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab.dan


Profil Gender Bolsel
Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi 9
6
[Type text]

paling Selatan dari Provinsi Sulawesi Utara dan berbatasan dengan yaitu :
Bagian Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara
Bagian Timur : Kabupaten Bolaang mongondow Timur
Bagian Selatan : Teluk Tomini
Bagian Barat : Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo

Gambar 2.1 Peta Provinsi Sulawesi Utara

Bolaang Mongondow Selatan merupakan Kabupaten yang beribukota di Molibagu,


mempunyai 7 Kecamatan yakni Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan
Pinolosian Tengah, Kecamatan Pinolosian Timur, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Helumo
dan Kecamatan Tomini. Dan terdiri dari 81 Desa yang tersebar di wilayah Kabupaten.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 9


[Type text]

Jarak antara ibukota Kabupaten (Molibagu) ke setiap Kecamatan:

Molibagu – Pinolosian Timur : 200 km


Molibagu – Pinolosian Tengah : 31,26 km

Molibagu – Pinolosian : 44
Molibagu – Helumo : 45
Molibagu – Tomini : 65

Molibagu – Posigadan : 27 km
Molibagu – Bolaang Uki : 230

Gambaran Demografi

Sensus Penduduk (SP) 2020 mencatat Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow


Selatan sejumlah 2.621.923 jiwa per September 2020. Dibandingkan hasil sensus
sebelumnya, jumlah penduduk Bolaang Mongondow Selatan terus bertambah. Hasil SP2020
dibandingkan SP2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah 351 ribu, atau rata-
rata bertambah 35ribu jiwa per tahun. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-
2020), laju pertumbuhan penduduk Bolaang Mongondow Selatan sebesar 1,40 persen per
tahun (Gambar 2.2). Terdapat selisih penambahan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,12
poin jika dibandingkan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2010 yang sebesar
1,28 persen.

SP2020 mencatat penduduk laki-laki di Bolaang Mongondow Selatan sebanyak


1.341.918 jiwa,atau 51,18 persen dari penduduk Bolaang Mongondow Selatan. Sementara,
penduduk perempuan di Bolaang Mongondow Selatan sebanyak jiwa, atau
persen dari penduduk Bolaang Mongondow Selatan

informasi tersebut, maka rasio jenis kelamin penduduk Bolaang Mongondow Selatan
sebesar 105, yang artinya terdapat 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di Bolaang
Mongondow Selatan pada tahun 2020.Hasil SP2020 menunjukkan rasio jenis kelamin di level
Kecamatan secara umum selaras dengan le vel Kabupaten, yaitu penduduk laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin diatas angka 100.
Kecamatan dengan rasio jenis kelamin tertinggi adalah Kecamatan sedangkan
yang terendah adalah

18 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2022

Sumber: Badan Pusat Statistk

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, diperoleh jumlah penduduk Bolaang


Mongondow Selatan pada 2021 sebanyak 2.638.631 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 1.349.567 jiwa dan penduduk perempuan 1.289.064 jiwa. Secara umum, rasio jenis
kelamin di Bolaang Mongondow Selatan menunjukkan pola yang semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Rasio jenis kelamin tertinggi pada kelompok umur 15-24 dan umur 30-
34 tahun sebesar 108 dan terendah pada kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu sebesar 81.
Rasio jenis kelamin pada umur 75 tahun ke atas yang sebesar 81 mengindikasikan bahwa
jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur tersebut lebih banyak daripada jumlah
penduduk laki-lakinya.

Gambar 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan, 2021
120
105 104 107 108 108 107 108 107 107 106 105 103 101 105
98
100 93
81
80

60

1
18 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel
[Type text]

40

20

Sejalan dengan pertambahan tahun bentuk piramida semakin cembung di bagian


tengah dan semakin sempit di bagian bawah yang berarti jumlah penduduk muda semakin
turun, sedangkan jumlah penduduk dewasa semakin meningkat. Dalam perkembangan setiap
10 tahunnya, badan piramida penduduk makin membesar. Hal ini menunjukkan peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang meningkat dengan pesat, yang disebabkan oleh
meningkatnya angka harapan hidup rata-rata sebagai dampak penurunan tingkat kematian
bayi. Peningkatan panjangnya usia harapan hidup juga terlihat pada makin membesarnya
bagian ujung atas piramida penduduk. Hal ini dapat mecerminkan peningkatan jumlah
penduduk usia lanjut pada periode 2000-2020.

Gambar 2.5. Piramida Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, 2000- 2022

Sumber: Badan Pusat Statistik

18 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

BAB III
KESETARAAN GENDER

Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam
hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang di masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
penjabaran konsep gender adalah keselarasan dalam peran sosial, ekonomi, dan politik
antara laki-laki dan perempuan. Dalam dinamikanya, peran kaum perempuan juga dapat
terlihat dari peran reproduksi, peran produktif, dan peran sosial kemasyarakatan (Pusat Studi
Wanita Universitas Udayana, 2003).

Di kehidupan bermasyarakat sehari-hari, isu-isu terkait gender masih menjadi isu yang
menarik perhatian terutama pada persoalan diskriminasi gender yang dialami oleh
perempuan. Diskriminasi tersebut terjadi dari berbagai aspek kehidupan yaitu berupa
perilaku masyarakat yang berasal dari suatu aturan, sejarah, adat, norma, dan struktur
masyarakat. Diskriminasi gender akan menciptakan kesenjangan gender, yang pada
gilirannya akan menghilangkan hak-hak perempuan atas kesempatan dan kendali pada
sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik.

Perempuan adalah pihak yang akan melahirkan dan membesarkan generasi penerus,
hak-haknya harus dilindungi. Menghadirkan perlakuan yang adil terhadap aspek- aspek dasar
manusia, yaitu dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi adalah salah satu cara untuk
melindungi hak-hak ini. Oleh karena itu, kebijakan yang mengedepankan kesetaraan dan
keadilan gender adalah mutlak.

Berbagai pihak telah berupaya untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.
Masyarakat dunia mengeluarkan deklarasi tentang hak asasi manusia melalui Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948, yang

merupakan bentuk kepedulian global terhadap isu-isu gender, dan diikuti beberapa
deklarasi dan konvensi lainnya yang bertujuan untuk menghapus diskriminasi terhadap
perempuan. Sementara itu, pemerintah Indonesia juga telah mengadopsi berbagai
kebijakan yang mendorong kesetaraan dan keadilan gender melalui GBHN, undang-undang,

18
14 Profil Gender dan AnakProfil
2022 Gender
DPPKBP3A Kab. Bolsel
dan Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi
[Type text]

peraturan pemerintah, dan lain-lain. Saat ini juga sedang dibahas mengenai Rancangan
Undang-Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender.

Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, tidak serta merta
persoalan-persoalan terkait gender akan hilang. Sebagian perempuan masih menjadi obyek
yang harus menderita, seperti pada kasus kekerasan terhadap perempuan, perdagangan
manusia, dan lain-lain. Belum lagi, kesempatan perempuan dalam menyalurkan aspirasinya
melalui perlemen juga masih terbilang minim. Di sisi lain perempuan sudah banyak berperan
dalam pembangunan nasional dan pencapaian kesejahteraan. Hal ini sejalan dengan
pandangan UNDP bahwa mengabaikan aspek gender akan menghambat proses
pembangunan di suatu daerah.

Pada bab ini akan dibahas mengenai perkembangan statistik terkait Gender di
Bolaang Mongondow Selatan. Beberapa isu seperti pendidikan, kesehatan, sosial dan
ketenagakerjaan, keterlibatan perempuan dalam pembangunan dibahas dan disajikan
terpilah gender. Tingkat keberhasilan pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan
gender saat ini telah dapat diukur, salah satunya adalah dengan IPG (Indeks Pembangunan
Gender), yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programs (UNDP) dalam
Laporan Pembangunan Manusia tahun 1995. Indikator IPG juga akan di sajikan bersama
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kanal upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Todaro (2006) mengatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan
yang mendasar. Pendidikan adalah hal pokok untuk mencapai kehidupan yang memuaskan
dan berharga, karena pendidikan adalah hal yang fundamental membentuk kapabilitas
manusia yang lebih luas dan berada pada inti makna pembangunan.

Dalam pembahasan pembangunan manusia, kesetaraan gender dan pemberdayaan


perempuan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan bagi perempuan
merupakan titik awal perubahan bagi kehidupan yang akhirnya berdampak pada kemajuan
masyarakat yang lebih luas. Untuk itu perlu disajikan data pendidikan berdasarkan jenis

18 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

kelamin untuk dapat mengetahui sejauh mana akses, peluang, dan pilihan pada perempuan

untuk memajukan kapasitas dan potensi dirinya.

Jumlah Penduduk Usia Sekolah (≤ 20 Tahun)

Menurut hasil Proyeksi Sensus Penduduk Tahun 2020 jumlah penduduk usia sekolah
(kurang dari 20 tahun) di Sulawesi Utara berjumlah 814.060 jiwa atau hampir sepertiga dari
jumlah penduduk Sulawesi Utara yang sebesar 2.621.923 jiwa. Proporsi penduduk usia muda
yang terbilang besar. Jika dipilah menurut jenis kelamin maka penduduk usia sekolah
tersebut terdiri 418.965 laki-laki dan 395.095 perempuan. Gambar 3.1 menunjukkan bahwa
untuk setiap kelompok umur terlihat bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
penduduk perempuan. Dilihat dari struktur umur 5 tahunannya, kelompok umur 5-9 tahun
memiliki jumlah penduduk paling banyak baik laki-laki maupun perempuan.

Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin 2021
205,0

204,3
203,3
197,3

106,1
105,0
104,6
100,8

100,4

98,2

98,2
96,4

0-4 5-9 10 - 14 15 - 19
Laki-lakiPerempuan Total

Sumber: Diolah dari data Proyeksi Interim Hasil SP2020, 2021

Tabel 3.1 menunjukkan gambaran terkini proporsi penduduk berusia 5 tahun ke atas
menurut status keikutsertaan dalam Pendidikan dan Kabupaten/kota. Penduduk berusia 5
tahun ke atas yang tidak bersekolah lagi memiliki porsi yang terbesar yakni 74,43 persen
dibanding penduduk yang masih bersekolah dan penduduk yang tidak atau belum pernah

18 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

bersekolah. Meskipun proporsinya kecil yakni hanya sebesar 2,82 persen, namun disanalah
letak persoalannya. Bagaimana pemerintah dapat menyediakan pendidikan yang terjangkau
bagi kelompok penduduk tersebut.

Tabel 3.1 Persentase Penduduk Usia Sekolah Berumur 5 tahun Ke Atas Status
Bersekolah menurut Kecamatan, 2021

Masih Bersekolah
Tidak/ Masih Masih Masih Masih
Tidak
Kecamatan belum SD/MI/ SMP/MTs/ SMA/SMK/ Perguruan
bersekolah
pernah Paket A Paket B MA/ Tinggi
lagi
bersekolah Paket C
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bolaang Uki 3 14 48
Pinolosian 1 16 24
Pinolosian Tengah 5 9 25
Pinolosian Timur 17 39 68
Helumo 9 23 43
Tomini 1 - 5
Posigadan 103 171 121
Bolsel 139 272 334

Jumlah Murid SD, SMP, SMA, dan SMK

Banyaknya jumlah penduduk usia 5 tahun ke atas ternyata tidak seluruhnya dapat
duduk di bangku sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 5-19 tahun
yang disajikan pada Gambar 3.1 yang mencapai 512.757 penduduk, namun hanya tercatat
506.633 murid yang sedang mengikuti pendidikan.

Tabel 3.2 Jumlah Murid menurut Jenjang Pendidikan yang Sedang Diikuti Tahun

20 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Ajaran 2021/2022 dan Tahun Ajaran 2022/2023

Jenjang Murid
Sekolah Negeri Swasta Total
(1) (2) (3) (4)
TK*) 4357 177 4534

SD/MI 6727 216 6943

SMP/MTs 2698 248 2946

SMA/SMK/MA 334 221 555

Total 14296 614 14910


*) Belum termasuk murid RA/BA
Sumber: Dinas Pendidikan Bolsel

Rata-rata Lama Sekolah

Tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dari capaian rata-rata lama sekolah yang
dijalani perempuan dan laki-laki usia 25 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah
menggambarkan capaian pendidikan jangka panjang. Rata-rata lama sekolah didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk laki-laki dan perempuan usia 25 tahun
ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Indikator rata-rata lama sekolah juga bisa
digunakan sebagai indikator proxy untuk melihat kualitas penduduk di wilayah tertentu dari
sisi rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk di wilayah
tersebut. Jumlah tahun efektif yang dimaksud adalah jumlah tahun standar yang harus
dijalani seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya seseorang
memerlukan waktu 6 tahun untuk bisa menamatkan
Sekolah dasar dan 9 tahun untuk dapat lulus sekolah menengah pertama

20 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Gambar 3.2 Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 25 tahun Ke


Atas Menurut Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2017-
2021

9.7 9.64

9.6 9.51 9.62


9.46 9.49 9.59
9.5
9.43 9.47
9.4
9.39
9.3
9.19 9.24
9.2 9.14
9.1 9.1
9
9
8.96
8.93
8.9
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Laki-laki Perempuan

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2021

Gambar 3.2. menyajikan perkembangan rata-rata lama sekolah menurut jenis jenis
kelamin selama lima tahun terakhir. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Bolaang mongondow Selatan terus mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada
tahun 2021 mencapai 9,62 tahun yang artinya secara rata-rata penduduk Provinsi Sulawesi
Utara yang berusia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 9,62 tahun atau
setara dengan kelas 3 pada sekolah menengah pertama. Dilihat dari sisi kesetaraan gender,
pada tahun 2020 rata-rata lama pendidikan laki– laki dan perempuan relatif setara atau
hampir sama yakni 9,51 tahun untuk laki-laki dan 9,47 tahun untuk perempuan. Kondisi
tersebut berlanjut bahkan rata-rata lama pendidikan perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki pada tahun 2021, dimana rata-rata lama sekolah laki-laki meningkat menjadi 9,59
tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah perempuan meningkat menjadi 9,64 tahun.

Tabel 3.3. menyajikan perkembangan rata-rata lama sekolah menurut jenis jenis
kelamin dan Kecamatan selama tiga tahun terakhir. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-
rata lama sekolah antar Kecamatan di Bolaang Mongondow Selatan bervariasi.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 21


[Type text]

Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi

Di Sulawesi Utara, kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara laki-laki dan


perempuan relatif sudah setara. Gambar 3.3. menampilkan persentase penduduk berumr 15
tahun ke atas menurut jenis kelamin dan ijasah tertinggi yang dimiliki. Dari Gambar 3.3
terlihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan sudah mulai berkurang. Pada jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (D1/D2/D3
dan S1 ke atas), persentase perempuan yang memperoleh ijazah bahkan melebihi persentase
laki-laki.

gambar 3.3 Persentase Penduduk Berumur 15 tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin
dan Ijazah Tertinggi yang dimiliki di Bolaang Mongondow Selatan, 2021

100
90
8070
60
50
40
30
20
10
0 Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Perempuan
DIV/S1+ 8.43 9.93 10.35
DI/II/III 1.23 2.38 1.79
SMAK/MAK 4.77 5.31 5.03
SMA/MA/Paket C/SMLB 31.19 28.3 29.77
SMP/MTS/Paket B/SMPLB 22.42 27.48 22.45
SD/MI/Paket A/SDLB 20.82 19.32 20.08
Tidak Mempunyai Ijazah 11.5 12.27 11.7

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2021

Meski dalam adat dan budayanya masyarakat Bolaang Mongondow Selatan


menganut sistem patriarki, namun rupanya hal tersebut tidak lagi terlalu mempengaruhi
masyarakat Bolaang Mongondow Selatan dalam memprioritaskan anak laki-laki untuk
memperoleh pendidikan. Laki-laki dan perempuan cenderung diperlakukan sama. Pada
jenjang pendidikan sekolah menengah dan diploma tahun 2021 persentase perolehan ijazah
perempuan cenderung lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, persentase perempuan yang tidak

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

memiliki ijazah masih lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Angka Partisipasi dalam Pendidikan

Di bidang pendidikan kesetaraan gender juga bisa dilihat dari angka partisipasi
sekolah. Berikut akan diulas beberapa indikator terkait partisipasi sekolah dalam perspektif
gender. Indikator tersebut adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS); Angka Partisipasi Kasar
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga
dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. APS
yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi sekolah penduduk usia tertentu.

Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Bolaang Mongondow Selatan berumur
7-12 Tahun, 13-15 Tahun dan 16-18 Tahun menurut Jenis Kelamin, 2017-
2021

Tahun
APS Jenis Kelamin
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Laki-laki 95,97 99,95 96,50 98,81 98,11
7-12 Perempuan 98,59 96,26 100,00 100.00 100,00
Laki-laki+Perempuan 97,19 98,06 98,27 99,33 98,98
Laki-laki 85,97 90,33 89,31 87,64 88,43
13-15 Perempuan 93,58 89,84 91,05 93,18 91,69
Laki-laki+Perempuan 89,97 90,10 90,13 90,15 90,02
Laki-laki 62,64 64,89 58,21 55,69 65,13
16-18 Perempuan 63,09 66,77 73,60 75,36 67,72
Laki-laki+Perempuan 62,63 65,58 65,58 66,03 66,22
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021

Capaian APS pada penduduk menunjukkan tingkat partisipasi sekolah. APS yang
tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan
secara umum. Misalnya pada APS 7-12 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mencapai
99,37 persen, artinya 99,37 persen penduduk berusia 7-12 tahun di Bolaang Mongondow
Selatan sedang mengikuti pendidikan di bangku sekolah.

Pada tahun 2021, nilai APS laki-laki dan perempuan masih menggambarkan situasi

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

yang tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Semakin tinggi golongan umur
pendidikan, maka nilai APS laki-laki dan perempuan sama-sama semakin menurun. Nilai APS
perempuan usia 7-12 tahun sebesar 99,52 persen, APS perempuan usia 13-15 tahun sebesar
97,68 persen, dan APS perempuan usia 16-18 tahun hanya sebesar 76,04 persen. Kondisi
yang tidak jauh berbeda terlihat pada laki-laki (Tabel 3.4 kolom 7). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin bertambah usia penduduk, partisipasi sekolahnya cenderung semakin
menurun.

.APS kelompok umur 7-12 tahun untuk perempuan dan laki-laki yaitu 99,52 persen dan 99,22
persen. Kondisi yang sama terlihat di APS kelompok umur 13-15 tahun. APS perempuan cukup
signifikan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, APS perempuan mencapai 97,68 persen sedangkan
laki-laki hanya 93,24 persen. Kondisi yang tidak berbeda juga terlihat pada kelompok umur 16-
18 tahun, APS perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu sebesar 76,04 persen sedangkan laki-
laki sebesar 69,91 persen (Tabel 3.4 kolom 7).

Gambar 3.4 Rasio Angka Partisipasi Sekolah (APS) Perempuan terhadap Laki-laki di
Bolaang Mongondow Selatan,Tahun 2017-2021

115

108.77
110
108.81
106.35 106.35
102.17 103.05
105
102.52 102.53
104.76
100.56

100
100.38 100.38 100.61 100.3
99.75

95

90
2017 2018 2019 2020 2021
7-12 13-15 16-18

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2016-2020

Perkembangan 5 tahun terakhir Kesetaraan gender dari perspektif pendidikan di


Sulawesi Utara sebenarnya sudah relatif cukup baik dilihat dari indikator APS. Gambar 3.4
menampilkan perkembangan rasio APS baik pada kelumpok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

dan 16-18 tahun. Rasio APS yang di maksud disini adalah perbandingan APS Perempuan
dibagi APS Laki-laki. Rasio APS bernilai lebih dari 100 berarti APS perempuan lebih tinggi
dibanding APS Laki-laki. Rasio APS sama dengan 100 berarti APS laki-laki sama dengan APS
perempuan. Sebaliknya jika rasio APS bernilai kurang dari 100 berarti APS perempuan lebih
rendah dibanding APS laki-laki. Dari gambar 3.4 terlihat dengan jelas bahwa untuk semua
kelompok umur dari 2017-2021 nilai Rasio APSnya lebih dari 100 kecuali APS kelompok umur
7-12 Tahun
level yang lebih tinggi. Secara rinci APS 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 Tahun

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) digunakan untuk menunjukkan tingkat partisipasi


penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan. Indikator ini juga digunakan untuk
mengukur seberapa besar kapasitas sistem pendidikan dapat menampung siswa dari
kelompok usia sekolah tertentu. APK diperoleh dari perbandingan antara jumlah penduduk
yang masih bersekolah di jenjang pendidikan tertentu (tanpa memandang usia penduduk
tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di
jenjang pendidikan yang sama. Sejak tahun 2007, pendidikan non formal (Paket A, Paket B,
dan
Paket C) turut diperhitungkan (Sirusa BPS).

APK dapat mencapai lebih dari 100%, hal tersebut disebabkan karena jumlah murid
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak yang berusia di luar batas
usia sekolah jenjang pendidikan yang bersangkutan. Penyebabnya adalah adanya
pendaftaran siswa usia dini, pendaftaran siswa yang terlambat bersekolah, atau adanya
pengulangan kelas. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu
menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. APK Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2019- 2020 ditampilkan pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Angka Partisipasi Kasar Penduduk Bolaang Mongondow Selatan menurut
Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2017-2021

Tahun
APK Jenis Kelamin
2018 2019 2020 2021 2022

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Laki-laki 99.89 100,50 100,40
SD Perempuan 100,00 100,89 99,89
Laki-laki+Perempuan 111,83 110,85 109,94
Laki-laki 88,20 85,55 87,00
SMP Perempuan 88.00 84,20 86,98
Laki-laki+Perempuan 88,09 85,33 87,12
Laki-laki 62,67 68,73 68,40
SMA Perempuan 61,37 68,00 68,30
Laki-laki+Perempuan 62,84 69,83 68,70
Laki-laki 60,67 66,73 66,40
Perempuan 61,37 68,07 68,31
Laki-laki+Perempuan 62,84 67,83 65,40
PT
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021
Tabel 3.6 memperlihatkan APK jenjang pendidikan SD/sederajat sampai PT selama 5
tahun terakhir. Pada tahuun 2021, APK jenjang pendidikan SD/sederajat sebesar 109,94
persen, APK SMP/sederajat sebesar 87,12 persen, APK SMA/sederajat sebesar 68,70 persen,
dan APK untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (usia 19-24 tahun) sebesar 65,40 persen.

APK pada jenjang pendidikan SD/sederajat melebihi angka 100 persen yang
menunjukkan bahwa usia anak yang mengenyam pendidikan dasar masih ada yang berada di
luar kelompok umur 7-12 tahun. Dengan kata lain, murid SD yang bersekolah lebih banyak
dibandingkan jumlah anak pada usia 7-12 tahun. Banyak hal bisa menjadi alasan, antara lain
beberapa orang tua terkadang mendaftarkan anaknya yang belum mencapai usia 7 tahun

langsung ke sekolah dasar tanpa melewati PAUD terlebih dahulu, angka mengulang kelas
yangmasih tinggi, dan sebagainya. Semakin tinggi jenjang pendidikan, nilai APK juga akan
semakin rendah.

Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh


pendidikan. Sudah tidak ada lagi diskriminasi gender dalam memperoleh pendidikan di
Sulawesi Utara seperti yang pernah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hal ini terlihat dari data
APK laki-laki dan perempuan Sulawesi Utara selama kurun waktu 2017-2021. Pada tiga
jenjang pendidikan yakni jenjang pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, APK justru
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada 2020, APK jenjang pendidikan
SMP/sederajat perempuan sebesar 85,20 persen sedangkan laki-laki 83,43. APK jenjang

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

pendidikan SMA/sederajat perempuan sebesar 85,52 persen sedangkan APK laki-laki sebesar
77,42 persen. Bahkan pada jenjang pendidikan Perguruan Tinggi APK perempuan juga lebih
tinggi yakni 31,64 persen daripada APK laki-laki yang sebesar 26,10 persen.

Perbandingan APK perempuan dan laki-laki 5 tahun terakhir nampak lebih jelas dalam
rasio APK perempuan terhadap laki-laki. Gambar 3.5 berikut menampilkan perkembangan
nilai rasio APK perempuan terhadap laki-laki. Nilai rasio yang melebihi 100 menunjukkan
bahwa APK perempuan lebih tinggi daripada APK laki-laki. Semakin jauh dari angka 100
memberikan indikasi bahwa semakin tinggi pula APK perempuan dibanding APK laki-laki.

Gambar 3.5 Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) Perempuan terhadap Laki-laki di
Bolaang Mongondow Selatan,Tahun 2017-2021

Angka Partisipasi Murni (APM)

Selain kedua indikator sebelumnya, terdapat Angka Pastisipasi Murni (APM). APM
merupakan proporsi dari penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah
di jenjang pendidikan yang seharusnya terhadap penduduk kelompok usia sekolah yang
bersesuaian. Penghitungan APM mengacu pada jumlah murid di tingkatan pendidikan
tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk di usia sekolah di jenjang umur tersebut.
Sebagai contoh, APM untuk tingkat SD/sederajat akan menghitung jumlah siswa dalam
rentang usia 7- 12 tahun dibagi jumlah penduduk umur 7-12 tahun. Usia 7- 12 tahun
merupakan usia tepat waktu bagi penduduk dalam menempuh pendidikan di tingkat
SD/sederajat. Dengan ketentuan ini akan dihasilkan nilai APM dalam rentang kisaran 0-100.
Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100
persen.

APM memberikan indikasi seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai jenjang pendidikannya di umur yang seharusnya
berada di tingkatan jenjang pendidikan tersebut. Dengan demikian, APM digunakan untuk
menunjukkan seberapa besar penduduk yang bersekolah tepat waktu, atau menunjukkan
seberapa besar penduduk yang bersekolah dengan umur yang sesuai dengan ketentuan
kelompok usia sekolah di jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. APM juga digunakan
untuk mengukur daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah

30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

(Sirusa.bps.go.id). Nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena APK memperhitungkan
jumlah penduduk di luar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan,
sedangkan APM hanya sebatas usia pada jenjang yang bersesuaian.

Tabel 3.7 memperlihatkan APM jenjang pendidikan SD/sederajat sampai dengan APM
jenjang PT. APM pada setiap jenjang pendidikan masih belum mencapai angka 100 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berusia sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut belum seluruhnya bersekolah sesuai dengan jenjangnya. Pada Tabel 3.7 juga dapat
dilihat bahwa pada tahun 2021 pola APM memiliki kemiripan dengan pola APK. APM
SD/sederajat memiliki nilai paling tinggi yaitu 95,39 persen kemudian APM semakin menurun
seiring meningkatnya jenjang pendidikan. Berdasarkan gender, APM untuk jenjang
pendidikan SD/Sederajat laki-laki dan perempuan hampir sama. Kesenjangan antara
laki-laki dan
perempuan terlihat pada jenjang pendidikan SMP (76,68 perempuan dan 73,28 laki-laki), SMA
(66,31 perempuan dan 60,50 laki-laki), dan perguruan tinggi (22,75 perempuan dan 19,28 laki- laki).

Tabel 3.7 Angka Partisipasi Murni Penduduk Bolaang Mongondow Selatan


menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2017-2021

Tahun
APM Jenis Kelamin
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Laki-laki 115,83 109,32 96,02 98,35 98,11
SD Perempuan 107,26 106,40 100,00 98,24 98,29
Laki-laki+Perempuan 111,83 107,83 98,03 98,31 98,19
Laki-laki 83,38 91,12 73,53 79,12 67,54
SMP Perempuan 92,33 74,47 79,35 73,20 84,65
Laki-laki+Perempuan 88,09 83,43 76,26 76,43 75,87
Laki-laki 56,28 45,32 52,35 50,27 56,10
SMA Perempuan 72,00 86,20 54,37 56,26 53,18
Laki-laki+Perempuan 62,84 60,25 53,32 53,42 54,87
Laki-laki 56,28 45,32 52,35 50,27 56,10
PT Perempuan 72,00 86,20 54,37 56,26 53,18
Laki-laki+Perempuan 62,84 60,25 53,32 53,42 54,87
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021

Gambar 3.6 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan terhadap Laki-laki di
Bolaang Mongondow Selatan,Tahun 2017-2021

131.12

117.99
30 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel
113.56
109.73 110.48 109.6
100.35 104.41 101.96
97.17
99.9 108.04 103.3
104.64
[Type text]

Gambar 3.6 memperlihatkan rasio APM pada masing-masing jenjang pendidikan


tahun 2017-2021. Pada tahun 2021 Rasio APM terendah terdapat pada jenjang pendidikan
SD/sederajat, yaitu 100,36 persen. Angka ini semakin meningkat seiring semakin tingginya
jenjang pendidikan dengan rasio APM jenjang SMP/sederajat sebesar 104,64 persen, untuk
jenjang SMA/sederajat 109,60 persen, dan untuk jenjang PT sebesar 117,99 persen.

Di tahun 2021 pada setiap jenjang pendidikan hampir semua nilai Rasio APM
mencapai angka 100 persen artinya, tidak ada perbedaan baik penduduk laki-laki maupun
penduduk perempuan yang bersekolah. tepat waktu di setiap jenjang pendidikan. Selain itu,
seiring meningkatnya tingkat pendidikan, persentase perempuan yang bersekolah tepat
waktu lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki.

Kesehatan

Tingkat kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan kualitas


pembangunan manusia suatu wilayah. Masyarakat yang sehat akan berdampak pada
meningkatnya produktivitas dan pada akhirnya mendukung membaiknya proses serta
dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah.

Komponen penting dalam bidang pembangunan manusia berbasis gender salah


satunya adalah peningkatan derajat kesehatan perempuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dan masyarakat di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan agenda ke 3 pada
Pembangunan Nasional, yaitu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing yang di dalamnya menitikberatkan pada pemenuhan layanan dasar seperti
pemerataan layanan pendidikan berkualitas dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta.

Upaya-upaya pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam Program


Kesehatan Masyarakat sudah sejalan dengan agenda nasional tersebut yakni berfokus
pada upaya penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi
stunting dan wasting pada balita yang selanjutnya diikuti dengan indikator- indikator
pendukung lainnya. Buku Profil ini akan berfokus menyediakan profil data dan fakta
menyangkut capaian pelaksanaan pelayanan kesehatan dan KB di Provinsi Sulawesi Utara

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

terhadap ibu dan anak.

Status Kesehatan

Pada salah satu situs resmi BPS (sirusa.bps.go.id) keluhan kesehatan didefinisikan oleh
Badan Pusat Statistik sebagai gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena
kecelakaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari.

Gangguan kesehatan fisik dapat berupa sesak nafas, panas, diare, sakit kepala,
penyakit kronis dan akut, atau gangguan kesehatan karena kecelakaan. Sedangkan gangguan
jiwa atau psikis dapat berupa rasa tertekan atau depresi, gelisah, ketakutan, trauma,
skizofrenia, atau gangguan psikis lain yang berkaitan dengan gangguan cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan perilaku (psychomotor).

Kualitas kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan gaya hidup.
Daya tahan perempuan lebih baik dibanding laki-laki. Menurut berbagai penelitian, laki-laki
lebih rentan terhadap infeksi prenatal atau masalah lain di dalam kandungan dari sejak masa
di dalam kandungan hingga lahir. Dilihat dari kromosomnya, sejak lahir wanita dibekali
sepasang kromosom X yang mengandung sekitar 1100 gen, selain berperan penting dalam
pengaturan hormone. Kromosom X juga berperan dalam fungsi vital tubuh lainnya,
sementara pada laki-laki yang memiliki kromosom Y hanya mengandung sekitar 100 gen.

Gambar 3.7 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dalam Sebulan
Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2017-2021
30.

29.
29.

28.
27.

27.
27.

26.

26.
26.

24.
23.

22.

22.
21.

2017 2018 2019 2020 2021

Laki-lakiPerempuanLaki-laki + Perempuan

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

Statistik mengenai usia harapan hidup di berbagai belahan dunia menunjukkan


bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Meski perempuan
memiliki usia harapan hidup yang lebih tinggi dari laki-laki, secara umum perempuan lebih
sensitif terhadap rasa sakit. Kondisi ini terlihat dari data keluhan kesehatan pada Gambar 3.7.
Dalam kurun waktu 2017 hingga 2021, persentase perempuan yang mempunyai keluhan
kesehatan lebih banyak dibanding laki-laki. Selama kurun waktu tersebut, penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan baik pada penduduk perempuan maupun laki-laki
berfluktuasi.

Merujuk pada konsep yang diterapkan oleh BPS dalam Susenas, Morbiditas (angka
kesakitan) menunjukkan adanya gangguan/keluhan kesehatan yang mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari-hari, baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus
rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya. Pada umumnya keluhan kesehatan yang
mengindikasikan adanya suatu penyakit yang biasa dialami oleh penduduk adalah panas,
batuk, pilek, asma/napas sesak, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi, campak, dll. Semakin
banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan berarti derajat kesehatan di wilayah
tersebut semakin rendah atau menunjukkan bahwa angka kesakitan di wilayah tersebut tinggi
Gambar 3.8 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2021
15.
15.
15.

15.
15.

15.

15.
14.

14.

13.

12.

12.
12.

9
7.

2017 20182019 2020 2021


Laki-lakiPerempuan Laki-laki + Perempuan

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021

Hasil Susenas tahun 2021 menunjukkan angka kesakitan penduduk Bolaang


Mongondow Selatan mencapai 9,9 persen, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Angka kesakitan penduduk Bolaang Mongondow Selatan baik penduduk perempuan
maupun penduduk laki- laki lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya. Angka
kesakitan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, diantaranya disebabkan perilaku
dan gaya hidup manusia. Dikutip dari laman dailymail.co.uk, para ahli menemukan bahwa
wanita memiliki risiko lebih besar untuk sakit jika dibandingkan dengan pria. Temuan ini
bahkan diperkuat dengan penelitian yang dilakukan pada beberapa wanita di Amerika
Serikat. Dari beberapa ribu wanita yang diteliti, para ahli menemukan bahwa setidaknya ada
81 persen wanita yang mengalami sakit kepala dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Sementara untuk pria, hanya 68 persen pria yang merasakan sakit yang sama. Studi lain juga
menemukan bahwa hampir 57 persen wanita merasakan sakit punggung. Untuk pria, hanya
50 persen saja yang merasakan sakit punggung. Tak hanya sakit kepala dan punggung, studi
juga menyebutkan bahwa wanita rentan terhadap sakit lain.

Akses Kesehatan Masyarakat

Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan dapat dilihat dari


ketersediaan/kemudahan mencapai fasilitas/tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan
penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus pergi berobat. Dari informasi tersebut
memanfaatkan fasilitas serta pelayanan kesehatan. Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas
dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan.
Ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas dalam pelayanan
kesehatan penduduk menjadi hal penting yang harus diperhatikan dan merupakan suatu
keharusan. Selain jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia, derajat kesehatan penduduk
tercermin dari persentase penduduk yang berobat ke fasilitas kesehatan. Pemerintah harus
meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta terjangkau. Akses penduduk dalam
memanfaatkan tenaga kesehatan dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai
fasilitas kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus
pergi berobat.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penduduk dalam akses fasilitas

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

kesehatan antara lain jarak tempat tinggal dengan letak sarana pelayanan kesehatan, kualitas
pelayanan, sosial ekonomi penduduk yaitu kemampuan penduduk untuk membiayai
pengobatannya, serta jenis pelayanan kesehatan. Gambar 3.9 menampilkan persentase
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dan berobat jalan. Dari 22,09 persen
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir, tercatat 41,52
persen penduduk yang berobat jalan. Sisanya 58,84 persen penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan mengaku tidak berobat jalan yang di dalamnya tercakup mengobati
sendiri atau bahkan tidak melakukan pengobatan. Dalam kurun waktu 2017- 2020, baik
penduduk laki-laki maupun perempuan yang mempunyai keluhan kesehatan memiliki
kecenderungan mengalami peningkatan persentase yang melakukan berobat jalan.
Sedangkan pada tahun 2021, terjadi penurunan persentase penduduk yang melakukan
berobat jalan. Ada dugaan bahwa selama pandemi Covid-19, penduduk yang mengalami
sakit menghindari berobat jalan. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat kekhawatiran penduduk,
agar tidak terinfeksi virus Covid-19 di fasilitas kesehatan.

Gambar 3.9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat
Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2017-2021
57.

56.
55.

54.
53.

52.
52.

51.

49.
49.

49.
49.
5

41.
28.

2017 20182019 2020 2021


Laki-lakiPerempuan Laki-laki + Perempuan

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021

Tabel 3.9 menyajikan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dan
apakah berobat jalan atau tidak. Jika dilihat secara total persentase penduduk perempuan
memiliki kecenderungan untuk melakukan berobat jalan dibandingkan laki-laki yaitu 28,36

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

persen pada penduduk laki-laki dan 54,19 persen pada penduduk perempuan yang
mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir. Persentase penduduk Bolaang Mongondow
Selatan yang mengaku memiliki keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir berdasarkan
jenis kelamin, terlihat bahwa lebih banyak perempuan yang memutuskan untuk melakukan
berobat jalan.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 37


[Type text]

Tabel 3.9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut


Apakah Pernah Rawat Jalan Dalam Selama Tahun 2022

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Tidak Tidak Tidak
Berobat Berobat Berobat
Kabupaten/Kota Berobat Berobat Berobat
Jalan Jalan Jalan
Jalan Jalan Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan

BOLSEL
Sumber: Diolah dari data RSUD, 2022

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pemerintah menetapkan bahwa


ditingkat pusat maupun daerah berkewajiban menyediakan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat yang ramah bagi semua lapisan sosial ekonomi masyarakat, menjamin
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata, dan bertanggung
jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Akses
terhadap pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk
melakukan pengobatan ketika

mengalami keluhan kesehatan. Jika akses ke pelayanan kesehatan sulit, maka pelayanan

kesehatan pada masyarakat tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, akses pelayanan
kesehatan juga berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak.

Tabel 3.10 menunjukkan persentase penduduk Bolaang Mongondow Selatan yang


mengaku melakukan rawat jalan menurut fasilitas kesehatan yang digunakan. Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa puskemas/puskemas pembantu masih menjadi pilihan utama
masyarakat untuk melakukan rawat jalan (persen). melakukan rawat jalan ketika mengalami
keluhan kesehatan adalah praktik dokter/bidan (persen).

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 39


[Type text]

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 39


[Type text]

Profil kesehatan penduduk di Bolaang Mongondow Selatan juga dapat dilihat dari
persentase penduduk menurut tempat rawat inap setahun terakhir pada tahun 2021. Selain
berobat jalan perawatan inap juga merupakan upaya yang ditempuh untuk memperoleh
kesembuhan dari sakit. Tabel 3.11 berikut ini menampilkan persentase penduduk Bolaang
Mongondow Selatan yang dirawat inap menurut tempat rawat inap selama setahun terakhir.

Tabel 3.11 Persentase Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan


Menurut Tempat Rawat Inap, Tahun 2021 dan 2022
Klinik/ Praktik
Praktik Praktik
RS RS Puskesmas/ Pengobatan
Kecamatan Dokter/ Dokter Lainnya
Pemerintah Swasta Pustu Tradisional/
Bidan Bersama
Alternatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan

Kab. Bolsel

Dari Tabel 3.11 dapat diketahui bahwa secara total penduduk pada tingkat Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan pada satu tahun yang lalu, terdapat persen yang
memilih untuk melakukan rawat inap di rumah sakit pemerintah. Sedangkan pada fasilitas
kesehatan lain, terdapat 39,21 persen yang lebih memilih dirawat inap di rumah sakit swasta.
Hal tersebut tidak lepas dari fungsi dari rumah sakit yang memang menyediakan fasilitas
rawat inap, berbeda dengan fasilitas kesehatan lain yang tidak selalu terdapat fasilitas rawat
inap untuk pasien.

Keluarga Berencana

Terdapat beberapa tujuan SDGs yang berkaitan erat dengan kesetaraan gender, salah
satunya adalah tujuan ke tiga, yaitu “Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk semua usia”. Salah satu target tujuan ini adalah menjamin
akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan repoduksi, termasuk keluarga

48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi
program nasional. Kemudian, sebagai upaya untuk mewujudkan keluarga berencana,
pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mendefinisikan keluarga berencana sebagai
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Namun perlu diingat bahwa untuk mewujudkan keluarga
berencana yang berkualitas dan sejahtera, diperlukan peran yang seimbang antara laki-laki
(ayah) dan perempuan (ibu) dan anak- anak dalam keluarga.

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memastikan


terwujudnya keluarga yang sehat dan berkualitas. Di Indonesia, salah satu badan negara yang
secara khusus melaksanakan pembangunan keluarga berencana adalah Badan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Melalui program keluarga berencana, kesehatan ibu dan bayi
dapat dipantau secara lebih baik, pengasuhan dan pendidikan anak lebih berkualitas,
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan yang beresiko, kehamilan yang tidak
diinginkan, serta mencegah terjadinya penyakit menular seksual. Dengan keluarga berencana,
diharapkan dapat mendorong risiko angka kematian pada ibu dan bayi.

Penggunaan alat kontrasepsi yang tepat dan aman merupakan salah satu bentuk
mengatur kehamilan yang direncanakan dengan matang dan pencegahan terhadap risiko
penyakit menular seksual. Pada tabel 3.12 menunjukkan banyaknya perempuan berumur 15-
49 tahun dan berstatus kawin menurut status pemakaian alat/cara KB dan daerah tempat
tinggal.
Menurut daerah tempat tinggal, secara umum partisipasi perempuan di perdesaan
dalam program KB lebih besar dibanding di perkotaan. Persentase perempuan berumur 15-
49 tahun dan berstatus kawin yang pernah dan sedang menggunakan alat/cara KB di
perkotaan sebesar 70,17 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 72,04 persen. Secara Total,
persentase perempuan berusia 15-49 tahun yang berstatus kawin yang sedang
menggunakan alat/cara KB adalah 59,26 persen.

Pada Gambar 3.11 menunjukkan banyaknya perempuan yang sedang menggunakan

48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

alat/cara KB menurut Kecamatan di Bolaang Mongondow Selatan. Pada tahun 2021,


persentase perempuan berumur 15-49 tahun yang sedang menggunakan alat/cara KB cukup
varatif.

Gambar 3.12 menampilkan tren persentase perempuan berusia 15-49 tahun yang
menggunakan alat/cara KB selama 5 tahun terakhir. Jika dilihat pada lima tahun terakhir,
penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan tidak terjadi peningkatan signifikan. Bahkan
justru cenderung menunjukkan tren penurunan. Tren Penurunan penggunaan alat
kontrasepsi ini penting diimbangi dengan peningkatan partisipasi masyarakat, terutama laki-
laki dalam memanfaatkan alat kontrasepsi sebagai salah satu metode dalam keluarga
berencana. Mendorong partisipasi laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi merupakan
tindakan yang penting dan bijak agar tanggung jawab kesehatan reproduksi perempuan juga
menjadi perhatian utama bagi laki-laki.

Gambar 3.12 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB di Bolaang Mongondow Selatan,
2017-2021

60.59

59.8 58.85 59.26

56.15

2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2017-2021

48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Gambar 3.13 Persentase Perempuan Usia 15-49 tahun dan Berstatus Kawin di Bolaang
Mongondow Selatan menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan,
Tahun 2021

Suntikan 49.78
21.11
a/kalender Kondom pria/karet KB Metode menyusui alami
si pria/vasektomi/MOP Intravag/kondom wanita/diafragma 16.10
Lainnya
6.98
3.41
1.61
0.43
0.23
0.22
0.09
0.03

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 2021
Tabel 3.13 Persentase penduduk perempuan berumur 15-49 tahun yang pernah
kawin dan sedang ber KB menurut jenis alat KB, 2022

Sterilisasi Sterilisasi Kondom Intravag/


IUD/ Susuk
wanita/ pria/ pria/ kondom Cara
Kecamatan AKDR/ Suntikan KB/ Pil
tubektomi/ vasektomi/ karet wanita/ Tradisional
spiral implan
MOW MOP KB diafragma
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bolaang Uki
- - 13 574 444 276 1 - -

Pinolosian - - 17 200 413 343 4 - -


Pinolosian Tengah - - 2 341 170 88 1 - -
Pinolosian Timur - - 2 232 206 188 1 - -
Helumo - - 1 209 296 193 0 - -
Tomini - -- 3 239 116 253 2 - -
Posigadan
- - 17 482 445 477 0 - -

Bolsel - - 55 2277 2090 1818 9 - -


Sumber: DPPKBP3A Bolsel, 2021

Terdapat sejumlah jenis alat/cara yang dapat digunakan perempuan dalam KB.
Alat/cara KB dibedakan menjadi kontrasepsi sederhana tanpa alat (menyusui alami, pantang
berkala), kontrasepsi sederhana dengan alat (kondom laki-laki dan kondom perempuan),

48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik KB dan susuk KB), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/
(IUD) serta kontrasepsi mantap (Metode Operatif Wanita (MOW)/tubektomi dan Metode
Operatif Pria (MOP)/vasektomi) dan alat/cara KB lainnya. Persentase perempuan berusia 15-
49 tahun yang menggunakan alat/cara KB sederhana hanya 0 persen sedangkan yang
menggunakan alat/cara KB non sederhana adalah 0 persen. Jenis alat/cara KB yang banyak

digunakan perempuan pernah kawin adalah suntik KB sebanyak 36,44 persen dan pil KB
dan pil adalah susuk KB/implan sebanyak 29,09 persen dan IUD/AKDR sebesar 0,88 persen. Jenis
alat/cara KB yang paling sedikit digunakan perempuan adalah kondom perempuan sebesar 0
persen. Pada tahun 2021, penggunaan alat kontrasepsi kondom laki-laki sangat rendah, hanya
0,14 persen saja. Persentase ini menurun signifikan dibandingkan tahun 2018 sebesar 4,03
persen (Gambar 3.13).

Tabel 3.13 menyajikan persentase penduduk perempuan berumur 15-49 tahun yang
pernah kawin dan sedang ber KB menurut jenis alat/cara KB dan kabupaten/kota. Jika dilihat
lebih jauh hingga level kabupaten/kota maka alat KB/cara tradisional yang sedang digunakan
oleh perempuan berusia 15-49 tahun adalah suntikan, pil KB dan susuk/implan dengan

proporsi yang variatif antar Kecamatan. Kepopuleran alat dan cara KB tersebut tidak
terlepas dari mudahnya dan murahnya akses pada moda atau cara KB tersebut.

Sosial dan Ketenagakerjaan

Masalah Sosial

Masalah sosial timbul akibat adanya kesenjangan antara situasi yang ada dengan
situasi yang seharusnya atau situasi yang diharapkan. Sehingga masalah sosial ini dipandang
sebagai kondisi yang tidak diharapkan oleh individu atau masyarakat. Masalah- masalah
sosial berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan di masyarakat, sehingga untuk
mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya upaya dari masyarakat dan pemerintah.
Masalah sosial erat kaitannya dengan kemiskinan, karena kemiskinan merupakan
ketidakmampuan individu atau kelompok untuk memenuhi standar minimum kebutuhan
dasar yang meliputi kebutuhan makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Selama ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sehingga keluar dari jurang kemiskinan. Namun di sisi lain, terdapat fenomena
meningkatnya rumah tangga miskin yang kepala keluarganya adalah perempuan.

48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


[Type text]

Kepala keluarga menurut BPS didefinisikan sebagai “salah satu anggota rumah tangga
yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang
yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah tangga”. Meskipun dalam
pengertian tersebut tidak disebutkan bahwa kepala keluarga harus laki-laki, di dalam
masyarakat Indonesia
yang banyak menganut budaya patriarki menguatkan bahwa kepala keluarga pada umumnya
31 Ayat 3, yang menyatakan bahwa “Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu
rumah tangga”. Namun berdasarkan data yang dihimpun BPS, di Bolaang Mongondow
Selatan semakin banyak kepala rumah tangga perempuan. Data tersebut disajikan dalam
Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan di Bolaang Mongondow


Selatan, 2017-2021

14.24

13.84
13.65 13.60

13.22

2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2017-2021


Gambar 3.15 Persentase Kepala Rumah Tangga berdasakan Jenis Kelamin Menurut
Daerah Tempat Tinggal di Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2021

16.81
16.06 15.82 15.68
14.34

12.62 12.73
12.26
11.27 10.86

2017 2018 2019 2020 2021

PerkotaanPerdesaan
48 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel
[Type text]

Penurunan persentase perempuan sebagai kepala rumah tangga juga diikuti dengan
menurunnya persentase perempuan sebagai kepala rumah tangga miskin. Hal tersebut
didukung dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan BPS pada Maret 2021,
bahwa pada tahun 2021 di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terjadi penurunan
persentase rumah tangga miskin dengan kepala rumah tangga wanita sebesar 2,03 persen
poin (year-on-year) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berbagai kebijakan
pengentasan kemiskinan perempuan yang telah dilakukan oleh pemerintah mampu menekan
persentase perempuan sebagai kepala rumah tangga miskin di Bolaang Mongondow Selatan.

Gambar 3.15 menunjukkan perkembangan persentase kepala rumah tangga


perempuan pola yang berbeda berdasarkan wilayah tempat tinggalnya dari tahun ke tahun.
Persentase kepala rumah tangga perempuan mengalami kenaikan di wilayah perdesaan,
sementara di wilayah perkotaan persentase kepala rumah tangga perempuan mengalami
penurunan. Bertambahnya perempuan sebagai kepala keluarga dapat dikarenakan sang
suami meninggal dunia atau sang kepala keluarga bercerai dari suaminya. Peningkatan ini
tentunya juga meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga.

Masalah Ketenagakerjaan

Partisipasi Angkatan Kerja

Dalam kehidupan bermasyarakat, jenis kelamin masih sering digunakan sebagai


persyaratan dalam pembagian kerja. Laki-laki memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan
bekerja, sedangkan perempuan memiliki kewajiban untuk mengurus rumah tangga. Selain itu,
laki-laki dianggap memiliki fisik yang kuat yang menyebabkan laki-laki memiliki peluang lebih
tinggi untuk mendapatkan kesempatan kerja dibandingkan perempuan. Namun di sisi lain,
banyak juga jenis pekerjaan yang mensyaratkan dilakukan oleh perempuan karena lebih
memerlukan ketelatenan dan ketelitian. Perbedaan kesempatan kerja tersebut berdampak
pada partisipasi tenaga kerja yang tercermin dari angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK).

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 49


[Type text]

Salah satu pendorong utama rendahnya partisipasi perempuan di dunia kerja adalah
tuntutan budaya yang mendorong perempuan untuk lebih banyak melakukan pekerjaan
rumah tangga. Perempuan dirancang untuk bertanggung jawab di ranah domestik sehingga
di ranah publik tidak memprioritaskan perempuan di ranah ekonomi di wilayah publik. Faktor
lain yang berkontribusi terhadap rendahnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja
adalah ketidaksetaraan di antara perempuan, yang masih menjadi fenomena sosial.
Keputusan tentang pilihan pekerjaan oleh perempuan seringkali tidak didasarkan pada
kepentingan terbaik bagi perempuan, termasuk anak-anak.

Gambar 3.16 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di
Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2021

83.10 82.06
80.08 80.52 78.98

51.55
45.26 45.14 45.68 44.72

2017 2018 2019 2020 2021

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2017-2021, BPS

Perempuan sebagai Pekerja Migran

Meskipun tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan di Indonesia, khususnya di


Sulawesi Utara masih tergolong rendah, jika dilihat dari modal dan sumber daya manusia,
perempuan dan laki-laki memiliki potensi berimbang. Hal ini ditandai dengan partisipasinya
dalam dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri.

Pada semester 1 tahun 2022, jumlah pekerja migran Indonesia dari Bolaang
Mongondow Selatan mencapai 132 orang. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis
Badan Pelindungan Pekerja yang berjenis kelamin mencapai 70 persen. Angka ini jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan pekerja migran yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya
mencapai 30 persen. Meski jumlah PMI perempuan yang prosedural lebih banyak dari laki-

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 55


[Type text]

laki, namun Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak menyebutkan


bahwa tingkat pelanggaran terhadap hak, diskriminasi, dan kekerasan yang dialami PMI
perempuan lebih besar. Penyebabnya antara lain karena rendahnya pendidikan PMI
perempuan, kurangnya kesiapan mental PMI perempuan, dan kurangnya informasi tentang
migrasi yang aman pada perempuan. Oleh karena itu, Pemerintah harus dapat melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas PMI melalui berbagai terobosan, seperti seleksi
yang ketat dan peningkatan pendidikan dan keterampilan calon PMI. Selain itu, juga
dilakukan berbagai perbaikan regulasi dan pelayanan dalam rangka meningkatkan
perlindungan PMI perempuan sejak perekrutan hingga pulang kembali ke tanah air.

Status pekerjaan & Upah Pekerja

Bahwa terjadi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan juga terlihat
dari status pekerjaan utama. Persentase perempuan sebagai pekerja keluarga mencapai 19,14
persen dari semua perempuan usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Angka tersebut jauh lebih
tinggi dari persentase laki-laki yang hanya 5,43 persen (Gambar 3.18). Hal ini menunjukkan
bahwa persentase perempuan yang bekerja namun tidak mendapat upah jauh lebih tinggi

Gambar 3.18 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan, 2021
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
Laki-laki Perempuan 10.00
Pekerja keluarga/tidak dibayar 5.43 19.14 0.00
Pekerja bebas di nonpertanian 10.70 1.57
Pekerja bebas di pertanian 6.93 1.53
Buruh/karyawan/pegawai 34.98 39.27
Berusaha dibantu pekerja tetap
3.57 1.43
dan dibayar
Berusaha dibantu pekerja tidak
10.34 10.66
tetap/pekerja keluarga/tida
Berusaha sendiri 28.04 26.41

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2021, BPS

Gambar 3.19 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Bersih Sebulan Buruh/karyawan/

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 55


[Type text]

pegawai menurut Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan, 2017-


2021 (ribu rupiah)

3,375

3,214
3,189
3,122 3,126
3,085 3,073
3,045
3,018

2,906

2017 2018 2019 2020 2021

Laki-lakiPerempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2017-2021, BPS

Penduduk yang Bekerja dan Lapangan pekerjaan Utama

Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.20. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja
dan penduduk yang menganggur. Dari Gambar 3.20 terlihat bahwa persentase penduduk
laki- laki yang bekerja lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Sebaliknya,
persentase penduduk laki-laki yang menganggur sedikit lebih rendah dibanding dengan
penduduk perempuan.

Gambar 3.20 Persentase Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Ke Atas) Yang Termasuk
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan,
2021

93.43 92.05

6.57 7.95

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Bekerja Menganggur 55
Laki-lakiPerempuan
[Type text]

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2021, BPS


Gambar 3.21 Persentase Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Ke Atas) Yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Bolaang Mongodow
Selatan, 2021

4.

1.
0.

1.
19.

24.
35.

36.

38.
39.

50.
57.

69.

70.

79.
99.

98.
98.
95.
80.

75.
64.

63.

61.
60.

49.
42.

30.

29.

20.
A B CD,EF G HIJ KL,M,NO P QR,S,T,U

Laki-lakiPerempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2021, BPS

Keterangan:

A.Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan F. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
B. Pertambangan dan penggalian G. Informasi dan Komunikasi
C. Industri pengolahan H. Jasa Keuangan dan Asuransi
D. Pengadaan listrik, dan gas I. Real Estate
E. Treatment Air, Treatment Air Limbah, M,N. Jasa Perusahaan.
Treatment & Pemulihan
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan JAminan Sosial
J. Konstruksi
Wajib.
K. Perdagangan besar, eceran, reparasi dan perawatan mobil P. Jasa Pendidikan
dan motor Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
L. Tranportasi dan Pergudangan
R,S,T, U Jasa Lainnya

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 55


Gambar 3.21 menampilkan penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha utama.
Penyerapan tenaga kerja menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa tenaga kerja laki- laki
hampir mendominasi di semua sektor kecuali di sektor perdagangan, penyediaan akomodasi
makan dan minum, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa lainnya. Selain dari segi jumlah,
penduduk laki-laki yang bekerja jumlahnya lebih banyak, sebagian besar lapangan usaha
yang didominasi oleh laki-laki merupakan lapangan usaha yang karakteristiknya memerlukan
kemampuan fisik pria.

Pekerja Tidak Penuh

Salah satu permasalahan dalam ketenagakerjaan adalah rendahnya waktu produktif


pekerja. Dalam konsep ketenagakerjaan yang dimaksud dengan pekerja tidak penuh adalah
pekerja yang jam kerjanya dibawah jam kerja normal yaitu 35 jam selama seminggu.
Pekerja tidak penuh terbagi menjadi 2 kelompok yakni:

1. Setengah pengangguran: adalah mereka yang melakukan kegiatan bekerja di bawah


jam kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan
atau masih bersedia menerima pekerjaan.

2. Pekerja paruh waktu: adalah mereka yang melakukan kegiatan bekerja di bawah jam
kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan atau
tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

Gambar 3.22 Persentase Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Ke Atas) Yang Bekerja Tidak
Penuh Menurut Jenis Kelamin di Bolaang Mongondow Selatan, 2021

67.82

50.55 49.45

32.18

Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu

Laki-lakiPerempuan
Gambar 3.22 menampilkan proporsi penduduk usia kerja yang bekerja tidak penuh
menurut jenis kelamin. Pada tahun 2021, penduduk yang bekerja tidak penuh untuk
kelompok kelompok setengah penganggur didominasi oleh laki-laki, sementara untuk
kelompok paruh waktu mayoritasnya adalah penduduk perempuan. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa waktu yang dimiliki oleh perempuan tidak sepenuhnya dilakukan untuk
bekerja, namun juga melakukan kegiatan lain terutama kegiatan mengurus rumah tangga.
Sementara penduduk laki-laki, umumnya adalah Kepala Rumah Tangga yang berkewajiban
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga masih mencari tambahan pekerjaan
lain.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Penduduk yang menganggur menjadi beban ekonomi bagi penduduk lainnya.


Semakin tinggi tingkat pengangguran, akan meningkatkan resiko tingginya tingkat
kemiskinan. Untuk mengurangi tingkat pengangguran terbuka (TPT), dapat diupayakan
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan dan peluang kerja
yang kreatif dan inovatif di masyarakat. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, TPT
dapat ditekan. Ketika TPT berkurang, beban ekonomi keluarga berkurang dan pendapatan
keluarga meningkat. Dengan pendapatan yang baik akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Perempuan usia angkatan kerja yang memiliki pekerjaan memiliki peran penting
dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Kemandirian ekonomi pada perempuan
dapat meningkatkan daya tawar (bargaining power) perempuan dalam pengambilan
keputusan untuk kesejahteraan dan kesehatan diri dan keluarga, serta meningkatkan kontrol
perempuan terhadap sumber daya yang ada. Karena itu, TPT perempuan penting ditekan
dengan berbagai program pembangunan dan pemberdayaan pada perempuan.

Pada Gambar 3.23, adanya tingkat pengangguran terbuka (TPT) menunjukkan bahwa
masih terdapat angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. TPT perempuan di
Bolaang Mongondow Selatan pada tahun 2021 sebesar 7,95 persen, angka ini masih lebih
tinggi dibandingkan dengan TPT laki-laki yang mencapai 6,57 persen. Meskipun demikian,
perkembangan TPT perempuan dari tahun 2017 sampai 2021 cenderung menunjukkan tren
yang menurun.
Perempuan di Sektor Publik

Urusan publik merupakan urusan bersama, baik laki-laki maupun perempuan.


Perempuan tidak hanya berperan dalam sektor domestik saja yang seringkali masih menjadi
opini di masyarakat. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama di sektor
publik. Kesempatan perempuan untuk masuk ke dalam ranah publik sebenarnya sudah
digagas sejak adanya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
(Convention on The Elimination of All Forms of Discrimantion Against Women) pada

18 Desember 1979. Kemudian Indonesia meratifikasi konvensi tersebut ke dalam


Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 sebagai penegasan upaya terwujudnya persamaan
kedudukan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia dengan menghapus praktek
diskriminasi yang menghambat kemajuan perempuan.

Hingga saat ini, peran perempuan di sektor publik juga semakin menunjukkan
kemajuannya. Hal tersebut semakin terlihat pada pertumbuhan komposisi perempuan di
dunia politik sebagai anggota legislatif, eksekutif, maupun yudikatif serta di dalam partai
politik.

Peran Perempuan Bolaang Mongondow Selatan dalam Pembangunan

Pergerakan perempuan dalam sektor publik sejatinya sudah dimulai sejak sebelum
kemerdekaan. Salah satu bukti pergerakan perempuan Indonesia adalah adanya Kongres
Perempuan pertama kali diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 1928. Bahkan jika
dirunut lebih lanjut, perempuan Sulawesi Utara (Minahasa) ternyata telah lebih dulu
berkembang dibanding daerah lain di Indonesia, sebab di bumi Minahasa pada tahun 1881
telah Sekolah Nona Manado atau Prot.Meisjesschool Tomohon. Kemudian, kemajuan kaum
perempuan Minahasa menjadi materi yang disampaikan oleh Nona Stientje Adam sebagai
perwakilan dari Minahasa dalam Kongres Pemuda Indonesia I tahun 1926 di Batavia. Dari hal
tersebut, dapat diketahui bahwa jauh sebelum gerakan emansipasi perempuan, di Manado
dan Minahasa sudah mendapatkan kesempatan bersekolah secara bebas. Tidak heran
beberapa nama peremuan Sulawesi Utara telah menjadi orang berprestasi di ranah Nasional.

Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif

Keterwakilan perempuan dalam parlemen sebagai pengambil keputusan memiliki


pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan kaum perempuan lain. Adanya perempuan
di dalam lingkup parlemen akan melengkapi kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang
peka terhadap permasalahan gender. Jika perempuan tidak dilibatkan dalam kegiatan
pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan, sangat mungkin kebutuhan perempuan
akan tetap menjadi skala prioritas yang rendah dalam setiap kebijakan yang dihasilkan.

Perhatian pemerintah terhadap masalah kurangnya partisipasi perempuan dalam


pengambilan kebijakan salah satunya diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik yang telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 2
Tahun

2011 tentang Perubahan atas U Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-undang
tersebut menyatakan bahwa partai politik harus memenuhi kuota 30 persen bagi perempuan
dalam politik terutama di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pada kenyataannya, keterlibatan perempuan dalam dunia politik di Bolaang


Mongondow Selatan masih belum mencapai 30 persen. Tabel 3.12 menampilkan data
partisipasi perempuan di lembaga legislatif periode 2014-2019 dan 2019-2024. Dari tabel
3.14 terlihat adanya peningkatan perempuan yang menduduki kursi parlemen di tingkat
nasional maupun daerah. Pada periode 2014-2019 persentase perempuan di legislatif secara
keseluruhan adalah sebesar 24,49 persen dan angka ini meningkat pada periode 2019-2024
menjadi 26,65 persen. Pada level kabupaten/kota dapat dilihat juga bahwa hanya ada 6
(enam) dari 15 kabupaten/kota yang capaian partisipasi perempuan di legislatif mencapai
kuota 30 persen. Meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki kursi legislatif
sebenernya dapat menunjukkan pertanda baik terkait kesadaran akan pentingnya peran
perempuan dalam perumusan kebijakan. Akan tetapi, penting untuk diperhatikan bahwa
partisipasi perempuan secara keseluruhan dalam beberapa periode ini masih belum
mencapai kuota hingga 30 persen sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 2 Tahun
2011.

Tabel 3.15 Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif Sulawesi Utara

Total Periode 2014/2019 Periode 2019/2024


Tingkat
Anggota Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DPR Propinsi 1 1 1
DPRD Kabupaten 5 5 25 5 25
Kec. Bolaang Uki 1 1
Kec. Pinolosian 2 2
Kec. Pinolosian Tengah
Kec. Pinolosian Timur
Kec. Helumo
Kec. Tomini
Kec. Posigadan 2 2
TOTAL 6 6
Sumber: Bolsel Dalam Angka 2022

Beberapa studi menujukkan bahwa belum tercapainya 30 persen partisipasi


perempuan di lembaga legislatif dikarenakan sistem budaya politik dan sistem rekrutmen
oleh partai yang kurang memperhatikan representasi perempuan. Sistem pemilu yang tidak
ramah perempuan turut berkontribusi dalam kegagalan perempuan menjadi anggota
legislatif (Maherul dan Puri, 2019; Sari, 2020). Faktor lain penyebab kurangnya partisipasi
perempuan adalah kuatnya budaya patriarki, komitmen dan kebijakan partai politik yang
tidak memperhatikan calon perempuan, kualifikasi dan pengalaman dari perempuan (Sari,
2020; Umagapi, 2019; Chairiyah, 2019).
Di Bolaang Mongondow Selatan, proporsi partisipasi perempuan di lembaga legislatif, baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah, harus terus didorong dengan berbagi upaya,
termasuk usaha-usaha afirmasi (affirmative action) karena ketentuan dan amanat minimal 30
persen proporsi perempuan di berbagai sektor publik, belum sepenuhnya tercapai. Meskipun
cenderung mengalami kenaikan selama dua Pemilu terakhir, namun partisipasi kaum
perempuan masih harus terus didorong, terutama bagaimana mengadvokasi masyarakat
wajib pilih mengenai pentingnya menaikkan proporsi kehadiran perempuan di lembaga
legislatif pada semua tingkatan perwakilan rakyat, salah satunya melalui peningkatan
kesadaran partai politik mengenai pengarusutamaan gender dalam sistem kepartaian. Partai
politik merupakan salah satu wadah dimana perempuan bisa berkiprah dalam bidang politik
atau dengan kata lain untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan, partai politik
di Indonesia juga merupakan jenjang untuk seseorang menjadi anggota parlemen.

Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif dan Eksekutif

Peran perempuan di lembaga yudikatif di wilayah Bolaang Mongondow Selatan pada


tahun 2021 ditampilkan dalam Gambar 3.25. Berdasarkan Gambar 3.25 dapat dilihat bahwa
perempuan sudah memiliki tempat yang cukup besar dalam lembaga yudikatif. Bahkan di
lembaga kepolisian, posisi perempuan jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Sebanyak
237
pegawai atau sekitar 68 persen pegawai di kepolisian adalah perempuan.
Kementrian Agama 334 176

Kepolisian Negara 111 237

ASN 363 279

Laki-LakiPerempuan

Sumber: Bolsel Dalam Angka 2022

Kondisinya berbeda jika melihat keterlibatan perempuan di Lembaga kepolisian


sebagai Polisi Wanita (Polwan). Di Bolaang Mongondow Selatan, persentase jumlah Polwan
terhadap keseluruhan personel Polisi masih terbilang kecil, yakni hanya mencapai 5,84 persen.
Dari 8.403 jumlah polisi di Polda Sulawesi Utara, jumlah polwan hanya sebesar 491 orang.
Angka ini tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian
pengarusutamaan gender pada tubuh kepolisian bukan berarti jalan ditempat baik dari
internal maupun dorongan eksternal. Dalam siaran persnya tanggal 21 September 2021
dalam rangka memperingati Hari Polwan, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) merekomendasikan sejumlah saran kepada Kapolri. Salah
satu butir rekomendasinya adalah untuk meningkatkan jumlah personel Polwan dan
meningkatkan jumlah kepemimpinan perempuan secara gradual sampai mendekati jumlah
30% dari keseluruhan jumlah Polri. Rekomendasi ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran
Polwan terutama dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.

2021

94.12 94.16

5.88 5.84

2020 2021

Laki-lakiPerempuan

Sumber: Polres Bolsel, 2020-2021


Gambar 3.27 Persentase Perempuan di Lembaga Eksekutif
Pada lembaga eksekutif, peran perempuan digambarkan pada Gambar 3.27.
Berdasarkan Gambar 3.27 terlihat bahwa cukup banyak perempuan yang menduduki jabatan
pemimpin di lembaga eksekutif. Namun Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkatan kepemimpinan, peran perempuan semakin kecil. Perempuan paling banyak
menduduki posisi pengawas dengan persentase sebesar 76,37 persen.

Partisipasi Perempuan dalam Profesi Guru

seseorang mempraktikkannya dalam pekerjaannya dengan maksimal. Karena itu, seorang


professional memiliki indikator standar kualitas minimum yang menjadi landasan citra dan
perilaku dirinya dalam bekerja. Pekerja professional tidak hanya berpengaruh pada
keahlian khusus yang dimiliki, namun juga berkorelasi dengan tingkat pendapatan yang
diperoleh atas pekerjaan yang dilakukan.

Tabel 3.16 Jumlah Guru Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Bolaang
Mongondow Selatan 2022 *)

JLH SMP
SD SD SMP JLH
Kecamatan LAKI- Lainnya
LAKI-LAKI PEREM L + P LAKI PEREMP L+P
PUAN UAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bolaang Uki 27 112 139 15 37 52
Pinolosian 31 47 78 15 28 43
Pinolosian Tengah 19 27 46 14 24 38
Pinolosian Timur 24 56 80 20 21 41
Helumo 14 25 39 7 8 15
Tomini 6 25 31 4 8 12
Posigadan 40 97 137 21 51 72

Kab. Bolsel 161 389 550 96 177 273

*) Data guru hanya yang terdaftar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, belum termasuk guru yang terdafar di
Kemenag Sumber: Dispend Bolsel

Proporsi perempuan dalam suatu profesi dapat memberikan gambaran bahwa


perempuan dapat berpartisipasi penuh dan mendapat kesempatan yang sama pada
kehidupan ekonomi dan publik. Salah satu data yang dinilai cukup representatif
menggambarkan partisipasi perempuan dalam dunia professional di Sulawesi Utara adalah
jumlah guru menurut jenis kelamin, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel. 3.15. Dapat dilihat
bahwa jumlah guru perempuan jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah guru laki-laki
di seluruh jenjang pendidikan. Bahkan secara total, guru perempuan jumlahnya tiga kali
lebih banyak
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender
(IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Pembangunan merupakan suatu proses kompleks yang bertujuan meningkatkan


kesejahteraan penduduk secara menyeluruh baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya dan
berbagai aspek lain. Untuk itu, diperlukan adanya indikator yang dapat mengukur kinerja
pembangunan yang telah dilakukan. Sejak pertama kali dikenalkan oleh United Nations
Development Programme (UNDP), indikator yang sering digunakan untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya peningkatan kualitas hidup penduduk adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Namun demikian, IPM belum mampu menjelaskan perbedaan
capaian kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, dibentuklah Indeks
Pembangunan Gender (IPG) yang pada dasarnya hampir sama dengan IPM tetapi dilakukan
pemilahan jenis kelamin agar mampu menjelaskan kesenjangan kemampuan dasar laki-laki
dan perempuan. Selain indikator tersebut, UNDP juga mengenalkan indeks terkait gender
yang digunakan untuk mengukur persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan, yaitu Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Selama ini, salah satu cara untuk mengukur keberhasilan kinerja suatu wilayah dalam
bidang pembangunan manusia adalah melalui IPM. Indeks ini menjelaskan bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memeroleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya (BPS, 2020). IPM merupakan indeks komposit yang mencakup
tiga dimensi mendasar, yaitu dimensi kesehatan, dimensi pendidikan, dan dimensi
pengeluaran (standar hidup layak).

Tabel 3.16 menujukkan bahwa adanya peningkatan IPM Bolaang Mongondow Selatan
tahun 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 72,93 menjadi 73,30 atau naik
0,37 poin. Capaian IPM Bolaang Mongondow Selatan masih tergolong pada kelompok
wilayah “IPM Tinggi” yang sudah dicapai sejak tahun 2018. Bahkan pada 2021, Bolaang
Mongondow Selatan merupakan Kabupaten dengan IPM tertinggi ke-6 secara nasional.
Tabel 3.17 IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2017-2021

Indeks Pembangunan Manusia


Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bolaang Mongondow 66,08 66,91 67,82 67,89 68,16
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021

Meski pandemi COVID-19 membuat IPM Bolaang Mongondow Selatan tahun 2020
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, setelah satu tahun lebih pandemi
COVID-19 melanda IPM Bolaang Mongondow Selatan mulai mengalami pertumbuhan
kembali di tahun 2021. Capaian IPM tahun 2021 yang meningkat 0,37 poin pada tahun 2021
ini didukung oleh peningkatan semua komponen penyusunnya. Hal ini berbeda dengan
tahun 2020 yang mengalami penurunan akibat menurunnya pengeluaran per kapita yang
disesuaikan.

Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Tingkat keberhasilan pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender


dapat diukur salah satunya dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang diperkenalkan
oleh UNDP pada tahun 1995. Indeks ini merupakan indikator yang menggambarkan
perbandingan (rasio) capaian antara IPM Perempuan dengan IPM laki- laki. Semakin kecil
selisih IPG dengan nilai 100, maka semakin setara pembangunan antara perempuan dengan
laki-laki (BPS, 2020). Nilai 100 dijadikan acuan dalam menginterpretasikan IPG karena nilai

tersebut merupakan nilai rasio yang paling sempurna.


Berdasarkan Tabel 3.17 dapat diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir, IPG terus
menurun. Merupakan implikasi dari semakin menurunnya rasio IPM perempuan terhadap IPM
laki-laki yang terjadi selama empat tahun ke belakang (Tabel 3.18). Hal ini tentu saja tidak
lepas dari menurunnya IPM secara total terdampak Covid-19 terutama pada dimensi
pengeluaran (standar hidup layak). Penurunan pengeluaran per kapita yang disesuaikan
dengan penurunan pengeluaran perkapita yang disesuaikan pada tingkat nasional.

Tabel 3.18 Indeks Pembangunan Gender Bolaang Mongondow Selatan, 2017-2021

Indeks Pembangunan Gender (Persen)


Kabupaten/Kota
2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 79,87 79,70 80,09 80,42
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022
Capaian IPG di Bolaang Mongondow Selatan tahun 2021 tercatat sebesar 80,09 meningkat
dibanding IPG tahun 2020 yang tercatat sebesar 79,70. Gambar 3.28 Perkembangan IPG,
IPM Perempuan dan IPM Laki-laki Bolang Mongondow Selatan Tahun 2011-2021

94.59 94.64 95.04 94.7894.7994.53 94.42 94.61


93.28 93.37 93.74

76.3676.34 76.65
74.86 75.40
73.70 74.18
72.26 72.24 73.19
71.32

72.18 72.08 72.52


70.50 70.95 71.47
69.23 69.75
67.47 68.19
66.53

20112012201320142015201620172018201920202021

Laki-laki Perempuan IPG

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021

IPG merupakan agregasi dari tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, serta standar
hidup layak. Dimensi kesehatan diwakili oleh Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH). Pada
tahun 2021 UHH perempuan telah mencapai 73,72 tahun, sementara laki-laki mencapai 69,89
tahun. Sejak tahun 2010 nilai UHH perempuan dan laki-laki setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang berarti, indikasi tingkat kesejahteraan dan pembangunan perempuan dan
laki-laki mengalami perbaikan.

Gambar 3.29 Perkembangan Umur Harapan Hidup Menurut Jenis Kelamin Bolaang
Mongondow Selatan Tahun 2011-2021

73.55 73.67 73.72


73.23
72.85 72.9272.9872.99 73.01
72.55 72.70

71.58 71.69 71.76


71.26
70.86 70.94 70.99 71.05 71.04
70.55 70.70

69.71 69.82 69.89


69.33
68.95 69.03 69.0869.09 69.11
68.85 68.80

20112012201320142015201620172018201920202021
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu investasi yang dilakukan pemerintah dalam
membangun negara. Tingkat pendidikan yang baik akan mengarahkan suatu negara menuju
kondisi yang lebih baik. Karena itu, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam
pembangunan.
Kesetaraan gender juga dapat dilihat dari ada tidaknya perbedaan capaian perempuan
dan laki-laki dalam perekonomian. Dalam konteks kesetaraan gender, indikator yang dapat
menunjukan ada tidaknya perbedaan adalah data upah dan pendapatan per kapita. Namun,
karena masalah ketersediaan data upah dan pendapatan per kapita, maka indikator ini
kemudian digantikan dengan data pengeluaran per kapita yang disesuaikan sebagai proksi.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks terkait gender yang dikeluarkan UNDP selain IPG adalah Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG). Meskipun keduanya digunakan untuk mengukur capaian kesetaraan gender,
dimensi yang digunakan IDG berbeda dengan IPG, yaitu IDG melihat sejauh mana kesetaraan
gender sudah berhasil terbangun melalui partisipasi perempuan di bidang politik melalui
keterlibatan perempuan di parlemen, pengambilan keputusan melalui persentase perempuan
sebagai tenaga profesional, dan ekonomi melalui sumbangan pendapatan oleh perempuan.

Melalui Tabel 3.20 diketahui bahwa dimensi penyusun IDG pada tahun 2021 menurun
dibandingkan pada tahun 2020, kecuali dimensi keterlibatan perempuan di parlemen.
Meskipun demikian, secara total nilai IDG meningkat dibanding tahun sebelumnya. Tabel 3.21
Indeks Pemberdayaan Gender dan Komponen Penyusunnya, 2019-2021

Keterlibatan Sumbangan
Perempuan Sebagai Indeks Pemberdayaan
Kabupaten perempuan di Pendapatan
Tenaga Profesional Gender (IDG)
/Kota Parlemen Perempuan
2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Bolaang
25,00 20,00 25,00 48,67 51,39 54,20 28,22 28,18 28,17 72,22 68,16 71,51
Mongondow
selatan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021

Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD


Profil Provinsi Sulawesi
Gender dan UtaraDP3AD Provinsi Sulawesi
Anak 2022 79
78
BAB IV
Negara berkewajiban untuk menjamin seluruh warganya terbebas dari segala bentuk kekerasan atau ancaman kekerasan,

dan martabat kemanusiaan. Dalam menguatkan komitmen ini, pemerintah telah


mengesahkan Undang-undang Nomor 39 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai wujud
nyata penghormatan dan pelaksanaan Deklarasi Universal HAM/Universal Declaration on
Human Rights (UDHR) tahun 1948 dan sejumlah instrumen HAM lain, seperti hak anak, hak
disabilitas, dan hak perempuan. Selain itu, sejumlah kebijakan dan Undang-undang telah
disahkan oleh pemerintah untuk pencegahan dan penanganan berbagai tindak kekerasan,
seperti Undang- undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (PKDRT), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) dan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi.

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak asasi yang sama dan berhak hidup
tanpa dihantui rasa takut menjadi korban kekerasan. Namun, dalam kenyataannya
perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan dibandingkan dengan laki-laki. Sebagai
bentuk penjaminan hak perempuan dari segala bentuk diskriminasi, pemerintah membuat
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Upaya ini merupakan bagian
dari pembangunan berkelanjutan pemerintah yang sejalan dengan tujuan ke-16 dari SDG’s
untuk mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi-institusi yang
efektif, akuntabel dan inklusif di semua level.

Selain itu, untuk mengimplementasikan perlindungan hak perempuan, telah dibentuk


Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) dan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA Kemen PPPA). Melalui kekuatan

80 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


hukum dan sistem perlindungan yang terpadu, harapan terhadap penghapusan segala
bentuk

80 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


kekerasan terhadap perempuan dapat dikurangi atau dihentikan menuju penghormatan hak

asasi perempuan.

Gambaran Kasus Kekerasan

Menurut pasal 1 Undang-undang PTPPO, kekerasan adalah setiap perbuatan secara


melawan hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang
menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan
seseorang. Ancaman kekerasan juga termasuk salah satu bentuk kekerasan. Praktik kekerasan
selalu melibatkan minimal dua orang, dimana satu menjadi korban dan satu menjadi pelaku,
meskipun dimungkinkan pelaku atau korban berjumlah lebih dari satu.

Dalam mengkategorikan jenis kekerasan, terdapat setidaknya tiga undang-undang


yang dapat dijadikan rujukan, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), Undang- undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan
Undang- undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Dari ketiga undang-undang
tersebut, jenis- jenis kekerasan dikategorikan menjadi kekerasan fisik, kekerasan psikis,
kekerasan seksual, penelantaran, eksploitasi, eksploitasi sosial, dan kekerasan lainnya (seperti
ancaman kekerasan dan pemaksaan). Kekerasan juga dapat dipisahkan menurut tempat
kejadiannya. Berdasarkan tempat kejadian, kekerasan dapat dibagi dalam dua tempat
kejadian, yaitu di dalam rumah tangga dan di ruang publik. Kekerasan di ruang publik bisa
terjadi di sekolah, kampus, rumah sakit, tempat perbelanjaan, terminal, pasar, kantor, dan
lainnya.

Jenis kasus kekerasan yang ditangani P2TP2A Dinas Pengendalian Penduduk,


Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan antara lain kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual,
eksploitasi, trafficking (perdagangan orang), penelantaran, dan kasus lainnya. Kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi fenomena gunung es/ iceberg
phenomena. Kasus kekerasan yang dapat ditangani hanya yang dilaporkan saja, sehingga
data kasus kekerasan belum bisa menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi di
lapangan. Jumlah kasus kekerasan disinyalir jauh lebih banyak daripada yang terlapor.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 81


Tabel 4.1 Jumlah Kasus Kekerasan yang Ditangani P2TP2A Kab. Bolsel Tahun 2020-
2022

2020 2021 2022


Jenis Kekerasan Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa Anak
Jml Jml Jml
P P L P P L P P L
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
(KDRT)
Fisik 3 6 5
Psikis
Seksual 3 4

Penelantaran
Lainnya 2 3
Kekerasan di
Luar Lingkup
Keluarga
Fisik 1
Psikis
Seksual 16 14 13
Trafficking 2 1
Lainnya 1 1
TOTAL 5 18 12 16 10 14
Sumber: P2TP2A Bolsel

Tabel 4.1 menyajikan jumlah kasus kekerasan yang ditangani oleh Bidang PP-PA
melalui P2TP2A sejak tahun 2019-2021. Dapat dilihat bahwa jumlah kasus menurun pada
tahun 2021 menjadi 13 kasus kekerasan dalam rumah tangga dan 17 kasus kekerasan di luar
lingkup keluarga. Kasus yang paling banyak ditangani juga bervariasi dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2019 dan 2020 kasus yang paling banyak ditangani dalam lingkup keluarga
adalah kasus penelantaran. Sedangkan kasus yang paling banyak ditangani di luar lingkup
keluarga adalah kasus lainnya dan trafficking (perdagangan orang). Di tahun 2021, kasus
lainnya menjadi kasus terbanyak di dalam lingkup rumah tangga maupun di luar lingkup
keluarga yang ditangani.

82 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Tabel 4.2 Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTPA) dan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Menurut Kecamatan Tahun
2022

Kecamatan Jumlah Kasus


(1) (2)
Bolaang Uki 11
Pinolosian 7
Pinolosian Tengah 3
Pinolosian Timur 1
Helumo
Tomini 2
Posigadan 2
Total 26
Sumber: Simfoni PPA Bolsel

Grafik 4.1 menunjukkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak mayoritas
terjadi di rumah tangga yaitu sebanyak 10 kasus dengan korban berjumlah 26 orang. Ini
berarti kasus kekerasan yang terjadi dilakukan oleh orang terdekat yang masih dalam satu
rumah tangga. Selain itu, fasilitas umum masih belum sepenuhnya aman bagi perempuan dan
anak. Hal ini terlihat dari masih ditemukan 26 kasus yang terjadi dan 14 orang menjadi
korban kekerasan di sepanjang tahun 2022.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 83


Korban kekerasan pada perempuan dan anak paling banyak berada di kelompok usia
13-17 tahun yaitu sebanyak orang. Selain itu pada kelompok usia 0-12 tahun juga cukup
banyak korban kekerasan yaitu orang. Korban kekerasan dominan mengalami satu jenis

4
kekerasan namun masih terdapat orang yang mengalami lebih dari satu jenis kekerasan.
Karakteristik perempuan dan anak korban kekerasan menurut usia dan banyaknya kekerasan
yang dialami lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.3 Korban Kekerasan menurut Usia, 2022

Usia Jumlah Korban


(1) (2)
0-5 2
6-12 4
13-17 7
18-24 3
25-44 6
45-59 2
60+ 24
Sumber: Simfoni PPA Bolsel

Jumlah Korban Kekerasan


4

1 JENIS 2 JENIS 3 JENIS

Sumber: Simfoni PPA Bolsel

Pada Tabel 4.4 memperlihatkan pelaku kekerasan paling banyak secara berturut-turut
dilakukan oleh orang tua ( 3 orang), pacar/teman ( 4 orang) dan suami/istri ( 2 orang).
Dengan kata lain pelaku kekerasan merupakan orang-orang yang memiliki hubungan dekat
dengan korban. Jika dilihat menurut jenis kelamin, pelaku kekerasan mayoritas dilakukan oleh
laki-laki sebanyak orang (Gambar 4.3).

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 91


Tabel 4.4 Jumlah Pelaku Kekerasan Berdasarkan Hubungan Dengan Korban, 2022

Hubungan dengan korban Jumlah Pelaku


(1) (2)
Orang tua 3
Pacar/teman 4
Suami/istri 2
Tetangga 5
Keluarga/saudara 2
Guru
Majikan
Rekan Kerja
Lainnya 8
NA
Sumber: Simfoni PPA Bolsel

Perlindungan Hak Perempuan Lanjut Usia (LANSIA)

Hak Asasi Manusia (HAM) perempuan memerlukan pengaturan khusus. Sikap ini
didasarkan atas kenyataan di seluruh dunia yang sampai kini juga masih berlanjut. Luhulima
(2007:42), menyatakan hampir semua masyarakat di dunia masih ditandai dengan sikap yang
menganggap bahwa perempuan lebih rendah kedudukannya dan nilainya dibanding laki-laki.
Sumbangan perempuan bagi kehidupan keluarga dan masyarakat, maupun sumbangan di
dunia kerja atau bagi pertumbuhan ekonomi masih sangat kurang diakui dan dihargai. Hal ini
menyebabkan bahwa perempuan pada umumnya kurang atau sama sekali tidak berperan
dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

Perlindungan perempuan adalah segala upaya yang ditujukan untuk melindungi


perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya dengan memberikan
perhatian yang konsisten dan sitematis yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.

Upaya perlindungan terhadap penduduk lanjut usia telah menjadi perhatian di


seluruh dunia. Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang. Menurut Undang-undang RI No.2 Tahun 1992 tentang
Kesehatan Pasal

19 Ayat 1 Bahwa Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan Biologis, Fisik, Kejiwaan, dan Sosial. Dengan demikian perlindungan terhadap
lanjut usia tidak lain adalah upaya negara dalam memberikan jaminan rasa aman pada lanjut
usia agar terpenuhi hak azasinya.

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 91


Penduduk yang telah memasuki masa lanjut usia, yaitu usia 60 tahun ke atas. Dalam
masyarakat, dikenal juga istilah usila (lanjut usia), glamur (golongan lanjut umur), senior,
sesepuh, dan sebagainya; (2) Penduduk yang akan segera memasuki masa lanjut usia (disebut
pralanjut usia), yaitu usia 45 s.d 64 tahun; dan (3) Penduduk usia muda, yaitu di bawah usia
45 tahun.

BAB V
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melek

harus dijunjung tinggi. Dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan diratifikasi Indonesia
pada tahun 1990 Bab (1) Pasal (1), anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun.
Keberadaan anak menjadi dasar penting bagi pengambilan kebijakan karena anak-anak
merupakan kelompok penduduk usia muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan di masa mendatang.

Perwujudan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas


berimplikasi pada perlunya memberikan perlindungan khusus kepada anak agar dapat bebas
berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut sesuai dengan isi UU No.23 Tahun
2002 Pasal 4 tentang Perlindungan Anak, bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Untuk itu
pemerintah perlu melakukan investasi yang intensif di bidang kesehatan, pendidikan dan

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 91


kesejahteraan anak, karena berkaitan dengan keadaan tumbuh kembang anak. Itulah
beberapa hal yang akan menentukan masa depan anak dan masa depan bangsa. Dengan
demikian, penting untuk mengetahui sejauh mana indikator-indikator anak telah mencapai
kemajuan ataupun belum.

Pada Bab 5 ini akan dibahas profil anak Sulawesi Utara. Pembahasan profil anak
Sulawesi Utara terbagi dalam beberapa sub bab antara lain: struktur penduduk usia anak; hak
sipil dan kebebasan anak; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar
dan kesejahteraan anak; pendidikan anak; perlindungan khusus anak.

Struktur Penduduk Usia Anak

Jumlah penduduk Bolaang Mongondow Selatan pada tahun 2021 adalah sebanyak
2.638.631 jiwa yang terdiri dari 1.349.567 jiwa penduduk laki-laki dan 1.289.064 jiwa
penduduk perempuan. Sebesar 30,70 persen dari total penduduk adalah anak usia 0-19
tahun atau
ebanyak 810.092 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa satu per tiga penduduk masih
membutuhkan perlindungan, baik oleh keluarga, masyarakat, ataupun pemerintah.
Kebutuhan dasar harus dapat dipersiapkan untuk mendukung tumbuh kembang anak,
terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Anak-Anak di Bolsel Menurut Kelompok Umur, Jenis
Kelamin, dan Kecamatan, 2021 dan 2022

Laki-laki Perempuan Total


Kecamatan
0-4 5-9 10-14 15-19 0-4 5-9 10-14 15-19 0-4 5-9 10-14 15-19
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

BOLAANG UKI 600 608 682 784 493 584 657 717 1093 1192 1339 1501
POSIGADAN 567 659 770 844 544 662 674 801 1111 1321 1444 1645

PINOLOSIAN 596 501 507 553 396 453 442 504 992 984 949 1057

PINOLOSIAN
TENGAH
236 276 276 329 224 259 244 278 460 535 520 607

PINOLOSIAN
TIMUR
271 286 300 380 244 290 314 358 515 576 614 738
HELUMO 286 356 322 409 236 319 335 348 522 675 657 757

TOMINI 260 304 289 327 248 280 313 339 508 584 602 666

Bolsel 2816 2,990 3,146 3,626 2385 2,847 2,979 3,345 5201 5837 6125 6971

Sumber: PK21

Berdasarkan Tabel 5.1, jumlah penduduk anak laki-laki di Sulawesi Utara pada tahun

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 91


2021 adalah sebanyak 416.670 jiwa dan anak perempuan sebanyak 393.422 jiwa. Data ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2021 jumlah anak laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Populasi anak terbesar berada di Kota Manado dengan jumlah penduduk anak

sebanyak 135.560 atau sebesar 16,73 persen dari total populasi penduduk anak

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 91


Tabel 5.2 Jumlah, Persentase, dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Usia 0-19 Tahun
Bolsel Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2022

Kelompok % % Rasio Jenis


Laki-Laki Perempuan Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0-4 2636 2385 5021 52,49 47,50
5-9 2990 2847 5837 51,22 48,77
10-14 3146 2979 6125 51,36 48,64
15-19 3626 3345 6971 52,02 47,98
Total 12398 11556 23954 51,76 48,24
Sumber: PK22 DPPKBP3A

Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan


pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan
pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
perempuan.

Berdasarkan Tabel 5.2, persentase penduduk laki-laki yang berusia 0-19 tahun di
Bolsel lebih besar dibandingkan penduduk perempuan yaitu sebesar 51,76. Hal ini juga
terlihat konsisten di setiap kelompok umur. Sedangkan rasio jenis kelamin untuk penduduk
usia 0-19 tahun menunjukkan angka 106 yang berarti dari 100 anak perempuan usia 0-19
tahun terdapat sekitar 106 anak laki-laki usia 0-19 tahun. Rasio jenis kelamin tertinggi
terdapat pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 108.

92 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.1 Sebaran Penduduk Usia 0-19 Tahun Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Bolsel, 2021

205,0

204,3
203,3
197,3

106,1
105,0
104,6
100,8

100,4

98,2

98,2
96,4

0-4 5-9 10 - 14 15 - 19

Laki-lakiPerempuanTotal
Sumber: PK21

Tiga variabel demografi yang memengaruhi struktur usia penduduk di suatu wilayah
adalah kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor sosial ekonomi suatu negara akan
memengaruhi struktur usia penduduk melalui ketiga variabel demografi tersebut. Perbedaan
struktur usia tersebut kemudian akan menimbulkan perbedaan dalam aspek sosial ekonomi,
seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah pendidikan.
Berdasarkan data komposisi anak menurut kelompok usia, pemerintah diharapkan mampu
merumuskan berbagai strategi kebijakan terkait anak.

Gambar 5.1 menyajikan sebaran penduduk usia 0-19 tahun di Bolsel tahun 2021
menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Secara keseluruhan penduduk laki-laki lebih
banyak daripada penduduk perempuan pada setiap rentang usia. Komposisi penduduk anak
terbanyak adalah pada kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah penduduk sebesar

205.074 jiwa atau 25,31 persen dari total penduduk usia 0-19 tahun.

Hak Sipil dan Kebebasan

Pencatatan kelahiran adalah salah satu peristiwa terpenting dalam kehidupan anak
untuk membangun identitas hukum sebagai warga negara, serta bukti penting tentang ikatan
anak dengan keluarga atau orang tuanya. Pencatatan kelahiran berguna untuk menetapkan

keberadaan anak di bawah hukum dan memastikan anak mempunyai akses terhadap berbagai

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 93


hak anak seperti hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Hak seseorang untuk memperoleh
nama dan kebangsaan mulanya diatur dalam Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948.
Konvensi tahun 1961 tentang Pengurangan Penduduk tanpa Status Kewarganegaraan
menyebutkan tentang siapapun yang lahir dalam suatu negara atau di luar negeri, termasuk
juga yang ditelantarkan dijamin haknya memperoleh status kewarganegaraan. Hak atas nama
dan kewarganegaraan termaktub dalam asas ke-3 Deklarasi Hak Anak tahun 1959, yang
kemudian menjadi dasar pembentukan Konvensi Hak Anak tahun 1989.

Kepemilikan akta kelahiran sebagai bentuk aktualisasi dari pencatatan kelahiran


merupakan salah satu langkah perlindungan anak. Sampai saat ini masih banyak anak
Indonesia yang identitasnya tidak atau belum tercatat dalam akta kelahiran sehingga secara
de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang
lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah, dan kewarganegaraannya, serta tidak
terlindungi keberadaannya. Ketika tidak ada bukti diri, akan ada kemungkinan
penyalahgunaan identitas yang akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Semakin
tidak jelas identitas seorang anak, akan semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak
seperti anak menjadi korban perdagangan, tenaga kerja, ataupun kekerasan.
tabel 5.3. Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Berumur 0-17 Tahun
Menurut Kecamatan di Bolsel, 2021

Kepemilikan Akta Kelahiran


Ya, dapat Ya, tidak Tidak Tidak tahu
Kecamatan Total
ditunjukkan dapat memiliki
ditunjukkan
(1 (2) (3) (4) (5) (6)
)
Bolaang Uki 5295 324
Pinolosian 3175 244
Pinolosian Tengah 1739 198
Pinolosian Timur 2093 167
Helumo 2218 202
Tomini 1997 147
Posigadan 4935 291
Sulawesi Utara 21452 1573
Sumber: DUKCAPIL 2022
,

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 95


Anak di Bolsel yang belum memiliki akta kelahiran merupakan hal yang
memprihatinkan dan harus dicarikan solusi pemecahannya, mengingat akta kelahiran
merupakan salah satu dari dokumen kependudukan yang harus ada, bahkan biaya
penerbitan dan pengurusannya telah digratiskan.

Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif

Pengasuhan Alternatif / Keberadaan Orang Tua Kandung

Setiap anak berhak untuk hidup dalam lingkungan pengasuhan keluarga. Untuk
perkembangan kepribadiannya yang utuh dan serasi, anak harus tumbuh dalam lingkungan
keluarganya dalam iklim kegembiraan, cinta kasih dan pengertian (pembukaan Konvensi Hak
Anak). Keluarga berperan penting dalam membangun pondasi dan memperkuat kehidupan
anak. Keluarga memiliki tanggung jawab penuh untuk pengasuhan yang baik yang
mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak
sejak bayi hingga dewasa, serta sampai kepada upaya pembentukan norma-norma yang
diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 7 ayat (1)
menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan
diasuh oleh orang tuanya sendiri”. Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam
asuhan dan perlindungan orang tuanya diharapkan dapat menjadi anak yang tangguh dan
berkualitas. Kekuatan kepribadian anak merupakan hasil dari pengasuhan dan penanganan
yang baik dari orang tuanya. Ketika salah satu dari kedua orang tuanya tidak ada, terjadi
ketimpangan dalam perkembangan psikologis anak. Kepribadian, kesehatan mental, dan
pertahanan diri dari stres akan terasa sulit ditangani oleh anak yang tidak genap mendapat
pengasuhan dari kedua orang tuanya (Sundari dan Herdajani, 2013).

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 99


Tabel 5.4 Data Jumlah Kasus Perceraian yang Terdaftar di Pengadilan Negeri di
Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2021 – 2022 Per Kecamatan

Kecamatan 2021 2022


(1) (2) (3)
Bolaang Uki 59 34
Pinolosian 36 28
Pinolosian Tengah 15 20
Pinolosian Timur 9 4
Helumo 11 10
Tomini 7 7
Posigadan 21 13
Jumlah 158 116
Sumber: Pengadilan Agama Bolsel

Salah satu permasalahan yang menjadi penyebab anak tidak mendapatkan pengasuhan dari
kedua orang tuanya adalah masalah perceraian. Saidan (2015) dalam penelitiannya
menyebutkan penyebab pasangan mengajukan gugat cerai antara lain: tidak adanya
tanggung jawab, tidak adanya keharmonisan, gangguan dari pihak ketiga atau
perselingkuhan, faktor ekonomi, dan krisis akhlak. Apapun penyebabnya, dampak dari
sebuah perceraian mengakibatkan hilangnya pengasuhan anak. Tabel 5.4 menyajikan jumlah
kasus perceraian yang terjadi di wilayah pengadilan-pengadilan negeri yang ada di Bolsel.

Perkawinan Usia Anak

Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan didefinisikan


sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Pasal 7 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila
pihak pria mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Salah
satu isi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah adanya perubahan batas usia minimal
menikah perempuan yang semula 16 tahun diubah menjadi 19 tahun. Namun pada
kenyataannya masih banyak dijumpai anak-anak di bawah usia 15 tahun sudah melakukan
pernikahan bahkan mengalami perceraian.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 huruf c menyebutkan
bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 99


perkawinan usia
anak. Perkawinan anak memengaruhi anak perempuan dan laki-laki, tetapi hal itu

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 99


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran
memengaruhi anak perempuan secara tidak proporsional. Perkawinan anak seringkali karena
paksaan dari orang tua dan dianggap sebagai bentuk pengabdian anak terhadap orang tua
(Fadlyana dan Larasaty, 2009). Namun menurut Internasional Humanist and Ethical Union, hal
tersebut (perkawinan anak) justru termasuk dalam tindakan child abuse (Humanist
Internasional, 2009) karena dinilai melanggar hak anak dengan mengabaikan kepentingan
yang terbaik untuk anak.

Tabel 5.5 Jumlah Penduduk Perempuan Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah
Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Bolsel Tahun 2021

Kecamatan ≤ 16 17 - 18 19 - 20 21+
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Sulawesi Utara
Sumber: Pengadilan Agama dan Kementrian Agama

Pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa masih banyak perempuan
berumur 10 tahun ke atas yang umur perkawinan pertamanya berada di usia muda. Dengan
rincian 17,27 persen menikah pada usia 17-18 tahun dan 7,51 persen menikah pada usia 10-
16 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Djamilah dan Kartikawati (2014) menunjukkan
berbagai alasan masih tingginya perkawinan anak yaitu selain faktor pendidikan, ekonomi,
stigma, juga karena rendahnya pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi yang
menyebabkan remaja tidak memiliki pilihan atau bargaining position yang lemah khususnya
yang terjadi pada remaja perempuan.

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran

Tabel 5.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun Menurut Status Perkawinan dan
Jenjang Pendidikan di Bolsel, 2022

Jenjang
Status Perkawinan Pendidikan
SD SMP SMA
(1) (2) (3) (4)
Belum kawin
Kawin
Cerai hidup
Cerai mati
Sumber: Data Pengadilan Agama dan Kementrian Agama 2021

Sumber data lain terkait perkawinan anak juga dapat dilihat dari data registrasi pada
instansi yang membawahi urusan perkawinan. Dari data yang sifatnya registrasi ini dapat
diketahui seberapa besar kasus perkawinan anak yang terjadi dalam periode 1 tahun. Namun
Pun demikan data yang sifatnya registrasi tetap penting untuk bisa melihat kejadian
perkawinan anak pada tahun laporan.

Tabel 5.7 menyajikan data permohonan dispensasi nikah yang terdaftar di Pengadilan
Agama. Dispensasi nikah adalah jika seseorang yang belum cukup umur sesuai dengan
peraturan yang diundangkan namun tetap dapat melakukan perkawinan. Jika kedua calon
mempelai ternyata masih di bawah umur sesuai dengan ketentuan di atas, maka diharuskan
mengajukan Permohonan Dispensasi Nikah ke Pengadilan. Pemerintah mengatur ketentuan
mengenai batas usia perkawinan melalui Pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.
Berdasarkan pasal tersebut perempuan hanya boleh melangsungkan perkawinan jika telah
mencapai usia 16 tahun bagi perempuan dan usia 19 tahun bagi laki-laki dengan ketentuan
mendapat izin dari orang tua. Jumlah permohonan dispensasi nikah yang terdaftar pada
seluruh pengadilan negeri yang ada di Bolsel pada tahun 2021 tercatat sebanyak 1.036
permohonan.

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran
Tabel 5.7 Data Permohonan Dispensasi Nikah Bolsel yang Terdaftar di Pengadilan
Agama Tahun 2021 – 2022 per Kecamatan

Kecamatan 2021 2022


(1) (2) (3)
Bolaang Uki 34 21
Pinolosian 14 10
Pinolosian Tengah 13 10
Pinolosian Timur 4 4
Helumo 15 5
Tomini 7 5
Posigadan 27 12
Jumlah 114 67
Sumber: Pengadilan Agama

Melihat fenomena perkawinan pada usia yang sangat muda bagi perempuan,
tentunya hal ini tidak terlepas dari peran orang tua. Seorang anak, kecil kemungkinan sudah
mempunyai kesadaran atas dirinya untuk dapat memutuskan kapan dia ingin menikah
jika tidak ada

campur tangan orang tua atau orang yang terdekat dengan dirinya. Untuk mengurangi
dapat menunda usia perkawinan hingga anaknya telah mencapai usia yang cukup matang
untuk kawin.

Perkawinan anak memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek


kehidupan anak. Perkawinan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang
merampas kesempatan pendidikan, kesehatan, dan keamanan anak. Pengantin anak sering
putus sekolah dan kehilangan kesempatan dalam meraih ekonomi yang lebih baik.
Perkawinan bagi anak perempuan membuat mereka berisiko tinggi mengalami kekerasan
dalam rumah tangga dan kehamilan remaja, meningkatkan risiko kematian dan cedera ibu
dan bayi baru lahir (UNICEF, 2019).

Sosialisasi akan pentingnya melakukan perkawinan pada usia yang tepat perlu
dilakukan berbagai kementerian dan lembaga. Masyarakat juga harus diberikan sosialisasi
tentang pentingnya mengatur usia perkawinan. Bagi perempuan, menikah di usia yang tepat
akan mengurangi risiko kematian ibu dan bayi karena melahirkan pada usia yang sangat
muda akan sangat berisiko terhadap kematian. Dalam jangka panjang, pengaturan usia

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran
perkawinan yang tepat akan menurunkan angka fertilitas dengan cara memperpendek
rentang masa reproduksi perempuan melalui penundaan usia perkawinan.

Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan Anak

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan


bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani,
maupun sosial (Pasal 1 Ayat 1.a). Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial
yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya
kebutuhan pokok anak (Pasal 1 Ayat 1.b).

Pemenuhan hak anak atas kesehatan dasar dan kesejahteraaan terbagi dalam dua
aspek pemenuhan hak anak, yaitu kesehatan dasar dan kesejahteraan. Pasal 8 UU 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual.
Selain itu, pasal 23 ayat (1) pada Undang-Undang yang sama juga menyatakan negara dan
memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum
bertanggungjawab terhadap anak.

Hak kesehatan dasar dan kesejahteraan tertuang dalam indikator Kabupaten/Kota


Layak Anak (KLA) yaitu: 1) persalinan di fasilitas kesehatan; 2) mempunyai status gizi normal;
3) mendapatkan makanan tambahan bagi yang mengalami gizi kurang; 4) fasilitas kesehatan
dengan pelayanan ramah anak; 5) air minum dan sanitasi; 6) kawasan tanpa rokok (KTR); dan
pengendalian iklan, promosi, dan sponsor (IPS) rokok. Keenam indikator tersebut harus
diupayakan capaiannya oleh semua stakeholder baik pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten/kota, sampai ke tingkat desa) maupun lembaga masyarakat (termasuk dunia
usaha, lembaga profesi, akademisi, media, dan masyarakat perorangan atau kelompok). Peran
setiap stakeholder sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.

Penolong Persalinan

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup
bulan atau hampir cukup bulan yang lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala,
disusul dengan pengeluaran plasenta serta selaput ketuban dari tubuh ibu (Depkes, 2008).
Persalinan harus dilaksanakan secara aman untuk mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.
Persalinan yang aman harus didukung oleh penolong persalinan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Prawirohardjo,
2006).

Selain penolong persalinan, tempat melahirkan juga ikut memengaruhi kesehatan


bayi. Kondisi ini ditemukan baik di perkotaan maupun perdesaan. Meskipun demikian, masih
terdapat perbedaan yang cukup jauh antara pilihan tempat melahirkan tersebut. Di
perkotaan, sebanyak 93,6 persen wanita usia 15-49 tahun yang pernah kawin lebih banyak
memilih untuk melahirkan di fasilitas kesehatan seperti RS/RSIA/RSB, Rumah Bersalin/Klinik,
Puskesmas, Pustu, Praktik Tenaga Kesehatan, dan Polindes. Sedangkan di perdesaan,
sebanyak 85,59 persen yang memilih melahirkan di fasilitas kesehatan dan 14,41 persen
lainnya memilih untuk melahirkan di rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian Laksono et al.
(2019) yang menunjukkan bahwa wanita dengan status ekonomi yang lebih baik memiliki
akses yang tinggi untuk melahirkan di fasilitas kesehatan, sedangkan wanita dengan status
ekonomi menengah ke bawah memiliki akses yang terbatas terhadap fasilitas kesehatan.
Selain itu, pilihan ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu. Seorang Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pemahaman
terkait kesehatan ibu dan anak yang tinggi, cenderung memilih untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan (Efendi et al., 2019).

Penolong Kelahiran Pertama

Penolong kelahiran merupakan faktor yang sangat memengaruhi proses kelahiran.


Penolong kelahiran merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care, yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan primer. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang
ibu yang melahirkan bisa ditolong oleh lebih dari satu jenis penolong (misalnya dukun
bersalin dan bidan). Contohnya, seorang ibu pada awal persalinannya ditolong oleh dukun,

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Gambar 5.10 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Penolong Kelahiran
karena terjadi masalah maka harus dibawa ke bidan. Dalam kasus tersebut, ada dua penolong
kelahiran, yaitu penolong kelahiran pertama adalah dukun, dan penolong kelahiran terakhir
adalah bidan. Semakin terampil dan semakin penolong kelahiran menguasai ilmu dan teknik
persalinan ilmiah maka peluang bayi lahir selamat dan ibu melahirkan juga selamat akan
semakin tinggi.

Penolong Kelahiran Terakhir

Di Bolsel masih terdapat penolong persalinan oleh non tenaga kesehatan yaitu
sebesar 4,88 persen (Gambar 5.10) yang didominasi oleh dukun beranak/paraji. Hal ini perlu
mendapat perhatian lebih dari pemangku kepentingan karena persalinan yang ditolong oleh
bukan tenaga kesehatan memiliki risiko komplikasi saat persalinan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan yang
ditolong oleh tenaga non kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
Terakhir di Bolsel, 2021

110 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Terakhir Berdasarkan Kecamatan di Bolsel, 2021

Penolong Kelahiran Terakhir


Dukun
Kabupaten/Kota Dokter Dokter
Bidan Perawat Beranak Lainnya
Kandungan Umum / Paraji
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Sulawesi Utara
Sumber: Data RSUD dan Dinas Kesehatan 2021

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah tindakan dengan memberikan ASI segera setelah
bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit hingga 1 jam pasca bayi dilahirkan. IMD -
meletakkan bayi baru lahir ke payudara dalam jam pertama kehidupan - sangat penting
untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir dan untuk memantapkan menyusui dalam jangka
panjang (UNICEF, 2019). IMD merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan pertama kehidupan bayi, serta meningkatkan
keberhasilan kelangsungan pemberian ASI sampai usia anak dua tahun (WHO, 2020).
Penelitian Mawaddah (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMD dengan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Lebih jauh diungkapkan dalam
penelitian tersebut terlihat
bahwa anak yang tidak diberi IMD 9,17 kali lebih berisiko untuk tidak mendapat ASI Eksklusif.
IMD memiliki beberapa manfaat salah satunya adalah membuat ibu dan bayi lebih
tenang dan akan meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi melalui kontak kulit dengan
kulit. Saat IMD, bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit
dan usus bayi sebagai perlindungan diri. ASI yang pertama kali keluar berupa kolostrum yang
sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi karena kaya akan imunoglobulin G,
sehingga bayi menjadi lebih kebal dari penyakit. IMD juga dapat mengurangi pendarahan
setelah melahirkan, serta mengurangi terjadinya anemia (Kemenkes, 2018).

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Data pada Gambar 5.11 menunjukkan bahwa pada tahun 2021 praktik IMD di
masyarakat Bolsel sudah cukup baik yaitu sebanyak 64,07 persen bayi baru lahir yang
mendapat IMD, sedangkan sisanya sebanyak 35,93 persen tidak mendapat IMD. Kurangnya
pengetahuan ibu terkait IMD, pengetahuan masyarakat yang salah terhadap kolostrum,
terbatasnya akses terhadap informasi kesehatan yang benar, pengaruh kepercayaan
masyarakat, dan pendapat dari para ibu (perempuan yang lebih tua) menjadi pengaruh kuat
dalam pelaksanaan IMD dan menjadi penghalang terlaksananya IMD (Sharma & Byrne 2016;
Majra & Silan 2016).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan, air susu ibu (ASI) merupakan satu-
satunya nutrisi ideal untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupannya. ASI
mengandung banyak komponen yang sesuai dengan kebutuhan bayi, seperti sel darah putih,
protein, dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. Bayi yang disusui dengan ASI akan
mendapatkan gizi terbaik yang tidak tergantikan bahkan oleh susu formula yang terbaik
sekalipun. ASI menjadi investasi yang tidak terhingga untuk menciptakan generasi sehat
berkualitas secara fisik maupun emosional. ASI meningkatkan perkembangan sensorik dan
kognitif, serta melindungi bayi dari penyakit menular dan kronis. Pemberian ASI eksklusif
mengurangi kematian bayi karena penyakit umum masa kanak-kanak seperti diare atau
pneumonia, dan membantu pemulihan lebih cepat selama sakit (WHO, 2020). ASI
mengandung antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat
membunuh bakteri dan virus (Hendrawati et al, 2005).

Definisi ASI eksklusif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain (Kemenkes, 2018). Tidak memberi makan bayi apa pun kecuali ASI untuk
enam bulan pertama kehidupan (ASI eksklusif) adalah pilihan teraman dan tersehat untuk
anak-anak di mana pun dan memiliki potensi besar untuk menyelamatkan nyawa (UNICEF,
2019).

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki peraturan dalam mendukung

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


praktik pemberian ASI eksklusif yang ditunjukkan dengan adanya Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam PP tersebut diatur
tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan
program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi
dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif.
TABEL DATA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DARI LAHIR

SAMPAI USIA 2 TAHUN PER KECAMATAN DI BOLSEL Tahun 2021 dan 2022
< 6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun Total
NO Kecamatan
L P L P L P L P
1 Bolaang Uki 32 31 494 469 964 614 1490 1114
2 Pinolosian 67 66 72 64 77 79 216 209
3 Pinolosian Tengah 22 11 39 40 40 47 101 98
4 Pinolosian Timur 49 48 37 38 55 40 141 126
5 Helumo 21 19 43 58 70 57 134 134
6 Tomini 16 14 47 56 59 59 122 129
7 Posigadan 23 26 94 101 150 143 267 270
TOTAL 230 215 826 826 1415 1039 2471 2080
Sumber : Data Dinas Kesehatan Bolsel

Berdasarkan data 2021, rata-rata persentase pemberian ASI eksklusif bayi usia ≤ 6
bulan Tahun 2021 di Bolsel sudah mencapai 82,97 persen.. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kendala utama dalam pemberian ASI eksklusif adalah: pemahaman yang rendah
tentang ASI ekslusif; persepsi bahwa bayi tetap lapar setelah menyusui; masalah kesehatan
ibu; dukungan yang tidak memadai dari orang sekitar (ibu mertua, suami, sodara); nyeri di
payudara; dan kebutuhan untuk kembali bekerja (Agunbiade dan Ogunleye, 2012).

Gizi Anak

Salah satu permasalahan gizi anak adalah berat badan lahir rendah (BBLR). Berat badan
Berat badan lahir penting untuk diperhatikan sebagai indikator untuk memperkirakan
kesehatan dan tingkat survival bayi di masa mendatang. Berat badan lahir merupakan tanda
bahwa adanya masalah gizi selama kehamilan yang menyebabkan janin gagal tumbuh
dengan sempurna. Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko
lebih tinggi meninggal dalam 28 hari pertama kehidupan. Bayi BBLR lebih mudah mengalami
malnutrisi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Mereka yang
bertahan hidup lebih mungkin menderita pertumbuhan terhambat dan IQ yang lebih rendah.
Konsekuensi dari BBLR berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko kondisi kronis yang
menyerang orang dewasa seperti obesitas dan diabetes (UNICEF, 2019).

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Tabel 5.9. Jumlah Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan
dalam 2 Tahun Terakhir Menurut Berat Badan Bayi di Bolsel Tahun 2022

Tidak
Kecamatan < 2,5 kg ≥ 2,5 kg Tidak tahu
ditimbang
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Uki 4 85
Pinolosian 1 18
Pinolosian Tengah 5
Pinolosian Timur
Helumo 2 9
Tomini 1 1
Posigadan 2
Sulawesi Utara
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan 2022,

Di Bolsel, masih terdapat 12,22 persen bayi dengan berat badan lahir rendah seperti
yang dapat dilihat pada Tabel. Meskipun persentase BBLR masih di bawah 15 persen sebagai
indikator masalah kesehatan masyarakat berdasarkan rekomendasi WHO (WHO, 2000),
namun anak yang BBLR atau status gizi kurang berpotensi terhadap penurunan
produktivitas di kala usia dewasa dan akan berdampak pada

Bayi dengan berat badan yang rendah dapat diakibatkan oleh pendidikan ibu, status
gizi ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan tingkat ekonomi (Sebayang et al.2012; Rahman MS
et al 2016). Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga dapat mempengaruhi kesadaran ibu
untuk memeriksakan kehamilan di fasilitas kesehatan maupun di Posyandu. Ibu dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi sadar untuk memeriksakan kandungan selama
kehamilan sehingga masalah kandungan dapat segera diketahui dan ditangani (Kurniati et al.
2017).

Imunisasi

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk


terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap
rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu
hamil. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
dijelaskan bahwa program imunisasi dasar lengkap wajib diberikan pada bayi sebelum

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


berusia satu tahun, yang terdiri dari Bacillus Calmette Guerin (BCG), Diphtheria Pertussis
Tetanus-Hepatitis B (DPT- HB) atau Diphtheria Pertussis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada bayi baru lahir, polio, dan campak. Imunisasi
dasar adalah salah satu jenis dari imunisasi rutin yang diberikan pada bayi sebelum usia 1
(satu) tahun. Imunisasi rutin lainnya adalah imunisasi lanjutan yang merupakan ulangan dari
imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar.

Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Melalui program


imunisasi, Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar sejak tahun 1974. Sesuai dengan
pedoman WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap bila telah mendapatkan satu kali

imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
beraktifitas, bermain, dan belajar tanpa harus terganggu oleh masalah kesehatan. Namun,
masih banyak masalah di Indonesia sehubungan dengan pemberian imunisasi seperti orang
tua yang kurang memahami pentingnya imunisasi, mitos yang salah tentang imunisasi,
budaya, hingga terlambatnya jadwal imunisasi.

Tabel 5.10 Penduduk Umur 0-59 Bulan (Balita) yang Pernah Mendapat Imunisasi
menurut Kecamatan dan Jenis Imunisasi di Bolsel, 2021 dan 2022

Campak/
Kecamatan BCG DPT Polio Hepatitis B
Morbili
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Sulawesi Utara
Sumber: DINKES Bolsel 2021,

Persentase bayi berusia 0-59 bulan yang mendapatkan imunisasi menurut jenis
imunisasi terlihat pada Tabel 5.10. Persentase bayi berusia 0-59 bulan yang diberi imunisasi
berkisar antara 70 hingga 97 persen. Jenis imunisasi dasar yang paling banyak diberikan pada
anak usia 0-59 bulan adalah BCG, yaitu sebesar 93,18 persen. Bayi usia 0-59 bulan yang
sudah memperoleh imunisasi Campak baru mencapai 75,39 persen. Rendahnya capaian ini

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


dikarenakan imunisasi campak baru diberikan kepada bayi yang berusia 9 bulan.

118 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Keluhan Kesehatan pada Anak

Kesehatan anak sangat penting untuk dijaga sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kondisi fisik yang prima mendukung anak untuk dapat belajar
dengan baik. Oleh karena itu penanganan terhadap anak yang mengalami gangguan
kesehatan harus segera dilakukan. Ketersediaan dokter dan tenaga kesehatan haruslah
terjangkau agar keluarga dapat dengan mudah mendapatkan penanganan ketika memiliki
gangguan kesehatan.

Keluhan kesehatan yang banyak dialami anak adalah penyakit infeksi saluran atas
(ISPA) dan infeksi pencernaan (diare). ISPA dan diare merupakan penyebab utama kematian
dan morbiditas anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Walker et al (2013)
menemukan bahwa diare dan ISPA pada anak-anak kurang dari 5 tahun hadir sebagai
komorbiditas simultan dan hubungannya menjadi lebih kuat dengan tingkat keparahan
penyakit. Penyakit infeksi ISPA dan diare juga berhubungan dan stunting. Anak yang terpapar
diare akut berkepanjangan berhubungan positif dengan kejadian stunting.

Pengobatan merupakan upaya kesehatan untuk memperbaiki derajat kesehatan yang


turun akibat adanya gangguan kesehatan. Berobat jalan/rawat jalan merupakan salah satu
upaya kesehatan yang dilakukan perorangan selain home care dan rawat inap. Berobat
jalan/rawat jalan adalah upaya seseorang yang mempunyai keluhan kesehatan untuk
memeriksakan atau mengatasi gangguan keluhan kesehatannya dengan mendatangi tempat
pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan
petugas medis ke rumah pasien, membeli obat atau melakukan pengobatan sendiri (BPS,

Dengan semakin baiknya fasilitas kesehatan, pada tahun 2021 kurang dari separuh
anak yang sakit menjalani pengobatan dengan rawat jalan. Persentase anak sakit yang
mendapatkan pengobatan dengan rawat jalan lebih banyak di daerah perdesaan
dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Handayani dan
Siswanto (2001) yang menjelaskan penyebab lebih tingginya persentase penduduk perdesaan
yang menjalani pengobatan dengan rawat jalan dibanding daerah perdesaan. Dijelaskan
bahwa penyebab diduga karena perbedaan keparahan dari keluhan kesehatan, disamping itu

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


dapat pula disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang gangguan aktivitas sehari-hari.
Lebih jauh dijelaskan bahwa aktivitas sehari-hari di daerah perdesaan jauh lebih berat
dibanding daerah perkotaan sehingga bila ada gangguan akan lebih cepat terasa. Demikian
pula dengan keberadaan alat bantu untuk melakukan kegiatan sehari-hari relatif lebih sedikit
tersedia di perdesaan dibanding di perkotaan misalnya alat-alat elektronik yang membantu
kegiatan sehari-hari seperti mesin cuci, pompa air, dan lain-lain.

Di daerah perkotaan pengobatan rawat jalan paling banyak diberikan oleh


klinik/praktik dokter bersama. Sementara itu, di daerah perdesaan, pengobatan rawat jalan
paling banyak diberikan oleh praktik dokter/bidan. Secara keseluruhan (kota+desa) yang
paling populer untuk dikunjungi dalam rangka berobat jalan adalah klinik/praktik dokter
bersama dan praktik dokter/bidan. Pola yang berbeda terlihat pada daerah perdesaan dan
perkotaan. Di daerah perdesaan proporsi anak yang berobat jalan ke puskesmas/pustu masih
tinggi. Hal ini karena Puskesmas/pustu merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup
terjangkau bagi masyarkat menengah ke bawah karena akses yang mudah (berada di setiap
kecamatan sampai desa), serta menyediakan pelayanan dengan biaya yang relatif lebih
murah (Yulina dan Ginting 2019). Sementara itu pada daerah perkotaan proporsi terbesar
fasilitas kesehatan yang digunakan adalah klinik/praktik dokter bersama. Hal ini sangat wajar
mengingat tenaga dokter ataupun bidang jumlahnya lebih banyak tersedia di daerah
perkotaan.

Pendidikan Anak

Pendidikan adalah hak dasar dari setiap warga negara dan telah diatur dalam UUD
1945 pasal 28 C dan ditegaskan dalam pasal 31 Ayat 1. Selain itu, Konvensi Hak-Hak Anak
dalam
pasal 28 juga menyatakan bahwa pendidikan pada anak harus dipenuhi dan dilindungi
dengan menetapkan wajib belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas. Sebagai tunas,
potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, anak harus mendapatkan
pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan yang baik. Dengan demikian pendidikan anak
sangat berperan dalam menyiapkan SDM yang berkualitas yang siap membangun bangsa.

Dalam tumbuh kembangnya, anak memiliki masa-masa emas atau yang sering

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


disebut dengan usia emas (golden age). Di usia tersebut, anak akan dengan mudah meniru
apa yang ada di sekitarnya sehingga pada saat inilah anak harus mendapatkan pendidikan
yang baik. Pendidikan karakter dan pengembangan potensi anak dapat dimulai sejak dini
sebagai persiapan mereka untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menciptakan generasi unggul di tengah persaingan global dapat ditempuh dengan jalan
menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak
didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan
kemampuannya. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan dilakukan sejak anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini atau yang lebih sering dikenal dengan istilah PAUD adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010, PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan
seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan
dasar sesuai dengan tahap perkembangannya, agar memiliki kesiapan untuk memasuki
pendidikan selanjutnya. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka PAUD diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar.

Berdasarkan Tabel 5.11 diperoleh informasi bahwa anak berumur 0-6 tahun yang
pernah/masih mengikuti prasekolah di Sulawesi Utara sebagian besar mengikuti prasekolah
di Taman Kanak-Kanak dengan persentase sebesar 64,25 persen. Hal terjadi merata pada
seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Jenis prasekolah yang diikuti dengan persentase
terbesar selanjutnya adalah satuan PAUD sejenis dengan persentase sebesar 32,30 persen,
diikuti oleh Kelompok Bermain (1,93 persen), Raudatul Athfal (1,14 persen), dan Bustanul
Athfal (0,38

persen).

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Tabel 5.11 Jumlah Penduduk Berumur 0-6 Tahun yang Pernah/Masih Mengikuti Pendidikan
Prasekolah Menurut Kecamatan dan Jenis Pendidikan Prasekolah di Bolsel, 2022
Taman Satuan
Bustanul Raudatul Kelompok
Kecamatan Kanak- PAUD
Athfal Athfal sejenis Bermain
kanak
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bolaang Uki 614
Pinolosian 143
Pinolosian Tengah 79
Pinolosian Timur 47
Helumo 40
Tomini 57
Posigadan 59
Bolsel 1039
Sumber: Dinas Pendidikan Bolsel 2022,

Berdasarkan Tabel 5.12 diperoleh informasi bahwa penduduk 10 tahun ke atas


didominasi oleh mereka yang tidak bersekolah lagi. Hal tersebut juga terjadi baik di wilayah
perkotaan maupun perdesaan. Selain itu, masih terdapat 0,46 persen penduduk usia 10 tahun
ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena
penduduk usia 10 tahun ke atas belum sepenuhnya mendapatkan haknya pada waktu berusia
anak-anak, yaitu pendidikan.

Gambar 5.19 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun Menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis
Kelamin di Bolsel, 2021

84.67 86.3 85.48

10.95 11.13 11.04


4.38 2.57 3.48

Laki-laki Perempuan Total

Tidak/belum pernah bersekolah Masih bersekolah Tidak bersekolah lagi

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Sumber: Dinas Pendidikan Bolsel 2021,

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan usia 5-17 tahun memiliki akses
pendidikan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat
dari persentase anak perempuan yang masih bersekolah sebesar 86,3 persen, lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki, yaitu 84,67 persen. Sebaliknya, persentase anak perempuan yang
tidak bersekolah lagi sebesar 2,57 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan anak
laki-laki. Persentase anak laki-laki yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 10,95 persen
sedangkan persentase anak perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 11,13
persen. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa anak perempuan memiliki akses
pendidikan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki.

Secara keseluruhan hanya 26,07 persen anak yang masih dan pernah mengikuti
pendidikan prasekolah, sedangkan 73,93 persen lainnya tidak mengikuti pendidikan
prasekolah. Persentase anak perempuan yang masih dan pernah anak yang masih mengikuti
PAUD sekitar 21,37 persen

Perlindungan Khusus

Perlindungan anak di Indonesia berlandaskan UUD 1945 Pasal 28B Ayat (2) yang
menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam perkembangannya,
pemerintah membuat aturan khusus tentang perlindungan anak dengan menerbitkan
Undang- Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1990,
pemerintah secara resmi melalui Keppres No.36/1990 meratifikasi konvensi tentang hak-hak
anak yang memberikan mandat bahwa setiap anak berhak hidup sejahtera dan perlindungan
hukum untuk mencapai kesejahteraan anak wajib dijamin oleh negara.

Perlindungan khusus wajib diberikan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah,
maupun lembaga negara lainnya apabila terdapat anak yang berada pada kondisi tertentu,
antara lain: (1) anak dalam situasi darurat; (2) anak berhadapan dengan hukum;

anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; (4) anak yang dieksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual; (5) anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


psikotropika, dan zat adiktif lainnya; (6) anak yang menjadi korban pornografi; (7) anak
dengan HIV/AIDS; (8) anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; (9) anak
korban kekerasan fisik dan/atau psikis; (10) anak korban kejahatan seksual; (11) anak korban
jaringan terorisme; (12) anak penyandang disabilitas; (13) anak korban perlakuan salah dan
penelantaran; (14) anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan (15) anak yang menjadi
korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga negara

lainnya dalam memberikan perlindungan khusus bagi anak antara lain.

a. Penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara fisik,


psikis, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;

b. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan;

c. Pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; dan

d. Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan.

Terkait dengan masalah keterbatasan data, cakupan anak yang memerlukan


perlindungan khusus dalam kajian ini hanya dibatasi pada anak bermasalah hukum, dan
pekerja anak.

Balita Terlantar

Anak merupakan salah satu kelompok rentan yang belum mampu untuk melindungi
diri. Fenomena anak balita telantar terjadi karena banyak kasus kelahiran anak yang tidak
diinginkan, misalnya disebabkan oleh kehamilan yang terjadi diluar perkawinan yang sah
sehingga anak yang dilahirkan seringkali menjadi korban dan diterlantarkan. Dalam Peraturan
Menteri Sosial RI Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial,
anak balita telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun ke bawah yang ditelantarkan
orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak mampu oleh orang tua/keluarga yang
tidak memberikan pengasuhan, perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak sehingga
hak- hak dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak dieksploitasi untuk tujuan tertentu.
Kriteria anak balita telantar yaitu:

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


1. Telantar/tanpa asuhan yang layak;

2. Berasal dari keluarga sangat miskin/miskin;

3. Kehilangan hak asuh dari orangtua/keluarga;

4. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/ keluarga;

5. Anak balita yang dieksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang disalahgunakan

orang tua menjadi pengemis di jalanan; dan

6. Anak balita yang menderita gizi buruk atau kurang.

Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyatakan bahwa perlindungan khusus


salah satunya ditujukan untuk anak yang berhadapan dengan hukum. Konsep “Anak yang
Berhadapan dengan Hukum” sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal
(64) ayat (1) meliputi anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Dalam upaya perlindungan anak, anak
yang berhadapan dengan hukum merupakan salah satu sasaran dari perlindungan khusus
seperti yang dimaksud pada Ayat (1) Pasal 59 Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014. Untuk
mendukung undang-undang tersebut, pemerintah telah menerbitkan undang-undang khusus
yang mengatur masalah anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang selanjutnya diganti dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) adalah anak yang berusia 12 dan kurang
dari 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) penyelesaian masalah anak
yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan dengan menerapkan keadilan restoratif

(restorative justice) berupa sistem diversi. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara

anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Diversi antara lain
bertujuan untuk:

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


1. Mencapai perdamaian anak di luar proses peradilan antara korban dan anak;

2. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;

3. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;

4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak

Tabel 5.13. menyajikan data pendampingan anak berhadapan dengan hukum


menurut jenis tindak pidana dan jenis kelamin tahun 2020-2021. Dari Tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada tahun 2021 anak laki-laki (91,50 persen) jauh lebih dominan menjadi anak
yang berhadapan dengan Hukum dibandingkan anak perempuan (8,50 persen). Kondisi
tersebut sejalan dengan sifat dan tabiat anak laki-laki yang relatif cenderung lebih nakal
dibandingkan anak perempuan. Sementara itu dilihat dari jenis tindak pidananya, yang paling
banyak terjadi adalah tindak pidana pengeroyokan dan penganiayaan.

Tabel 5.13 Pendampingan terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum menurut Jenis
Tidak Pidana dan Jenis Kelamin, 2021 - 2022

2021 2022
No Jenis Tindak Pidana
L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Perdagangan Manusia
2 Pembunuhan
3 UU ITE
4 UU Kesehatan
5 Perampokan
6 Kekerasan Terhadap Anak
7 Persetubuhan Terhadap Anak
8 Percabulan Terhadap Anak
9 Narkoba
10 Kecelakaan Lalu Lintas
11 Pengeroyokan
12 Panganiayaan
13 Perusakan
14 Senjata Tajam
15 Ketertiban

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


16 Pencurian
17 Pengancaman
18 Perjudian
19 Pelanggaran
20 Membawa Lari Anak Perempuan
Jumlah
Sumber: POLRES Bolsel

Anak Pelaku Tindak Pidana

Dalam proses penyelesaian hukum, anak pelaku tindak pidana mencakup dua kriteria
anak, yaitu anak didik pemasyarakatan (anak pidana) dan tahanan anak. Dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan disebutkan bahwa anak didik
pemasyarakatan mencakup 3 (tiga) pengertian, yaitu anak pidana, anak negara, dan anak
sipil. Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) paling lama sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun. Anak negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada
negara untuk didik dan ditempatkan di LPKA paling lama sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun. Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua/walinya memperoleh
penetapan pengadilan

untuk dididik di LPKA paling lama sampai dengan berusia 18 (delapan belas) tahun.
Konvensi hak anak menyatakan bahwa pemenjaraan merupakan upaya terakhir dalam
penyelesaian perkara anak. Anak yang dipenjara dapat mengalami berbagai macam masalah
terutama dalam hal pemenuhan hak anak seperti: a) hak untuk dapat mengakses pendidikan
karena keterbatasan fasilitas di tahanan; b) terbatasnya akses pada pelayanan kesehatan dan
lingkungan tempat tinggal yang serba terbatas; c) tahanan anak menjadi lebih rentan
terhadap kekerasan apabila dicampur dengan tahanan dewasa (Lumowa 2017; Nataya 2018).

Anak Korban Tindak Pidana

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1
Ayat e menjelaskan bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya Anak
korban adalah anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Tindak kejahatan yang
dialami oleh anak semakin berkembang dan beragam jenis, baik cakupan maupun

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


kualitasnya, termasuk di antaranya adalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
(KTPA), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), penelantaran anak dan perdagangan anak
(trafficking).

Pada tahun 2021, terdapat 341 kasus pidana yang dilakukan pendampingan terhadap
anak berbadan hukum. pendampingan terhadap kasus pidana lebih banyak dilakukan
terhadap anak laki-laki, yaitu sebesar 91,5 persen dari total pendampingan terhadap anak
berbadan hukum. Hal ini berarti anak laki- laki cenderung lebih rentan berhadapan dengan
hukum dibandingkan anak perempuan.

Pekerja Anak

Selain perlindungan dari kekerasan dan perlakuan yang salah terhadap anak, lingkup
perlindungan anak juga mencakup perlindungan dari eksploitasi anak. Salah satu bentuk
eksploitasi terhadap anak adalah eksploitasi ekonomi. perlindungan terhadap pekerja usia
anak harus diberikan sebagai bentuk pemenuhan dan perlindungan terhadap hak anak.
Upaya ini perlu dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepertingan, termasuk serikat
pekerja dan perusahaan-perusahaan.

International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa pekerja usia anak dapat
mengganggu masa kecil anak, menurunkan potensi anak, serta martabat anak, sehingga
berbahaya bagi perkembangan fisik maupun mental anak (ILO 2015). Anak yang bekerja
merupakan anak yang melakukan pekerjaan dalam rangka membantu orang tua, melatih
tanggung jawab, disiplin atau keterampilan yang dilakukan dalam dilakukkan dalam jangka
waktu pendek dan di luar waktu sekolah, serta tidak ada unsur eksploitasi di dalamnya.
Sedangkan, pekerja anak adalah setiap anak yang melakukan pekerjaan yang memiliki sifat
dan intensitas dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan dan keselamatan anak
serta tumbuh kembah anak secara optimal, baik fisik, mental, sosial, dan intelektualnya
(Kemenaker

RI, 2014)

Dalam upaya perlindungan anak terutama anak yang bekerja Indonesia telah
meratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 1999 tentang

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Pengesahan Konvensi ILO Nomor 138 Mengenai Usia minimum untuk diperbolehan bekerja.
Dalam konvensi tersebut, ILO menentukan batas minimum anak diperbolehkan untuk bekerja
adalah 15 tahun. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah Indonesia
berusia 13- 15 tahun dengan syarat bahwa pekerjaan yang dikerjakan oleh anak merupakan
pekerjaan ringan, tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Undang-
undang tersebut juga menentukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

a. Izin tertulis dari orang tua/wali;


b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua/wali;

c. Waktu kerja maksimum 3 jam;


d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;

e. Memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja;


f. Adanya hubungan kerja yang jelas;

g. Menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku.

Indeks Perlindungan Anak (IPA), Indeks Pemenuhan Hak Anak (IPHA), dan Indeks
Perlindungan Khusus Anak (IPKA)

Salah satu arah kebijakan dan strategi RPJMN 2020-2024 adalah meningkatkan
kualitas anak, perempuan, dan pemuda, melalui: perwujudan Indonesia Layak Anak melalui
penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk memastikan anak menikmati haknya. Upaya
membangun suatu sistem perlindungan anak di Indonesia sesungguhnya sudah digagas
sejak tahun 2016

dengan mengukur pencapaian pemenuhan hak anak melalui Indeks Komposit Kesejahteraan
perlindungan anak di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Penghitungan dan
pengolahan IKKA dilakukan setiap tahun sampai tahun 2020, dengan cakupan data di tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

Pada tahun 2020, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


(Kemen PPPA) bersama-sama dengan BPS mengembangkan Indeks Perlindungan Anak (IPA),
Indeks Pemenuhan Hak Anak (IPHA), dan Indeks Perlindungan Khusus Anak (IPKA) dengan
indikator yang lebih lengkap dibandingkan IKKA dan sudah dapat mengukur capaian tidak
hanya pada level output, tetapi juga sampai level outcome (dampak). Ketiga indeks ini telah
menggantikan IKKA dan capaian dari indeks tersebut juga dijadikan acuan dalam penentuan
Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). IPA, IPHA dan IPKA disusun dengan mengacu pada

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Konvensi Hak Anak terkait 5 (lima) klaster pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus
anak, yaitu: pemenuhan hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan
alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan dan pemanfaatan waktu luang;
serta perlindungan khusus.

Gambar 5.26 Komponen Klaster IPA-IPHA-IPKA

Sumber: Indeks IPA, IPHA, IPKA Indonesia 2020

Selanjutnya, untuk capaian IPA 2020 mengalami peningkatan menjadi 67,13 dan
terdapat sedikit perbedaan dibandingkan dengan kondisi 2019. Klaster kesehatan dasar dan
kesejahteraan mengungguli klaster perlindungan khusus dan menempati posisi tertinggi
dengan nilai capaian sebesar 78,05. Sedangkan, klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang
dan kegiatan budaya masih menempati posisi terendah dengan nilai capaian sebesar 50,69.
Meskipun demikian, capaian seluruh klaster pada tahun 2020 ini relatif mengalami
peningkatan, kecuali klaster perlindungan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa upaya terkait
perlindungan anak yang telah diimplementasikan dalam program/kebijakan menunjukkan
hasil yang baik. Diharapkan, capaian tersebut akan semakin meningkat antar waktu dengan
akselerasi pertumbuhan yang seimbang antar klasternya.

140 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA)

Sejak tahun 2010, Kemen PPPA telah mengembangkan program Kabupaten/Kota


Layak Anak (KLA). KLA adalah kabupaten/kota dengan sistem pembangunan yang menjamin
pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak yang dilakukan secara terencana,
menyeluruh, dan berkelanjutan. Penentuan indikator KLA juga berdasarkan pada Konvensi
Hak Anak (4 kluster pemenuhan hak anak dan 1 kluster perlindungan khusus anak) dengan
24 indikator yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.30 Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA)

Sumber: Indeks IPA, IPHA, IPKA Indonesia 2018-2019

Indikator KLA ditujukan untuk memberikan kesamaan pemahaman tentang


pemenuhan hak anak di kabupaten/kota, serta menjadi acuan bagi pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan, program dan kegiatan pemenuhan hak anak untuk mewujudkan KLA.
Sebuah Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), idealnya harus memenuhi semua indikator yang
ditetapkan oleh Konvensi Hak Anak (KHA), atau dengan kata lain suatu kabupaten/kota dapat
disebut layak anak, apabila memenuhi 24 (dua puluh empat) Indikator KLA.

Pengembangan KLA bertujuan untuk membangun inisiatif pemerintahan

kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi konsep hak anak ke dalam
kebijakan, program, dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak di

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 143


kabupaten/kota. Pasal 21

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 143


ayat 4 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Pemerintah Daerah
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan
nasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah. Kebijakan sebagaimana
dimaksud pada ayat

(4) diwujudkan melalui komitmen daerah membangun Kabupaten/Kota Layak Anak (Pasal 21
ayat 5).

Dalam melaksanakan program KLA, ada lima prinsip yang harus selalu menyertai

pelaksanaan dari pemenuhan hak anak maupun perlindungan khusus yaitu:

1. Non-diskriminasi, yaitu prinsip pemenuhan hak anak yang tidak membedakan


suku, ras, agama, jenis kelamin, bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status
ekonomi, kondisi fisik maupun psikis anak, atau faktor lainnya.

2. Kepentingan terbaik bagi anak, yaitu menjadikan hal yang paling baik bagi anak

sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakan, program, dan kegiatan.

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak, yaitu menjamin

hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak semaksimal

mungkin.

4. Penghargaan terhadap pandangan anak, yaitu mengakui dan memastikan bahwa


setiap anak yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapatnya,
diberikan kesempatan untuk mengekspresikan pandangannya secara bebas
terhadap segala sesuatu hal yang mempengaruhi dirinya.

5. Tata pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, partisipasi,


keterbukaan informasi, dan supremasi hukum.

Pada tahun 2021 ada 275 kabupaten/kota di indonesia yang meraih predikat
Kabupaten/Kota Layak Anak baik kategori Pratama, Madya, Nindya dan Utama.

144 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


BAB VI
6.1 Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA)

UPTD PPA merupakan UPTD generik yang dalam prinsip pembentukannya berdasar
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah. Kebijakan
pembentukan UPTD PPA sebagai penyedia layanan perlindungan bagi perempuan dan anak
telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pedoman Pembentukan UPTD PPA.

UPTD PPA memiliki tugas membantu sebagian tugas dari dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perempuan dan anak untuk melaksanakan: kegiatan teknis
operasional yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan
khusus, dan masalah lainnya, serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Fungsi UPTD PPA adalah menyelenggarakan layanan:

a. Penyusunan kebijakan unit pelaksanaan teknis dinas;


b. Pelaksanaan perencanaan, pengorganisasian, pembinaan dan pengendalian
tugas;

c. Pemberian layanan pengaduan tentang permasalahan perempuan dan anak;


d. Pemberian layanan penjangkauan korban;

e. Pemberian layanan pengelolaan kasus;


f. Pemberian layanan mediasi;

g. Pemberian layanan penampungan sementara;


h. Pemberian layanan pendampingan hukum, psikologis dan bimbingan rohani;

i. Pemberian rujukan bagi perempuan dan anak untuk layanan lanjutan;

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 153


j. Pelaporan pelaksanaan tugasnya kepada kepala dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.

Tabel 6.1 Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan yang Ditangani oleh
P2TP2A Kab. Bolsel, 2022

Jenis Layanan
Pendam
Penga Rehabi Reinte pingan
Kecamatan Bantuan Penegakan Pemula
duan Kesehatan litasi grasi Tokoh
Hukum Hukum ngan
Sosial Sosial Agama
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Bolaang Uki
3 3 3

Pinolosian 4 4 4

Pinolosian Tengah

Pinolosian Timur

Helumo

Tomini 1 1 1
Posigadan 2 2 2 2
Jumlah 10 10 10 2
Sumber: P2TP2A Bolsel

6.2 SIMPHONI

Aplikasi ini merupakan

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 153


LAMPIRAN

Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi Utara 155
Lampiran 1 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Bolsel, 2021 dan 2022

Laki-laki
Kecamatan
0-4 5-9 10-14 15-19
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Uki 600 608 682 784

Posigadan 567 659 770 844

Pinolosian 416 501 507 553

Pinolosian Tengah 236 276 276 329

Pinolosian Timur 271 286 300 380

Helumo 286 356 322 409

Tomini 260 304 289 327

Bolsel 2636 2,990 3,146 3,626

Sumber: Dinas Pendidikan Bolsel 2022,

Lanjutan
Perempuan
Kecamatan
0-4 5-9 10-14 15-19
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Uki 493 584 657 717

Posigadan 544 662 674 801

Pinolosian 396 453 442 504

Pinolosian Tengah 224 259 244 278

Pinolosian Timur 244 290 314 358

Helumo 236 319 335 348

Tomini 248 280 313 339

Bolsel 2385 2,847 2,979 3,345

Sumber: Dinas Pendidikan 2021

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 157


Lampiran 2 Persentase Penduduk Laki-Laki Berumur 15 Tahun ke Atas menurut
Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021 dan 2022

Lanjutan
Laki-laki + Perempuan
Kecamatan
0-4 5-9 10-14 15-19
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: D i n a s P e n d i d i k a n B o l s e l 2021,

dak SD/MI/ SMP/MTs/ SMA/MA/


SMK/
Kabupaten/Kota mempunyai Paket Paket B/ Paket C/ MAK
Ijazah A/ SDLB SMPLB SMLB

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: Dinas Pendidikan Bolsel 2021,

Lanjutan

160 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Lampiran 2 Persentase Penduduk Laki-Laki Berumur 15 Tahun ke Atas menurut
Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021 dan 2022
Diploma
Diploma I dan Akademi/
Kabupaten/Kota
Diploma II Diploma III Profesi IV/S1/ Total
S2/S3
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: 2021, BPS

160 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Lampiran 3 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut
Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021

Tidak SD/MI/ SMP/MTs/ SMA/MA/


Kabupaten/Kota mempunyai Paket Paket B/ Paket C/ SMK/
MAK
Ijazah A/ SDLB SMPLB SMLB
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021, BPS

Lanjutan
Diploma
Diploma I dan Akademi/
Kabupaten/Kota
Diploma II Diploma III Profesi IV/S1/ Total
S2/S3
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021, BPS

162 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Lampiran 4 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas
menurut Kecamatan dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, 2021

Tidak SD/MI/ SMP/MTs/ SMA/MA/


Kabupaten/Kota mempunyai Paket Paket B/ Paket C/ SMK/
MAK
Ijazah A/ SDLB SMPLB SMLB
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021, BPS

Lanjutan
Diploma
Diploma I dan Akademi/
Kabupaten/Kota
Diploma II Diploma III Profesi IV/S1/ Total
S2/S3
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Sulawesi Utara
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021, BPS

164 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Lampiran 5 Jumlah Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin,Tahun 2021 dan 2022

Laki-laki +
Kecamatan Laki-laki Perempuan
Perempuan

(1) (2) (3) (4)


Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021,

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 165


Lampiran 6 Jumlah Penduduk Laki-laki Bolsel yang Berobat Jalan Menurut Tempat
Berobat Jalan, Tahun 2021 dan 2022

Klinik/Praktik
Kabupaten/Kota RS RS Praktik Dokter
Pemerintah Swasta Dokter/Bidan
Bersama

(1) (2) (3) (4) (5)


Bolaang Uki 1272
Pinolosian 467
Pinolosian Tengah 134
Pinolosian Timur 55
Helumo 362
Tomini 71
Posigadan 43
Bolsel 2404
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021,

Jumlah Penduduk Perempuan Bolsel yang berobat jalan selama


menurut Tempat Berobat Jalan, 2021 dan 2022

Klinik/Praktik
Kabupaten/Kota RS RS Praktik Dokter
Pemerintah Swasta Dokter/Bidan
Bersama

(1) (2) (3) (4) (5)


Bolaang Uki 2032
Pinolosian 473
Pinolosian Tengah 185
Pinolosian Timur 71
Helumo 535
Tomini 146
Posigadan 68
Bolsel 3510
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021,

166 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Lampiran 7 Jumlah Penduduk Perempuan Bolsel yang Berobat Jalan Menurut
Tempat Berobat Jalan, Tahun 2021 dan 2022

Lanjutan
PraktikKe
Puskesmas/ Pengobatan
UKBM Lainnya
Pustu Tradisional/
Alternatif RSUD

(1) (6) (7) (8) (9)


Bolaang Uki 2032
Pinolosian 473
Pinolosian Tengah 185
Pinolosian Timur 71
Helumo 535
Tomini 146
Posigadan 68
Bolsel 3510
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021,

JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN


Praktik
Puskesmas/ Pengobatan
UKBM Lainnya
Pustu Tradisional/
Alternatif RSUD

(1) (6) (7) (8) (9)


Bolaang Uki 1272
Pinolosian 467
Pinolosian Tengah 134
Pinolosian Timur 55
Helumo 362
Tomini 71
Posigadan 43
Bolsel 2404
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 169


Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: BPS 2021,

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 173


Lampiran 14 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan
Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Tempat Melahirkan dan

Kecamatan, 2021

RS Rumah
Kabupaten/ Praktek Polindes/
Pemerintah/ bersalin/ Puskesmas Pustu Rumah Lainnya Total
Kota nakes Poskesdes
Swasta klinik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bolaang
Uki

Pinolosian

Pinolosian
Tengah
Pinolosian
Timur
Helumo

Tomini

Posigadan

Bolsel

Sumber: Dinkes Bolsel

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 181


Lampiran 15 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis
Kelamin dan Kecamatan, 2021 dan 2022

Laki-Laki +
Kecamatan Laki-Laki Perempuan
Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Bolaang Uki 1667 2485 4152
Pinolosian 594 674 1268
Pinolosian Tengah 159 242 401
Pinolosian Timur 63 82 145
Helumo 434 596 1030
Tomini 84 166 250
Posigadan 50 76 126
Bolsel 2892 4321 7213
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan Bolsel 2021, BPS

182 Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel


Laki-Laki +
Laki-Laki Perempuan
Kecamatan Perempuan
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bolaang Uki
Pinolosian
Pinolosian Tengah
Pinolosian Timur
Helumo
Tomini
Posigadan
Bolsel
Sumber: RSUD dan Dinas Kesehatan 2020-2021, BPS

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 183


Lampiran 125 Umur Harapan Hidup Perempuan Tahun, 2018-2021

2021

Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021


(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 69,52 70,24 69,96 70,38

Sumber: BPS, 2021


IPM Perempuan Kabupaten
Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 55,19 56,10 55,76 56,37

Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021


(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 62,29 62,48 62,58 62,67

Sumber: BPS, 2021


ANGKA HARAPAN HIDUP PEREMPUAN
Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 66,04 66,30 66,35 66,35

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 207


Provinsi 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 12,13 12,18 12,19 12,20

Sumber: BPS, 2021

Kab/ 2018 2019 2020 2021


Kota
(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 12,36 12,41 12,42 12,43

Provinsi 2018 2019 2020 2021


(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 12,23 12,28 12,29 12,30

Sumber: BPS, 2021

Kab 2018 2019 2020 2021


(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 14.168 15.091 14.491 14.591

Sumber: BPS, 2021


Lampiran 126 Harapan Lama Sekolah Penduduk Perempuan Usia 25 tahun 2018-2021

Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021


(1) (2) (3) (4) (5)
Bolaang Mongondow Selatan 4.012 4.165 4.017 4.122

Sumber: BPS, 2021

Lampiran 126 Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bolsel

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 149


Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin, 2021

Eselon Laki-laki Perempuan Jumlah


(1)
II 29 3 32
III 76 47 123
IV 56 49 105
JFT 361 787 1148
JFU 192 279 471
Jumlah 714 1165 1879

KEPALA DINAS PPKBPPPA

Dra. Suhartini Damo,ME


NIP : 196607311992032001

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 149


Lampiran 128 Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bolsel
Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin, 2021

Profil Gender dan Anak 2022 DPPKBP3A Kab. Bolsel 225


226 Profil Gender dan Anak 2022 DP3AD Provinsi Sulawesi Utara

Anda mungkin juga menyukai