Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEMENTARA PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI III
“SOSIAL ANXIETY DISORDER”

DOSEN : EVA NURINDA M.Sc.,Apt


Disusun Oleh :
GOLONGAN/KELOMPOK : 2/D
NONY WIDIASTUTY 170500081
NOVERA LATANIA RM 170500083
NUR AISYAH 170500084

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFENISI
Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut,
tidak tenteram, dan sebagainya yang disertai dengan berbagai keluhan fisik. Hal ini didukung
oleh Maramis (1980) yang mengatakan kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman,
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan. Sampai batas tertentu perasaan cemas dapat dikatakan normal sebagai tanda
atau isyarat untuk dapat lebih waspada bahwa ada suatu bahaya yang mengancam.
Kecemasan sosial merupakan salah satu bentuk dari kecemasan. American Psychiatric
Association (dalam Edelmann,1992) juga mengatakan “bahwa kecemasan sosial merupakan
gangguan yang terus menerus, rasa khawatir yang tidak rasional, dan keinginan yang memaksa
untuk menghindari situasi dimana individu dapat menunjukkan dirinya yang memungkinkan
orang lain dapat memperhatikannya”.
Brecht (2000) menjelaskan bahwa kecemasan sosial merupakan rasa takut dan khawatir
yang berlebihan jika berada bersama dengan orang lain dan merasa cemas pada situasi sosial
karena kekhawatir akan mendapat penilaian atau bahkan evaluasi dari orang lain, tetapi akan
merasa baik ketika sedang sendirian. (Saman, Aryani, & Bakhtiar, 2017)

1.2 GEJALA DAN TANDA


Gangguan ini di tandai dengan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap
pengawasan atau pandangan orang lain,yang disertai dengan gejala kecemasan seperti
gemetar,wajah memerah,jantung berdebar,dan berkeringat. Ketakutan ini dapat menyebabkan
seseorang dapat menghindar dari aktivitas sosial dan menyebabkan penderitaan yang
signifikan dan gangguan pada kehidupan sehari-hari seseorang. Aktivitas itu seperti berbicara
didepan umum,makan direstoran,menggunakan toilet umum,dll.
Sesorang dinyatakan mengalami SAD jika ia merasa ketakutan yang terus menerus terhadap
situasi sosial atau performa dimana orang tersebut harus bertemu orang asing atau berada
dibawah pandangan pihak lain,misalnya takut untuk mengalami rasa malu atau penghinaan.
Pasien juga umumnya menunjukkan hipersensitivitas terhadap kritik atau penolakan, tidak bisa
tegas,kurang percaya diri,dan kurangnya kemampuan sosialisasi.
Pasien umumnya menyadari bahwa ketakutan nya berlebihan atau tidak masuk akal, dan ia
berusaha menghindari situasi yang ditakuti dan bertahan dengan rasa tertekan. Penghindaran
atau ketakutan ini menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan. (Ikawati Zullies,2014)
1.3 PATOGENESIS
Perubahan fisik, sosial, serta perubahan secara psikologis terjadi pada masa remaja yang
merupakan sebuah fase transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Transisi tersebut
menyebabkan interaksi sosial dengan sekitar menjadi sangat penting sehingga dapat
menyebabkan distress .
Perasaan tidak aman dan kekhawatiran dalam periode transisi dapat menyebabkan
gangguan kecemasan yang terjadi. Perubahan kognitif dimana berkembangnya kemampuan
untuk menerima perspektif orang lain dalam berbagi pengalaman dan pemikiran juga mungkin
menjelaskan munculnya SAD pada remaja
Kecemasan yang muncul pada SAD dipengaruhi oleh aktivitas pada amygdala yang
terletak di lobus medial temporal dari otak. Amygdala terlibat dalam regulasi emosional, rasa
takut, dan bereaksi terhadap input dari indera .Ketika berada dalam situasi yang dianggap
mengancam, amygdala akan mengirim perintah ke korteks otak yang menyebabkan respon
berupa ekspresi takut, tegang, naiknya laju detak jantung, kenaikan tekanan darah, dan nafas
menjadi lebih cepat
Pada korteks otak, informasi akan dianalisis atau diabaikan pada beberapa kasus.
Amygdala yang reaktif akan menyebabkan kewaspadaan yang tinggi Respon berupa gejala-
gejala kecemasan seperti palpitasi, banyak berkeringat dan tremor juga diregulasi oleh
neurotransmiter seperti dopamin, epinefrin, dan norepinefrin pada sistem saraf pusat.

1.4 Faktof serangan kecemasan social


Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko terserang gangguan kecemasan sosial yaitu:
1) Perempuan. Perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk terkena gangguan
kecemasan sosial.
2) Riwayat keluarga. Anda lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan kecemasan sosial
jika orang tua biologis atau saudara memiliki kondisi tersebut.
3) Lingkungan. Gangguan kecemasan sosial mungkin merupakan perilaku yang dipelajari.
Artinya, Anda dapat terkenagangguan setelah menyaksikan perilaku cemas orang lain. Selain
itu, mungkin ada hubungan antara gangguan kecemasan sosial dan orang tua yang sangat
mengendalikan atauterlalu melindung anakanak mereka.
4) Temperamen. Anak-anak yang pemalu, penakut, ditarik atau tertahan ketika menghadapi
situasi yang baru atau orangorang mungkin menghadapi risiko lebih besar.
5) Tuntutan pekerjaan atau sosial baru. Bertemu orang baru, memberikan pidato di depan
umum atau melakukan presentasi pekerjaan penting untuk pertama kalinya dapat memicu
gejala gangguan kecemasan, sosial. Gejala ini biasanya memiliki akar pada masa remaja,
namun.
6) Memiliki kondisi kesehatan yang menarik perhatian. Cacat wajah, gagap, penyakit
Parkinson dan kondisi kesehatan lain dapat meningkatkan perasaanrendah diri, dan dapat
memicu gangguan kecemasan sosial pada beberapa orang.
1.5. TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY)

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart mengemukakan tingkat ansietas,


diantaranya.

1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.

3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci
dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panic
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya
karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

1.6 JENIS-JENIS KECEMASAN (ANXIETY)


Menurut Spilberger menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.

1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap
kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu
yang memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.

2. State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu dengan
adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.

Sedangkan menurut Freud membedakan kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.


1.Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu berada
pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap
insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu
insting dipuaskan.

2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan ini dapat muncul karena
kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan
moral merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam
realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral
dan dapat dihukum kembali.

3. Kecemasan realistic
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang
mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan
adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
BAB II
KASUS
2.1 KASUS

S.H., seorang pria 19 tahun, BB 70 kg dg TB 175 cm, dibawa untuk konsultasi kejiwaan
oleh ibunya yang mengeluh bahwa putranya sangat pemalu. SH. dirujuk ke psikiater oleh dokter
umumnya, dokter umumn yang melaporkan bahwa S.H. sehat jasmani. Ibu S.H. menyatakan
bahwa dia adalah seorang pemuda yang sangat cerdas di SMA meskipun sering absen, dia tidak
memiliki teman dan tidak pernah berkencan. Ibu S.H. Mengatakan bahwa selama di SMA, S.H.
tidak pernah menghadiri acara-acara sekolah dan menghabiskan seluruh waktunya di kamarnya
mengerjakan komputernya. Setelah lulus SMA, ia menerima beasiswa penuh ke perguruan tinggi
negri tetapi menolak untuk pergi. Ketika ditanya oleh psikiater, wajah S.H. berubah merah terang,
dan suaranya bergetar ketika dia berbicara. SH. mengakui bahwa perilakunya tidak normal tetapi
mengatakan bahwa dia takut bahwa dia mungkin "melakukan sesuatu yang bodoh". Ketika dia ada
di sekitar orang dan menjadi sangat malu dan takut ketika dia harus berbicara dengan siapa pun.
Dia pernah dekat dengan seorang gadis dan ingin memintanya untuk berkencan dan menjadi
pacarnya tetapi pada saat itu dia mengalami serangan kecemasan yang parah. SH. takut ditolak
dan percaya bahwa tidak ada gadis yang mau berkencan dengan dirinya. Diagnosis psikiater adalah
gangguan kecemasan sosial. Apa ciri klinis gangguan kecemasan sosial yang hadir di S.H.? Lalu
bagaimana terapi yang diberikan pada kasus ini ?

2.2 ANALISIS KASUS ( SOAP )


Nama pasien : S.H ( 19 tahun )
Jenis kelamin : laki-laki
BB/TB :70/175

SUBYEKTIF (S)
Keluhan pasien : pasien mengalami rasa kecemasan yang parah,rasa malu,dengan wajah
berubah merah,suara bergetar saat bertemu dengan orang lain.
Riwayat penyakit :-
Riwayat pengobatan : -
Riwayat sosial : pelajar
OBYEKTIF (O)
Umur : 19 tahun
BB/ TB : 70/175

ASESSEMENT (A)

Problem Subyektif Obyektif Planning terapi Analisis


medis
Sosial Pasien mengalami Umur 19 Escitalopram Obat ini merupakan
anxiety kecemasan yang tahun (lexapro) 5mg/hari obat golongan SSRI
disorder parah,rasa malu Bb/tb yang memperbaiki
(kecemasan berlebihan,dengan 70/175 gejala ansietas dengan
sosial ) wajah tiba tiba cara penghambatan
memerah dan reabsorbsi serotonin
suara bergetar. melalui sel syaraf
tertentu di otak. Obat
ini memiliki efek
samping yang lebih
rendah dari
antidepresan trisiklik,
golongan SSRI masih
menjadi pilihan
pertama untuk ansiety.

PLANNING (P)
Terapi Farmakologi
Nama obat : Escitalopram (lexapro)
Dosis : 5mg/hari
Sediaan : tablet
Alasan : karena golongan SSRI masih menjadi pilihan utama, dan golongan SSRI
ini memiliki efek samping yang rendah dari pada antidepresan trisiklik.
Terapi Non Farmakologi
1. Cognitive- Behavioral Theraphy
Tujuan kajian ini adalah Untuk mengetahui strategi mengatasi kecemasan Sosial pada siswa
melalui pendekatan Behavioral Rehearsal. Dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan
social.
Teknik behavior rehearsal diterapkan dalam bentuk bermain peran dimana klien mempelajari
suatu tipe perilaku baru di luar situasi konseling. behavior rehearsal memasukkan beberapa
komponen kunci yaitu: menirukan prilaku, menerima umpan balik dari konselor, dan sering
mempraktekkan/melatih perilaku yang diinginkan. Upaya yang dilakukan bersama dalam satu
kelompok, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar bersama dalam penangan
masalah kecemasan tersebut.
2. Exposure Therapy
Exposure terapi adalah bentuk CBT yang merupakan proses untuk menurunkan respon
ketakutan dan kecemasan. Di dalam terapi ini,seorang pasien secara bertahap terpapar
situasi atau obyek yang menakutkan atau menimbulkan kecemasan,belajar untuk menjadi
lebih sensitif dalam waktu lama.

MONITORING
1. Monitoring tingkat kecemasan, apakah semakin parah atau berkurang. Jika semakin
bertambah atau tidak ada respon baik maka dilakukan terapi yang lebih efektif lagi.
2. Monitoring respon setelah pemberian obat (selama 12 minggu ) jika selama 12 minggu
terjadi respon baik maka dilanjutkan selama 12 bulan,dan jika tidak terjadi respon baik
maka obat di ganti ke SSRI yang lain atau venlafaxin.

KIE
1. Saat komunikasi dengan pasien gunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti
2. Informasikan kepada pasien/orang tua pasien tentang penyakit yang diderita
3. Informasikan kepada orang tua pasien agar selalu mengawasi pasien, jangan meninggalkan
pasien ketika pasien mengalami kecemasan atau takut yang berlebihan. Harus bisa
menenangkan pasien,jangan membuat pasien tambah cemas dan takut dengan selalu
mengajak pasien berbicara atau berkomunikasi.
BAB III
KESIMPULAN
Pasien S.H mengalami Social Anxiety Disorder (SAD) atau kecemasan sosial, dimana pasien
mengalami kecemasan dan rasa ketakutan yang berlebihan, dengan wajah yang tiba tiba memerah
dan suara bergetar ketika berbicara di keramaian. Ketakutan ini menyebabkan pasien gangguan
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari seperti berbicara di depan umum,berkencan,dll. Terapi
yang di anjurkan untuk pasien ialah terapi dengan obat SSRI yaitu Escitalopram ( lexapro )
5mg/hari. Obat SSRI ini masih menjadi pilihan utama pada penyakit kecemasan sosial ini. Untuk
menghasilkan hasil terapi yang efektif harus diimbangi dengan terapi non farmakologi seperti yang
tercantum di atas.terapi non farmakologi pada kasus ini sangat penting untuk harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Handayani, F. W., Muhtadi, A., Farmasi, F., Padjadjaran, U., Dara, T., Manis, K., & Aktif, S.
(2013). Farmaka Farmaka. Farmaka, 4, 1–15.
Saman, A., Aryani, F., & Bakhtiar, M. I. (2017). Mengatasi Kecemasan Sosial Melalui
Pendekatan Behavioral Rehearsal. Seminar Nasional Dies Natalis Ke 56, 320–326.
Buku :
Ikawati Zulies.2014.Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat.Bursa Ilmu:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai