PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang
kronis di mana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati
normal.
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan
factor yang memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut
merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper
merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan
tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat
saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan
berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple
sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih
tinggi dari 140mmHg. (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih
dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui
dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan
darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini
yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).
1
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan
50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap
tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional Health Foundation
di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15%
penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di
negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hampir 2
15% (Maryam, 2008).
Di Amerika Serikat 15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-
30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi (Miswar, 2004). Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun
2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008
meningkat menjadi 16-18%.
Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru
disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi
pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini
menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan
kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga
berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus
ditanggung para penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula
bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah
tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan
secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus
serius bahkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung
ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006). Kurangnya pengetahuan akan
mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau
2
melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Hal ini dikarenakan
sebagian besar penderita hipertensi lansia bertempat tinggal di pedesaan dan
pendidikannya masih rendah.
Pendidikan yang rendah pada pasien hipertensi lansia tersebut
mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai penyakit hipertensi secara baik.
Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada kebiasaan
yang kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap mengkonsumsi
garam berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan contoh bagaimana
kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan. Pengetahuan yang kurang dan
kebiasaan yang masih kurang tepat pada lansia hipertensi dapat
mempengaruhi motivasi lansia dalam berobat. Motivasi merupakan dorongan,
keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang
bermanfaat.
Motivasi yang kuat yang berasal dari diri pasien hipertensi untuk
sembuh akan memberikan pelajaran yang berharga. Proses untuk menjaga
tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan perawatan non
farmakologi seperti olah raga, namun juga dilakukan dengan cara pengobatan
farmakologi. Pengobatan farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara
melakukan kontrol ke puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di
puskesmas yang rutin sesuai jadwal kunjungan, akan mempercepat kondisi
tekanan darah pasien hipertensi lansia tetap terjaga dengan normal.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk
memeriksakan diri pasien hipertensi pada masyarakat ?
3
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
- Dapat memberikan gambaran tentang hipertensi
b. TujuanKhusus
- Setelah menggambaran Asuhan Keperawatan ,diharapkan akan dapat :
D. ManfaatPenulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagi berikut :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Konsep Dasar keluaraga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansakerta: kula dan warga “kulawarga”
yang berarti “anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di
mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antarindividu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung
jawab diantara individu tersebut (Jhonson, 2010).
1. Menurut Raisner (1980), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, nenek dan kakek
(Jhonson, 2010).
2. Menurut Logan’s (1979), keluarga adalah sebuah sistem sosial dan
kumpulan dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan
lainnya (Jhonson, 2010).
3. Menurut Gillis (1983), keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan
yang komleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu
(Jhonson, 2010).
4. Menurut Duvall (1986), menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan , kelahiran dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
setiap anggota keluarga (Jhonson, 2010).
5
5. Menurut Bailon dan maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan satu budaya (Jhonson, 2010).
6. Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang dan
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
7. Menurur UU No. 10 tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri suami, istri atau suami istri dan anaknya
(Setiadi, 2008).
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
b. Ciri-ciri Keluarga
1) Menurut Robert Mact Iver dan Charles Horton
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan
garis keturunan.
6
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untukmempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga.
2) Ciri Keluarga Indonesia
a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses keputusan dilakukan
secara musyawarah.
c. Tipe Keluarga
o Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya (Setiadi, 2008).
o Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti di tambah dengan anggota keluarga yang lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi
(Murwani, 2007).
o Single Parent Family
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan
anak (kandung/adopsi). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian (Murwani, 2007).
o Single Adult
Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya
seseorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
(Murwani, 2007).
7
o Nuclear Dyad (Keluarga Dyad)
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama (Ali, 2010).
o Blended Family
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-
masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu (Ali,
2010).
o Three Generation family
Keluarga dengan tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
(Setiadi, 2008).
o Middle Age atau Eldeary Couple
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya (Ali, 2010).
o Tradisional Nuclear (Keluarga Tradisional)
Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sankai-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
dikeduanya dapat bekerja diluar rumah (Setiadi, 2008).
d. Fungsi Keluarga
Menurut Effendy (2004), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan.
Memelihara dan membesarkan anak.
Memenuhi kebutuhan gizi keluaraga.
Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi psikologis
Memberikan rasa aman dan kasih sayang.
Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Memberikan identitas keluarga.
8
3) Fungsi sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak.
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
mememnuhi perannya sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Memelihara dan merawat anggota keluarga.
9
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Kemampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah diraskan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap
masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah
sikap negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana
system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan
keluarga.
5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan,, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga
terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah fasilitas kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipresepsikan keluarga.
10
6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap 1 : Pasangan yang baru menikah
Mencipta atau membina hubungan yang harmonis saling
menguntungkan Family Planing :
Setelah dua invidu mengikat hubungan dengan satu perkawinan mereka
harus mempersiapkan untuk hidup bersama saling belajar menyesuaikan
diri dan memulai kegiatan rutin secara bersama.
Pasangan mulai merencanakan kapan mereka menginginkan anak.
b. Tahap II : Dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai 30 bulan
Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi kebutuhan-kebutuhan bayi atau
anak.
Kelahiran anak membawa anggota baru
Mempelajari dan menerima pertumbuhan dan perkembangan anak usia
pra sekolah, persiapan kelahiran berikutnya.
c. Tahap III : Keluarga dimana anak pertama usia pra sekolah (30 bln-
6thn). Mengasuh anak,menyesuaikan atau menyedikan anak usia Pra
sekolah,persiapan kelahiran anak berikutnya.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak pertama usia sekolah (6-13 tahun).
Salah satu tugas dari orang tua ada tahap ini sosialisai anak, mendorong
anak, mencapai prestasi sekolah, dan memelihara hubungan perkawinan
yang harmonis.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak pertama usia remaja (13-20 tahun).
Menjaga keseimbangan tanggung jawab bagi remaja, pada tahap ini
sering terjadi komplik antara orang tua remaja.
f. Tahap VI : Keluarga dengan anak pertama usia dewasa muda (anak
ertama meningalkan rumah untuk membina keluarga baru sampai anak
terakhir). Melepaskan anak untuk membina perkawinan, biasanya ibu
11
lebih sulit untuk menerimanya, sedangkan bapak kariernyasudah
memuncak dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.
g. Tahap VII : Orang tua dengan anak usia pertengahan (mulai anak
terakhir meninggalkan rumah). Menjalin kembali hubungan perkawinan,
membina hubungan dengan generasi baru.
h. Tahap VIII : Tahap akhir dari siklus keluarga, keluarga usia tua (salah
satu/ keduanya pensiun, salah satu meninggal dan pada akhirnya
keduanya meninggal dunia). Penyesuaian terhadap pensiun, pasangan
meninggal dunia. Duvall (1997, dalam Friedman, 2010).
12
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dan komplikasi.
3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
a. Lahir premature/ BBLR.
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan caact bawaan.
d. ASIibu kurang, sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi/ anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah dalm hubungan antara anggota keluarga
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami/ istri meninggal, cerai atau lari
meninggalkan keluarga).(Effendy, 2004).
f. Struktur Keluarga
Struktur Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya:
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
13
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
g. Peran Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing : Ayah/
suami, peran formal : sebagai pemimipin keluarga, mencari nafkah,
pendidik, pelindung/pengayom, dan member rasa aman kepada anggota
keluarga.Peran Informal : sebagai anggota masyarakat/kelompok sosial
tertentu. Ibu/istri, peran formal : sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga. Peran Informal : Sebagai anggota
masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ali, 2010).
h. Peran Perawat Keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,
diantaranya sebagai berikut (Murwani, 2007) :
1) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) Keluarga dapat
melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara
mandiri dan (b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga.
2) Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komperhensif dan tercapai.
14
3) Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan jeluarga baik dirumah,
klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung.
4) Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan
kunjungan atau home visite yang teratur untuk mengidentifikasi
atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konsultan
Harus ada hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
agar keluarga tidak canggung saat meminta nasihat dari
perawat. Karena perawat sebagai nara sunber bagi keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan.
6) Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas, juga harus bekerjasama dengan
pelayanan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan
yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7) Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga
dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal.
8) Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
15
9) Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus bisa memodifikasi lingkungan,
bai lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya agar dapat tercapai lingkungan yang sehat.
2. Konsep hipertensi
A. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan
factor yang memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi
tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah.
Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan
peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang
dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit
dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan
darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya
secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140mmHg dan teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare,
2002).Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan darah distolik 90mmHg.(suddrath and brunner,2002).
B. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi sesuai WHO
Klasifikasi pada klien dengan hipertensi berdasarkan standart WHO
16
Klasifikasi Sistolik Distolik
Normotonesi < 140 mmHg <90mmHg
Hipertensi ringan 140-180 mmHg 90-105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140-160 mmHg 90-95 mmHg
Hipertensi sedang dan >180 mmHg >105 mmHg
berat >140 mmHg <90 mmHg
Hipertensi sistolik 140-160 mmHg <90 mmHg
terisolasi
Hipertensi sistolik
perbatasan
C. Etiologi
hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik,
atau primer) atau berkaitan dengan penyakit lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
a. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhi nya seperti genetic, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis,system reninangiotensin,efek dalam
17
ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca ekstrseluler dan factor-faktor yang
meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme promer, dan sindrom
cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).
D. Tanda dan gejala
o Tekanan darah meningkat,tachikardi
o Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital,mati
rasa(kelemahan salah satu anggota tubuh).
o Kecemasan,depresi, dan cepat marah.
o Diplodia(penglihatan ganda).
o Mual dan muntah
o Sesak nafas, tachipne.
E. Patofisologi
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik dan /atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari
kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan
jenis kelamin(sistolik 140-160mmHg ;diastolic 90-95mmHg).
Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah jantung tekanan perifer dan
tekanan atrium kanan. Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler melalui system saraf
termasuk system control yang beraksi segera.Kestabilan tekanan darah jangka
panjang dipertahankan oleh system yang menggatur jumlah cairan tubuh yang
melibtkan berbagai organ terutama ginjal.
18
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan
pada ginjal dan membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system rennin-
angiotensin yang mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolism kalium dalam ginjal, serta obesitas dan factor endotel mempunyai
peran dalam peningkatan tekanan darah. Strees dengan peninggian saraf
simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan hipertensi structural.
F. Komplikasi
Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic
sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang
terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi
antaraa lain:
o Mata :berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengankebutaan.
o Ginjal : berupa gagal ginjal
o Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat
menggakibatkan kematian, iskemia dan proses emboli
(mansjoer,dkk,2001).
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium rutin ysng dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan untuk menean pemeriksaan lain seperti ntukan adanya
kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasannya di periksa, urinaria, darah ferifer lengkap, kimia
darah(kalum,natrium, kreatinin,gula darah puasa,kolestrol total, kolestrol
HDL dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemriksaan lain seperti
klirens kreatini,protein, urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan
echokardiografi (mansjoerr A,dkk,2001).
19
H. Penatalaksanan medis
Tujuan dari pada penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler dan morbilitas yang berkaitan. Sedangkan
tujuan terapi pada penderita hpertensi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140mmHg dan tekanan
distolikdi bawah 90mmHg dan mengontrol adanya resiko. Hal ini dapat
dicapai melalui modifikasi gayaa hidup saja atau dengan obat
antihipertensi (mansjoer A,dkk,2001).
Kelompok resiko di katagorikan menjadi :
a. Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat 1,2,3 tanpa
sengaja penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ atau fakor resiko
lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat
di turunkan maka harus di turunkan obat anti hipertensi.
b. Pasien Tanya penyakit kardiovaskular atau kerusakn organ lainnya,
tetapi memiliki satu tau lebih factor resiko yang terera di atas, namun
bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa factor maka harus
langsung di berikan obat anti hipertensi.
c. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskular atau kerusakan
organ yang jelas, factor resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok,
dislipedemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan wanita
menopause), riwayat penyakit k kardiovaskular dalam keluarga.
Kerusakan organ : penyakit jantung ( hpertrofi ventrikel kiri, infark
miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat revaskularisai
korener, stroke, transientischemic attack, nefropati,penyakit arteri
perifer dan retinopati) (mansjoer A, dkk,2001).
20
Penatalaksanaan berdasarkan klisifikasi resiko klien dengan hipertensi
Tekanan darah Kelompok resiko Kelompok resiko Kelompok resiko
A B C
21
- Fasodilator : hidralazine, dizoxide, nitruprusdide, catopril
- Ca antagonis : nefidipine (adalat)
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tn .A PADA Ny. S DENGAN KASUS HIPERTENSI
A. Studi kasus
Tn. A sebagai KK jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan
istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak mempunyai
penyakit menurun (Hipertensi) dan penyakit menular (TBC, Kusta). Pada saat
pengkajian TD 130/90 mmHg.
Ny.S menderita Hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, mengeluh pusing.
Tekanan darah naik bila klien dalam hari tersebut terlalu banyak
mengkonsumsi jenis daging-daging. TD 150/110 mmHg, selama ini berobat
ke RS secara teratur yaitu 1 bulan sekali.
B. Identitas pasien
o Nama KK : Tn A
o Umur : 65 tahun
o Agama : Islam
o Alamat : Jawa Barat
o Pekerjaan : PNS (Pensiun)
o Pendidikan : SMP Tamat
23
C. Analisa data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH
1. Ny. Ny.“ S” terlihat sering Nyeri
“S” mengatakan memegangi kepala bagian
sering mengeluh belakang
sakit kepala Wajah Ny.”S” kadang-
Ny. “S” kadang terlihat
mengatakan nyeri menyeringai
skala 2 TD : 180/140 mmHg
Keluarga N : 88x/mnt
mengatakan RR: 20 x/mnt
kurang memahami
cara merawat
Makanan Ny.”S”
sama dengan
keluarga yang lain
Pola tidur Ny.”S”-
tidak sesuai dan
kurang dari
kebutuhan
-
2. Kontrol secara - Ny. “S” terlihat bingung Cemas
teratur - Wajah Ny. “:S” kadangf –
Ny “S” mengatakan kadang terlihat pucat
khawatir tensinya- TD : 180/140 mmHg
semakin tinggi - N : 88x/mnt
Keluarga kurang- RR: 20 x/mnt
memahami cara
24
mengenal
masalah Ny “S”
yang khawatir
tensinya akan
bertambah tinggi
Keluarga
mengatakan kurang
memahami cara
merawat Ny.”S”
Makanan Ny.”S”
sama dengan
keluarga yang lain
Pola tidur Ny.”S”
tidak sesuai dan
kurang dari
kebutuhan
Kontrol secara
teratur
25
b. Perhitungan scala score
NO KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN
3
1 Sifat masalah x1 1 Nyeri kepala yang dirasa karena
3
tidak /ancaman peningkatan tekanan vaskuler
kesehatan serebral
2
2 Kemungkinan x2 1 Dengan kontrol yang teratur dapat
2
masalah dapat menurunkan tekanan darah
diubah sebagian
2
3 Potensial x1 Rasa nyeri dapat dikurangi melalui
2 2
masalah untuk pengobatan dan perawatan yang
3
dicegah cukup tepat
2
4 Menonjolnya x1 1 Keluarga menyadari
masalah- 2
Ny“S”: hipertensi mempunyai
masalah berat masalah dampak sehingga keluarga
harus segera segera mengatasi masalah tersebut
ditangani
Jumlah 2
3
26
dicegah cukup
1 1
4 Menonjolnya x1 Keluarga menyadari dengan
2 2
masalah- mematuhi diet yang dianjurkan
masalah tidak dapat mengrangi rasa cemas
perlu ditangani Ny”S”
Jumlah 5
2
27
DS :
- Ny“S” mengatakan khawatir tensinya semakin tinggi dan stroke
semakin parah
- Keluarga kurang memahami cara mengenal masalah Ny “S” yang
khawatir tensinya akan bertambah tinggi
- Keluarga mengatakan kurang memahami cara merawat Tn”S”
o Makanan Ny”S” sama dengan keluarga yang lain
o Pola tidur Ny”S” tidak sesuai dan kurang dari kebutuhan
o Kontrol secara teratur
DO :
- Ny“S” terlihat bingung
- Wajah Ny “:S” kadangf –kadang terlihat pucat
- TD : 180/140 mmHg
- N : 88x/mnt - RR: 20 x/mn
28
2) Terepeutik
Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis, TENS, hiposis akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperbeat rasa nyeri ( mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi merdakan nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Anjurkan mengguknakan analgetik secara tepat
Ajarkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b. Pengaturan posisi
1) Observasi
Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah
posisi
Monitor alat traksi agar selalu tepat
2) Terapetik
Tempatkan pada matras/tempat tidur terapetik yang tepat
Tempatkan pada posisi terapetik
Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
Sediakan matras yang kokoh/padat
Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontra indikasi
Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-fowler)
Atur posisi yang meningkatkan drainage
Posisiskan pada kesejajaran tubuh yang tepat
Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan
tepat
Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
Tinggikan anggota gerak 200 ata lebih diatas level jantung
Tinggikan tempat tidur bagian kepala
Berikan bantal yang tepat pada leher
29
Berikan topangan pada area edema (mis. Bantak dibawah
lengan dan scrotum)
Posisiskan untuk mempermubdah ventialas/perpusi (mis.
Tengkurep atau good lung down)
Motivasi melakukan rom aktif atau pasif
Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
Hindari menempatkan pada posisi yang meningkatkan
nyeri
Hindari menempatkan stumpe amputasi pada posisi fleksi
Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
Meminimalkan gesekan dan tarikan saat megubah posisi
Ubah posisi setiap 2jam
Ubah posisi dengan Teknik log roll
Pertahankan posisi dan integritas traksi
Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
3) Edukasi
Informasikan pada saat akan perubahan posisi
Anjurkan dengan cara menggunakan postur yang baik dan
mekanika tubuh yang baik selama melakukan perubahan
posisi
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu.
c. Terapi relaksasi
1) Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2) Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik
Relaksasi
30
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
3) Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Musik, meditasi, napsa dalam, relaksasi otot
progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing).
31
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidk kompetitif, sesuai
kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
b. Teknik relaksasi
1) Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2) Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik
Relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
3) Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Musik, meditasi, napsa dalam, relaksasi otot
progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
32
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)
33
pola tidur dan benar rendah garam, mengurangi
control secara teratur makanan berlemak
c. Menganjurkan pada keluarga
untuk mengatur jadwal tidur pada
sore hari sebaiknya digunakan
untuk istirahat
34
2. II S : Keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
merawat keluarga dengan hipertensi dengan memperhatikan
diet, pola tidur dan control secata teratur
O : Keluarga dapat mengungkapkan kembali cara merawat
keluarga hipertensi dengan memperhatikandiet, pola tidur
dan control teratur
- Makanan yang disajikan untuk Ny. S sama dengan anggota
keluarga yang lain
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- - Anjurkan Ny. S dan keluarga untuk mengkonsumsi sesuai
diet hipertensi
- - Anjukan pada Ny. S dan keluarga untuk mengatur jadwal
tidur Ny. S
- - Anjurkan pada keluarga mengontrol secara teratur
I : Melaksanakan tindakan sesuai intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
R : -
I S : Keluarga mengatakan Ny. S sering melakukan teknik
relaksasi
O : - Ny. S dapat menjawab, mendemonstrasikan teknik
relaksasi
- T : 160/100 mmHg
- N : 88x/menit
- Wajah Ny. S tampak lebih relaks
A : Tujuan Tercapai sebagaian
P : Lanjutkan Intervensi
35
Anjurkan pada keluarga untuk mengontrolkan Ny. S secara
teratur
I : Melaksanakan tindakan sesuai intervensi
E : Masalah teratasi sebagian
R : -
II S : Keluarga mengatakan sudah menyendirikan makanan Ny.
S dengan anggota keluarga
- Ny. S mengatakan sudah tidak takut lagi dengan tensinya
O :Makanan yangdisajikan untuk Ny. S nasi, sayur asam,
lauk tahu, tempe garing
- Makanan untuk Ny. S dan anggota keluarga yang lain
tersendiri
- Wajah Ny. S tamapak lebih relaks
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan Ny. S dan keluarga mengkonsumsi diet
hipertensi
- Anjurkan pada Ny. S dan keluarga mengatur pola tidut
Ny. S
I : Melaksanakan tindakan sesuai intervensi
E : Masalah teratasi
R :-
36
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Keluarga berasal dari bahasa sansakerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti
“anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah.
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan
gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan
asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra
persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-
rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau
lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih
kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter &
Perry, 2005).
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
38