Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

MENINGKATKAN HUBUNGAN SOSIAL ANTAR TEMAN SEBAYA


MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA PESERTA
DIDIK KELAS VII D SMPN 16 SURABAYA SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

NAMA : M. FACHRUDIN
BIDANG BIMBINGAN : SOSIAL
NAMA SEKOLAH : SMPN 16 SURABAYA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
DAN PENJAMIN MUTU (LP3M)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Bismillaahirahmaanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segenap pujian dan ungkapan syukur
terpanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang
yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat proposal penelitian tindakan dalam
bimbingan dan konseling ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada suri tauladan umat, Rasulillah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,
beserta para keluarga dan sahabat.
Proposal penelitian ini adalah upaya penulis untuk menghadirkan solusi
bagi permasalahan hubungan sosial diantara teman sebaya yang teramati saat
melaksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dialami oleh
peserta didik kelas VII D SMPN 16 Surabaya pada semester ganjil tahun pelajaran
2019/2020. Proposal ini dapat tersusun tentunya tidak lepas dari kontribusi begitu
banyak pihak yang selalu memberikan semangat, motivasi, bimbingan, serta
bantuan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Eko Darminto, M.Si., dosen pembimbing lapangan yang senantiasa
bersabar dalam memberikan bimbingan mulai dari pra-pelaksanaan,
pelaksanaan hingga pasca rampungnya pelaksanaan PPL.
2. Effendi Rantau, S.Pd, M.Pd., Kepala SMP Negeri 16 Surabaya yang telah
mengijinkan dan menerima kami mahasiswa PPL PPG Dalam Jabatan
Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya (UNESA) untuk
melaksanakan PPL.
3. Dra. Sunarti, guru pamong yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan
bimbingan kepada kami tentang tugas serta peran guru BK di lapangan.
4. Segenap tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta para staff di SMP
Negeri 16 Surabaya yang juga memberikan perlakuan yang baik dan
bantuannya kepada kami.
5. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa serta dukungan dalam menjalani
program PPL dan secara khusus buat adikku Alm. Muhammad Fauzan yang

iii
senantiasa menjadi inspirasi untukku dalam menapaki sisa kehidupan yang
fana ini.
6. Rekan-rekan PPL UNESA 2019 di SMP Negeri 16 Surabaya untuk segala
kekompakan, dukungan, dan canda-tawa. Terima kasih telah memberi warna-
warni pengalaman hidup yang berharga bagi pengembangan diri serta
kerjasamanya selama pelaksanaan PPL.
7. Segenap peserta didik SMP Negeri 16 Surabaya yang telah memberikan
pengalaman berharga selama praktik berlangsung.
8. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan proposal
penelitian ini.
Akhirnya hanya doa yang dapat dihaturkan semoga Allah Azza wa Jalla
membalas bantuan dan segala kebaikan yang telah diberikan dengan berlipat ganda.
Besar harapan penulis semoga proposal penelitia ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Wallaahul-Haadii ilaa sabilir-rasyaad

Surabaya, Oktober 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Manfaat penelitian ............................................................................... 3
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan ............................................................................... 4
B. Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya ............................................... 5
C. Bimbingan Kelompok ......................................................................... 11
D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 18
E. Hipotesis .............................................................................................. 19
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 20
B. Prosedur Tindakan .............................................................................. 20
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 22
D. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 22
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 23
F. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data .............................................. 23
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 26
H. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 26
I. Jadwal Penelitian ................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam situasi sosial
dimana terdapat hubungan dan interaksi antara dirinya dengan manusia yang
lain yang. Hubungan ini juga memiliki sifat dapat saling mempengaruhi.
Hubungan sosial biasanya selalu diawali dari fase yang sederhana yang
didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan
manusia menjadi semakin kompleks. Dengan demikian tingkat hubungan
sosial juga berkembang menjadi lebih kompleks lagi.
Pada jenjang usia perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga
untuk berkolaborasi, berpartisipasi dan berkontribusi memajukan kehidupan
masyarakatnya. Remaja diharapkan dapat memenuhi tantangan kehidupan
sosial yang dihadapinya baik dalam bentuk hubungan dengan teman sebaya,
teman yang berlawanan jenis maupun hubungan dengan orang dewasa
lainnya.
Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan
remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota
kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh
karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti kelompok teman
sebayanya. Remaja mendapatkan pengakuan sebagai anggota kelompok baru
yang ada dalam lingkungan sekitarnya melalui proses adaptasi. Setiap
individu memiliki kebutuhan untuk dapat diterima dalam komunitas sosial
dan itu merupakan suatu hal yang sangat mutlak, termasuk remaja. Remaja
merasa sangat menderita mana kala suatu saat tidak diterima atau bahkan
diasingkan oleh kelompok teman sebayanya. Penderitaannya akan lebih
mendalam dari pada tidak diterima oleh keluarganya sendiri.
Berdasarkan kenyataan di lapangan yang diperoleh dari hasil observasi
dalam kegiatan PPL dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling

1
SMPN 16 Surabaya diperoleh informasi bahwa sebagian peserta didik kelas
VII D SMPN 16 belum dapat menjalin hubungan sosial dengan baik, gejala
yang muncul antara lain siswa kurang dapat menunjukan komunikasi antar
pribadi yang baik, sehingga menyebabkan komunikasi yang terjalin menjadi
kurang efektif, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal dan
seringkali berakhir dengan konflik dan pertengkaran.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangan, kemampuan dasar dan bakat-bakatnya, berdasarkan
berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif
linkungannya.
Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling adalah layanan
bimbingan kelompok yang merupakan bagian dari layanan dasar yang
diperuntukkan untuk seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Layanan ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa, khususnya
kemampuan komunikasi peserta layanan yang diberikan oleh guru BK/
konselor sekolah untuk membantu individu menjadi insan yang berguna
dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan,
interpretasi, pilihan, penyesuaian dan ketrampilan yang tepat berkenaan
dengan diri sendiri dan linkungannya dalam bentuk dinamika kelompok.
Berdasarkan pada apa yang telah dijabarkan di atas maka penulis
terdorong untuk mencoba mengkaji permasalahan tersebut dalam sebuah
penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling dengan judul
“Meningkatkan Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Peserta Didik Kelas VII D SMPN 16 Surabaya
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat disusun
suatu rumusan masalah sebagai berikut:

2
“Apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan hubungan sosial
antar teman sebaya pada peserta didik kelas VII D SMPN 16 Surabaya
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020?”

C. Tujuan & Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah layanan
bimbingan kelompok dapat meningkatkan hubungan sosial antar teman
sebaya pada peserta didik kelas VII D SMPN 16 Surabaya semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru BK
1) Menambah wawasan dan penerapan bentuk layanan bimbingan
kelompok dalam berbagai alternatif kegiatan.
2) Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan menyusun karya
tulis ilmiah.
b. Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pemberian layanan BK di sekolah tempat
dilaksanakannya penelitian.
2) Meningkatkan hubungan sosial antar teman sebaya yang diharapkan
akan berujung pada kenyamanan situasi pembelajaran di sekolah dan
akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Yang Relevan


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2009) tentang
peningkatan kemampuan berkomunikasi antar teman sebaya melalui layanan
bimbingan kelompok pada siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Semarang tahun
ajaran 2008/2009, menunjukan bahwa sebelum mendapatkan perlakuan termasuk
dalam kategori sangat rendah dengan rata-rata persentase 48,13% dan sesudah
mendapatkan perlakuan rata-rata persentasenya meningkat menjadi 76,9%
termasuk dalam kategori tinggi, dengan demikian mengalami peningkatan sebesar
47,57%. Hal ini membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat
meningkatkan komunikasi antar teman sebaya.
Hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kusuma (2008) tentang
keefektifan bimbingan kelompok terhadap peningkatkan kemampuan berinteraksi
sosial pada siswa kelas XI di SMA N 2 Ungaran tahun ajaran 2007/2008,
menunjukan bahwa sebelum mendapat perlakuan termasuk dalam kategori rendah
dengan rata-rata persentase 31.16% dan setelah mendapatkan perlakuan rata-rata
persentase 78.83% termasuk dalam kategori tinggi, dengan demikian mengalami
peningkatan sebesar 47.57%. Artinya bahwa layanan bimbingan kelompok efektif
dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.
Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Setiaji (2010) tentang
meningkatkan kematangan sosial siswa melalui layanan bimbingan kelompok
pada siswa kelas VII SMP N 8 Cilacap tahun ajaran 2009/2010, menunjukan
bahwa kematangan sosial sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok
tergolong dalam kategori sedang dengan persentase 62%. Setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok meningkat menjadi 76,6% dalam kategori tinggi.
Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 14,6%. Hasil tersebut
menunjukan bahwa kematangan sosial siswa dapat ditingkatkan melalui layanan
bimbingan kelompok secara efektif.

4
Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Sulistiana (2010) tentang
meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui layanan bimbingan kelompok
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Juwana Tahun Pelajaran 2009/2010, dengan
hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keterampilan sosial siswa sebelum
mendapatkan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kategori rendah
dengan persentase 61,2%, setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok
meningkat menjadi 75,9% tergolong dalam kategori tinggi. Dengan demikian
mengalami peningkatan sebesar 14%. Dengan demikian keterampilan sosial dapat
ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan kelompok
terbukti dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi,
kematangan sosial, dan ketrampilan sosial. Sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti mengenai upaya meningkatkan hubungan sosial antar
teman sebaya, peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok sebagai
layanan untuk meningkatkan hubungan sosial siswa.

B. Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya


1. Pengertian Hubungan Sosial
Syamsu dalam (2008: 122) mengemukakan bahwa hubungan sosial
adalah cara individu dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan saling
komunikasi dan bekerja sama.
Hubungan sosial menurut Kurnia (2010:179) adalah hubungan yang
terwujud antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta
kelompok dan kelompok sebagai akibat dari hasil interaksi diantara sesama
mereka”.
Menurut Wardiyatmoko (2009:185) hubungan sosial adalah suatu
kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar individu, individu dengan
kelompok, atau antar kelompok, secara langsung atau tidak langsung untuk
menciptakan rasa saling pengertian dan kerjasama yang saling
menguntungkan. Kepentingan-kepentingan yang saling berhubungan ini akan

5
menimbulkan sebuah interaksi sosial sebagai wujud dari komunikasi dan
kontak sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan sosial adalah hubungan yang terjadi di masyarakat, baik antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok yang menyangkut interaksi dan timbal balik dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
Interaksi tersebut timbul apabila ada kontak sosial dan komunikasi antara
individu dengan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan
kelompok. Dalam hubungan sosial ada akan ada reaksi emosi atau perasaan
yang muncul saat berkomunikasi. Emosi tersebut dapat berupa kasih sayang,
gotong-royong, tolong-menolong, hingga pemahaman terhadap perasaan
orang lain.
2. Pengertian Teman Sebaya
Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering
didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti
kesamaan tingkat usia. Lebih lanjut Hartup (dalam Santrock, 1983: 223)
mengatakan bahwa teman sebaya (Peers) adalah anak-anak atau remaja
dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama. Akan tetapi oleh Lewis dan
Rosenblum (dalam Desmita, 2005: 145) Definisi teman sebaya lebih
ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian teman sebaya adalah kelompok orang-orang dengan tingkat usia
yang sama. Dalam penelitian ini pengertian teman sebaya dapat didefinisikan
sebagai kelompok remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama
dan didalamnya melibatkan keakraban yang relatif besar diantara
kelompoknya.
3. Fungsi teman sebaya
Kelly dan Hansen dalam (Desmita, 2009) menyebutkan 6 fungsi positif
dari teman sebaya, yaitu:

6
1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman
sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-
pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi
langsung.
2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan
dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru
mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya
mereka akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada
dorongan keluarga mereka.
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan dengan caracara yang lebih matang. Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-
ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka
memecahkan masalah.
4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin
terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar
mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan
menjadi laki-laki dan perempuan muda.
5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa
mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa
yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba
menggambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi
nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya,
serta memutuskan mana yang benar. Proses mengevaluasi ini dapat
membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral
mereka.
6) Menigkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi orang yang disukai oleh
sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak

7
atau senang tentang dirinya. Sejumlah ahli teori lain menekankan
pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan anak-anak
dan remaja. Bagi sebagian anak dan remaja, ditolak atau diabaikan oleh
teman sebaya, menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau
permusuhan. Di samping itu, penolakan oleh teman sebaya dihubungkan
dengan kesehatan mental dan problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga
menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu bentuk
kejahatan yang merusak nilai-nilai dan kontrol orang tua. Lebih dari itu,
teman sebaya dapat memperkenalkan remaja pada alkohol, obat-obatan
(narkoba), kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku yang dipandang
orang dewasa sebagai maladaptif (Santrock dalam Desmita, 2009: 221).
4. Jenis-jenis teman sebaya
Mappiare (1982:158) menjelaskan bahwa Para ahli psikologi sepakat
bahwa terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja.
Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1) Sahabat Karib (Chums). Chums yaitu kelompok dimana remaja
bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota
kelompok biasanya terdiri dari 2-3 orang dengan jenis kelamin sama,
memiliki minaat, kemauan-kemauan yang mirip.
2) Komplotan sahabat (Cliques). Cliques biasnya terdiri dari 4-5 remaja
yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama.
Cliques biasanya terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua
Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis
kelamin remaja dalam satu Cliques umumnya sama
3) Kelompok banyak remaja (Crowds) Crowds biasanya terdiri dari
banyak remaja, lebih besar dibanding dengan Cliques. Karena besrnya
kelompok, maka jarak emosi antra anggota juga agak renggang. Dengan
demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta terdapat keragaman
kemampuan, minat dan kemauan diantara para anggota. Hal yang dimiliki
dalam kelompok ini adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh

8
teman-teman dalam kelompok remja, dengan kata lain remaja ini sangat
membutuhkan penerimaan peer-groupnya.
5. Penerimaan dan penolakan teman sebaya
Menurut Mappiare (1982: 170-171) ada beberapa faktor seseorang di
terima maupun ditolat oleh kelompok teman sebaya, antara lain:
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima:
(1) Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara lain : tampang
yang baik, atau paling tidak rapi dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
(2) Kemampuan pikir antara lain: mempunyai inisiatif, banyak memikirkan
kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya.
(3) Sikap, sifat, perasaan antara lain: bersikap sopan, memperhatikanorang
lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang
tidak menyenangkan dirinya
(4) Pribadi meliputi: jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka
menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok,
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak:
(1) Penampilan (performance) dan perbuatan antaralain meliputi : sering
menantang, malu-malu, dan senang menyendiri.
(2) Kemampuan pikir meliputi: bodoh sekali atau sering disebut tolol
(3) Sikap, sifat meliputi: suka melanggar normadan nilai-nilai kelompok,
suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan
sendiri.
(4) Ciri lain: faktor rumah yang terlalujauh dari tempat teman sekelompok
Faktor-faktot penerimaan dan penolakan teman sebaya dalam kaitannya
dengan penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dan sebagai bahan materi
dalam meningkatkan hubungan sosial antar teman sebaya siswa.

6. Hubungan sosial antar teman sebaya


Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang
disekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dimana setiap

9
individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial,
baik normanorma kelompok, moral, maupun tradisi.
Pentingnya teman sebaya dalam perkembangan sosial remaja diketahui
satu contoh klasik pada literatur psikologi. Dua ahli teori yang berpengaruh,
yaitu Piaget dan Sullivan (dalam Desmita, 2009: 220), menekankan bahwa
melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan
timbal balik yang simetris. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan
keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga
mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman
sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman
sebaya yang berkelanjutan. Studi-studi kontemporer tentang remaja, juga
menunjukan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya
diasosiasikan dengan penyesuaian yang positif (Santrock dalam Desmita,
2009: 220). Hartup dalam (Desmita, 2009: 220) mencatat bahwa pengaruh
teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial psikologis yang penting bagi
remaja. Bahkan dalam studi lain ditemukan bahwa hubungan teman sebaya
yang harmonis selama masa remaja, dihubungan dengan kesehatan mental
yang positif pada usia setengah baya (Hightower dalam Desmita, 2009: 220).
Meskipun selama masa remaja kelompok teman sebaya memberikan
pengaruh yang besar, namun orang tua tetap memainkan peranan yang
penting dalam kehidupan remaja, hal ini karena hubungan dengan teman
sebaya memberikan pemunuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda
dalam perkembangan remaja (Savin-williams & Berndt dalam Desmita,
2009:222). Misalnya dalam hal kemajuan sekolah da rencana karier misalnya,
remaja sering bercerita dengan orang tuanya. Orang tua menjadi sumber
penting yang mengarahkan dan menyetujui dalam pembentukan tata nilai dan
tujuan-tujuan masa depan. Sedangkan dengan teman sebaya remaja belajar
tentang hubunganhubungan sosial diluar keluarga. Mereka berbicara tentang
pengalaman pengalaman dan minat-minat yang lebih bersifat pribadi., seperti
masalah pacaran dan pandangan-pandangan tentang seksualitas. Dalam
masalah-masalah yang menjadi minat pribadinya ini umumnya remaja merasa

10
lebih enak berbicara dengan teman-teman sebayanya. Mereka percaya bahwa
teman sebaya akan memahami perasaan-perasaan mereka dengan lebih baik
dibandingkan dengan orang-orang dewasa.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial antar
teman sebaya diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi atau berinteraksi
terhadap teman-teman sebaya disekitarnya dan bagaimana pengaruh
hubungan itu terhadap dirinya, dimana setiap individu berusaha
menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial teman sebaya, baik
norma-norma kelompok, moral, maupun tradisi. Penerimaan atau penolakan
kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pikiran,
sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Akibat
langsung dari penerimaan teman sebaya bagi seseorang remaja adalah adanya
rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan bagi kelompoknya. Hal yang
demikian ini akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan rasa
bahagia. Hal yang sebaliknya dapat terjadi bagi remaja yang ditolak oleh
kelompoknya yakni adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa akibat
penolakan atau pengabaian itu.

C. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan
Sukardi (dalam Rismawati, 2015: 65) menjelaskan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang
secara terus-menerus oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok
individu menjadi pribadi yang mandiri. Bantuan yang diberikan didasari pada
pandangan bahwa setiap pribadi memiliki potensi untuk berkembang ke arah
yang lebih optimal yang memungkin mereka mampu mengambil pilihan dan
keputusan secara sehat, aktif, produktif dan bertanggung jawab sesuai
karakteristik masing-masing individu.
Kegiatan bimbingan tidak sama dengan konseling, meskipun keduanya
memiliki kesamaan tujuan yaitu pemberian bantuan dan berorientasi pada
kebutuhan peserta didik, serta kesamaan dalam bidang layanan yang meliputi

11
bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Bimbingan lebih menekankan fungsi
pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan, sedankan
konseling menekankan fungsi pengentasan masalah. Akibat perbedaan
karakteristik keduanya, maka topik-topik yang dibahas dalam kedua kegiatan
ini juga berbeda sifatnya. Pada kegiatan bimbingan, topik yang dibahas
merupakan masalah yang bersifat umum, sedangkan dalam kegiatan
konseling, topiknya merupakan permasalahan pribadi yang dialami oleh
masing-masing peserta didik yang belum ditemukan solusinya sehingga
membutuhkan bantuan dari orang lain yang lebih ahli, dalam hal ini guru BK
di sekolah tersebut.

2. Pengertian Bimbingan Kelompok


Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di dalamnya
terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media efektif
bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif ketika
mengadakan komunikasi antar pribadi dengan orang lain. Bimbingan
kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam
kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat,
menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan
itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan
untuk peserta lainnya. Romlah (2001:3) mendefinisikan bahwa bimbingan
kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu
individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan
kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan
dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan


kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat,
memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok

12
menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu
individu mencapai perkembangan yang optimal. Pengertian layanan
bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah layanan yang diberikan
kepada sekelompok siswa yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang hubungan sosial antar teman sebaya dalam mengembangkan dan
meningkatkan hubungan sosialnya dengan teman sebaya.

3. Tujuan bimbingan kelompok


Tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Secara umum tujuan bimbingan kelompok adalah berkembangnya
kemampuan bersosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta
layanan. Tak jarang didapati bahwa kemampuan bersosialisasi
/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran,persepsi,
wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkungkung serta tidak
efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau
menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui
berbagai cara. Kondisi dan proses berperasaan, berfikir, berpersepsi dan
berwawasan yang terarah, luwes, luas serta dinamis, kemampuan
berkomunikasi, bersosialisasi, dan bersikap dapat dikembangkan. Tujuan
bimbingan kelompok secara khusus antara lain: 1) Mampu berbicara di depan
orang banyak. 2) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan,
perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak. 3) Belajar menghargai
pendapat orang lain. 4) Bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya. 5) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak
kejiwaan yang bersifat negatif). 6) Dapat bertenggang rasa. 7) Menjadi akrab
satu sama lainnya. 8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang
dirasakan ataumenjadi kepentingan bersama.
4. Komponen bimbingan kelompok
Komponen-komponen yang harus dipenuhi sehingga bimbingan
kelompok dapat berjalan yaitu:
1. Pemimpin Kelompok. Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang
terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling professional.

13
Sebagaimana berlaku untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor
diharapkan memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan
kelompok, PK diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok antara semua
peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan
umum dalam bimbingan kelompok. Dapat disimpulkan pemimpin kelompok
adalah konselor yang terlatih dan profesional dengan mempunyai
keterampilan khusus, pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan
dinamika kelompok.
2. Anggota Kelompok. Tidak semua kumpulan individu dapat dijadikan
anggota bimbingan kelompok. Untuk terselenggaranya bimbingan kelompok
seorang konselor harus membentuk kumpulan individu menjadi sebuah
kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut diatas. Besarnya
kelompok (jumlah anggota kelompok) dan homogenitas/ heterogenitas,
anggota kelompok dapat dipengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah
anggota kelompok tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
5. Peran pemimpin dan anggota kelompok
Peran pemimpin kelompok dalam bimbingan kelompok adalah:
1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun
campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini
meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun
yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang
berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu
maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan
suasana perasaan yang dialami itu.
3) Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang
dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan
arah yang dimaksudkan itu.
4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan
(umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam

14
kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan
kelompok.
5) Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan
mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan
permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta
suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan
bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok
itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota
kelompok sehingga ia atau mereka itu menderita karenanya. Sifat
kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-
kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab
pemimpin kelompok.
Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dapat
dimainkan para anggota kelompok adalah:
1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok.
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok.
3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama.
4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik.
5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok.
6) Mampu berkomunikasi secara terbuka.
7) Berusaha membantu anggota lain.
8) Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.
9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
6. Tahapan bimbingan kelompok
Tahap Pembentukan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap
pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu

15
kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-
harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara
dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin
kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masingmasing
anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.
Setelah tahap pembentukan, kegiatan dilanjutkan dengan tahap peralihan.
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang
sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh
anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan,
kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin
kelompok mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam
hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut
dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada
tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan
dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan
tahap bimbingan kelompok selanjutnya
Inti dari kegiatan bimbingan kelompok ada pada kegiatan selanjutnya
yaitu tahap kegiatan. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari
kelompok.Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat
tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya
berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar.
Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri
yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin
kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap
kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok
saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang

16
menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya
membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan.
Tahap terakhir yang dilalui dlaam bimbingan kelompok adalah tahap
pengakhiran. Tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam
pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan
melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu
bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan
kelompok itu akan melakukan kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan
yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Penyampaian pengakhiran
kegiatan oleh pemimpin kelompok. 2) Pengungkapan kesan-kesan dari
anggota kelompok. 3) Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-
masing anggota kelompok. 4) Pembahasan kegiatan lanjutan. 5) Penutup

7. Evaluasi layanan bimbingan kelompok


Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan bimbingan
kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau salah”, tetapi
berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota kelompok evaluasi dan
penilaian layanan kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara
tertulis, baik melalui essay, daftar cek, daftar isian sederhana, serta ungkapan
perasaan secaralangsung pada setiap akhir pertemuan. Evaluasi dan penilaian
layanan bimbingan kelompok dalam penelitian ini digunakan sebagai titik
ukur untuk melihat seberapa besar pemahaman dan perkembangan siswa
mengenai hubungan sosial antar teman sebaya dalam setiap pertemuan.
kepada peserta didik mengenai teknis pembelajaran dan kelompok asal
serta kelompok ahli yang telah dibentuk, (2) pemberian arahan kepada peserta
didik untuk berkelompok dalam kelompok ahli lalu mendiskusikan sub materi
yang telah dibagi berdasarkan kelompok, (3) pemberian tugas kepada peserta
didik untuk membahas soal-soal yang diberikan dalam kelompok ahli dan
mengerjakannya secara individu dalam lembar jawab yang telah disediakan,
(4) setelah diskusi dalam kelompok ahli selesai, peserta didik kembali ke

17
dalam kelompok asal masing-masing untuk mengajarkan sub materi yang
telah didiskusikan kepada teman satu timnya, (5) menyimpulkan materi yang
telah dipelajari pada kelompok asal dengan mengerjakan soal pengayaan
secara berkelompok dalam lembar jawab yang telah disediakan.

D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat diamati pada gambar berikut ini:

Hubungan sosial antar


Tujuan bimbingan kelompok :
teman sebaya kelas
 Tujuan umum: berkembangnya
VII D yang rendah kemampuan
sosialisasi, khususnya kemampuan
komunikasi
peserta layanan
 Tujuan khusus:
1. Mampu berbicara di depan orang banyak.
Layanan bimbingan 2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran,
kelompok tanggapan, perasaan dan lain sebagainya
kepada orang banyak.
3. Belajar menghargai pendapat orang lain.
4. Bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya.
5. Mampu mengendalikan diri dan menahan
emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat
negatif).
Terjadi peningkatan 6. Dapat bertenggang rasa.
hubungan sosial 7. Menjadi akrab satu sama lainnya.
8. Membahas masalah atau topik-topik umum
yang dirasakan atau menjadi kepentingan
bersama.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

18
E. Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir yang digambarkan, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagaiamana berikut:
“Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan hubungan sosial
peserta didik kelas VII D SMPN 16 Surabaya semester ganjil tahun pelajaran
2019/2020.”

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling
(PTKB) yang dirancang dalam bentuk siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
empat tahap dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus
berikutnya bergantung pada hasil dari siklus sebelumnya. Pada penelitian ini,
jumlah siklus yang akan dilaksanakan adalah sebanyak dua siklus. Gambaran
siklusnya dapat diamati pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Siklus PTBK


B. Prosedur Tindakan
SIKLUS 1 :
1. Fase Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan meliputi :

20
a. Menetapkan dan menyiapkan subyek layanan, yaitu memilih kelas
sasaran untuk pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan.
c. Membuat rancangan pelaksanaan layanan, yang memuat materi yang
relevan sesuai hasil analisis kebutuhan siswa.
d. Menyiapkan media yang akan digunakan yaitu lagu “kepompong” yang
bercerita tentang persahabatan.
e. Menyusun dan menyiapkan instrumen evaluasi proses dan hasil layanan
Instrument ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk melihat
keberhasilan siklus 1.

2. Fase Tindakan & Observasi


a. Kegiatan yang dilakukan pada fase tindakan menerapkan tindakan yang
mengacu pada rencana pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
dengan topik yang telah ditentukan yaitu “makna persahabatan”.
b. Proses observasi dapat dilakukan selama proses layanan berlangsung,
dengan melihat keaktifan peserta dalam grup. Berapa orang yang aktif
bertanya atau berkomentar. Proses observasi juga dapat dilihat dari
rekaman chat di dalam grup layanan berakhir.

3. Fase Refleksi
Hasil observasi, termasuk hasil evaluasi proses dan hasil layanan
dianalisis oleh guru BK. Guru BK dapat meminta bantuan rekan guru BK
yang lain sebagai kolaborator agar hasil analisis yang diperoleh tidak
bersifat subyektif. Hasil analisis yang telah ditelaah dan didiskusikan
merupakan data yang dapat digunakan untuk mengetahui kekurangan pada
siklus 1. Dengan mengetahui kekurangan pada siklus 1, maka guru BK
dapat merencanakan pembaharuan tindakan yang akan dilaksanakan pada
siklus 2.

21
SIKLUS 2 :
a. Fase Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada fase perencanaan siklus 2 meliputi :
a. Membuat rancangan pelaksanaan layanan / tindakan yang telah
diperbaharui berdasarkan kelemahan dan kekurangna yang terekam dan
telah diketahui dari pelaksanaan siklus 1.
b. Menyiapkan media yang akan digunakan sesuai dengan evaluasi dan
refleksi pada siklus 1.
c. Menyiapkan instrument evaluasi dan pedoman observasi seperti yang
digunakan pada siklus 1.

2. Fase Tindakan & Observasi


Kegiatan pada fase tindakan dan observasi menerapkan tindakan yang
telah diperbaharui sesuai hasil refleksi pada siklus 1.

3. Fase Refleksi
Seperti halnya proses refleksi pada siklus 1, guru BK berkolaborasi dengan
guru BK (teman sejawat) agar hasilnya tidak subyektif. Dari hasil refleksi
siklus II akan diketahui apakah kegiatan yang dilakukan telah
mendatangkan hasil sesuai yang diinginkan yaitu layanan bimbingan
kelompok dapat meningkatkan hubungan sosial peserta didik.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII D SMPN 16 Surabaya tahun
pelajaran 2019/2020 sejumlah 12 (dua belas) orang.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ditetapkan di ruang bimbingan dan konseling. Waktu
penelitian dijadwalkan pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 pukul 10:00 Wita
sampai selesai untuk siklus I dan hari Selasa, 5 November 2019 pukul 10:00 Wita
sampai selesai untuk siklus II.

22
E. Definisi Operasional Variabel
Pemahaman
Devinisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya
Hubungan sosial antar teman sebaya diartikan sebagai cara-cara individu
bereaksi atau berinteraksi terhadap teman-teman sebaya disekitarnya dan
bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Tingkat pencapaian
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dapat dilihat melalui
beberapa indikator, yaitu: (1) memiliki sahabat dekat, (2) dipercaya dalam
posisi tanggung jawab tertentu, (3) memiliki penyesuaian sosial yang baik,
(4) berinteraksi dengan teman sebaya, (5) memiliki keterampilan sosial yang
baik.
2. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dapat diartikan sebagai suatu upaya
membimbing individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal dengan
memanfaatkan dinamika kelompok sebagai alat atau media untuk mencapai
tujuan.
Bimbingan kelompok dilaksanaka dengan empat tahap pelaksanaan, yaitu
pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengkakhiran. Dalam penelitian ini
bimbingan kelompok dilakukan delapan kali pertemuan. Dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok mengandung unsur dinamika kelompok. Masing-
masing anggota kelompok membahas topik dalam bimbingan kelompok
sehingga tujuan dapat tercapai.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan
data secara langsung (observasi) dan teknik tidak langsung (angket/skala).
Penjelasan dari masing-masing teknik dan instrumen pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut :
1. Observasi

23
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap proses tindakan yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
observasi sebagai instrument pengumpulan data. Dalam proses observasi,
yang diamati adalah seluruh proses layanan mulai dari keaktifan dan
antusiasme peserta didik dalam dinamika kelompok, prosedur layanan yang
dilaksanakan guru BK sampai pada alokasi waktu layanan. Hal ini dilakukan
untuk mengukur efektifitas proses layanan / tindakan yang dilakukan.

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI


PROSES LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
NO ASPEK YANG DIOBSERVASI
1 Keaktifan peserta didik dalam mengikuti layanan
2 Antusiasme peserta didik dalam mengikuti layanan
3 Prosedur layanan yang dilakukan guru BK
4 Keaktifan siswa dalam mengerjakan LKPD
5 Respon siswa dalam mengisi angket evaluasi
6 Alokasi waktu pelaksanaan layanan
Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman observasi proses layanan bimbingan
kelompok

2. Angket dan Skala


Angket dan skala merupakan salah satu teknik pengumpulan data secara
tidak langsung dengan menggunakan instrument berbentuk angket / skala.
Angket dan skala ini digunakan untuk mengukur / mengevaluasi proses
dan hasil layanan.
Berikut adalah kriteria keberhasilan evaluasi proses dan hasil dalam
pelaksanaan layanan bimbingan klasikal:
KRITERIA EVALUASI
JENIS
KOMPONEN / ASPEK INDIKATOR KEBERHASILAN
EVALUASI
YANG DIEVALUASI
Evaluasi Pelaksanaan Layanan 1. Peserta didik terlibat secara aktif

24
KRITERIA EVALUASI
JENIS
KOMPONEN / ASPEK INDIKATOR KEBERHASILAN
EVALUASI
YANG DIEVALUASI
Proses dalam kegiatan
2. Peserta didik memiliki antusiasme
yang tinggi dalam kegiatan
3. Guru BK melaksanakan layanan
sesuai dengan prosedur pemberian
layanan yang berlaku
4. Alokasi waktu pemberian layanan
sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
Evaluasi 1. Pemahaman diri, 1. Peserta didik memiliki pengetahuan
Hasil sikap dan perilaku dan pemahaman diri sesuai dengan
layanan yang diberikan.
2. Peserta didik mengalami perubahan
sikap sesuai dengan layanan yang
diberikan
3. Peserta didik dapat memodifikasi
atau melakukan perubahan perilaku
sesuai dengan layanan yang
diberikan
2. Perasaan Positif 1. Peserta didik merasa yakin atas
kinerja guru BK atau konselor
dalam melaksanakan layanan.
2. Peserta didik merasa yakin atas
potensi yang dimilikinya.
3. Peserta didik termotivasi untuk
mengembangkan potensi secara
optimal

25
KRITERIA EVALUASI
JENIS
KOMPONEN / ASPEK INDIKATOR KEBERHASILAN
EVALUASI
YANG DIEVALUASI
3. Rencana kegigatan 1. Peserta didik memiliki berbagai
yang akan alternatif upaya
dilaksanakan pasca pengembangan/pengentasan
layanan masalah
2. Peserta didik memutuskan upaya
pengembangan/pengentasan
masalah yang akan dilakukan
3. Peserta didik memiliki rencana
kegiatan yang akan dilakukan
sebagai upaya pengembangan/
pengentasan masalah
Tabel 3.2 Jenis dan kriteria evaluasi layanan

G. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa dengan membandingkan
jumlah peserta didik yang memiliki hubungan sosial rendah sebelum
diberikan layanan bimbingan kelompok dengan setelah diberikan layanan
bimbingan kelompok.
Kedua data tersebut kemudian diuji dengan uji t-sampel berpasangan guna
menentukan apakah hipotesa dapat diterima atau tidak.

H. Indikator Keberhasilan
Tindakan dianggap berhasil jika jumlah peserta didik yang memiliki
hubungan sosial antar teman sebaya yang tinggi meningkat setelah layanan
bimbingan kelompok dibandingkan dengan sebelum memperoleh layanan
bimbingan kelompok.

26
I. Jadwal Penelitian
WAKTU KEGIATAN
September-Oktober 2019 Pengumpulan Data
September – Oktober 2019 Pengolahan data dan persiapan materi
Oktober-November Pelaksanaan siklus 1 dan 2 : pemberian
layanan bimbingan kelompok
Desember 2019 Penyusunan Laporan

27
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajran di Sekolah.


Semarang: Uninsula Press

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hidayati, Dwi. 2009. Kemampuan Peningkatan Berkomunikasi Antar Teman


Sebaya Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII
di SMP Negeri 12 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi.
Semarang: Unnes

Kusuma, Rais. 2008. Keefektifan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan


Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Siswa kelas XI di SMA Negeri
2 Ungaran Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi. Semarang: Unnes

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Panduan Operasional


Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar.

Kamaruzzaman. 2016. “Analisis Faktor Penghambat Kinerja Guru Bimbingan dan


Konseling Sekolah Menengah Atas”. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan
Sosial. Vol.3, No.2, Desember 2016: 229-242. ISSN 2407-5299.

Kurnia, Anwar.2010. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta: Yudistira

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasioanal

Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UNM

Setiaji, Wahyu. 2010. Meningkatkan Kematangan Sosial Siswa Melalui Layanan


Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Cilacap
Tahun Ajaran 200902010. Skripsi. Semarang: Unnes

Sulistianan. 2010. Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Layanan


Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Juwana
Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Unnes

Wardiyatmoko. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP Kelas VIII. Bandung:
Erlangga

Widiyanto, Bambang. 2011. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat.


Jakarta: Salemba Humaika

28

Anda mungkin juga menyukai