Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tri Nur Azizah

Jurusan : S1 Manajemen (sabtu-minggu)

BP : 18.063

Bahaya Pergaulan Bebas


Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang, yang mana “bebas’ yang dimaksud adalah melewati batas-bayas norma
ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media sosial. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak
terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga,
kekecewaan,pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas
membuat makin berkurangnya potensi generasi muda indonesia dalam kemajuan
bangsa. Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli
pendidikan sependapat bahawa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun
sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak, namun masih belum cukup matag untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan
melalui metode coba-coba walupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang
dulakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagi lingkuan dan orangtuanya.

Berdasarkan penelitian diberbagai kota besar di indonesia, sekitar 20 hingga 30


persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks
bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup
seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya
berkembang semakin serius. Pakar seks juga specialis obstetric dan ginekologi Dr.
Boyke Dian Nugraha di jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang
melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat.dari sekitar lima persen pada tahun
1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata
boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di berberapa kota besar di indonesia,
seperti jakarta, surabay, palu dan banjarmasin. Bahkan melakukan hubungan seks
pranikah mencapai 29,9 persen. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian
tersebut rata-rata berusi 17-21 tahun, dan umumya masih bersekolah di tingkat Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga
terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitanya dengan
meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen
diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadi tingginya angka kematin ibu di
indonesia, menjadikan indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi
di seluruh Asia Tenggar.

Pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan


pengetahuan tentang organ reproduks, tetapi bahay akibat pergaulan bebas, seperti
penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-ank remaja ini bisa
terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat
ini, anehnya banyak orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-
anaknya. Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe jarum
super “ alias jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby
sitter.udah gedean dikit disekolahin di sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama.
Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin gerah , video klip lagu
dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin deg-
degan jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni
dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang
gambar sekwilda., alias wilayah dada, dan gambar bupati alias buka paha tinggi-tinggi.
Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran
remaja untuk kritis dan inovatif

Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja
mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya
pegangan hidup remaja dalam hal keyakianan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja,.
Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali seperti pergaulan bebas &
penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun
kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di indonesia :

1. Sikap mental yang tidak sehat


Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga
terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak
sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang
lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yan g dipacu dengan penganiayaan
emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan
tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh,
menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehandak, dan mengajarkan
yang salah tanoa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang
nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang
mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal berdampak
negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas.
2. Pelampiasan rasa kecewa
Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaan
terhadap orang tua yang bersikap otoriter ataupun terlalu membebaskan,
sekolah yang memberikan tekanan terus menerus ( baik dari segi prestasi
untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu
mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam
sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi,
dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama
pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
3. Kegagalan remaja menyerap norma
Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh
modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.

Pergaulan bebas identik sekali dengan namanya “dugem” (dunia gemerlap),


yang sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali pemakaian narkoba.
Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada
HIV/AIDS, dan penyakit lain. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja
akan menjadi sangat timpang dari segala segi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan riset internasional synovate atas nama DKT indonesia melakukan penelitian
terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap
450 remaja dari medan , jakarta, bandung dan surabaya. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks
pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja
melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa
direncanakan. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki
pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%)
mereka dapatkan melalui teman, film porno (35%) , dan orang tua (5%). Dari persentase
ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan dengan orang
tua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalah seks ini,
karena dia juga menstransformasi dari teman yang lainnya.

Kurang perhatian orang tua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak


pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan
suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan
berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih
cenderung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini

Anda mungkin juga menyukai