HEMOROID EKSTERNA
Oleh:
dr. Herlian Budiman, S.Ked
Pembimbing :
dr. I Nyoman Darsana, M.Biomed, Sp.S
Pendamping :
dr. Ni Made Murtini, MARS
HEMOROID EKSTERNA
Oleh:
dr. Herlian Budiman, S.Ked
Pembimbing :
dr. I Nyoman Darsana, M.Biomed, Sp.S
Pendamping :
dr. Ni Made Murtini, MARS
TINJAUAN PUSTAKA
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern
dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen
m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan
m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
Pendarahan arteri
Pendarahan vena
Penyaliran limf
Pembuluh limf dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan
isinya menuju ke kelnjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan limf terus mengalir
sampai ke kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limf dari rectum di atas garis
anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior dan melanjut ke
kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi
karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limf ini.
Persarafan
Defekasi
Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke
dalam rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi
sigmoid masuk ke dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan keinginan
defekasi. Rectum mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan
bahan padat, cair dan gas.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang
peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu oleh
mengedan dan relaksasi sfingter anus eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi
rectum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
2.1 Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak
merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit
diperlukan tindakan. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Plexus hemoroidalis
tersebut merupakan jaringan normal yang terdapat pada semua orang yang berfungsi
untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. 1
Karena adanya suatu faktor pencetus, pleksus tersebut dapat mengalami
pelebaran, inflamasi, bahkan perdarahan. Pelebaran ini berkaitan dengan peningkatan
tekanan vena pada pleksus tersebut yang sering terjadi pada usia 50 tahun ke atas.
Dimana pelebaran ini tidak diikuti dengan perubahan kondisi anatomi dari kanalis
analis. 1,3
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan
superior.
2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur
hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun, dan juga
sering
terjadi pada
wanita
hamil.
Gambar 2.1 hemorrhoid
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko1,2
Darah yang berasal dari pleksus hemorodalis akan dialirkan ke vena
mesenterika inferior, kemudian ke vena porta masuk ke hepar.
2. Idiopatik, tidak jelas asalnya kelainan organic, hanya ada factor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya hemorrhoid, antara lain:
a. Keturunan/ herediter
Dalam hal ini yang menurun adanya kelemahan dinding pembuluh darah
dan bukan hemorrhoidnya. Adanya kelemahan dinding vena di daerah
anorektal yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemoroid
setelah mendapat paparan tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau
terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.
b. Anatomi
Vena di daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan otot dan fasia di sekitarnya sehingga darah
mudah kembali, menyebabkan tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk lama atau harus
mengangkat barang berat, gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya
hemorrhoid, misalnya polisi lalu lintas, ahli bedah, dll.
d. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh juga otot
spingter menjadi tipis dan atonis.
e. Hipertensi, obesitas, gaya hidup dan kehamilan ( disebabkan tekanan janin
pada abdomen).Obstipasi dan konstipasi yang menyebabkan peningkatan
tekanan vena
akibat mengedan.
f. Kurang minum air, kurang makan makanan berserat ( sayur dan buah )
a. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
b. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
i. Kehamilan
h. Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan
peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi.
Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem
vena. Pelebaran vena pada wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan
bayi atau fetus pada rongga abdomen. Selain itu proses melahirkan juga
dapat menyebabkan hemoroid karena adanya penekanan yang berlebihan
pada plexus hemoroidalis
1. Hemorrhoid interna
Adalah pelebaran plexus hemorrhoidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemorrhoid interna merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan
submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemorrhoid terdapat pada tiga sisi
primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang lebih
kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
2. Hemorrhoid eksterna
Adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoid inf erior terdapat disebelah
distal garis mukokutan didalam jaringan dibawah epitel anus.
Gambar 2.2 hemorrhoid interna dan eksterna
1. Derajat I
Pada derajat pertama hemorrhoid menyebabkn perdarahan merah segar, tanpa disertai
dengan nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat
prolaps. Pada pemeriksaan anuskopi terlihat hemorrhoid membesar dan menonjol ke
dalam lumen.
2. Derajat II
Terjadi perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama defekasi
berlangsung dan dapat kembali spontan. Ini dianggap sebagai derajat selanjutnya dari
hemorrhoid yang hanya berdarah tanpa ada keluhan, lama kelamaan akan
berkembang menjadi derajat III.
3.Derajat III
Hemorrhoid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
Dalam hal ini perdarahan tidak menjadi kriteria, mungkin saja varises keluar dan
harus mendorong kembali tanpa adanya perdarahan.
4. derajat IV
Hemorrhoid yang menonjol keluar dan tidak dapat didorong masuk. Hal ini
menimbulkan keadaan sakit sehingga penderita akan datang berobat. Biasanya pada
derajat IV ini terdapat thrombus yang diikuti infeksi.
2.5 Pathogenesis
Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya penekanan
janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare
kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air,
kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/mobilitas.
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah
linea dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Untuk melihat
risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa
bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara
anoskopik, hemoroid interna juga dapat dibagi dalam 4 derajat.
1. Nyeri hebat
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan
hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur feses, dapat hanya berupa garis pada feses, dapat hanya
berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
2.7 Pemeriksaan
Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid
intern.
2. Terapi Farmakologi
Salep anastetik lokal
Kortikosteroid
Laksatif
Analgesik
Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson dan Schirfield,
2008)
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP
yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium
atau isphagula Husk (misal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat
kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil
sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll. Natrium dioctyl
sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi
mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja.
Dosis 300 mg/hari.
3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana
Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam
minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini
akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan
mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini
disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid
interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun
2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan
karena tingkat kegagalan yang tinggi.
Gambar 2.4
scleroterapi
Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid
pada suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas
karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.
Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan
keluhan menahun, juga untuk penderita dengan perdarahan berulang
dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana.
Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-
benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus
biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan
kemudian dieksisi.
Tindak bedah lain
Infrared thermocoagulation
Bipolar diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Cryotherapy
Stappled hemorrhoidopexy
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.
Skleroterapi
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi dengan gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam tabung ligator
khusus. Gelang karet di dorong dari ligatir dan ditempatkan secara rapat di sekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan
terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi, hanya diikat satu
kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua
sampai empat minggu.
Bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa
yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.
Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember
2009.
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last
update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam,Hal:
232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK
UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. AUTOANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri saat buang air besar dan keluar darah segar dari anus.
Perjalanan Penyakit :
Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Bedah RS Bhayangkara Denpasar
mengeluhkan rasa nyeri pada lubang anus saat buang air besar dan keluar darah segar.
Rasa nyeri itu timbul sejak 6 bulan yang lalu saat pasien mengejan terlalu keras,
kemudian pasien juga saat itu susah buang air besar. Konsistensi BAB keras. Saat itu
pasien juga mengalami keluhan keluar darah segar dari lubang anus pasien. Selesai
buang air besar, pasien merasa buang air besar tidak tuntas, yaitu terasa mengganjal di
skeitar lubang anus pasien. Keluhan semakin memberat sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Sejak 2 minggu SMRS, pasien mengeluh terdapat benjolan pada lubang
anusnya setelah buang air besar tidak bias masuk kembali sehingga keluhan terasa
mengganjal di lubang anus sangat menggangu aktifitas pasien. Kemudian setiap
buang air besar pasien juga mengeluh keluar cairan darah merah segar.
STATUS GENERALIS
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Telinga : kesan tenang
Hidung : mukosa hiperemis (-/-), kongesti (-/-), sekret (-/-)
Tenggorokan : T1/T1, hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB : tidak ada
Arteri karotis komunis : bruit (-/-)
Thoraks
Jantung : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba
Genitalia : tidak dievaluasi
Ekstremitas : akral hangat + + ; edema - - ; CRT < 2 detik
+ + - -
Status Lokalis :
Regio Anal
I : tampak benjolan, warna sama dengan kulit sekitar, lendir tidak ada, darah tidak
ada
P : nyeri tekan (+)
Rectal Toucher :
- Sphincter ani : tonus baik
- Mucosa : teraba benjolan ukuran ± 3x3x3 cm, konsistensi kenyal, terfiksir
- Ampula : kosong
- handscoen : feses (+), darah (+), lendir (-)
a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin :
-
Hb : 11.1 gr/dl
-
Leukosit : 12.220/mm3
-
Ht : 35.1%
-
Trombosit : 233.000/mm3
-
CT : 7’00”
-
BT :2’30”
-
GDR :125 mg/dl
Urinalisa : dalam batas normal
Gambar. Hemoroid derajat 4 pada pasien
3.4 RESUME
Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Bedah RS Bhayangkara Denpasar
mengeluhkan rasa nyeri pada lubang anus saat buang air besar dan keluar darah segar.
Rasa nyeri itu timbul sejak 6 bulan yang lalu saat pasien mengejan terlalu keras,
kemudian pasien juga saat itu susah buang air besar. Konsistensi BAB keras. Saat itu
pasien juga mengalami keluhan keluar darah segar dari lubang anus pasien. Selesai
buang air besar, pasien merasa buang air besar tidak tuntas, yaitu terasa mengganjal di
sekitar lubang anus pasien. Keluhan semakin memberat sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengeluh terdapat benjolan pada lubang anusnya setelah buang
air besar tidak bias masuk kembali sehingga keluhan terasa mengganjal di lubang
anus sangat menggangu aktifitas pasien. Kemudian setiap buang air besar pasien juga
mengeluh keluar cairan darah merah segar.
Pada pemeriksaan fisik, pasien mengalami obesitas kelas I (BMI 29,4 kg/m2).
Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status lokalis ditemukan benjolan berwarna sama dengan kulit
sekitar, tidak terdapat lendir dan darah serta pasien merasa nyeri di benjolan tersebut.
3.5 Diagnosis
Diagnosis Kerja : Hemoroid Interna derajat IV
3.6 RENCANA KERJA
1. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu: Darah lengkap, BT,CT, SGOT,SGPT, Ureum kreatinin
2. Pasien dianjurkan selama masa pre operatif untuk mengkonsumsi
makanan dengan serat tinggi dan banyak minum air putih
3.7 PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tts/i
injeksi Ceftriaxon 2x1 gr
injeksi Kalnex 3x1 amp
injeksi Vit K 3x1 amp
injeksi Vit C 3x1 amp
Rawat bangsal bedah untuk dilakukan Haemoroidektomi
FOLLOW UP
3.8 PROGNOSIS
Ad vitam : Ad Bonam
Ad functionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien telah diberikan tatalaksana yang sesuai dengan teori dan telah
menunjukkan perbaikan klinis. Meskipun demikian, risiko terjadinya kekambuhan
masih dapat terjadi. Oleh karena itu, pemberian edukasi dan pengobatan lanjutan tetap
diperlukan sehingga menunjang tatalaksana komprehensif dan menurunkan
kemungkinan disabilitas kepada pasien.
Status Lokalis :
Regio Anal
I : tampak benjolan, warna sama dengan kulit sekitar, lendir tidak ada,
darah tidak ada
P : nyeri tekan (+)
Rectal Toucher :
- Sphincter ani : tonus baik
- Mucosa : teraba benjolan ukuran ± 3x3x3 cm, konsistensi kenyal, terfiksir
- Ampula : kosong
- handscoen : feses (+), darah (+), lendir (-)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin :
-
Hb : 11.1 gr/dl
-
Leukosit : 12.220/mm3
-
Ht : 35.1%
-
Trombosit : 233.000/mm3
-
CT : 7’00”
-
BT :2’30”
-
GDR :125 mg/dl
Urinalisa : dalam batas normal
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berumur 51 tahun masuk Poli
Bedah RSUD Padang Panjang pada tanggal 8 Agustus 2013 dengan diagnosis kerja :
Hemoroid Interna Derajat IV. Dasar diagnosis hemoroid interna derajat IV pada
pasien adalah dari anamnesis didapatkan riwayat keluar benjolan dari lubang anus
yang tidak dapat dimasukkan lagi sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien sudah
merasakan adanya benjolan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan keluar setiap pasien
BAB disertai darah. Pada mulanya benjolan dapat masuk sendiri setelah BAB namum
lama kelamaan benjolan harus didorong dengan tangan untuk dapat masuk kembali.
Akhirnya sejak 1 minggu yang lalu benjolan menetap di lubang anus meskipun pasien
tidak BAB.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda – tanda vital dan pemeriksaan
sistemik normal, tampak benjolan pada anus, warna sama dengan kulit sekitar, pada
pemeriksaan rectal toucher teraba massa ukuran 3x3x3 cm, dan darah pada
handschoen.
Dari pemeriksaan darah rutin, ditemukan leukositosis (12.220/mm3).
Tujuan utama pengobatan Hemoroid Interna grade IV adalah diagnosis cepat,
mencegah komplikasi dan tatalaksana yang cepat. Pada pasien ini diberikan terapi
IVFD RL 20 tts/I, injeksi Ceftriaxon 2x1 gr, injeksi Ranitidin 2x1 amp, injeksi Kalnex
3x1 amp, injeksi Vit K 3x1 amp, injeksi Vit C 3x1 amp, rawat bangsal bedah untuk
dilakukan Haemoroidektomi.
Pada pasien dan keluarga juga disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat
seperti makan tinggi serat, makan lunak selama perdarahan , hindari makanan pedas
dan mengiritasi lambung.
4. Plan :