Anda di halaman 1dari 21

FRAKTUR

TERBUKA
MISSY AYUNI SALISA
030 08 164
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016
Definisi

▪ Fraktur dimana terjadi


hubungan dengan
lingkungan luar melalui
kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri dan
timbul komplikasi berupa
infeksi
Epidemiologi

Epidemiologi

Indonesia Skotlandia

21,3/100.000 Fraktur
4% dari Total ♂:♀ = 3,6:1 kasus dlm 1 terbanyak :
insiden fraktur
tahun Tiba 21,6%
Etiologi

Fr.
Patologis
Fr.
Spontan

Fr.
Traumatik

FRAKTUR
Tipe Batasan Resiko Resiko
infeksi amputasi
(%) (%)
IIIA Periostenum masih membungkus fragmen fraktur 5-10 0
dengan kerusakan jaringn lunak yang luas

IIIB Kehilangan jaringn lunak yang luas, kontaminasi berat, 10-50 16


periostenal striping atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa 25-50 42


melihat tingkat kerusakan jaringn lunak
PATOFISIOLOGI

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan perfusi jaringan


Manifestasi Klinis

Sering Ditemukan
• Nyeri
• Memar
• Pembengkakan

Dapat ditemukan
• Baal
• Sianosis
• Hilang Kesadaran
• Darah dalam urin
Pemeriksaan Fisik Generalis

▪ A : Airway
▪ B : Breathing
▪ C : Circulation
▪ C : Cervical Injury
Pemeriksaan Fisik Lokalis

•Kulit Utuh? •Nyeri Tekan •Aktif


•Memar? •Nadi •Pasif
•Bengkak? •Temperatur sekitar
•Angulasi? •CRT
•Rotasi? •Krepitasi
Pemeriksaan Penunjang

X-Ray
•Rule of twos

CT-Scan
•Lebih detail bagian tulang sendi dengan foto lapis
demi lapis

MRI
•Identifikasi cidera pada tendon, ligament, otot,
tulang rawan, dan tulang.
Tatalaksana Awal (1)
Tatalaksana Awal (2)

• Perkiraan diagnosis fraktur dengan menganalisa naik dari Ax


Rekognisi dan PF yang didapatkan

• Reposisi fragmen-fragmen fraktur


Reduksi

• Metode mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama


Retensi penyembuhan

• Mengembalikan kekuatan otot, pergerakan sendi, dan melatih


Rehabilitasi pasien agar dapat kembali menjalankan aktivitas normal
Tatalaksana Definitif

Debridement •Menjadikan luka bersih

•Membantu penyembuhan jaringan


Penanganan Fraktur lunak dan meminimalisir trauma
•Reduksi
•Fiksasi
•Mengurangi risiko infeksi
Penutupan Luka •split thickness skin-graft
•local-distant flap
•Eradikasi Bakteri
Pemberian Antibiotik •Amoxiclav (1,2 g/ 8 jam)
Profilaksis •Cefuroxime (1,5 g/ 8 jam)

•Mencegah infeksi sekunder dengan


After Care Antibiotik adekuat
Pemberian Antibiotik

Grade I Grade II Grade IIIA Grade IIIB/C


Diberikan co-amoxiclav co-amoxiclav co-amoxiclav co-amoxiclav
secepatnya
(dalam 3 jam
dari
terjadinya
fraktur)

Saat co-amoxiclav dan co-amoxiclav dan co-amoxiclav dan co-amoxiclav dan


melakukan gentamicin gentamicin gentamicin gentamicin
debridement
Saat Penutupan luka Penutupan luka Penutupan luka Gentamicin dan
penutupan dapat dilakukan dapat dilakukan dapat dilakukan vancomycin (atau
luka saat saat saat debridement. teicoplanin)
definitive debridement; debridement. Jika ditunda,
penundaan luka Jika ditunda, gentamicin dan
tidak dibutuhkan gentamicin dan vancomycin (atau
vancomycin teicoplanin)
(atau diberikan saat
teicoplanin) penutupan luka
diberikan saat
penutupan luka
Profilaksis Hanya pemberian Hanya pemberian Hanya pemberian Hanya pemberian
diteruskan co-amoxiclav yang co-amoxiclav yang co-amoxiclav yang co-amoxiclav yang
diteruskan setelah diteruskan dari diteruskan dari diteruskan dari
pembedahan proses proses pembedahan proses pembedahan
pembedahan awal awal sampai setelah awal sampai setelah
sampai setelah pembedahan pembedahan
pembedahan terakhir. terakhir.
terakhir.

Maksimal 24 jam 72 jam 72 jam 72 jam


waktu
pemberian
Tatalaksana Lanjutan

Amputasi
Indikasi Absolut
•Gangguan anatomis
komplit
•Iskemia lebih dari 6
jam

Indikasi relative
•Polytrauma serius
•Trauma ipsilateral berat
•Penanganan berlarut-
larut
Proses Penyembuhan Tulang
Komplikasi

Lokal
Umum Lokal Dini
Lanjut
Dalam waktu 24 Dalam 1 minggu Lebih dari 1
jam pertama pasca minggu pasca
• Syok trauma trauma
• Gangguan fungsi • sindrom • osteomyelitis kronis,
napas kompartemen • kekakuan sendi
• emboli lemak • nekrosis avaskuler • degenerasi sendi
• thrombosis vena • nekrosis pasca
dalam trauma
• infeksi tetanus • nonunion
• gas gangrene • delayed union
• malunion
Prognosis

▪Fraktur terbuka harus dilakukan


sebelum periode emas terlampaui agar
sasaran penanganannya tercapai.
Daftar Pustaka

▪ Sloane E. Sistem Rangka. Veldman J editor. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. 2003.

▪ Rasjad C. Fraktur Epifisis. Pengantar Ilmu Bedah. 3rd ed. Cetakan kelima. Jakarta: Yarsif. 2007.

▪ Ovalle K. Nahirney P. Netter’s Essential Histology. 2nd ed. Elsevier Sanders. 2013.

▪ Corwin EJ. Kontrol Terintegrasi dan Disfungsi. Subekti EB editor. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2009.

▪ Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika Tulang : Komposisi Tulang. Chairunnisa editor. Fisikia Tubuh Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006.

▪ Rohen JW, Drecoll EL. Lempeng Mudigah dan Perkembangan Tumbuh Embrio. Dany F editor. Embriologi Fungsional : Perkembangan Sistem
Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2003

▪ Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi: Struktur dan Fungsi Tulang. 3 rd ed. Jakarta: Yarsif. 2008; 317-478

▪ Jonathan C. Open Fracture. Orthopedics (Update 2012 May, 27). Available from
http://orthopedics.about.com/cs/brokenbones/g/openfracture.htm. Accessed 18 Februari 2016

▪ Court-Brown CM, Brewster N (1996) Epidemiology of Open Fracture. Court-Brown CM, McQueen MM, Quaba AA (eds), Management of Open
Fractures. London: Martin Dunitz, 25-35

▪ Solomon L, Varwick D, Nayagam S. Principle of fracture. In: Nayagam S, editor. Apley’s system of orthopaedics and fractures 9 th ed. United States:
Crc Press;2010.p.672-88.
Daftar Pustaka

▪Gustilo RB, Anderson JT. Prevention of infection in the treatment of one thousand and twenty-five open
fractures of long bones; retrospective and prospective analyses. J Bone Joint Surg Am 1976;58:453-8.

▪Townsmen Cm, Beaucham RD, Evers Bm, Mattox K. Sabiston text book of surgery: Trauma and critical care.
12th ed. Canada: Elsevier;2012.p.500.

▪Chapman MW. Open fractures in Chapman’s orthopaedic surgery. 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins;2001

▪Nayagam S. Principles of fractures. In: Warwick D and Nayagam S (eds) Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures, 9th edition. London: Hodder Arnold; 2010. p. 687-732.

▪Carter, A. Michael. Fraktur dan Dislokasi. Dalam: Price and Wilson, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. p. 1187-91.

▪Marshall ST, Browner BD. Emergency Care of Musculoskeletal Injuries. In: Townsend CM, Beauchamp RD,
Evers B, Mattox K (eds) Sabiston textbook of surgery : the biological basis of modern surgical practice, 19th
ed. Canada: Elsevier Sauders; 2012. p. 482-504.

▪Nanchahal J, Nayagam S, Khan U, Moran C, Barrett S, Sanderson F, et al. Standards for the Management of
Open Fractures of the Lower Limb. British Orthopaedic Association and British Association of Plastic,
Reconstructive and Aesthetic Surgeons, 2009.

Anda mungkin juga menyukai