Definisi
Hipertensi merupakan angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis (evidence
based) atau berdasarkan epidemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih
tinggi dari angka normal, maka resiko morbilitas dan mortalitas kejadian kardiovaskular
akan meningkat. Yang paling utama ialah tekanan darah harus persistens di atas atau
sama dengan 140/90 mmHg.
Persisten peningkatan di atas 140/90 mmHg ini harus terbukti, sebab bias saja
peningkatan tekanan darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan peningkatan
diurnal dari tekanan darah yang normal sesuai siklus sirkardian (pagi sampai siang
tekanan darah meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi masih dalam batas
variasi normal).
Menurut berbagai guideline, maka definisi-definisi tekanan darah yang normal
adalah sebagai berikut (table 1).
2. Epidemilogi
Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka kejadian yang berbeda
beda, sebab ada factor-faktor genetic, ras, regional, social budaya yang menyangkut gaya
hidup juga berbeda. Hipertensi akan semakin meningkat seiring tambahnya umur. 26%
pada populasi mud (≤50 tahun), terutama pada laki-laki (63%) yang biasanya didapatkan
lebih banyak ISH disbanding IDH. Hipertensi menduduki 60% porsi di seluruh dunia.
3. Patogenesis
Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak. Tidak bias diterapkan
dengan satu factor penyebab. Ada empat factor predisposisi terkena hipertensi:
Peran volume intravascular
Peran kendali saraf otonom
Peran rennin angiotensin aldosteron (RAA)
Peran dinding vascular pembuluh darah
Persarafan autonom ada dua macam yang pertama ialah system saraf simpatis
yang mana saraf ini yang akan menstimulasi saraf visceral (termasuk ginjal) melalui
neurotransmitter :katekolamin, epinefrin, maupun dopamine. Sedangkan saraf
parasimpatis merupakan saraf yang menghambat system saraf simpatis. Regulasi simpatis
dan parasimpatis bersangsung sendiri tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi
terjadi secara otomatis mengikuti siklus sirkardian.
c. Peran system rennin angiotensin aldosteron (RAA)
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu reflex baroreseptor.
Adapun proses pembentukan rennin dimulai dari pembentukkan angiotensinogen yang
diproduksi oleh hati. Selanjutnya angiotensinogen ini diubah menjadi angiotensin 1 oleh
rennin yang dihasilkan oleh macula densa apparatjuxta glomerulus ginjal. Lalu
angiotensin 1 akan diubah lagi menjadi angiotensin 2 oleh enzim ACE (angiotensin
convering enzyme). Factor resiko yang tidak dikelola akan memicu system RAA.
Tekanan darah makin meningkat, hipertensi aterosklerosis makin progresif. Angiotensin
2 merupakan peranan utama untuk memicu progresifitas.
4. Etiologi
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%), bila ditemukan
sebabnya disebut sekunder (10%). Ada juga penyebab hipertensi, sebagai berikut:
Penyakit: peyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive
sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer, penyakit
renovaskular, penyakit tiroid.
Obat-obatan: prednisone, fludrokortison, striamsinolon,
- Amfetamin/anorektik: phendimetrazine, phentermine, sibutramine
- Antivaskular endothelin growtj factor agents
- Calcineurin inhibitors: siklosporin, tacrolimus
- Dekongestan: phenylpropanolaminw dan analog
- Erythropoiesis stimulating agents: erythropoietin, darbepoietin
- NSAIDs, COX-2 inhibitors, venlafaxine, bupropion, bromokriptin,
buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamin, metoklopramid
Makanan: sodium, etanol, licorice
Obat-obatan yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut: cocaine, cocaine
withdrawal, ephedra alkaloids, “herbal ectasy”, phenylpropanolamine analogs,
nicotine, withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
phencyclidine, ketamin, ergot-containing herbal products.
5. Diagnosis
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Hipertensi adalah the silent killer.secara umum anamnesa dapat
dilakukan sebagai berikut:
Anamnesa
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
- Keluarga dengan penyakit ginjal (ginjal polikistik)
- Adanya penyakit ginjal, ISk, hematuri, pemakaian obat-obat analgesic
dan obat/bahan lain
- Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
- Episode lemah otot dan tetani (aldoateronisme)
c. Faktor resiko
- Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga
pasien
- Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
- Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga
- Kebiasaa merokok
- Obesitas, intensitas olahraga
d. Gejala kerusakan organ
- Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischrmic attacks, deficit sensoris atau motoris.
- Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal
tinggi (lebih dari 2 bantal).
- Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuri, hipertensi yang disertai kulit
pucat anemis.
- Arteri perifer: ektremitas dingin, klaudikasio intermiten.
- Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
- Factor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Ekokardiogram
USG karotis
Mikroalbuminuria
Funduskopi (pada hipertensi berat)
Gagal jantung kongestif Diuretic, BB, Diuretic, BB ACEI, Diuretic tiazid, BB, ACEI,
spironolakton ARB, anti- ARB, Anti-aldosteron
aldosterone agnets
Pasca stroke ACEI+diuretic Obat antihipertensi Diuretic tiazid, ACEI
apapun
7. Komplikasi
Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kirasan target tensi
pasti akan merusak organ-organ target dalam tubuh. Penyakit kardiovaskular terutama
hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi didunia. Resiko terkena komplikasi
bukan hanya tergantung kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga
tergantung bertambahnya umur penderita hipertensi itu sendiri.
8. Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre-hiperteni bukanlah suatu penyakit, juga bukan sakit
hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi, bukan target
pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah kelompok yang beresiko
tinggi untuk menuju ke kejadian penyakit kardiovaskuler. Untuk mencegah resiko
menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan garam sampai dibawah
1500mg/hari. Diet yang sehat ialah bagaimana dalam makanan sehari-hari kaya dengan
buah-buahan segar, sayur-sayuran, rendah lemak, makanan yang kayak serat, konsumsi
protein, olahraga teratur, tidak mengkonsumsi alcohol serta merokok, dan
mempertahankan berat badan pada kisaran BMI 18,5-24,9 kg/m2.
9. Prognosis
Penderita yang mengalami hipertensi yang akan berlangsung seumur hidup
sampai penderita meninggal dunia akibat kerusakan target organ (TOD). Berawal dari
tekanan darah 115/75 mmHg. Setiap kenaikan sistolik/diastolic 20/10 mmHg resiko
morbilitas dan mortalitas penyakit kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat.
Hipertensi yang tidak diobati meningkatkan : 35% semua kematian kardiovaskular PJK,
50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematia premature, serta menjadi penyebab
tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal.