Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah hal yang penting dalam mendiagnosis hernia


inguinalis. Hernia asimptomatik sering sekali terdiagnosa tanpa disengaja baik ketika
pasien sadar dengan sendiri jika terdapat benjolan, atau pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik rutin oleh tenaga medis. Idealnya pemeriksaan fisik dilakukan pada
posisi berdiri dengan tujuan untuk meningkatkan tekanan intra abdomen. Pertama
dilakukan inspeksi terlebih dahulu untuk melihat benjolan tidak normal pada daerah
inguinal. Terkadang ukuran benjolan tidak terlalu besar sehingga sulit identifikasi jika
hanya dengan inspeksi.(3)Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.(1)
Palpasi dilakukan dalamkeadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya,
dan dicobamendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolandapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapatdiraba berupa anulus
inguinalis yang melebar. Pada bayi dana anak, kadang tidak terlihat adanya benjolan
sewaktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini, perlu dilakukan palpasi
funikulus spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri dan kanan. Kadang
didapatkan tanda sarung tangan sutera.(1)
Palpasi dilakukan 3 teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, ziemen
test, dan thumb test.(2)

1. Finger Test
Pasien diminta untuk berbaring dan isi hernia dimasukkankembali. Kulit
skrotum dimasukkan dengan ujung jari telunjukdari polus superior testis dan jari
mendorong hingga annulusinguinalis externus. Jari digunakan untuk menilai
ukuranannulus inguinalis externus. Normalnya annulus ini tidak dapatdimasuki
ujung jari telunjuk.Ketika ukuran annulus telah diperiksa dan terbuka,
jaridimasukkan lebih dalam kemudian pasien diminta untuk batuk. Bila impuls
diujung jari berartiHernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jariHernia
Inguinnalis Medialis, dan jika kantong hernia inguinalis lateralismencapai
skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalislateralis yang mencapai labium
mayus disebut hernia labialis.(3)

Gambar 2.1 Finger test

Sumber: Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed, McGrawHill,


2015.

2. Pemeriksaan Ziemen Test: (2)


 Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanyaoleh penderita).
 Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
 Meletakkan jari 2 di anulus internus, jari 3 di anulus eksternusdan jari 4 di
fossa ovalis.
 Penderita disuruh batuk. Bila rangsangan pada: jari ke 2:Hernia Inguinalis
Lateralis. jari ke 3: hernia Ingunalis Medialis.jari ke 4 : Hernia Femoralis
Gambar 2.2 Pemeriksaan Ziemen test

Sumber: Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed,


McGrawHill, 2015.

3. Pemeriksaan Thumb Test: (2)


 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan.
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 2.3 Pemeriksaan Thumb test

Sumber: Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed,


McGrawHill, 2015
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan radiologis tidak dibutuhkan untuk mendiagnosa
suatu hernia inguinalis. Namun pada beberapa kasus, pemeriksaan radiologis dapat
membantu dalam penegakan diagnosa hernia inguinalis.(3)
USG bisa digunakan karena merupakan penunjang yang bersifat non invasif
yang dapat menunjukan struktur anatomi dengan cukup baik. Pergerakan isi hernia di
dalam kanalis inguinalis merupakan hal esensial untuk mendiagnosa hernia inguinalis
dengan menggunakan USG. Sehingga kurangannya gerakan isi hernia di dalam
kanalis inguinalis dapat menghaliskan hasil bacaan yang tidak akurat atau negatif
palsu. Dalam mendiagnosa hernia inguinal, USG memiliki sensitifitas 86% dan
spesifisitas 77%.(3)
CT-Scan dan MRI memberikan hasil gambaran anatomi daerah inguinal
sehingga tenaga medis dapat menegakan diagnosis dan mengeluarkan diagnosis
banding. CT-Scan memiliki sensitifitas 80% dan spesifisitas 65% dalam mendiagnosa
hernia inguinalis.(3)
Daftar pustaka:
1. Sjamsuhidayat, R., Jong, W.D. 2017.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi IV.Jakarta : EGC.
2. Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed, McGrawHill, 2015.
3. Courtney M Townsend, R. D. (2017). Sabiston Textbook of Surgery the Biological Basis
of Modern Surgical Practice. 20th ed.Elsevier. p.1092-1116

Anda mungkin juga menyukai