Isi - Makalah (1) LBM 1
Isi - Makalah (1) LBM 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
2. Fungsi normal limfatik adalah untuk mengembalikan protein, lemak, dan air
dari interstisium ke ruang intravaskuler. 40-50% serum protein
ditransportasikan melalui rute ini setiap hari. Tekanan hidrostatik yang tinggi
di tekanan kapiler arterial menekan cairan berprotein ke interstisium,
menyebabkan peningkatan tekanan onkotik interstisial yang mengimbangi
pertambahan cairan.
3. Cairan interstisial dalam keadaan normal berkontribusi terhadap makanan
jaringan. Sekitar 90% cairan kembali ke sirkulasi melalui jalan masuk kapiler
vena. Sisa 10% terdiri dari protein berat molekul tinggi dan airnya yang
berhubungan secara onkotik, terlalu besar untuk melewati dinding kapiler
vena. Hal itu mengakibatkan sisa tersebut mengalir ke kapiler limfe yang
tekanannya di bawah tekanan atmosfer dan dapat menampung protein ukuran
besar dan air yang menyertainya. Protein kemudian berjalan sebagai limfe
melalui berbagai nodus limfe penyaring sebelum bergabung dengan sirkulasi
vena.
4. Pada keadaan patologis, kapasitas transport limfe berkurang. Hal ini
menyebabkan volume normal pembentukkan cairan interstisial melebihi
tingkat pengembalian limfe, menyebabkan stagnasi protein dengan berat
molekul besar di interstisium. Hal ini biasanya terjadi setelah aliran berkurang
80% atau lebih. Akibatnya, dibandingkan dengan bentuk edema lain yang
konsentrasi proteinnya lebih rendah, edema ini mengandung kadar protein
yang tinggi atau limfedema, dengan konsentrasi protein 1,0-5,5 g/mL.
Tekanan onkotik yang tinggi di interstisium ini menyebabkan akumulasi air
meningkat di interstisium.
5. Akumulasi cairan interstisium menyebabkan dilatasi masif dari saluran keluar
yang ada dan inkompetensi katup yang menyebabkan aliran balik dari jaringan
subkutan ke pleksus dermal. Dinding limfatik menjadi fibrosis, dan thrombi
fibrinoid terakumulasi di dalam lumen, menyumbat kanal limfe yang tersisa.
1
Shunt limfovena spontan mungkin terbentuk. Nodus limfe mengeras dan
menyusut, kehilangan arsitektur aslinya.
6. Di interstisium, akumulasi protein dan cairan menginisiasi reaksi radang.
Aktivitas makrofag meningkat, menghasilkan destruksi serat elastis dan
produksi jaringan fibrosklerotik. Fibroblast bermigrasi ke interstisium dan
deposit kolagen. Akibat dari reaksi radang ini adalah perubahan dari pitting
edema ke edema nonpitting sebagai karakteristik limfedema yang menonjol.
Akibatnya, pengawasan imun lokal tertekan, dan infeksi kronik, dan juga
degenerasi maligna sampai limfangiosarkoma dapat terjadi.
7. Kerusakan pembuluh darah (endotel) dapat menyebabkan terjadinya trombus
terjadi karena perlambatan dari aliran darah, kelainan dinding pembuluh
darah, atau gangguan pembekuan darah yang sering dinamakan dengan trias
Virchow. Beberapa factor inilah yang menyebabkan tingginya insiden
trombus vena dalam. Trombus terbentuk pada daerah yang aliran darahnya
(arteri) cepat pada umumnya berwarna abu-abu dan terdiri dari platelet.
Trombus terjadi relative sangat lambat pada system vena biasanya berwarna
merah dan terdiri dari fibrin dan sel darah merah.
8. Bekuan yang terbentuk di dalam suatu pembuluh darah disebut trombus.
Trombus dapat terjadi baik di vena superfisial (vena permukaan) maupun di
vena dalam, tetapi yang berbahaya adalah yang terbentuk di vena dalam.
Trombosis Vena Dalam adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
ditemukannya bekuan darah di dalam vena dalam. Pada awalnya trombus vena
terdiri atas platelet dan fibrin. Kemudian sel darah merah menyelingi fibrin
dan trombus cenderung untuk menyebarkan arah aliran darah. Perubahan pada
dinding pembuluh darah dapat minimal atau sebaliknya terjadi infiltrasi
granulosit, kehilangaan endotelium dan edema.
8.1.TUJUAN
8.1.1. Untuk Mengtahui terjadi rasa nyeri yang bersifat panas ketika disentuh.
8.1.2. Untuk Mengtahui hubungan penggunaan celana ketat, sepatu hak tinggi
dengan varises yang diskenario.
8.1.3. Untuk Mengtahui Faktor resiko pasien dalam skenario.
2
8.1.4. Untuk Mengtahui Diagnose dari scenario.
8.1.5. Untuk Mengtahui penatalaksanaan dari Skenario.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dai laporan ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat memahami Faktor resiko pasien dalam skenario.
2. Agar mahasiswa dapat memahami hubungan penggunaan celana ketat,
sepatu hak tinggi dengan varises yang diskenario.
3. Agar mahasiswa dapat memahami Diagnose dari scenario.
4. Agar mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan dari Skenario.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.2Skenario
LBM I
ADA APA DENGAN TUNGKAIKU?
Seorang perempuan berusia 25 tahun bekerja sebagai PSG dating ke RS
mengalami keluhan nyeri pada daerah tungkai bawah kanan. Nyeri bersifat panas
dan nyeri bila kena sentuhan. Memiliki kebiasaan menggunakan pakaian ketat dan
bersepatu hak tinggi. Keluhan dirasakan sudah sejak 1 minggu. Keluhan lain yang
sering dirasakan adalah timbulnya varises pada kaki sebelah kiri. Keluhan yang
sama sering dirasakan saat sedang shalat. Setelah dilakukan injeksi
Aethoxysklerol muncul gambaran seperti memar kemerahan pada beberapa
daerah injeksi. Riwayat ayah menderita penyakit tromboflebitis dan ibu pernah
mengalami limfadenitis.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah110/80mmHg, nadi
98x/mnt, suhu badan 38,5oC status lokalis didapatkan tekanan darah Regio Cruris
dextra bagian medial s/d paha bagian medial berwarna kemerahan dan varises di
tungkai sebelah kanan.
Bagaimana saudara menjelaskan apa yang terjadi pada pasien di atas?
4
Pelebaran dari vena superfisial yang menonjol dan berliku-liku yang
sering terjadi pada ekstremitas bawah di sepanjang distribusi vena
saphena magna dan parva.
2. Injeksi Aethoxysklerol
Obat yang disuntikkan pada vena yang terkena varises sehingga akan
mengecilkan/mempersempit vena tersebut.
3. Tromboflebitis
Kondisi dimana terbentuknya bekuan dalam vena sekunder akibat
inflamasi trauma dinding vena atau obstruksi vena sebagian.
4. Limfadenitis
Peradangan pada kelenjar limfe
5. Injeksi
Mendorong obat masuk ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum
suntik.
6. Regio Cruris
Regio tungkai bawah yang terbentuk dari 2 tulang panjang yaitu tibia
dan fibula.
5
menimbulkan tanda-tanda inflamasi seperti kalor, rubor, dolor dll.
Nyeri timbul karena adanya pembengkakan sehingga
mengakibatkan saraf-saraf di sekitar kulit tertekan.
Varises pada saat sholat, hal ini dapat terjadi akibat
kontraksi pada otot di sekitar vena yang menurun saat berdiri,
sehingga kekuatan tekanan yang diberikan otot tidak cukup kuat
untuk membantu pompa vena mengalirkan darah ke bagian
proksimal. Darah tersebut kemudian terbendung di vena superficial
yang terletak di atas dari fascia dan tidak diliputi oleh otot. Hal
tersebut kemudian mengakibatkan tampak melebarnya vena di
daerah superficial tersebut karena tidak ada otot yang menahan.
Kemerahan setelah di injeksi dengan aethoxysklerol,
karena efek dai obat ini yaitu mengecilkan vena yang terkena
varises. Penyempitan yang terjadi dapat menekan pembuluh darah
sehingga menimbulkan peradangan selanjutnya akan muncul
tanda-tanda inflamasi pada lokasi injeksi.
6
3.4.4 Faktor resiko pasien dalam skenario ?
a. Faktor genetik
b. Faktor kehamilan
c. Faktor hormonal
7
Peningkatan tekanan hidrostatik kronik pada pekerjaan yang
membutuhkan berdiri lama / duduk lama juga berperan dalam
menimbulkan varises. Pada posisi tersebut tekanan vena 10 kali
lebih besar, sehingga vena akan teregang diluar batas kemampuan
elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup.
e. Obesitas
f. Faktor usia
g. Sinar ultraviolet
h. Riwayat tromboplebitis
8
akibatnya terjadinya hipertensi vena, dilatasi vena dan
inkompetensi katup vena
V. Learning Issues
1. Apakah kemungkinan diagnosa untuk keluhan pasien?
2. Apakah ada kemungkinan diagnosa lain?
VI.Referensi
VII. Pembahasan Learning Issues
3.4.3. Diagnosis
A. Varises
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan
berkelok-keloknya sistem vena yang ditandai oleh katup
yang tidak berfungsi lagi disertai gangguan sirkulasi darah
didalamnya. Bila vena hanya melebar saja disebut
flebektasi.Secara klinis, varises tungkai dikelompokkan
atas:
Varises trunkal merupakan varises vena safena
magna dan vena safena parva.
Varises reticular merupakan varises yang
menyerang cabang vena safena magna dan vena
safena parva yang umumnya kecil dan berkelok
hebat.
Varises kapilar merupakan varises yang
menyerang kapiler vena subkutan yang tampak
9
sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh
darah.
Etiologi Varises
Patofisiologi Varises
10
berbalik dari proksimal ke distal sehingga vena semakin
melebar, memanjang dan berkelok-kelok.
Klasifikasi
1.Primer
Varises primer merupakan jenis terbanyak (85%)
yaitu varises yang penyebabnya tidak diketahui
secara pasti, hanya diduga karena kelemahan
dinding vena sehingga terjadi pelebaran vena.
2.Sekunder
Faktor Resiko
11
Pada wanita, kehamilan merupakan
predisposisi utama untuk terjadinya varises hal ini
dikarenakan tekanan dalam perut yang meninggi
atau tekanan langsung pada pembuluh darah balik
dalam panggul akan menyebabkan aliran vena
dalam ekstremitas akan terganggu.
12
Komplikasi Varises
13
Stadium IV: Pada stadium ini ditandai
dengan timbulnya berbagai penyulit (komplikasi),
antara lain: dermatitis, tromboplebitis, selulitis,
luka (ulkus), perdarahan varises, dan gangguan
pembuluh darah vena lainnya.
14
B. Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk
bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma
dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Etiologi
Faktor Predisposisi
15
Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga
pada vena-vena panggul. Trombosis pada vena-vena
yang dekat permukaan biasanya disertai peradangan,
sehingga merupakan tromboflebitis.
16
Klasifikasi
A. Tromboflebitis Pelvis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding
uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering
terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada
tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus;
proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis.
Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka
komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15
pasca partum.
B. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada
tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena
safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan
oleh suatu trombosis yaitu suatu pembekuan darah balik
dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-
paru yang biasanya mengakibatkan kematian.
C. Tromboflebitis Superfisialis
Tromboflebitis superfisialis menyerang pembuluh
darah subkutan di ekstremitas atas dan bawah. Penyebab
tersering tromboflebitis pada ekstremitas atas asalah infus
intravena, terutama jika memasukkan larutan asam atau
hipertonik. Tromboflebitis superfisialis pada ekstremitas
bawah biasanya disebabkan oleh varises vena.
17
D. Tromboflebitis Profunda
Trombosis vena profunda merupakan kondisi diman
darah pada vena-vena profunda pada tungkai atau pelvis
membeku .Trombosis vena profunda (DVT) mengenai
pembuluh-pembuluh darah sistem vena profunda.
E. Tromboflebitis Supuratip
Tromboflebitis supuratif (septik) adalah infeksi
pada vena yang bertrombosi, dan biasanya dihubungkan
dengan kateter intra-vena.Dapat menyebabkan sepsis yang
menetap pada penderita infeksi pevis anerobik.Kejadian
tromboflebitis septik pada vena subklavia dan vena-vena
besar, meningkat, sejak adanya hiper-alimentasi intra-vena.
1. Tromboflebitis Pelvis
Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau bagain
smping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan
atau tanpa panas
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran
karakteristik sebagai berikut:
Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat
berat dengan interval hanya beberapa jam saja dan
kadang-kadang 3 haro. Pada waktu menggigil
penderita hampir tidak panas.
Suhu badan naik turun secara tajam
Penyakit dapat berlangsung selam 1-3 bulan
Senderung terbentuk pus yang menjalar kemana-
mana terutama ke paru-paru
18
2. Tromboflebitis Femoralis
Keadaan umum etap baik, suhu badan
subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-21 yang
diserai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya
kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi
keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki
teras tegang dan keras pada paha bagian atas
Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria
sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau
sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
melus dari bawah ke atas
Nyeri betis yang terjadi spontan atau dengan
memijat betis atau dengan meregangkan tendo
akhiles (tanda homan positif
3. Tromboflebitis Superfisialis
Nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan
permukaan
Ujung-ujung saraf kulit berdekatan dengan letak
proses peradangannya
19
Kulit disepanjang vena mungkin menjadi
eritematosa dan hangat
Kulit terasa bengkak ddan vena dapat teraba.
4. Tromboflebitis Profunda
Bengkak dan Edema pada ekstremitas yang
terkena .Pembengkakan karena peningkatan
volume intravaskular akibat bendungan darah
vena; edema menunjukkan adanya perembesan
darah di sepanjang membran kapiler.
Rasa sakit atau berdenyaut dan mungkin berat
Meningktnya turgor jaringan disertai
pembengkakan
Kenaikan suhu kulit dengan dilatasi vena-vena
superfisial
Bintik-bintik dan sianosi karena stagnasi aliran
Peningkatan ekstraksi oksigen dan penurunan
hemoglobin
5. Tromboflebitis Supuratif (Septik)
Septikemia yang berat dengan etiologi yang
tidak diketahui
Demam yang menetap
Biakan darah yang positif berulang kali
Adanya pus dari vena pada aspirasi atau insisi.
Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
20
vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi
maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot
yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis
vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah
(hyperkoagulabilitas)Hyperkoagulabilitas darah yang
menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah
dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus
intravena, antara lain:
1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang
iritan (flebitis kimia)
2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter,
lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang dimasukkan
ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis
mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan
ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis
bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek
mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik, dll
Manifestasi Klinis
21
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya
nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan,
kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena)
dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema
atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu.
Penatalaksanaan
22
5. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking
pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x
sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang
terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti
koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai
dengan resep.
9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat
basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres
panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran
darah tidak terhambat.
10. Sediakan bedcradle untuk mencegah selimut menekan kaki
yang terkena.
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian
bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari
kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan
ukuran.
12. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat
pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika Pasien
dalam terapi antikoagulan.
13. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya:
pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah
yang keluar dari jahitan episiotomi.
14. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat
dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan
berada didalam air susu.
15. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis
heparin.
23
16. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang
harus dilakukan melalui terapi subkutan Jelaskan kepada
Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk
memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat
telah dilakukan.
Komplikasi
24
Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan
subkutan
A. Limfadema
Limfedema terjadi akibat adanya disfungsi limfatik yang
menimbulkan akumulasi abnormal cairan di interstisial yang
mengandung protein dengan berat molekul besar. Disfungsi
limfatik dapat disebabkan oleh penyakit kongenital, Filariasis,
keganasan, maupun radiasi.
Fungsi normal limfatik adalah untuk mengembalikan
protein, lemak, dan air dari interstisium ke ruang intravaskuler.
40-50% serum protein ditransportasikan melalui rute ini setiap
hari. Tekanan hidrostatik yang tinggi di tekanan kapiler arterial
menekan cairan berprotein ke interstisium, menyebabkan
peningkatan tekanan onkotik interstisial yang mengimbangi
pertambahan cairan.
Cairan interstisial dalam keadaan normal berkontribusi
terhadap makanan jaringan. Sekitar 90% cairan kembali ke
sirkulasi melalui jalan masuk kapiler vena. Sisa 10% terdiri dari
protein berat molekul tinggi dan airnya yang berhubungan
secara onkotik, terlalu besar untuk melewati dinding kapiler
vena. Hal itu mengakibatkan sisa tersebut mengalir ke kapiler
limfe yang tekanannya di bawah tekanan atmosfer dan dapat
menampung protein ukuran besar dan air yang menyertainya.
Protein kemudian berjalan sebagai limfe melalui berbagai
nodus limfe penyaring sebelum bergabung dengan sirkulasi
vena.
Pada keadaan patologis, kapasitas transport limfe
berkurang. Hal ini menyebabkan volume normal pembentukkan
25
cairan interstisial melebihi tingkat pengembalian limfe,
menyebabkan stagnasi protein dengan berat molekul besar di
interstisium. Hal ini biasanya terjadi setelah aliran berkurang
80% atau lebih. Akibatnya, dibandingkan dengan bentuk edema
lain yang konsentrasi proteinnya lebih rendah, edema ini
mengandung kadar protein yang tinggi atau limfedema, dengan
konsentrasi protein 1,0-5,5 g/mL. Tekanan onkotik yang tinggi
di interstisium ini menyebabkan akumulasi air meningkat di
interstisium.
Akumulasi cairan interstisium menyebabkan dilatasi masif
dari saluran keluar yang ada dan inkompetensi katup yang
menyebabkan aliran balik dari jaringan subkutan ke pleksus
dermal. Dinding limfatik menjadi fibrosis, dan thrombi
fibrinoid terakumulasi di dalam lumen, menyumbat kanal limfe
yang tersisa. Shunt limfovena spontan mungkin terbentuk.
Nodus limfe mengeras dan menyusut, kehilangan arsitektur
aslinya.
Di interstisium, akumulasi protein dan cairan menginisiasi
reaksi radang. Aktivitas makrofag meningkat, menghasilkan
destruksi serat elastis dan produksi jaringan fibrosklerotik.
Fibroblast bermigrasi ke interstisium dan deposit kolagen.
Akibat dari reaksi radang ini adalah perubahan dari pitting
edema ke edema nonpitting sebagai karakteristik limfedema
yang menonjol. Akibatnya, pengawasan imun lokal tertekan,
dan infeksi kronik, dan juga degenerasi maligna sampai
limfangiosarkoma dapat terjadi.
Kulit yang terkena menjadi tebal dan memperlihatkan peau
d’orange (kulit seperti kulit jeruk) dari kulit limfatik yang
tersumbat. Epidermis membentuk debris terkreatinisasi dan
memperlihatkan verukosis warty. Retakan kulit sering
26
terbentuk dan menampung debris dan bakteria, menimbulkan
limporea (perlekatan limfe ke permukaan kulit).
B. Limfangitis
Limfangitis adalah peradangan pada pembuluh limfatik dan
saluran. Hal ini ditandai oleh kondisi peradangan tertentu dari
kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Garis merah tipis
dapat diamati di sepanjang perjalanan pembuluh limfatik di
daerah bencana, disertai dengan pembesaran menyakitkan di
dekatnya kelenjar getah bening.
Tanda dan Gejala
• Goresan merah dari daerah terinfeksi ke ketiak atau
pangkal paha
• Berdenyut nyeri di sepanjang daerah yang terkena
• Demam 100 sampai 104 derajat Fahrenheit
• Panas dingin
• Perasaan sakit umum
• Sakit kepala
• Kehilangan nafsu makan
• Nyeri otot
27
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29