Anda di halaman 1dari 6

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)


MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

CATATAN DRAF RUU BERMASALAH


Beberapa Pandangan BEM STIH Muhammadiyah Bima terkait Pasal
Kontroversial dalam :
DRAF PENGUSUL
1) RKUHP 1) DPR
2) REVISI UU KPK dan 2) DPR dan PEMERINTAH
3) Militerisasi dan Rasis di Papua
4) Represifitas APH terhadap
Mahasiswa.

Dalam penyususnan sebuah norma atau prodak hukum sejatinya


harus melihat dan menelaaah dari beberapa aspek utama. Sebab Peraturan
perundang-undangan bukanlah opini atau artikel akademis yang dibuat
berdasarkan pendapat atau teori semata. Opini dan artikel tidak memiliki
daya paksa atas orang lain untuk berbuat atau untuk tidak berbuat.
Sebaliknya, peraturan perundang-undangan merupakan dokumen hukum
yang memiliki konsekuensi sanksi bagi pihak yang diatur. Peraturan
perundang-undangan juga merupakan dokumen politik yang mengandung
kepentingan dari berbagai pihak. DPR menyusun Program Legislasi
Nasional tahun 2015-2019 dengan rencana pembahasan sebanyak 189
RUU. RUU yang dibahas berasal dari usulan DPR, Pemerintah, dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Menjelang akhir periode jabatan, DPR masih
menyisakan puluhan RUU yang belum disahkan.

Dalam penyusunan sebuah UU maupun Rancangan UU harus


melihat tiga aspek penting yaitu aspek Historis, aspek Normative dan aspek
Sosiologis namun DPR RI seolah mengejar jam tayang, sehingga di akhir
periodenya harus mampu mengetok (mengesahkan) semua RUU yang
telah diusulkan. Tentu, jika hal demikian terjadi, sangat berbahaya bagi
keberlangsungan proses demokrasi kita. Ukuran RUU tersebut selesai,

1|P age
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

seharusnya tidak boleh atas dasar tuntas atau tidaknya periode DPR,
melainkan perlu dinilai aspek substansial dari isi RUU yang diusulkan.
Apakah sudah ideal atau belum. Jangan sampai RUU yang akan disahkan
mengandung unsur yang merugikan bagi warga negara dan justru
menguntungkan pihak tertentu. Hal demikian tentu tidak boleh terjadi.

Maka, berdasarkan pengamatan dan kajian Ikatan Mahasiswa


Muhammadiyah, ada beberapa pasal pada RUU di atas yang perlu ditinjau
ulang. DPR perlu melibatkan dan mendengar pihak-pihak terkait sebelum
mengesahkan RUU. Sehingga, RUU yang akan menjadi UU tidak
merugikan masyarakat atau menguntungkan pihak tertentu. Menurut
catatan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, ada beberapa pasal
kontroversial yang perlu diubah atau dihilangkan, di antaranya sebagai
berikut:

1. RUU Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP)


Pasal 219
Setiap orang yang menyiarkan, mempertunjukkan, atau
menempelkan tulisan atau gambar sehingga terlihat oleh umum,
atau memperdengarkan rekaman sehingga terdengar oleh umum,
yang berisi penyerangan kehormatan atau harkat dan martabat
terhadap Presiden atau Wakil Presiden dengan maksud agar isinya
diketahui atau lebih diketahui umum dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan atau pidana
denda paling banyak Kategori IV (Rp 200 juta).

Pasal 241
Setiap orang yang menyiarkan, mempertunjukkan, atau
menempelkan tulisan atau gambar sehingga terlihat oleh umum,
memperdengarkan rekaman sehingga terdengar oleh umum, atau

2|P age
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

menyebarluaskan dengan sarana teknologi informasi yang berisi


penghinaan terhadap pemerintah yang sah dengan maksud agar isi
penghinaan diketahui umum yang berakibat terjadinya keonaran
atau kerusuhan dalam masyarakat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak
Kategori V (Rp 500 juta).
Catatan: Pasal 219 dan 241 dinilai akan membatasi hak berbicara
dan berpendapat. Jika pasal ini disepakati tentu akan merugikan
pers dan masyarakat pengguna media sosial. Sebab, jika presiden
merasa terhina dapat dengan mudah mempidana pelaku dan pers
tersebut. Maka, pasal ini harus dihapuskan.

Pasal 232
Setiap orang yang dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan
membubarkan rapat lembaga legislatif dan/atau badan pemerintah
atau memaksa lembaga dan/atau badan tersebut agar mengambil
atau tidak mengambil suatu keputusan, atau mengusir pimpinan
atau anggota rapat tersebut dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun.
Catatan: Pasal ini akan membatasi kebesan menyampaikan
pendapat dimuka umum dan bertentangan dengan UUD 1945.
Bahwa Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang undang.

Paragraf 3
Memaksa Masuk Kantor Pemerintah
Pasal 259
(1) Setiap Orang yang secara melawan hukum memaksa Masuk ke
dalam kantor pemerintah yang melayani kepentingan umum atau

3|P age
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

yang berada di dalamnya secara melawan hukum dan atas


permintaan Pejabat yang berwenang tidak segera pergi
meninggalkan tempat tersebut dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling
banyak kategori II.
(2) Dianggap memaksa Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Setiap Orang yang Masuk dengan merusak, Memanjat, atau
dengan menggunakan Anak Kunci Palsu, perintah palsu, pakaian
dinas palsu, atau yang dengan tidak sepengetahuan lebih dahulu
Pejabat yang berwenang serta bukan karena kekhilafan Masuk
dan kedapatan di dalam tempat tersebut pada Malam hari.
(3) Jika Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) mengeluarkan ancaman atau menggunakan sarana yang dapat
menakutkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda paling banyak kategori III.
(4) Dalam hal Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan
bersekutu dan bersama-sama, pidana dapat ditambah 1/3 (satu
pertiga).
Catatan: Pasal ini cenderung memebatasi kebebasan pers untuk
mengakses infomasi dalam keadaan mendesak dan terdesak,
membatasi kebebasan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk
menggakses mendapatkan akses keterbukaan informasi public.

2. Revisi UU KPK
Pasal 1 Ayat 7
Dalam Pasal 1 ayat 7, dinyatakan bahwa pegawai KPK adalah
Aparatur Sipil Negara (ASN).
Catatan: Pasal ini dinilai akan melemahkan lembaga antirasuah.
Sebab, status kepegawaian berubah menjadi ASN, sehingga segala

4|P age
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

kewenangan harus mengikuti dan dipertanggungjawabkan kepada


pemerintah.

Pasal 3 dan 21
Dengan adanya revisi UU KPK, Pimpinan tidak memiliki lagi
kewenangan dalam penyidikan dan penuntutan umum. Padahal,
sebelum direvisi pimpinan masih diberikan kewenangan tersebut
sebagaimana Pasal 3 dan Pasal 21 UU KPK yang menjelaskan bahwa
komisioner KPK terdiri atas satu ketua dan empat wakil ketua yang
seluruhnya memiliki wewenang sebagai penyidik dan penuntut
umum.
Catatan: Pasal ini dinilai akan melemahkan kinerja dan posisi KPK
dalam melakukan pemberantasan korupsi, yang notabene masih
begitu masif dan menjadi persoalan krusial bagi negara kita.

3. Tindakan militerisasi dan rasisme di tanah papua merupakan


kejahatan extra ordinary crime dan bertentangan dengan UUD 1945
serta PANCASILA sebagai falsafat dan asas hidup masyarakat
Indonesia. Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**). Pasal 28I ayat (2)
UUD 1945 setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak untuk mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan terhadap perlakuan diskriminatif
itu.

4. Tindakan represif atau kriminalisasi terhadap mahasiswa dan aktivis


oleh aparat penegak hukum di Jakarta, Jawa dan Sulawesi

5|P age
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
MUHAMMADIYAH BIMA
PERIODE 2018-2019
Sekretariat :Jln Anggrek No. 16 Ranggo Na’E Kota Bima. Hp 0823-4080-2831

merupakan pengekangan terhadap nafas dan cita-cita reformasi


dalam hal kemerdekaan setiap individu atau kelompok untuk
menyatakan pendapat di hadapan public.

Billahi fii sabililhaq


Fastaboqul khoirat

PIMPINAN

Ketua Umum Sekertaris Umum

DIMAS ILIYYIN ABDILLAH MUHAMMAD IKBAL

6|P age

Anda mungkin juga menyukai