Panduan Pengelolaan Utilitas
Panduan Pengelolaan Utilitas
Nomor:139/SK/RSUD-BR/XII/2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BARRU
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PANDUAN PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BARRU;
KESATU : Panduan Pengelolaan Sistem Utilitas Sebagai acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan
pembinaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Barru;
KEDUA : Panduan Pengelolaan Sistem Utilitas yang dimaksud pada
diktum KESATU Sebagaimana dalam lampiran keputusan
ini.
: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dapat dilakukan perubahan sewaktu-waktu bila
diperlukan atau dikemudian hari ditemukan kekeliruan
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala anugerah
yang diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Sistem Utilitas RSUD
Kab. Barru ini dapat selesai disusun.
Panduan ini merupakan Sistem Utilitas RSUD Kab. Barru terutama
dalam pemeliharaan utility di lingkungan rumah sakit.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan panduan ini.TIM
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangunan-bangunan gedung tidak dapat terlepas dari masalah-
masalah lingkungan seperti hujan, angin, panas, dingin, lembab, polusi dan
sebagainya. Hal itu menyebabkan sebuah bangunan memerlukan suatu
sistem utilitas yang dapat berfungsi dalam pelayanan suatu bangunan
(building service), dimana fungsi utamanya adalah pada operasi mekanikal
dan elektrikal seperti sistem tata udara, sistem plumbing, sistem kelistrikan,
sistem tata cahaya, sistem transportasi vertikal dan sistem-sistem yang lain
yangdapat menunjang bangunan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik
Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan
jalur-jalur panjang, baik pada arah horisontal maupun pada arah
vertikalnya. Dan di dalam perancangan bangunan jalur-jalur ini menuntut
disediakannya ruang/tempat/lokasi yang secara kuantitas cukup dan secara
kualitas memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun syarat pemeliharaan
dan perbaikan.
Di dalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan
pada satu zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dal
Di dalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan
pada satu zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dalam jalur vertikal
maupun yang berada pada jalur horisontal. Pada lajur vertikal yang
ditempatkan pada satu zona disebut core dan pada jalur horisontal sering
kita lihat berada sejalan dengan jalur-jalur koridor yang menjalar di dalam
bangunan yang bersangkutan.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan
dapat berjalan lancar dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan
di sekitarnya
2. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumah sakit
3. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah sakit
4. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar
penggunaan danpenyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni
bangunan
5. Merancang secara rinci sistem Plumbing air bersih yang terdiri dari:
a. Sistem perpipaan air bersih
b. Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih
1
BAB II
SISTEM PENGHAWAAN DAN PENGKONDISIAN UDARA
A. Sistem Penghawaan
Setiap bangunan rumah sakit harus memiliki ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus
mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau
bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
Persyaratan teknis dari sistem penghawaan yaitu :
1. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan
ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang
memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.
2. Pada ruang-ruang khusus seperti ruang isolasi, ruang laboratorium
maupun ruang farmasi, diperlukan fasilitas pengelolaan limbah udara
infeksius paparan udara
3. Sistem tata udara harus ditempatkan agar memudahkan dalam
pemeriksaan dan pemeliharaan.
4. Sebagai ventilasi, udara segar harus dimasukkan ke dalam ruangan
untuk menjaga kesegaran dan kesehatan ruangan
5. Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara
yang brasal dari lobi atau koridor tertutup.
6. Untuk instalasi tata udara sentral, udara segar harus dimasukkan
melalui mesin pengolah udara sentral.
7. Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit split,
udara segar boleh dimasukkan langsung ke dalam ruangan.
8. Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan
pertukaran udara minimal 6 (enam) kali per jam.
9. Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan pencemaran atau
penularan penyakit ke ruangan lainnya, harus langsung dibuang ke luar.
10. Ruang bedah dan ruang perawatan penyakit menular yang
berbahaya, pembuangan udaranya harus ke tempat yang tidak
membahayakan lingkungan rumah sakit.
11. Ruang pengolahan bahan obat, proses foto dan proses kimia lainnya
yang dapat mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus melalui
penyaring dan pemroses untuk menetralisir bahan bahan yang
terkandung di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku.
B. Sistem Pengkondisian Udara
Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah
2
sakit harus mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya.
Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembapan udara di dalam
ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang
mempertimbangkan :
1. Fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,
orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan dan penggunaan
bahan bangunan
2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan
3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.
C. Pemeliharaan Mekanikal
1. AC Split Unit.
a. Pemeliharaan
1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit (case
unit) menyeka menggunakan kain atau sikat pembersih dan
deterjen, dilakukan setiap bulan sekali.
2) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat
exchanger condensor, koil pipa evapcwator, saringan (filter) dan
panci penampung. Pembersihan dilakukan dengan cara
mengeluarkan window AC dan rurnahnya kemudian dibersihkan
menggunakan sikat atau kain pembersih, deterjen dan
kompressor angin. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.
3) Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan
refrigeran ke dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah
ada. Jenis refrigeran yang digunakan adalah Freon, R-12, R22
atau fluida lain yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
Pengisian dilakukan bila dianggap perlu.
b. Perbaikan kecil.
1) AC split.
Dilakukan penggantian isolasipipa tembaga atau kuningan atau
jenis lain bila ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak
dengan cara membuka bagian/daerah isolasi yang rusak tersebut
sekeliling pipa kemudian diganti dengan isolasi dan salah satu
bahan yang tersebut di bawah ini:
a) Asbestos, serat gelas kemudian dilapisi bahan yang tahan air.
b) Magnesium karbida, kalsium silikat, busa polietilen kemudian
dilapisi bahan tahan air. Ketebalan bahan isolasi disesuaikan
dengan ketentuan pabrik pembuat AC ini atau minimal 20
mm.
3
2) AC Package.
a) Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan
penggantian atau penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas
maka tali kipas harus diganti dengan cara mengatur posisi
motor penggerak sedemikian, sehingga tali kipas dapat diganti
dan kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai dengan
ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan
dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. Pemeriksaan
kondisi tali kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut-baut yang
ditemukan dalam keadaan kendor pada saluran pipa
refrigeran dilakukan pengokohan. Pengkokohan baut yang
kendor, disesuaikan dengan petunjuk dari pabrik pembuat AC
tersebut. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.
b) Dilakukan penyeteIan termostat pendinginan sesuai dengan
kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara
mengatur ter mostat pada kondisi temperatur ruangan yang
diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukan termostat
dilakukan setiap minggu.
2. Chiller
Pemeliharaan
a. Dilakukanpembersihan atau penyetelanterhadap permukaan luas
unit chiller ini dengan cara menyeka dengan kain atau dengan sikat
pembersih. Pembersihan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.
b. Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin
kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengah cara membuka
bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin chiller tidak
beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali.
c. Untuk penggantian refrigeran mesin chiller dilakukan sesuai
petunjuk mesin tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai
spesifikasi yang berlainan.
d. Fluida yang digunakan adalah R-22, R-11 atau refrigeran lain sesuai
petunjuk pabrik. Penggantian dilakukan bila dianggap perlu.
3. Unit pengolah udara (AHU).
a. Pemeliharaan
1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan
cara menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen.
Pemeliharaan ini dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
4
2) Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan
cara membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci
pembuangan dengan cara membuka penutup untuk perawatan
bagian bawah AHU, komponen koil pendingin dengan cara
membuka bagian penutup untuk perawatan bagian evaporator.
3) Dilakukan pengontrolan baut-baut yang kendor padajalur aliran
pipa dengan cara mengokohkan baut yang kendor sesuai dengan
petunjuk pabrik. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap
minggu.
4) Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan
kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur
termostat pada kondisi temperatur ruangan yang diinginkan.
Pemeriksaan kondisi penunjukkan termostat dilakukan setiap
minggu.
b. Perbaikan kecil.
1) Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.
2) Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan penggantian
sesuai dengan bahan yang semula.
4. Cooling tower
Pemeliharaan
a. Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan
kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan dilakukan 3
(tiga) bulan sekali.
b. Dilakukan pembersihan pada komponen lauver/ filling udara, kipas
udara, saringan air keluar, panci penampung/filter drain dengan
membukalauver/filling udara dan dikeluarkan kemudian dibersihkan
dengan cara menggunakan alat, kain/sikat pembersih dan deterjen
sedangkan untuk kipas udara, saringan air keluar dan panci
penampung dibersihkan ditempat dengan menggunakan alat yang
sama seperti di atas. Pembersihan dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
c. Dilakukin pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang
gunanya untuk membantu menurunkan temperatur air dan juga
mencegah timbulnya korosi pada instalasi cooling tower.
Pencampuran ini dilakukan dengan memakai fluida cair tersebut dan
kadarnya disesuaikan standar manual dari pabrik pembuatnya
dengan mengukur fluida tabunggelas. Pengukurantabung fluida ini
dilakukan setiap hari.
5
d. Dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeler
dengan cara melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan
setiap 6 (enam) buian sekail.
e. Dilakukan penyetelan/pengaturan terhadap katup pelampung sesuai
dengan kebutuhan air cooling tower. Penyetelan dilakukan dengan
cara kalibrasi level pelampung yang berhubungan dengan make up
water terhadap kebutuhan air cooling tower yang ditunjukkan oleh
meter air yang ada.
6
BAB III
SISTEM KOMUNIKASI DALAM RUMAH SAKIT
7
3. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik utama mengalami
gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani dalam waktu yang
cukup sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi UU
nomor 32 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan PP nomor 52/2000
tentang Telekomunikasi Indonesia.
B. Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)
Peralatan sistem panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam
kondisi rutin ataupun darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi
alat komunikasi antara perawat dengan pasien dalam bentuk visual dan
audible (suata) dan memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien.
Persyartan teknisnya antara lain :
1. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP)
a. Panel kontrol SPP
Panel kontrol SPP harus :
1) Jenis audio dan visual
2) Penempatannya diatas meja
3) Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai berikut :
a) Mempunyai mikrofon, speaker dan handset. Hanset dilengkapi
kabel dengan panjang 910 mm (3ft). handset harus mampu
menghubungkan dua arah komunikasi antara perawat dan
pos pemanggil yang dipilih. Mengangkat handset akan
mematikan mikrofon/speaker.
b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital
secara visual memberitahukan lokasi panggilan dan
menempatkan dalam sistem, meliputi nomor ruang, kamar,
tempat tidur dan prioritas panggilan.
c) Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di dalam toilet
atau kamar mandi
d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 panggilan yang datang.
e) Modul mengikuti perawat
f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.
g) Fungsi prioritas panggilan yang datang
Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu
panggilan rutin atau darurat dan akan menerus sampai
panggilan itu dibatalkan.
h) Fungsi pengingat (memory)
8
Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang ditempatkan
dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala lampu dome di
koridor yang dihubungkan dengan bedside dengan cara
mengaktifkan fungsi/sirkit pengingat. Sinyal visual ini akan
mati dan panggilan yang tersimpan terhapus dari memori
ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat.
i) Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk
menandai adanya panggilan yang datang dari pos yang
terhubung :
- Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible
melalui rangkaian mematikan/melemahkan saat panel
kontrol sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan. Sinyal audible untuk
panggilan yang datang dan tidak terjawab harus secara
otomatis disambungkan kembali ke modus siaga.
- Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap
ditampilkan pada setiap saat sampai panggilan terjawab
atau dibatalkan pada pos pemanggilan.
- Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin dan
darurat harus jelas berbeda.
- Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan
harus muncul pada panel kontrol SPP.
j) Tombol sentuh atau serupa membolehkan perawat memilih
pos panggilan dan melakukan komunikasi suara dua arah.
Tombol sentuh juga harus memberikan program status priotas
dan kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu :
- Kemampuan memonitor bedside
- Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside secara
serempak
- Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan terkait
secara serempak
b. Peralatan komunikasi pada kabinet bedside
1) Setiap bedside harus menyediakan :
a) Microphone/speaker
b) Lampu pos pemanggil
c) Tombol reser
d) Kotak kontrol untuk cordset
9
2) Setiap microphone/speaker harus mati jika handset
disambungkan ke bedside
3) Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan
visual rutin pada lampu dome di koridor
c. Pos darurat
1) Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan dalam setiap
kloset dan setiap pancuran (shower) kamar mandi. Pos darurat ini
harus dipasang kurang lebih 50 cm (18 inci) dari kepala
pancurannya (shower head) dan atau 180 cm (72 inci) di atas
lantai jadi. Setiap pos darurat yang di area pancuran atau toilet
harus kedap air.
2) Pos darurat harus disediakan dengan :
a) Kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar 5 kg (10
lbs) dan pendant dihubungkan ke gerakan sakelar ON/OFF
pada pos darurat. Kabel tarikan yang gantung yang terbawah
harus dipasang 15 cm (6 inci) dari lantai jadi.
b) Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar minimum 0,4 kg
c) Pada post darurat dilengkapi fungsi “reset/cancel”
d) Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup secara
ebrgantian dengan interval waktu 1 detik ditempatkan pada
bagian luar dari kamar mandi atau toilet, dipasang pada
ketinggian 2 meter dari lantai jadi.
e) Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan secara
permanen dengan plat kalimat “Panggilan Darurat Perawat”.
Tinggi huruf minimal 4 mm (1/8 inci)
d. Armatur lampu dome di koridor
1) Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah warna atau
berubah bentuk karena panas, atau rusak karena penggunaan zat
pembersih.
2) Lampu dome harus berisi lampu yang cukup membedakan :
a) Panggilan rutin dari bedside
b) Panggilan darurat dari post perawat kamar mandi atau toilet
c) Sinyal visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat
harus dibedakan
e. Armatur lampu dome dengan isi dua lampu di koridor
Dua lampu dalam satu armatur lampu dome berisi minimum dua lampu
untuk mengidentifikasikan panggilan setempat dalam sistem. Sinyal
visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat harus jelas
10
perbedaannya.
f. Cordset
Setiap cordset harus :
1) Panjangnya 1,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel fleksibel
2) Tidak korosif
3) Apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara otomatis
memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal audible dan visual
harus tetap diaktifkan sampai cordset disisipkan kembali atau
alat lain disisipkan yang secara teknis dapat mematikan fitur
panggilan otomatis.
4) Gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5 kg (1lb)
5) Tidak berubah warna
6) Cordset dengan aksi tombol tekan harus disediakan : sambunga
ke kotak kontak bedsite cordset, berisi tombol tekan untuk
panggilan pada ujung cordset
g. Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan bersertifikat
diberi label pada setiap rel dan disetujui oleh instansi terkait.
h. Perlengkapan instalasi
1) Kabel
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengikat,
penggantung, klem dan sebagainya yang dibutuhkan untuk
melengkapi kerapihan instalasi.
2) Konduit
Perlengkapan harus termasuk semua konduit, duct (saluran) kabel,
rak kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan perangkat
keras lain yang diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan
keamanan.
3) Label
Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label
13
BAB IV
SISTEM KELISTRIKAN
C. Instalasi Listrik
1. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan
distribusi, papan hubung bagi dan beban listrik.
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati,
dilakukan pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan,
mengganggu atau merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian
bangunan dan instalasi lainnya.
2. Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt,
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam
gedung adalah 20 KV, dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan
yang berlaku.
Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari
PLN minimal 200 KVA disarankan agas sudah memiliki jaringan listrik
tegangan menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV).
3. Instalasi listrik tegangan menengah antara lain :
a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai
standar gardu PLN)
b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya
d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding)
4. Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan
isinya, transformator dan lain-lainnya tidak boleh dibebani melebihi
batas kemampuannya. Masalah harmonisa dalam sistem kelistrikan
harus diperhatikan.
5. Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam
ruang-ruang tertentu
6. Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara frounding
panel gedung dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh
kurang dari 0,2 Ohm.
7. Transformator distribusi
a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus
ditempatkan dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari
15
dinding, atap dan lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat
dimasuki oleh petugas.
b. Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta
mempunyai luas ruangan yang cukup untuk perawatan dan
perbaikan.
c. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran,
maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
8. Penghematan energi harus sangat diperhatikan
D. Pemeliharaan Listrik
1. Armatur Lampu
a. Kotak lampu pijar/TL
Pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan
lap/kain pembersih, jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass
cleaner. Kotak TL bagian dalam harus dibuka dan dibersihkan
dengan vacum cleaner (penghisap debu). Ujung-ujung kontak di
lampu TL sering terjadi korosi.
b. Lampu
Perbaikan kecil : bila lampu mati diganti yang baru.
c. Louvre
Pemeliharaan : dilakukan pembersihan dan debu/kotoran yang
menempel dengan menggunakan kain bersih yang dicampur air atau
glass cleaner. Dilakukan setahun sekali.
Perbaikan kecil : Bila louvre retak/pecah dilakukan penggantian atau
perbaikan secepat mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar.
2. Saklar (Kotak Kontak)
Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap
tahun sekali. Bagian dalam terutama pada kontak sakiar harus bersih
dan debu. Apabila saklar dalam keadaan ON terjadi panas, segeradiganti.
3. Stop Kontak (Tusuk Kontak)
Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan
pemeriksaan terutama pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang
sering menggunakan alat yang portable (pindah-pindah) karena sering
ditusuk dan dilepas, sehingga kotak-kontak yang menjepit akan cepat
aus. Perlu diperhatikan, agar stop kontak ini selalu bersih. Kalau terjadi
panas atau rusak segera diganti.
4. Pembumian
Untuk pembumian di rumah sakit terdapat 3 kelompok, yaitu:
16
a. Untuk peralatan medik maximum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal
860 kelompok 2E.
b. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat-alat lain maximum 5
Ohm.
c. Untuk penangkal petir dan pelindung gedung maksimum 10 Ohm.
Sistem pembumian diatas, masing-masing tidak boleh digabung.
Pengukuran tahanan pembumian dilakukan setiap tahun dengan earth
tester. Ujung saluran pembumian sering terjadi korosi, sehingga penlu
dibersihkan dengan sikat besi halus dan disemprot dengan cairan anti
korosi.
5. Instalasi Kabel Dalam Gedung
Pengukuran tahanan isolasi dengan Meger dilakukan setiap 3-4 tahun
sekali. Apabila tahanan isolasi kabel kurang dan 250 kilo Ohm maka
instalasinya harus diperbaiki atau kabelnya diganti.
6. Panel Ustrik
Pada panel ini pemeliharaannya lebih teliti, dengan mematikan tegangan
untuk service dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF masing-
masing dan Rumah Tangga yang diketahui Direktur Rumah Sakit, karena
di dalamnya sering terdapat banyak debu dan harus dibersihkan dengan
vacuum cleaner, kuas dan lap bersih.
Pada sambungan mur antara kabel/busbar ke MCB/MCCB sering
terdapat korosi dan harus disemprot dengan cairan anti korosi, dan mur
yang kendor akibat getaran, agar dikencangkan kembali setiap 6 (enam)
bulan sekali. Pengetesan MCB/MCCB, fuse yang putus harus diganti,
lampu-lampu pilot, meter-meter yang rusak diganti secepatnya. Udara
disekitar panel dibebaskan dan lembab. Pengecekan karet-karet pintu
panel dan kunci penel setiap 6 (enam) bulan sekali, jika keadaannya
rusak agar diganti.
7. Transformator
Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti. Untuk
transformatorjenis kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan
lap kering dan vacuum cleaner dan diujung pole perlu dibersihkan
dengan amplas. Untuk transformator jenis olie perlu dilakukan
pengetesan daya isolator dan olie trafo, dapat ditetesi setiap tahun sekali
untuk type Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type Hematic atau akan
dilakukan lebih awal jika terjadi trouble shooting/short circuit salah satu
beban (pengetesan olie di LMK PLN).
8. Ups (Uninterruptible Power Supply)
17
Pada ruangan-ruangan khusus (kelompok 2E), terdapat UPS. UPS perlu
perhatian khusus pada bateral, harus sering diperiksa/diganti jika dalam
indikator UPS sudah tidak dapat diisi kembali dibagian battery terdapat
pole-pole yang perlu dibersihkan dan temperatur ruangan diusahakan
19°C. Untuk menjaga program-program yang ada dalam UPS yang
menggunakan microprocessor, setiap bulan 2 (dua) kali.
18
BAB V
SISTEM FASILITAS SANITASI
19
C. Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
1. Saluran
Pemeliharaan dan saluran diatas secara periodik tiap bulan dapat
berupa:
a. Penggelontoran air.
b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
c. Pengambilan endapan.
2. Lubang Pemeriksa (Bak Kontrol/Man Hole)
Pemeliharaan lubang pemeriksa, sama dengan pemeliharaan saluran
tersebut di atas hanya frekuensinya lebih sering (2 minggu sekali).
3. Pemeliharaan Kloset
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran
agar menggunakan air yang Iebih banyak. Pembersihan dilakukan tiap
hari.
4. Tangki Septik
Pemeliharaan tangki septik pada prinsipnya hanya menguras endapan.
Hal ini dilakukan dengan seksama minimal 1 (satu) tahun dan maksimal
4 (empat) tahun. Bila limbah cair banyak mengandung lemak/minyak
maka tangki septik dilengkapi dengan alat penangkap lemak.
5. Bak Pengumpul/Pengangkat
Pemeliharaan biasa dilakukan path unit ini bila terjadi pengendapan di
dalam bak pengumpul dan pompa dilakukan tiap 6 bulan. Pengangkat
baru dihidupkan disertai dengan penyemprotan air terhadap semua
permukaan yang kotor.
6. Instalasi Pengolahan Biologis Dengan Anaerobic Filter
Pemeliharaan anarobic filter adalah membersihkan sampah, tanaman,
lumut yang terdapat pada anaerobic filter. Pembersihan dilakukan setiap
minggu.
7. Bak Penampung Lumpur
Pemeliharaan bak penampung lumpur adalah membersihkan kotoran,
lumut yang menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 3
bulan sekali.
8. Bak Pengering Lumpur
Pemeliharaan :
a. Pembersihan sampah, lumut dan tumbuhan lain.
b. Penambahan pasir secara berkala sesuai ketebalan yang diperlukan.
Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
20
9. Bak Kaporisasi
Pemeliharaan : pembersihan secara periodik endapan sisa kaporit dan
saluran pembubuh dibersihkan, sehingga aliran kaporit menjadi
lancar.Pembersihan dilakukan setiap hari.
21
BAB VI
SISTEM PLUMBING
25
D. Sistem Plumbing Air Buangan dan Ven
1. Jenis Air Buangan
Air buangan atau juga sering disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa-
sisa proses roduksi. Air buangan dibagi menjadi 4 golongan,yaitu :
a. Air Kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat Plumbing
lainnya.
b. Air Bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat Plumbing lainnya, seperti
bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur, dsb.
c. Air Hujan
Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan
tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
d. Air Buangan Khusus
Air buangan yang mengandung gas, racun, atau bahan-bahan
berbahaya seperti dari pabrik dari pabrik, air buangan dari
laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah
sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat
radioaktif, atau mengandung bahan radioaktif yang dibuang dari
Pusat Tenaga Nuklir atau laboratorium penelitian atau pengobatan
yang menggunakan bahan radioaktif. Air buangan yang mengandung
banyak lemak berasal dari restoran, akhir-akhir ini menjadi masalah
dan dimasukkan dalam kelompok ini karena banyak mengandung
heksan.
2. Klasifikasi air buangan menurut cara buangan air
a. Sistem buangan terpisah
b. Sistem buangan tidak langsung
3. Klasifikasi air buangan menurut cara pengaliran
a. Sistem gravitasi
b. Sistem bertekanan
4. Klasifikasi air buangan menurut letaknya
a. Sistem buangan gedung
b. Sistem buangan di luar gedung atau roil gedung
26
E. Sistem Plumbing Air Hujan
Pada sistem Plumbing air hujan, penggunaan perangkap harusdipasang
pada cabang datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap
daerahdrainase, bila talang tegak dan saluran buangan air hujan
disambungkan padadrainase gedung gabungan atau saluran pembuangan
gedung bangunan.Talang tegak air hujan dipakai ukuran pipa tegak air
hujan ditambahdengan memperhitungankan 50% dinding terluas yang
dianggap sebagai atap.Cara penggabungan sistem air hujan dengan drainase
saniter adalah harusdipisahkan apabila terdapat saluran umum gabungan
yang dapat menampungdarinase dan pembuangan air hujan, maka saluran
pembuangan air hujangedung dan saluran drainase dapat digabungkan ke
saluran pembuangangedung gabungan pada bidang datar dengan fitting Y
tunggal yang ditempatkansekurang-kurangnya 3 m dari suatu cabang
drainase saniter.Hal-hal yang dilarang dalam sistem pembuangan air
buangan adalah :
1. Mengalirkan air buangan ke dalam saluran pembuangan yang
dikhususkanuntuk air hujan, atau mengalirkan sedemikian rupa
sehingga air meluapdiatas trotoar atau jalan.
2. Membuang air buangan dari sistem Plumbing ke dalam perairan
umum,kecuali apabila dibenarkan. Pembuangan dari buangan berbahaya
harusdilakukan sesuai dengan segala peraturan yang berlaku, kecuali
caratersebut dibenarkan.
F. Instalasi dan Instrumen Penunjang
Jenis instrumentasi penunjang adalah:
1. Tangki air
a. Tangki air bawah tanah
b. Tangki atap
c. Tangki tekan (hidrofor)
2. Pompa penyediaan air
a. Pompa sentrifugal
b. Pompa aliran radial
c. Pompa aliran axiald
d. Pompa aliran campuran
3. Pemanas air
a. Pemanas air sesaat
b. Ketel pemanas air satu jalan
c. Tangki pemanas air untuk minum.
27
4. Valve
a. Globe valve
b. Butterfly valve
c. Gate valve
Ditetapkan di : Barru
Pada tanggal : 28 Desember 2018
Direktur RSUD Barru
dr. AMIS
Pangkat :Pembina Utama Muda,IV/c
NIP. 19660312 200012 1 00
28
29