Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI


Jalan Jenderal Sudirman Nomor 14 Telepon ( 0411 ) 3616134 Fax. 3612242
MAKASSAR90113

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI
PROVINSI SULAWESI SELATAN
NOMOR : 445/44/RSKDP.2/I/2018

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Menimbang : Bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan di


RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov.SulSel yang optimal perlu di
tetapkan kebijakan.
Mengingat : a. Undang - Undang Kesehatan No . 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 5063 )
b. Undang - Undang Kesehatan No . 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
c. Undang - Undang Kesehatan No . 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4431 );


d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
147/MenKes/Per/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 012
Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit
g. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga lain Provinsi Sulawesi
Selatan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERTAMA : Pelayanan Kesehatan di RSKD Ibu dan AnakPertiwi


Prov.SulSel meliputi Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan
Rawat Inap, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Penunjang
Medik, Pelayanan Non Penunjang Medik, dan Pelayanan
Administrasi.
KEDUA : Pola operasional pelayanan untuk tiap – tiap pelayanan diatur
dalam juklak/ juknis dalam bentuk Pedoman dan atau Panduan
dan SPO yang merupakan tindak lanjut/ lampiran dari Surat
Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov.SulSel di laksanakan oleh
Direktur bersama Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala
Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik, Kepala Seksi
Keperawatan, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana.
Dengan terbitnya keputusan ini maka Surat Keputusan Direktur
Nomor : 70/RSKDP.2/I/2014 dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila
dikemudian hari ditemukan kekeliruan akan di adakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Makassar
Pada tanggal 02 Januari 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI

DR. Dr. HJ. NUR RAKHMAH, Sp.OG, M.Kes


Pangkat : Pembina Tk. I
NIP : 19630208 199503 2 002
LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI
PROV.SULSEL
NOMOR : 445/44/RSKDP.2/I/2018
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI
PROV.SULSEL

I. Jenis pelayanan yang tersedia di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. SulSel
adalah :
1. Pelayanan Rawat Jalan :
a. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b. Klinik Kesehatan Bayi dan Anak
c. Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Klinik Gizi
e. Klinik KB (PKBRS)
f. Klinik Bedah
g. Klinik Geriatri
h. Klinik Fisioterapi
2. Pelayanan Rawat Inap :
a. Pelayanan Persalinan
b. Pelayanan Operasi
c. Pelayanan Pemulihan Pasien Operasi (HCU)
d. Pelayanan Perawatan Bayi / Neonatus < 1 bulan
e. Pelayanan Perawatan Anak
f. Pelayanan Perawatan Ibu Pasca Salin
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
4. Pelayanan Penunjang Medik :
a. Pelayanan Farmasi
b. Pelayanan Laboratorium
c. Pelayanan Radiologi
d. Pelayanan Gizi
e. Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)
f. Pelayanan Ambulance
5. Pelayanan Penunjang Non Medik, meliputi :
a. Laundri
b. IPSRS (Inst. Pengelolaan Sarana RS)
c. Pelayanan CSSD
6. Pelayanan Adminstrasi :
a. Pendaftaran/ Admission
b. Pelayanan Administrasi Kesehatan
c. Pelayanan Jaminan Kesehatan (JKN)
d. Pelayanan Pengaduan Pelanggan
II. Kelompok Profesi pemberi layanan kesehatan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
Prov. SulSel adalah :
1. Medis
1.1. Dokter PNS yang terdiri dari :
1.1.1. Dokter Umum
1.1.2. Dokter Gigi
1.1.3. Dokter Spesialis
1.1.4. Sub Spesialis (Konsultan)
1.2. Dokter Non PNS yang terdiri dari : Dokter Umum
2. Keperawatan yang terdiri dari :
2.1. Perawat
2.2. Bidan
2.3. Penata Anastesi
3. Farmasi
3.1. Apoteker
3.2. Asisten Apoteker
3.3. Administrasi Pengelola Obat
4. Keteknisan Medis terdiri dari :
4.1. Analis Laboratorium
4.2. Radiografer
4.3. Analisis Gizi
5. Tenaga Gizi yaitu : Dietisien/ Nutritionis
6. Keterapian Fisik yaitu : Fisioterapis
7. Petugas Non Medis
7.1. Administrasi dan Keuangan
7.2. Rekam Medik
7.3. Petugas teknis yang terdiri dari :
7.3.1. Teknisi IT
7.3.2. Teknisi Sanitasi
7.3.3. Teknisi Elektro Medik
7.3.4. Teknisi Sarana
7.3.5. Sopir Ambulans
7.4. Security
III. Filosofi Pelayanan Kesehatan RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. SulSel :
(Medis, Keperawatan, Penunjang )
1. Pelayanan kesehatan harus diberikan kepada pasien sesuai Ilmu Kedokteran,
Ilmu Keperawatan, Ilmu Farmasi, Ilmu Gizi/ Niutrisi yang teruji dan terjangkau.
2. Pelayanan kesehatan dalam mengupayakan kesembuhan dilakukan secara
optimal dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif (Promosi Kesehatan,
Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif) dan holistik (meliputi fisik, mental dan
spiritual)
4. Pelayanan kesehatan yang diberikan mengacu pada Panduan Praktik Klinis
(PPK) yang telah ditetapkan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. SulSel
berdasarkan PNPK / Pedoman Profesi (Standar Asuhan Medis, Standar
Askep, Standar Asuhan Gizi dan Standar Pelayanan Farmasi)
5. Dalam melakukan pelayanan kesehatan semua pihak harus selalu
memperhatikan konsep keselamatan pasien dan berfokus pada pasien.
IV. Kebijakan Pelayanan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. SulSel
1. Pelayanan Instalasi :
Disediakan 2 model pelayanan Instalasi, yaitu pelayanan 24 jam dan
pelayanan pada jam kerja.
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan 24 jam.
Pelayanan Rawat Jalan sesuai jam kerja (Dengan jadwal praktik dokter)
Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dilanjutkan
dengan sistem on call 24 jam.
Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/
panduan dan standar prosedur operasional yang telah disahkan serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Skrining dan triase :
Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan RS untuk
menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS, dan memastikan
kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau reguler/ elektif.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase (di IGD), visual atau
pengamatan (petugas pendaftaran), pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik (oleh staf medis) atau diagnostik imajing.
Kebutuhan darurat, mendesak atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
3. Identifikasi :
Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas
pasien.
Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi
darah atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan
spesimen lain unruk pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum
pemeriksaan radiologi serta sebelum dilakukan tindakan.
4. Transfer/ Perpindahan pasien di dalam rumah sakit :
Transfer pasien dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan serta dicatat kondisi pada saat transfer.
Dilakukan serah terima pasien yang ditransfer dan dicatat dalam rekam
medis.
5. Transfer pasien keluar rumah sakit/ rujukan :
Stabilisasi pasien terlebih dahulu sebelum dirujuk
Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada unit atau
individu secara spesifik.
Merujuk berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit
penerima.
Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
6. Penundaan Pelayanan :
Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
Memberikan informasi alasan penundaan atau menunggu dan
memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan
keperluan klinis mereka.
7. Pemulangan Pasien :
DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang
dan kelanjutan pelayanan medis.
Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di
rumah sakit serta populasi pasien.
Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien
pulang. Resume berisi instruksi untuk tindak lanjut.
Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan yang
dirujuk.
8. Transportasi :
Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan
pemeliharaan.
Transportasi disediakan dan diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
pembekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.
9. Hak pasien dan keluarga :
Menghormati kebutuhan privasi pasien.
Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan
Melindungi pasien dari kekerasan fisik
Anak – anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang beresiko,
mendapatkan perlindungan yang layak.
Membantu mencari Second opinion dan kompromi dalam pelayanan di
dalam maupun di luar rumah sakit.
Penyataan persetujuan (Informed Consent) dari pasien didapat melalui
satu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang
terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien.
Informed Consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, sedasi,
penggunaan darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain
yang beresiko tinggi.
10. Penolakan pelayanan dan pengobatan :
Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan.
Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan
dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate).
Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat
serta persyaratan hukum dan peraturan.
11. Penanganan Tahap terminal :
Mendukung hak dan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.
Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan
semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respons terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta
keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
12. Asesmen pasien :
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui satu proses asesmen yang baku.
Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
Hanya mereka yang kompoten sesuai perizinan, undang – undang dan
peraturan yang berlaku serta sertifikasi dapat melakukan asesmen.
Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih dini / cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih dini / cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan
rumah sakit.
Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien dirawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30
hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi.
Untuk asesmen yang yang berumur kurang dari 30 hari, apabila ada
perubahan kondisi pasien yang signifikan, maka perubahan dicatat dalam
rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap.
Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge planning).
Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan
dan untuk merencanakan pengobatan atau uruk pemulangan pasien.
Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
13. Manajemen obat :
Obat-obat narkotika tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika di butuhkan secara klinis.
Obat-obat Hight Alergi diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara
membatasi akses (restrictedacces).
14. Manajemen nutrisi:
Pasien diskrining untuk status gizi
Respons pasien terhadap terapi gizi di monitor
Makanan di siapkan dan di simpan dengan cara mengurangi resik
kontaminasi dan pembusukan.
Produk nutrisi enteraldi simpan sesuai rekomendasi pabrik
Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus
15. Manajemen nyeri:
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk dirasa sakit dan
dilakukan assesment apabila ada rasa nyerinya.
Pasien di bantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif
Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.
16. Surgical Safety checklist:
Digunakan suatu tanda yang segera di kenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian
tanda.
Menggunakan satu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang di perlukan tersedia, tepat, benar, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat /
mendokumentasikan prosedur “sebelum insisi / Time-out” tepat sebelum
dimulainya satu prosedur / tindakan pembedahan.
17. Handhygiene:
Mengadaptasi pedoman handhygiene terbaru dari WHO.
Menerapkan program handhygiene yang efektif.
18. Resiko jatuh:
Penerapan asesmen awal resiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen di anggap beresiko.
Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak disengaja.
19. Komunikasi efektif :
Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
Perintah atau hasil pemerikasaan dikonfirmasikan oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
20. Manajemen di instalasi:
Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
Setiap bulan instalasi wajib membuat laporan.
21. Peralatan di instalasi harus selalu di lakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua peralatan
tetap dalam kondisi yang baik.
22. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Ditetapkan di Makassar
Pada tanggal 02 Januari 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI

DR. Dr. HJ. NUR RAKHMAH, Sp.OG, M.Kes


Pangkat : Pembina Tk. I
NIP : 19630208 199503 2 002

Anda mungkin juga menyukai