(Pertemuan VI)
I. Pengantar
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, jelas tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
individu atau sekelompok manusia selalu berusaha untuk mencapai tujuan dan
kepentingannya masing-masing demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini merupakan hal
essensial sekaligus konkekuensi logis dari adanya pola interaksi sosial yang dilakukan
semsama manusia. Dalam kaitannya dengan itu, maka sudah sewajarnya, sebagaimana yang
telah sering kita dengar bahwa manusia merupakan mahluk sosial. Artinya antara satu dengan
lainnya saling membantu demi memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maka jelas bahwa kompleksitas
pola interaksi sosial yang dimaksud akan menjadi semakin beragam dan rumit. Meskipun
memang dalam konteks yang dimaksud itu pun, setia manusia ingin berusaha mencapai
kebutuhannya masing-masing. Namun yang menjadi poin penting dalam konteks kehidupan
bernegara ialah bahwa usaha pencapaian kebutuhan masyarakat tersebut harus diupayakan
sedemikian rupa sehingga terbentuklah konsep common good for the sake of society atau
dengan kata lain adanya tujuan bersama dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan
kondisi lapisan masyarakat yang bisa terjadi. Di sini menjadi tugas dan kewajiban negara
dalam mengalokasikan kemampuannya, baik secara materil maupun non materil dalam
memenuhi kesejahteraan rakyatnya secara keseluruhan sehingga terbentuklah tatanan sosial
masyarakat yang ideal dan seimbang.
Secara garis besar, dalam setiap komunitas masyarakat tentu terdapat berbagai factor
sosial, politik, ekonomi ,dan budaya yang menjadikan masyarakat satu dengan lainnya saling
berbeda satu sama lain. Perbedaan yang dimaksud itu tentunya ialah perbedaan yang pada
faktanya menggambarkan ciri khas masyarakat itu masing-masing sehingga antara satu
dengan lainnya saling bekerjasama sesuai pola interaksi sosial yang terjalin di antara mereka
yang tentunya pola interaksi tersebut juga memiliki perbedaannya sendiri. Hal itu juga
tergantung dari latar belakang sosial dari setiap masyarakat bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan penjelasan di atas, setiap negara tentunya memiliki ciri khas
atau latar belakang sosial, politik, hukum, dan budayanya tersendiri sesuai dengan
perkembangan dan nilai yang berlaku di dalam masyarakatnya sendiri. Dalam kaitannya
dengan itu, tentunya jika dikaitkan dengan masalah sistem politik atau hukum pada
khususnya, maka kita akan segera mengetahui bahwa dalam konteks tersebut, terdapat
konsep lanjutan lain terkait masalah penyelenggaraan negara atau kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hal tersebut tidak lain ialah mengenai masalah ideologi.
Pancasila sebagai ideology negara jelas merupakan suatu kesatuan entitas nilai dan
pandangan hidup masyarakat Indoensia yang tidak dapat dipisahkan dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara NKRI. Sebagai suatu ideology, tentu Pancasila memiliki
semacam esensi atau kebenaran yang di mana hal tersebut menjadi landasan atau konsepsi
pedoman tingkah laku seluruh masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang sosial kehidupan
yang ada.
Pada pembahasan sebelumnya, telah kita ketahui bahwa pancasila merupakan suatu
sistem filsafat karena memiliki nilai, asas, serta abstraksi konsep yang luhur dan tinggi.
Kemudian konsekuensi dari hal itu ialah bahwa lahirlah nilai etika dari pancasila itu sendiri
oleh karena etika ialah cabang dari filsafat. Artinya bagaimana secara moral pancasila secara
tak langsung menjadi instrument atau tolak ukur dalam berperilaku sosial masyarat Indonesia
sehari-hari. Akumulasi dari kesemuanya in pada akhirnya membawa kita pada satu
pemahaman yang lebih utuh dan luas bahwa konsepsi yang kita ketahui itu termaktub sebagai
suatu sistem yang di dalamnya terdapat unsure-unsur yang saling berkaitan satu sama
lainnya, khususnya termasuk filsafat dan etika, yang di mana semuanya tergabung dalam satu
wadah yang disebut Ideology Pancasila. Sehingga secara umum dapat dikatakan Pancasila
merupakan satu kesatuan ideology yang terdiri dari sekian aspek dan unsure luhur di alamnya
sebagaimana yang sudah disebutkan tadi.
Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logos” yang
artinya ilmu. Jadi ideologi mempunyai arti ilmu tentang gagasan-gagasan, ide-ide atau
science of ideas atau ajaran tentang pengertian dasar. Secara garis besar, ruang lingkup
ideology terdiri dari :
1. Ideologi Terbuka :
Dalam ideology terbuka, maka jelas terdapat beberapa macam nilai sebagaimana
hal tersebut merupakan unsur dari satu kesatuan filsafat. Nilai-nilai tersebut terdiri
dari :
a. Nilai-Nilai Dasar
b. Nilai-Nilai Instrumental
c. Nilai Praktis
2. Ideologi Tertutup :
Dalam Ideologi tertutup, maka yang terjadi ialah kebalikan dari ideology terbuka.
Dalam hal ini ideology bersangkutan justru bukannya membangun kesadaran serta
pergaulan internasional dari masyarakat negara setempat, tetapi justru malah
menghambat perkembangan kualitas SDM dan pembangunan nasional negara
setempat. Misal : Korea Utara, Periode Kekuasaan Nazi di Jerman ketika Perang
Dunia 2, Uni Soviet.
Pancasila disebut sebagai ideologi negara karena Pancasila telah memenuhi unsur-
unsur gagasan hidup, keyakinan hidup, tujuan hidup, cara-cara yang dipilih untuk mencapai
tujuan hidup, sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai suatu ideologi. Pancasila sebagai
ideologi merujuk pada kesatuan atau sistematika nilai terpadu yang dianggap sebagai
indikator/tolak ukur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi mencapai cita-cita dan
tujuan nasional NKRI sebagaimana yang dijabarkan lebih lanjut dalam Konstitusi UUD 1945.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka pancasila pun memiliki sejumlah dimensi
bidang kehidupan, yaitu sebagai berikut :
Dalam hal ini berarti merujuk pada Cita-Cita dan Tujuan Dalam Sila-Sila
Pancasila
Status, kedudukan, atau fungsi Pancasila sebagai satu ideologi, tentunya harus
didasarkan atas legitimasi yang ada kalangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Legitimasi
pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai berikut :
Dari pernyataan di atas berarti secara garis besar, legitimasi jika dikaitkan dengan
kekuasaan berarti sejauhmana kekuasaan yang dikendalikan oleh pemerintah dapat diterima
eksistensi dan keabsahannya oleh masyarakat sesuai nilai, pandangan hidup, serta budaya
yang berlaku di dalam suatu negara.
Legitmasi ini merujuk pada keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi
norma-norma moral. Setiap tindakan negara misalnya eksekutif atau
legislative harus dipertanggungjawabkan dari segi norma-norma moral.
1
Mark C. Suchman, Managing Legitimacy : Strategic and Institutional Approaches, The Academy of
Management Review, Voulme 20, No. 3, July 1995, hlm., 574
2
Franz Magnis Suseno, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT GRAMEDIA,
Jakarta, 1987, hlm., 58-60
hal tersebut juga merujuk pada keabsahan wewenang kekuasaan politik dari
segi dukungan yang diberikan oleh masyarakat dalam suatu negara.
3). Legalitas :
Dari penjelasan di atas, oleh karena pembentukan Pancasila didasarkan atas budaya
dan jati diri bangsa Indonesia melalui para founding fathers kita, dan kemudian dalam
perkembangannya hingga saat ini tidak ada penolakan dari masyarakat Indonesia terkait
eksistensi dan pelaksanaan Pancasila, meskipun sebagian kecil ada, itu berarti bahwa
Pancasila baik secara status dan fungsinya sebagai satu ideologi diterima sebagai satu
kesatuan sistem instrumen dan pedoman hidup sosial masarakat Indonesia dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan ideologi unik yang lahir dari nilai, jati diri, serta pandangan
hidup bengsa dan negara Indonesia. Pancasla pun bersifat terbuka. Artinya nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya bersifat universal dan dapat dipakai di luar dalam membantu
meningkatkan tatanan masyarakat internasional ke arah yang lebih baik.
Dalam kaitannya dengan hal itu, tentu dalam perkembangan sejarah masyarakat dunia,
ada berbagai macam ideologi-ideologi besar lainnya yang juga pernah dan bahkan hingga
saat ini masih berlaku di samping kita sebagai bangsa Indonesia juga memiliki ideologi
Pancasila dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun dalam rangka
menjelaskan kaitan antara Pancasila dan berbagai ideologi lainnya di dunia sebagaimana
dimaksud, akan lebih mudah jika dijabarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Ideologi Ideologi Ideologi Ideologi
Pancasila Liberal Komunis Sosialisme
Demokrasi Demokrasi
Pancasila (Well Demokrasi Komunis Demokrasi
Balanced) Liberal (Monopoli & Sosialisme
(Individual Totaliter) (Collective
Agama Rights) Rights)
Menjiwai
Atheis &
Kehidupan
Agama Hak Agama Dinilai
Masyarakat Agama Mendrong
Individu Candu
Berkembangnya
Kolektivitas
Dari bagan di atas, kita dapat melihat bahwa Pancasila merupakan ideologi yang tidak
hanya melindungi kepentingan individu, tapi juga melindungi kepentingan kolektf
masyarakat. Sehingga dalam hal ini Pancasila memiliki keseimbangan hak kolektif dan
individu. Hal ini berbanding terbalik dengan ideologi sosialisme, liberalisme, apalagi
sosialisme, yang bersifat lebih ekstrim karena berat sebelah serta tidak ada keseimbangan
dalam hal perlindungan kepentingan dan hak masyarakatnya secara adil dan menyeluruh.
Tentunya dalam hal ini akan konsep keadilan sosial yang dibangun berdasarkan konsep
Pancasila akan berbeda serta lebih tinggi nilai dan kualitasnya dibandingkan apa yang
terdapat dalam ideologi sosialisme, liberalisme, dan sosialisme.
Dari penjelasan serta bagan di atas, dalam hal terkait esensi serta nilai yang
terkandung dalam aspek keadilan sosial, maka hal itu dpat digambarkan sebagai berikut :
Pancasila sebagai suatu Ideologi Negara sudah tentu harus dilestarikan dan
dipeliharan eksistensi nilai serta esensi yang terkandung di dalamnya oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Termasuk oleh jajaran pemerintah. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, terdapat sejumlah cara serta aspek dalam upaya melestarikan eksistensi pancasila
sebagai suatu sistem nilai bangsa, yaitu :
4
Ibid., hlm. 332-333
2. Pelestarian Pancasila Secara Eksternal :
a. Sosialisasi/Memasyarakatkan Nilai-Nilai Pancasila
b. Penerapan Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dari penjelasan di atas, jelas terlihat bahwa Pancasila sebagai satu ideologi
melahirkan sejumlah upaya yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia agar senantiasa dapat
mempertahankan nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga dapat meminimalisir
masyarakat dari pengaruh serta ancaman asing yang dapat memecah belah persatuan dan
eksatuan bangsa.
VII. Kesimpulan
Dari keseluruhan penjelasan di atas, maka ada berbagai kesimpulan yang dapat ditarik
terkait pembahasan Pancasila sebagai Ideologi NKRI, yaitu :
1. Pancasila disebut sebagai ideologi negara karena Pancasila telah memenuhi unsur-
unsur gagasan hidup, keyakinan hidup, tujuan hidup, cara-cara yang dipilih untuk
mencapai tujuan hidup, sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai suatu ideologi.
Pancasila sebagai ideologi merujuk pada kesatuan atau sistematika nilai terpadu yang
dianggap sebagai indikator/tolak ukur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
demi mencapai cita-cita dan tujuan nasional NKRI sebagaimana yang dijabarkan lebih
lanjut dalam Konstitusi UUD 1945.
2. Keudukan Pancasila ialah sebagai berikut :
Pancasila sebagai Way of Life :
a. Kristalisasi Nilai-nilai Dalam Masyarakat Indonesia
b. Pancasila : From the people, by the people,, and for the people in Indonesia
Pancasila sebagai Dasar Negara :
a. Pancasila ialah sumber segala sumber hukum
b. Landasan nilai dan norma dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara
Pancasila sebagai konsensus luhur bangsa :
a. Pancasila lahir dari musyawarah founding fathers
b. Pembentukan dan implementasi Pancasila dapat dipertanggungjawabkan
secara sosio cultural
3. Fungsi dari pancasila ialah sebagai berikut :
a. Mempersatukan Bangsa dan Memelihara Persatuan serta Kesatuan.
b. Membimbing dan Mengarahkan Bangsa Menuju Tujuan Melalui Pembangunan
Nasional
c. Memberikan Tekad Dalam Memelihara dan Mengembangkan Identitas Bangsa.
d. Menyoroti Kenyataan Yang Ada dan Kritis Terhadap Upaya Perwujudan Cita-
Cita Yang Terkandung Dalam Pancasila.
4. Dalam sejarah perkembangannya secara global, Pancasila sebagai suatu ideologi
berjalan beriringan dengan berbagai ideologi besar lainnya di dunia, seperti
liberalisme, sosialisme, dan komunisme. Dibandingkan dengan ideologi-ideologi
tersebut, Pancasila justru menjadi ideologi penyeimbang. Artinya secara garis besar
Pancasila tidak hanya menekankan pada pentingnya pembangunan masyarakat secara
kolektif, tetapi juga pada pembangunan kualitas SDM tiap individu secara
keseluruhan. Sehingga hal tersebut dapat membantu mewujudkan cita-cita, visi, dan
misi NKRI secara optimal sesuai apa yyang tercantum dalam Konstitusi 1945.
5. Upaya yang dilakuakan seluruh eleman lapisan masyarakat Indonesai dalam
memelihara dan melestarikan nilai Pancasila demi tercapainya cita-cita, tujuan, visi
serta misi nasional ialah :
a. Pelestarian Pancasila Secara Internal :
i. Menjaga Keutuhan Nilai Pancasila
ii. Pendidikan Bagi Setiap WNI, terutama di lembaga pendidikan
b. Pelestarian Pancasila Secara Eksternal :
i. Sosialisasi/Memasyarakatkan Nilai-Nilai Pancasila
ii. Penerapan Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara