Anda di halaman 1dari 5

4 Sifat Penghuni Surga

Setiap muslim sangat menginginkan kebahagiaan abadi di surga kelak. Kenikmatannya tiada terkira.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫ط َر َعلَى قَ ْل‬
ٌ ‫ فَا ْق َر ُءوا إِ ْن ِشئْت ُ ْم ( فَالَ ت َ ْعلَ ُم نَ ْف‬، ‫ب بَش ٍَر‬
‫س َما‬ َ ‫ َوالَ َخ‬، ‫ت‬ ْ َ‫س ِمع‬َ َ‫ َوالَ أُذُن‬، ‫ت‬
ْ َ ‫صا ِل ِحينَ َما الَ َعيْنَ َرأ‬
‫َّللاُ أ َ ْعدَدْتُ ِل ِعبَادِى ال ه‬
‫قَا َل ه‬
َ
) ‫ى لَ ُه ْم ِم ْن قُ هرةِ أ ْعي ٍُن‬ ُ
َ ‫أ ْخ ِف‬

“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat
oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.”
Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang
indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17)
(HR. Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)

Ada pelajaran penting dari surat Qaaf (surat yang biasa dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat
khutbah Jum’at[1]) mengenai sifat-sifat penduduk surga. Ada 4 sifat penduduk surga yang disebutkan
dalam surat tersebut sebagai berikut,

‫) ادْ ُخلُوهَا‬33( ‫ب‬ ٍ ‫ب َو َجا َء ِبقَ ْل‬


ٍ ‫ب ُمنِي‬ ِ ‫الرحْ َمنَ ِب ْالغَ ْي‬
‫ِي ه‬َ ‫) َم ْن َخش‬32( ٍ‫ب َحفِيظ‬ ِ َ‫َوأ ُ ْز ِلف‬
ٍ ‫) َهذَا َما تُو َعدُونَ ِل ُك ِل أ َ هوا‬31( ‫ت ْال َجنهةُ ِل ْل ُمتهقِينَ َغي َْر بَ ِعي ٍد‬
)35( ٌ ‫) لَ ُه ْم َما يَشَا ُءونَ فِي َها َولَدَ ْينَا َم ِزيد‬34( ‫س َال ٍم ذَلِكَ يَ ْو ُم ْال ُخلُو ِد‬
َ ِ‫ب‬

“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari
mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada
Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb
yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh
apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf: 31-35)

Ada empat sifat yang disebutkan dalam ayat yang mulia ini, yaitu: (1) awwab (hamba yang kembali
pada Allah), (2) hafiizh (selalu memelihara aturan Allah), (3) takut pada Allah, dan (4) datang dengan
hati yang muniib (bertaubat).

Sifat Pertama: Awwab


Yang dimaksud dengan awwab adalah kembali pada Allah dari maksiat kepada ketaatan pada-Nya,
dari hati yang lalai mengingat-Nya kepada hati yang selalu mengingat-Nya.

‘Ubaid bin ‘Umair rahimahullah mengatakan, “Awwab adalah ia mengingat akan dosa yang ia lakukan
kemudian ia memohon ampun pada Allah atas dosa tersebut.”

Sa’id bin Al Musayyib[2] rahimahullah berkata, “Yang dimaksud awwab adalah orang yang berbuat
dosa lalu ia bertaubat, kemudian ia terjerumus lagi dalam dosa, lalu ia bertaubat.”

Sifat Kedua: Hafiizh


Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Ia menjaga amanat yang Allah janjikan untuknya
dan ia pun menjalankannya.”
Qotadah rahimahullah mengatakan, “Ia menjaga kewajiban dan nikmat yang Allah janjikan
untuknya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Perlu diketahui nafsu itu ada dua kekuatan yaitu
kekuatan offensive (menyerang) dan kekuatan defensive (bertahan). Yang dimaksud
dengan awwab adalah kuatnya offensive dengan kembali pada Allah, mengharapkan ridho-Nya dan
taat pada-Nya. Sedangkan hafiizh adalah kuatnya defensive yaitu menahan diri dari maksiat dan hal
yang terlarang. Jadi hafiizh adalah menahan diri dari larangan Allah, sedangkan awwab adalah
menghadap pada Allah dengan melakukan ketaatan pada-Nya.”

Sifat Ketiga: Takut pada Allah


Dalam firman Allah (yang artinya), “Orang yang takut kepada Rabb yang Maha Pemurah sedang Dia
tidak kelihatan (olehnya)”, terkandung makna pengakuan akan adanya Allah, akan rububiyah-Nya,
akan ketentuan-Nya, akan ilmu dan pengetahuan Allah yang mendetail pada setiap keadaan hamba.
Juga di dalamnya terkandung keimanan pada kitab, rasul, perintah dan larangan Allah. Begitu pula di
dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Allah, ancaman-Nya, dan perjumpaan dengan-Nya.
Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Allah, ancaman-Nya, dan perjumpaan
dengan-Nya. Seseorang dikatakan takut pada Allah (Ar Rahman) haruslah dengan memenuhi hal-hal
yang telah disebutkan tadi.

Sifat Keempat: Datang dengan hati yang muniib


Yang dimaksudkan dengan datang dengan hati yang muniib dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma, “Kembali (dengan bertaubat) dari bermaksiat pada Allah, melakukan ketaatan, mencintai
ketataan tersebut dan menerimanya.”

Intinya yang dimaksud dengan sifat penghuni surga yang keempat adalah kembali kepada Allah
dengan hati yang selamat, bertaubat pada-Nya, dan tunduk pada-Nya.

Semoga dengan mengetahui empat sifat penghuni surga ini membuat kita semakin dekat pada Allah,
bertaubat, menjauhi maksiat dan kembali taat pada-Nya. Sehingga kita dapat berjumpa dengan Allah
dengan hati yang selamat. Aamiin Yaa Mujibas Saailin.
Delapan Pintu Surga
Ada delapan pintu surga. Ada empat pintu yang disebut dalam satu hadits. Sisanya dilihat dari hadits-
hadits lainnya. Yaitu: (1) Pintu Shalat, (2) Pintu Sedekah, (3) Pintu Jihad, (4) Pintu Ar-Rayyan, (5)
Pintu Haji, (6) Pintu Al-Ayman, (7) Pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas. Pintu
sisanya adalah Pintu Dzikir, Pintu Ridha, atau Pintu Ilmu.
Tidak Ada yang Semisal Surga
Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ي لَ ُه ْم ِم ْن قُ هرةِ أ َ ْعي ٍُن َجزَ ا ًء بِ َما كَانُوا َي ْع َملُون‬ ُ ٌ ‫فَ َال ت َ ْعلَ ُم نَ ْف‬
َ ‫س َما أ ْخ ِف‬

“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan
bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)
Dalam hadits disebutkan,
،‫ت‬ ْ َ‫صا ِل ِحينَ َما الَ َعي ٌْن َرأ‬ ‫َّللاُ تَعَالَى أ َ ْعدَدْتُ ِل ِعبَادِى ال ه‬ ‫َع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ – رضى هللا عنه – َع ِن النهبِ ِى – صلى هللا عليه وسلم – « يَقُو ُل ه‬
‫ى لَ ُه ْم ِم ْن قُ هرةِ أَ ْعي ٍُن َجزَ ا ًء ِب َما‬ ُ ْ ُ ‫ َب ْلهَ َما أ‬، ‫ ذُ ْخ ًرا‬، ‫ب َبش ٍَر‬
ٌ ‫ ث ُ هم قَ َرأ َ ( فَالَ ت َ ْعلَ ُم نَ ْف‬. » ‫ط ِل ْعت ُ ْم َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ط َر َعلَى قَ ْل‬
َ َ‫ َوالَ خ‬، ‫ت‬ َ ‫َوالَ أُذ ُ ٌن‬
َ ‫س َما أ ْخ ِف‬ ْ ‫س ِم َع‬
) َ‫كَانُوا َي ْع َملُون‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak
pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak
manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti,
yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (QS. As-
Sajdah: 17)
Balasan ini diberikan bagi orang yang beramal sembunyi-sembunyi. Allah rahasiakan pula balasan
baginya dan dinampakkan dengan senyatanya pada hari kiamat. Al-Hasan Al-
Bashri rahimahullah berkata,
ِ ‫ط ْر َعلَى قَ ْل‬
‫ب بَش ٍَر‬ ُ ‫ َولَ ْم يَ ْخ‬، ‫أ َ ْخفَى قَ ْو ٌم َع َملَ ُه ْم فَأ َ ْخفَى هللاُ لَ ُه ْم َما لَ ْم ت ََر َعي ٌْن‬
“Suatu kaum ada yang menyembunyikan amalan mereka. Allah pun membalasnya dengan
menyembunyikan balasan untuk mereka yang tak pernah mereka pandang sebelumnya dan tak pernah
terbetik dalam benak.” (HR. Ibnu Abi Hatim, dinukil dari Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 145)

Delapan Pintu Surga yang Akan Dimasuki


Di surga ada delapan pintu surga. Salah satu pintu dinamakan Ar-Rayyan dan pintu ini khusus bagi
orang yang berpuasa. Dalam hadits disebutkan,
َ‫الريهانَ ال‬
‫س همى ه‬ َ ُ‫ فِي َها بَابٌ ي‬، ‫ب‬ ٍ ‫س ْع ٍد – رضى هللا عنه – َع ِن النهبِ ِى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل « فِى ْال َجنه ِة ث َ َما ِنيَةُ أَب َْوا‬ َ ‫س ْه ِل ب ِْن‬ َ ‫َع ْن‬
» َ‫صائِ ُمون‬ ‫َيدْ ُخلُهُ ِإاله ال ه‬
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga
memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang
hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 3257)
Pintu lainnya adalah pintu untuk orang-orang yang rajin mengerjakan shalat, pintu untuk yang rajin
bersedekah, pintu untuk para mujahid.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ‫ َو َم ْن َكان‬، ِ‫صالَة‬ ‫ب ال ه‬ ِ ‫ى ِم ْن بَا‬ َ ‫صالَةِ دُ ِع‬ ‫ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن أ َ ْه ِل ال ه‬. ‫ َهذَا َخي ٌْر‬، ِ‫َّللا‬ ‫ب ْال َجنه ِة يَا َع ْبدَ ه‬
ِ ‫ِى ِم ْن أَب َْوا‬
َ ‫َّللاِ نُود‬
‫سبِي ِل ه‬َ ‫َم ْن أ َ ْنفَقَ زَ ْو َجي ِْن فِى‬
‫صدَقَ ِة‬ ‫ب ال ه‬ ِ ‫ى ِم ْن َبا‬ ‫ َو َم ْن َكانَ ِم ْن أ َ ْه ِل ال ه‬، ‫هان‬
َ ‫صدَقَ ِة د ُ ِع‬ ِ ‫الري‬
‫ب ه‬ ِ ‫ى ِم ْن َبا‬ ِ ‫ َو َم ْن َكانَ ِم ْن أ َ ْه ِل‬، ‫ب ْال ِج َها ِد‬
َ ‫الص َي ِام د ُ ِع‬ َ ‫ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِج َها ِد د ُ ِع‬
ِ ‫ى ِم ْن َبا‬
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari
pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat
maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari
pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang
yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
‫ فَ َه ْل يُدْ َعى أَ َحدٌ ِم ْن‬، ٍ‫ورة‬ َ ‫ب ِم ْن‬
َ ‫ض ُر‬ ِ ‫ى ِم ْن تِ ْلكَ األَب َْوا‬ َ ‫ َما َعلَى َم ْن د ُ ِع‬، ِ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫فَقَا َل أَبُو بَ ْك ٍر – رضى هللا عنه – بِأَبِى أ َ ْنتَ َوأ ُ ِمى يَا َر‬
ِ ‫ِت ْلكَ األَب َْوا‬
» ‫ َوأ َ ْر ُجو أ َ ْن تَ ُكونَ ِم ْن ُه ْم‬. ‫ب ُك ِل َها قَا َل « َن َع ْم‬
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus Anda wahai
Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu.
Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk
golongan mereka.” (HR. Bukhari no. 1897, 3666 dan Muslim no. 1027)
Al-Qadhi menukil ucapan Al-Harawi ketika menerangkan makna ‘sepasang hartanya’: Ada yang
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘sepasang harta’ adalah dua ekor kuda, dua orang budak,
atau dua ekor unta. Ibnu ‘Arafah menyatakan segala sesuatu yang memiliki pasangan disebut
dengan zauj.
Sedangkan yang dimaksud dengan berinfak di jalan Allah dalam hadits ini mencakup berinfak untuk
segala bentuk amal kebaikan. Ada juga ulama yang menafsirkan, yang dimaksud adalah khusus jihad
saja. Namun memberlakukan secara umum seperti pendapat pertama itu lebih bagus. Demikian ucapan
dari Al-Qadhi ‘Iyadh. (Syarh Shahih Muslim, 6: 106)
Sedangkan pintu kelima adalah pintu Al-Ayman. Dari Abu Hurairah, dalam hadits tentang syafaat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan,
ِ ‫اس فِي َما ِس َوى ذَلِكَ ِمنَ األَب َْوا‬
‫ب‬ ِ ‫ش َركَا ُء النه‬ ُ ‫ب ْال َجنه ِة َو ُه ْم‬ ِ ‫اب َعلَ ْي ِه ِمنَ ْالبَا‬
ِ ‫ب األ َ ْي َم ِن ِم ْن أَب َْوا‬ َ ‫س‬َ ‫يَا ُم َح همد ُ أَد ِْخ ِل ْال َجنهةَ ِم ْن أ ُ همتِكَ َم ْن الَ ِح‬
“Wahai Muhammad, suruhlah umatmu (yaitu) orang-orang yang tidak dihisab untuk masuk ke dalam
surga melalui pintu Al-Ayman yang merupakan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan pintu-pintu
yang lain adalah pintu surga bagi semua orang.” (HR. Bukhari no. 3340, 3361, 4712 dan Muslim no.
194)
Nama pintu keenam adalah Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas (mudah menahan
amarah dan memaafkan orang lain) terdapat dalam hadits dari Rawh bin ‘Ubadah, dari Asy’ats, dari
Al-Hasan Al-Bashri secara mursal,
ْ ‫ِإ هن هللِ َبابا ً فِي ال َجنه ِة الَ َيدْ ُخلُهُ ِإاله َم ْن َعفَا َع ْن َم‬
‫ظلَ َم ٍة‬
“Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-
orang yang memaafkan kezaliman.” (Diriwayatkan oleh Ahmad. Lihat Fath Al-Bari, 7: 28).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Al-Qadhi berkata, pintu-pintu surga lainnya disebutkan dalam
hadits lain yaitu pintu taubat, pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas, Pintu Ridha.
Inilah jadinya ada tujuh pintu yang ada dalam berbagai hadits. Sedangkan 70.000 orang yang masuk
surga tanpa hisab akan masuk melalui pintu Al-Ayman. Itulah pintu kedelapan.” (Syarh Shahih Muslim,
7: 106-107)
Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, “Dalam hadits disebutkan ada empat pintu surga. Di awal-awal
bab jihad sudah diterangkan pula bahwa pintu surga itu ada delapan. Rukun Islam yang tersisa adalah
haji, tentu ada pintu khusus untuk orang yang berhaji. Itulah pintu kelima. Adapun tiga pintu lainnya,
ada di situ pintu Al-Kazhimina Al-Ghaizha wa Al-Afina ‘an An-Naas terdapat dalam riwayat Imam
Ahmad, dari Rawh bin ‘Ubadah dari Asy’ats, dari Al-Hasan Al-Bashri secara mursal, “Sesungguhnya
Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang
memaafkan kezaliman.”
Ada juga pintu Al-Ayman (pintu ketujuh), yaitu pintu orang yang bertawakkal pada Allah yang masuk
dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Adapun pintu kedelapan adalah Pintu Dzikir sebagaimana
yang diisyaratkan dalam riwayat Tirmidzi. Bisa jadi pula adalah Pintu Ilmu. Wallahu a’lam.” (Fath Al-
Bari, 7: 28)

Abu Bakar Dipanggil dari Delapan Pintu Surga


Abu Bakar adalah orang yang memiliki berbagai bentuk amal shalih dan ketaatan. Hal itu terbukti
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
‫صائِ ًما قَا َل أَبُو بَ ْك ٍر أَنَا قَا َل فَ َم ْن تَبِ َع ِم ْن ُك ْم ْاليَ ْو َم َجنَازَ ة ً قَا َل أَبُو بَ ْك ٍر أَنَا قَا َل فَ َم ْن‬
َ ‫صبَ َح ِم ْن ُك ْم ْاليَ ْو َم‬
ْ َ ‫سله َم َم ْن أ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ه‬
َ‫سل َم َما اجْ تَ َم ْعن‬َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ص لى ه‬ ‫ه‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ‫أ‬
ُ ‫ط َع َم ِم ْن ُك ْم اليَ ْو َم ِم ْس ِكينًا قَا َل أبُو َب ْك ٍر أنَا قَا َل فَ َم ْن َعادَ ِم ْن ُك ْم اليَ ْو َم َم ِريضًا قَا َل أبُو بَ ْك ٍر أنَا فَقَا َل َر‬
َ‫ئ إِ هال دَ َخ َل ْال َجنهة‬ٍ ‫فِي ا ْم ِر‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian
yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu
Bakar berkata, “Saya.”
Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”
Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.”
Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.”
Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada
diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim no. 1028).
Abu Bakar Al-Muzani berkomentar tentang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu,
: ‫ قَا َل‬، ‫ش ْيءٍ َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه‬
َ ِ‫ َولَ ِك ْن ب‬، ٍ‫صالَة‬ َ ِ‫سله َم – ب‬
َ َ‫ص ْو ٍم َوال‬ َ ‫صلهى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ – ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫اب َر‬ ْ َ ‫ي هللاُ َع ْنهُ – أ‬
َ ‫ص َح‬ ِ ‫َما فَاقَ أَب ُْو بَ ْك ٍر – َر‬
َ ‫ض‬
‫ص ْي َحةُ ِفي خ َْل ِق ِه‬ِ ‫ َوالنه‬، – ‫الهذِي َكانَ ِفي قَ ْل ِب ِه الحُبُّ هللِ – َع هز َو َج هل‬
“Tidaklah Abu Bakar itu melampaui para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (semata-
mata) karena (banyaknya) mengerjakan puasa atau shalat, akan tetapi karena iman yang bersemayam
di dalam hatinya.”
Mengomentari ucapan Al-Muzani tersebut, Ibnu ‘Aliyah mengatakan, “Sesuatu yang bersemayam di
dalam hatinya adalah rasa cinta kepada Allah ‘azza wa jalla dan sikap nasihat (ingin terus memberi
kebaikan) terhadap (sesama).” (Jami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam oleh Ibnu Rajab, 1: 225).
Semoga bermanfaat, semoga kita dimudahkan untuk memasuki pintu-pintu surga yang ada.
Wallahu waliyyut taufiq.

Anda mungkin juga menyukai