Anda di halaman 1dari 25

A.

Judul : Penerapan Model Pembelajaran PDEODESTAD


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif pada
Materi Pokok Gelombang Bunyi dan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri
1 Raha.
Bidang kajian : Fisika Pendidikan
B. Latar Belakang
Dalam pembelajaran Fisika, sering ditemui adanya kesulitan dalam
memahami konsep Fisika. Salah satu faktor penyebabnya ialah rendahnya
minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Fisika. Mereka
beranggapan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang
sulit dan membosankan karena banyaknya rumus. Faktor lain yang menjadi
penyebabnya adalah proses pembelajaran yang dilakukan kurang maksimal,
dimana sering ditemui adanya pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah (teacher center) tanpa memberi peluang
kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuan yang dimilikinya.
Hal ini diungkapkan oleh Azizah Rismatul (2015) bahwa keberhasilan proses
pembelajaran Fisika tergantung dari bagaimana cara seorang guru dalam
menangani masalah-masalah yang dihadapinya. Salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengubah metode
pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran Fisika lebih menyenangkan
sehingga membuat peserta didik termotivasi untuk mempelajari ilmu Fisika.
Gelombang Bunyi merupakan salah satu materi Fisika yang dianggap
sulit oleh peserta didik karena cakupan materinya lebih luas dan memiliki
banyak persamaan serta grafik (Sulistyarini, 2015). Kesulitan belajar atau
miskonsepsi terbesar peserta didik pada materi Gelombang Bunyi adalah pada
konsep Effek Doppler, dimana peserta didik berpikiran bahwa perubahan
frekuensi bunyi yang didengar oleh pengamat disebabkan oleh jaraknya dari
sumber bunyi, bukan karena gerak relatif antara pengamat dan sumber bunyi
(Elfani, 2013). Ada dua faktor yang menjadi penyebab peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami materi Gelombang Bunyi yaitu faktor

1
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu kurangnya minat atau
ketertarikan peserta didik dalam mempelajari materi Gelombang Bunyi
sedangkan faktor eksternalnya adalah kurangnya motivasi dari guru mata
pelajaran terkait materi Gelombang Bunyi serta dalam proses
pembelajarannya tidak diadakan eksperimen/observasi (Kallesta, 2017).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Raha
dengan guru mata pelajaran Fisika didapatkan beberapa informasi yang
menunjukkan bahwa ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru
diantaranya ialah pemahaman konsep Fisika yang dicapai peserta didik belum
optimal khususnya pada materi Gelombang Bunyi. Hal ini ditandai dengan
persentase nilai hasil belajar Fisika khususnya kelas XI MIA2 pada tahun
ajaran 2018/2019 pada materi Gelombang Bunyi dari jumlah 31 peserta didik
yang memenuhi nilai standar KKM hanya 29% sementara yang tidak
memenuhi standar KKM ada 71%. Permasalahan lainnya adalah aktivitas
belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Fisika masih kurang,
dimana ditandai dengan kurang aktifnya peserta didik dalam menjawab
pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dalam hal ini peran guru masih
dominan atau pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Hal ini
berdampak pada kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar Fisika
sehingga peserta didik cenderung pasif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika
tersebut, masih terdapat kesulitan belajar peserta didik dalam mempelajari
Fisika khususnya pada materi Gelombang Bunyi. Hal ini disebabkan karena
pada materi ini, guru hanya memberikan pembelajaran secara konvensional.
Akibatnya peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru dan kurang
aktif dalam pembelajaran sehingga berpengaruh pada rendahnya pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hal ini tentunya perlu
perhatian dari berbagai pihak khususnya guru mata pelajaran Fisika untuk
mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran

2
Fisika yaitu dengan menerapkan model pembelajaran PDEODESTAD
(Predict Discuss Explain Observe Discuss Explan Student Team Achievement
Division). Model pembelajaran PDEODESTAD ini merupakan model
pembelajaran kombinasi atau gabungan dari strategi pembelajaran PDEODE
dan model pembelajaran Kooperatif Learning Tipe STAD yang dapat
melibatkan peserta didik melakukan kegiatan belajar kelompok. Model
pembelajaran PDEODESTAD adalah model pendekatan konstruktivis dengan
pembelajaran kooperatif yang mendorong keterampilan berpikir kritis, dan
sangat efektif diimplementasikan dalam ceramah/proses belajar mengajar.
Model pembelajaran ini memiliki sebelas langkah diantaranya presentasi
kelas, prediksi, pembagian kelompok, diskusi, penjelasan, observasi, diskusi,
penjelasan, kuis/tes, penilaian dan hadiah. Model pembelajaran
PDEODESTAD ini sudah terbukti secara efektif dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam perkuliahan nutrisi dan kesehatan
bidang studi Biologi (Wulandari, 2017).
Berdasarkan pemaparan di atas, dipandang perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran PDEODESTAD
untuk Meningkatkan Hasil Belajar kognitif pada Materi Pokok
Gelombang Bunyi dan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
XI di SMA Negeri 1 Raha”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok
Gelombang Bunyi sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-test
hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas
eksperimen dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan

3
berpikir kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang
Bunyi?
3. Apakah nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada
nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi?
4. Apakah nilai rata-rata peningkatan N-gain hasil belajar dan keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan
daripada nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan gambaran hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok
Gelombang Bunyi sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.
2. Untuk menentukan signifikansi perbedaan antara nilai rata-rata pre-test
hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas
eksperimen dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang
Bunyi.
3. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata post-test hasil
belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen
dengan nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.
4. Untuk mengetahui signifikansi nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dengan nilai
rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik
kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.

4
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, diantaranya sebagai berikut.
1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat mengalami perubahan paradigma
tentang belajar sehingga memunculkan semangat dalam dirinya yang
berakibat pada pencapaian hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
yang optimal.
2. Bagi guru, dapat membuka wawasan bahwa dalam proses pembelajaran
bisa menggunakan gabungan antara model dan strategi pembelajaran
untuk mencapai keefektifan suatu proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam melakukan perbaikan-perbaikan
model atau metode pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran
karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran serta
guru.
4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.

F. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran PDEODESTAD
2. Hasil belajar kognitif
3. Keterampilan berpikir kritis

G. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Pembelajaran PDEODE
Strategi pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-
Observe-Discuss-Explain) merupakan strategi pembelajaran yang
berlandaskan atas teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lamadan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidan
sesuai (Sri, dkk dalam Trianto, 2007).

5
Strategi pembelajaran PDEODE terdiri atas enam tahapan
diantaranya sebagai berikut.
a. Tahap Memprediksi (Prediction)
Pada tahap ini, guru menyajikan suatu fenomena atau peristiwa fisika
kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan secara individu untuk
menduga apa yang terjadi pada fenomena atau peristiwa fisika tersebut
dan memberikan alasan yang mendukung dugaan yang telah mereka
buat.
b. Tahap Diskusi I (Discuss I)
Pada tahap ini siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya untuk
bertukar gagasan mereka masing-masing dan mempertimbangkan
dugaan tersebut sehingga mendapatkan kesepakatan akhir.
c. Tahap Menjelaskan I (Explain I)
Siswa dari setiap kelompok diminta untuk menjelaskan alasan dugaan
tersebut kepada kelompok lain melalui diskusi kelas. Setelah itu, para
siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk melakukan
kegiatan hand-on dan secara individu mencatat hasil pengamatan yang
telah mereka lakukan.
d. Tahap Observasi (Observe)
Siswa mengamati perubahan yang terjadi pada fenomena tersebut dan
guru membimbing siswa untuk megamati kejadian yang nyata dan
sesuai dengan konsep-konsep yang ada.
e. Tahap Diskusi II (Discuss II)
Siswa diminta untuk mendikusikan kembali prediksi mereka dengan
hasil observasi pada tahap sebelumnya. Disini siswa diminta untuk
menganalisis, membandingkan, membedakan, dan mengkritik teman
kelas mereka di dalam kelompok.
f. Tahap Menjelaskan II (Explain II)
Siswa menghadapi semua ketidaksesuaian antara hasil observasi dan
prediksi mereka. Dengan melakukan hal tersebut siswa dapat

6
menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang mungkin ada pada
pemahaman mereka (Costu, 2008).
2. Model Pembelajaran Cooperative Leaening tipe STAD
Pembelajaran Cooperative tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) merupakan salah satu tipe dari teknik pembelajaran
kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil. Jumlah anggota
dibatasi sekitar empat hingga lima orang secara heterogen. Teknik ini
diawali dengan penyampaian tujuan dan materi pembelajaran,
kegiatan/diskusi kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Sementara
itu, Slavin dalam Nur menyatakan bahwa pada teknik pembelajaran
STAD, para peserta didik ditempatkan di dalam timbelajar beranggotakan
sekitar empat hingga lima orang menurut tingkat prestasi, jenis kelamin
dan suku yang beraneka ragam. Guru menyajikan pelajaran, kemudian
bekerja di dalam kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota
telah menguasai pelajaran tersebut (Trianto, 2007).
STAD merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif paling
sederhana dan merupakan model terbaik bagi para guru yang baru mulai
menggunakan pendekatan kooperatif. Teknik STAD menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok berkisar
empat sampai lima peserta didik. Dalam hal ini, tingkat kemampuan, jenis
kelamin dan latar belakang etnis mereka berbeda-beda. Guru
menyampaikan pembelajaran, lalu mereka bekerja di dalam tim untuk
memastikan bahwa semua anggota telah menguasai pelajaran. Selanjutnya
mereka diharuskan mengerjakan kuis mengenai materi pelajaran secara
mandiri.
Teknik pembelajaran STAD terdiri atas beberapa komponen
utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, serta
rekognisi tim. Komponen-komponen dalam teknik pembelajaran STAD
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Presentasi Kelas

7
Meteri dalam STAD pertama kali diperkenalkan dalam presentasi di
kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti diskusi pelajaran
yang dipimpin oleh guru atau bisa juga dengan memasukan presentasi
audiovisual. Berbeda dengan pengajaran biasa, presentasi kelas harus
benar-benar fokur pada unit STAD. Dengan cara demikian, para siswa
akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memperhatikan
presentasi kelas karena dapat membantu dalam mengerjakan kuis-kuis.
Skor kuis yang mereka hasilkan akan sangat menentukan skor tim
mereka secara keseluruhan.
b. Tim
Tim atau kelompok pada teknik pembelajaran STAD terdiri atas empat
hingga lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam kinerja
akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah
tim adalah memastikan bahwa semua siswa benar-benar belajar untuk
mempersiapkan anggota agar bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari
lembar kegiatan dan mengoreksi setiap kesalahan pemahaman apabila
ada anggota tim yang berbuat salah.
c. Kuis
Sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
memberikan waktu untuk melakukan praktik tim, para siswa akan
mengerjakan kuis secara individual dan tidak diperbolehkan untuk
saling membantu. Hal ini berarti bahwa setiap siswa bertanggung
jawab secara individual untuk memahami materi pelajaran.
d. Skor Kemajuan Individual
Skor kemajuan individual dimaksudkan untuk memberitahukan kepada
para siswa mengenai tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat. Para siswa dapat memberikan kontribusi poin
maksimal kepada tim dalam skor ini dengan usaha yang terbaik.
Mereka diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja
sebelumnyadalam mengerjakan kuis yang sama. Selanjutnya, mereka

8
akan mengumpulkan poin untuk tim sendiri berdasarkan tingkat
kenaikan skor kuis.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan apabila
skor rata-rata mencapai kriteria tertentu. Skor tim juga dapat
digunakan untuk menentukan sekitar 20% dari peringkat mereka
(Jamal, 2016)
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru
Langkah 1 Menyampaikan Guru menyampaikan semua tujuan
tujuan danpembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa memotivasi siswa untuk belajar.
Langkah 2 Menyajikan Guru menyampaikan informasi
informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Langkah 3 Mengorganisasikan Guru mejelaskan kepada siswa
siswa ke dalam bagaimana caranya membentuk
kelompok- kelompok belajar dan membantu
kelompok belajar setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
Langkah 4 Membimbing Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Langkah 6 Memberikan Guru mencari cara untuk
Penghargaan menghargai hak upaya maupun hasil
bejar individu dan kelompok.

3. Model Pembelajaran PDEODESTAD


a. Pengertian Model Pembelajaran PDEODESTAD
Model pembelajaran PDEODESTAD (Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explan Student Team Achievement Division) adalah

9
model pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan kegiatan
belajar kelompok dan belajar mandiri dalam kelompok. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran gabungan antara
strategi pembelajaran PDEODE dan model pembelajaran STAD yang
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana yang menekankan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi
pelajaran, untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini
memiliki sebelas langkah diantaranya adalah presentasi kelas, prediksi,
pembagian kelompok, diskusi, penjelasan, observasi, diskusi,
penjelasan, kuis/tes, penilaian, dan hadiah (Wulandari, 2017).
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran PDEODESTAD
1) Presentasi Kelas (Class Presentation)
Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran di dalam
kelasagar peserta didik dapat mengembangkan materi lebih luas.
2) Prediksi (Predictions)
Guru menyajikan suatu fenomena atau peristiwa fisika kepada
peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan secara individu
untuk menduga apa yang terjadi pada fenomena atau peristiwa
fisika tersebut dan memberikan alasan yang mendukung dugaan
yang telah mereka buat.
3) Pembagian Kelompok (Group Divisions)
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok secara
heterogen agar setiap anggota kelompok bisa saling memberi
penjelasan kepada temannya yang belum mengerti. Masing-masing
kelompok berjumlah 4 sampai 5 orang.
4) Diskusi I (Discussion I)
Pada tahap ini peserta didik melakukan diskusi dengan
kelompoknya untuk bertukar gagasan mereka masing-masing dan
mempertimbangkan dugaan tersebut sehingga mendapatkan
kesepakatan akhir.

10
5) Penjelasan I (Explanation I)
Peserta didik dari setiap kelompok diminta untuk menjelaskan
alasan dugaan tersebut kepada kelompok lain melalui diskusi
kelas. Setelah itu, para peserta didik bekerja dalam kelompoknya
masing-masing untuk melakukan kegiatan hand-on dan secara
individu mencatat hasil pengamatan yang telah mereka lakukan.
6) Observasi (Observation)
Peserta didik mengamati perubahan yang terjadi pada fenomena
tersebut dan guru membimbing peserta didik untuk megamati
kejadian yang nyata dan sesuai dengan konsep-konsep yang ada.
7) Diskusi II (Discussion II)
Peserta didik diminta untuk mendikusikan kembali prediksi
mereka dengan hasil observasi pada tahap sebelumnya. Disini
siswa diminta untuk menganalisis, membandingkan, membedakan,
dan mengkritik teman kelas mereka di dalam kelompok.
8) Penjelasan II (Explanation II)
Peserta didik menghadapi semua ketidaksesuaian antara hasil
observasi dan prediksi mereka. Dengan melakukan hal tersebut
peserta didik dapat menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang
mungkin ada pada pemahaman mereka
9) Kuis/tes (Quizzes/tests)
Kuis diberikan kepada masing-masing peserta didik untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang materi atau
kegiatan kelompok yang sedang berlangsung. Hasil dari tes ini
disumbangkan sebagai nilai kelompok.
10) Penilaian (Assessments)
Penilaian akan diberikan kepada peserta didik secara individu dan
kelompok. Untuk penilaian kelompok akan diberikan berdasarkan
jumlah perolehan nilai seluruh anggota kelompok. Sedangkan
penilaian individu akan diberikan berdasarkan jumlah perolehan
nilai setiap peserta didik.

11
11) Hadiah (Reward)
Selama proses diskusi, aktivitas peserta didik dihargai oleh guru
dan kemudian diberi penghargaan sesuai prestasinya. Penghargaan
dari guru berupa bingkisan hadiah dan diumumkan sesudah proses
belajar mengajar selesai, sehingga peserta didik termotivasi.
Penghargaan kelompok dihitung dengan menghitung skor individu
tim yang disebut poin kemajuan. Peserta didik mengumpulkan
poin untuk timnya berdasarkan tingkat dimana skor tugas individu
peserta didik melampaui skor awal. Adapun skor kemajuannya
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Ketentuan Poin Kemajuan Peserta Didik
Skor Nilai Individu Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
10 – 1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
(Maryati dalam Slavin, 2011)
4. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi
hasil belajar peserta didik yang diharapkan, diperlukan tujuan yang
bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang dapat
dikerjakan dan diukur. Tujuan ini berkaitan dengan sifat secara
operasional dan tujuan pembelajaran khusus (Subiyanto, 1986).
Benyamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke
dalam tiga katergori yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek
penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan dan penghayatan. Ranah
psikomotorik mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik atau
motorik yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

12
kemampuan konseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif
dan interperatif.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi Anderson dan
Krathwohl (2001) terdiri atas 6 kategori yaitu: 1) mengingat yaitu
mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang meliputi mengenali
dan mengingat kembali; 2) memahami yaitu mengonstruksi makna dari
materi pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar
oleh guru meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan; 3)
mengaplikasikan yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu meliputi mengeksekusi dan
mengimplementasikan; 3) menganalisis yaitu memecah-mecah materi jadi
bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar
bagian itu dan hubungan antar bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan
struktur atau tujuan meliputi membedakan, mengorganisasi dan
mengatribusikan; 5) mengevaluasi yaitu mengambil keputusan
berdasarkan kriteria atau standar meliputi memeriksa dan mengkritik; dan
6) mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
meliputi merumuskan, merencanakan dan memproduksi.
5. Keterampilan Berpikir Kritis
a. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan memberi
alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan
secara sistematis serta memutuskan keyakinan. Menurut Surya (2015)
berpikir kritis merupakan salah satu strategi kognitif dalam pemecahan
masalah yang lebih kompleks dan menuntut pola yang lebih tinggi.
Berfikir kritis lebih banyak berada dalam otak kiri dengan fokus pada
menganalisis dan mengembangkan berbagai kemungkinan dari
masalah yang dihadapi. Dalam hal ini peserta didik dapat dirangsang
kemampuan berpikir kritisnya dengan memecahkan masalah.

13
Menurut Ennis (1996) dalam Husnidar (2014) berpikir kritis
adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan
yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini
atau melakukan sesuatu. Dengan demikian berpikir kritis
mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya
memungkinkan peserta didik secara aktif membuat keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu indikator dari berpikir
tingkat tinggi, istilah berpikir kritis (critical thinking) sering disama
artikan dengan berpikir konvergen, berpikir logis (logical thinking)
dan reasoning. Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik,
merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir
dengan baik. Berpikir kritis digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi
dan melakukan penelitian secara ilmiah (Alwasilah, 2010).
b. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Angelo dalam Achmad (2007) mengidentifikasi lima
indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.
1) Keterampilan menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan
sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut.
2) Keterampilan mensintesis
Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan
bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan baru.
Pertanyaan sintesis menurut pembaca untuk menyatupadankan
semua informasi yang dipeoleh dari materi bacaanya, sehingga
dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara
eksplisit di dalam bacaanya.
3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada
beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca

14
untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan
membaca selesai peserta didik mampu menangkap beberapa
pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep.
Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami
dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan.
4) Keterampilan menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar
sampai kepada suatu formula bar, yaitu sebuah kesimpulan. Proses
pemikiran manusia itu sendiri dapat menempuh dua cara, yatu:
deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses
berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa
untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang
baru.
5) Keterampilan mengevaluasi atau menilai
Ketrampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam
menentukan sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.
Keterampilan menilai yaitu kemampuan untuk memberikan
penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar
tertentu. Dapat disimpulkan keterampilan menilai yaitu
kemampuan untuk memberikan penilaian dengan berbagai kriteria
yang ada.
H. Penelitian yang Releven
Sejumlah penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tabitha Sri Hartati Wulandari, Mohamad
Amin, Siti Zubaidah, Mimien Henie IAM tahun 2017 dengan judul
“Students’ Critical Improvement Through PDEODE and STAD
Combination in The Nutriton and Health Lecture” menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran PDEODESTAD di Jurusan Pendidikan
Biolologi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Jawa Timur, Indonesia

15
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dengan nilai
signifikansinya 0,000 (p <0,05) dan skor gain adalah 0,58.
I. Hipotesis
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-test hasil
belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan
nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.
2. Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada nilai
rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.
3. Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas eksperimen lebih baik secara signifikan nilai rata-rata N-gain
hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas kontrol
pada materi pokok Gelombang Bunyi.
J. Metodeologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi eksperimen, yaitu
suatu bentuk penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan
mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan
terhadap variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul
bersamaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA2 dan MIA3
SMA Negeri 1 Raha semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Kelas XI
MIA2 berjumlah 32 orang terdiri dari 22 orang perempuan dan 10 orang
laki-laki. Kelas XI MIA3 berjumlah 34 orang terdiri dari 22 orang
perempuan dan 12 orang laki-laki.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Januari-Februari
2020, semester genap tahun pelajaran 2019/2020 di SMA Negeri 1 Raha.

16
4. Faktor yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Faktor peserta didik: untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif
dan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran
fisika pada materi pokok gelombang bunyi.
b. Faktor guru: untuk melihat bagaimana guru mempersiapkan materi dan
bagaimana teknik yang digunakan dalam menerapkan model
pembelajaran PDEODESTAD.
5. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest kelompok
ekuivalen yang telah diadaptasi (Fraenkel dan Norman E. Wallen (2009).
Selengkapnya disajikan sebagai berikut.
E R O1 X O2
K R O3 Y O4
Keterangan: E = kelas eksperimen
K = kelas control
O1 = tes awal (pre-test) kelas eksperimen
O2 = tes akhir (post-test) kelas eksperimen
O3 = tes awal (pre-test) kelas kontrol
O4 = tes akhir (post-test) kelas kontrol
X = perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan
menerapkan model pembelajaran generatif menggunakan alat
peraga
Y = perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan menerapkan
model pembelajaran generatif tanpa alat peraga
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes
hasil belajar ranah kognitif dan tes keterampilan berpikir kritis. Bentuk
soal tes yang digunakan adalah berbentuk essay. Dalam penelitian ini, tes
dilaksanakan dua kali yaitu pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir).
7. Instrumen Penelitian

17
a. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
b. Tes Hasil Belajar Kognitif
c. Lembar Observasi
8. Teknik Analisis Data
Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknik analisis
statistik yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
a. Analisis Statistik Deskriptif
1) Menentukan Hasil Belajar Kognitif
a) Mengonversi skor ke nilai
Usman dan Setiawati (2001) menuliskan bahwa
mengkonversi skor ke nilai dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Spi
Xi   100
Sm
Keterangan:
Xi = Nilai yang diperoleh peserta didik ke-i
Spi = Skor yang diperoleh peserta didik ke-i
Sm = Skor maksimum
b) Menentukan nilai rata-rata hasil belajar dan standar deviasi
peserta didik  X 
Sudjana (2002) menuliskan bahwa nilai rata-rata dan
standar deviasi peserta didik ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
n

X i
X  i 1

 X  X
n
2
i
S i 1

N 1
Keterangan:
S = Standar deviasi

18
X = Rata-rata nilai hasil belajar
Xi = Nilai setiap harga X
N = Jumlah Sampel
c) Menentukan Nilai N-Gain atau Peningkatan Hasil Belajar
N-Gain adalah selisih antara nilai post-test dan pre-test. N-
Gain menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah
pengetahuan siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru.
S𝑝𝑜𝑠𝑡 − S𝑝𝑟𝑒
N-Gain= (Duda, 2010)
S𝑚𝑎𝑥 −S𝑝𝑟𝑒

Keterangan :
Spost = Skor post-test,
Spre = Skor pre-test, dan
Smax = Skor maks. yang mungkin dapat diperoleh siswa.
Dengan kriteria nilai N-Gain sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kriteria N-gain Ternormalisasi (𝑁−𝐺𝑎𝑖𝑛 )
Perolehan 𝐍𝐆𝐚𝐢𝐧 Kriteria
NGain > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ NGain ≤ 0,70 Sedang
NGain < 0,30 Rendah

2) Menentukan Keterampilan Berpikir Kritis


Suharismi (2002) menuliskan bahwa menghitung
presentase keterampilan berpikir kritis peserta didik digunakan
rumus sebagai berikut.
S
P  100%
N
Keterangan:
P = Presentase skor
S = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
b. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji
hipotesis penelitian. Sebelum pengujian hipotesis, maka terlebih

19
dahulu dilakukan pengujian dasar-dasar analisis sebagai pedoman
untuk melakukan uji mana yang akan dipakai. Pengujian dasar-dasar
analisis yang digunakan terdiri atas pengujian normalitas data dan
homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Sementara itu, uji homogenitas data dilakukan
untuk menentukan apakah data hasil penelitian mempunyai varians
yang homogen atau tidak.
9. Uji Hipotesis
a. Hipotesis I
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-
test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas
eksperimen dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok
Gelombang Bunyi
Secara statistik dirumuskan:
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
`Dengan:
Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-
test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik
kelas eksperimen dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas kontrol.
H1 = ada perbedaaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-test
hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas
eksperimen dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas kontrol.
µ1 = nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen
µ2 = nilai rata-rata pre-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas control

20
Kriteria pengujian: terima H0 jika:  t (1 1
 );( db )
 t hit  t (1 1  );( db)
2 2

dimana t1  diperoleh dari daftar distribusi t dengan db  n1  n2  2


1
2

, untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.


b. Hipotesis II
Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih baik secara signifikan
daripada nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.
Secara statistik dapat dituliskan:
Ho : µ1 ≤ µ2
H1: µ1> µ2
Dengan:
Ho = Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih rendah atau sama
dengan rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas kontrol.
H1 = Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata
rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas kontrol.
µ1 = Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen
µ2 = Nilai rata-rata post-test hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol.
c. Hipotesis III
Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih baik secara signifikan
daripada nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol pada materi pokok Gelombang Bunyi.
Secara statistik dapat dituliskan:

21
Ho : µg1≤ µg2
H1: µg1> µg2
Dengan:
Ho = Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik pada kelas eksperimen lebih rendah atau
sama dengan nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada kelas kontrol
H1 = Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai
rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas kontrol
µg1 = Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas eksperimen
µg2 = Nilai rata-rata N-gain hasil belajar dan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas kontrol
Bila kedua pengujian prasyarat tersebut telah dilakukan, maka
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata atau statistik uji-t.
Jika varians populasi homogen, maka uji-t yang digunakan dengan
rumus sebagai berikut.
X1  X 2
t hit  (Sudjana, 2002)
 1 1 
S gab  
 n1 n2 

Keterangan:
𝑋̅1 = nilai rata-rata skor kelompok atas
𝑋̅2 =nilai rata-rata skor kelompok bawah
𝑛1 =banyaknya data kelompok atas
𝑛2 = banyaknya data kelompok bawah
Sgab= standar deviasi gabungan

Sgab adalah standar deviasi gabungan yang ditentukan dengan rumus

22
(n1  1) S12  (n 2  1) S 22
Sgab = (Sudjana, 2002)
n1  n2  2

Dengan  1 dan  2 berturut-turut adalah rata-rata hasil belajar dan


keterampilan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model
pembelajaran PDEODESTAD dan hasil belajar dan keterampilan
berpikir kritis peserta didik yang diajar secara langsung.
Kriteria pengujian: terima H0 jika: t hit  t (1 );( db) , dimana t1 diperoleh

dari daftar distribusi t dengan db  n1  n2  2 , untuk harga-harga t


lainnya H0 ditolak.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Syarifah. 2013. Pengaruh Ingatan dan Kemampuan Berpikir Kritis
Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika di MA
Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan Fisika.
Vol. 1, No. 1. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makassar.
Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxomony of Educational objectives.
New York. Addison Wesley Longman.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta:
DIVA Press.
Azizah, Rismatul dkk. 2015. Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa
SMA. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). Vol.5, No.2. p-
ISSN: 2087-9946, e-ISSN: 2477-1775. Universitas Negeri Malang.
Malang.
Costu, Bayram. 2008. Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy:
Helping Students Make Sense of Everyday Situation. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. 4(1),3-9.
Elfani, Rico dkk. 2013. Profil Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMK pada Materi
Gelombang Bunyi Berdasarkan Hasil Three-Tier Test. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.
Fatimah, Sri Wulan Siti dkk. 2015. Pengaruh Stategi PDEODE (Predict-Discuss-
Explain-Observe-Discuss-Explain) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa
pada Materi Organisasi Kehidupan. Jurnal Program Studi Pendidikan
Biologi. Vol.5, No.1. ISSN: 2338-7173. Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Jati. Bandung.
File.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._FISIKA/IKA_MUSTIKA_SARI/EVALUA
SI_PENDIDIKAN/BAHAN_AJAR_%28MINGGU_KE_3%29_TAKSO
NOMI_BLOOM.pdf
Fraenkel, Jack R dan Norman E. Wallen. 2009. How to Design and Evaluate
Research in Education 8th Edition. McGraw-Hill. New York.

24
Kallesta, Karmila Suhaida dan Muhammad Erfan. 2017. Analisis Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar IPA Fisika pada Materi Bunyi. Jurnal
Pendidikan Fisika. Vol. 1, No. 1. Universitas Samawa. Sumbawa Besar.
Maryati. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Mata Diklat Kewirausahaan Siswa Jurusan Tata Busana SMKN 4
Jogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Sulistyarini, Ermawati. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Materi
Gelombang Bunyi Berbasis Interactive PDF. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wulandari, Tabitha Sri Hartati dkk. 2017. Students’ Critical Improvement
Through PDEODE and STAD Combination in The Nutriton and Health
Lecture. International Journal of Evaluation and Research in Education
(IJERE). Vol.6, No.2, pp. 110-117. ISSN: 2252-8822. State University of
Malang. Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai