Anda di halaman 1dari 14

MEROKOK

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Perilaku

Kesehatan

DISUSUN OLEH

NELIS WAHYUNI (161040500076)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA

TANGERANG SELATAN

2017
1. PENDAHULUAN

Dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak dapat di pisahkan dari pengguna

rokok. Hampir setiap orang di dunia mengenalnya. Beberapa orang menganggap,

mengkonsumsi rokok merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan

sehari-hari. Di dalam kenikmatan sebatang rokok, tersimpan juga bahaya yang begitu

besar.

Banyak zat kimia yang sangat berbahaya yang terkandung dalam sebatang

rokok. Lebih dari 1000 jenis bahan kimia yang berbahaya terkandung di dalamnya.

Meskipun masyarakat mengetahuinya, tak sedikit dari mereka yang mengabaikan

bahaya tersebut.

Dampak dari rokok itu sendiri tidak hanya orang yang menghisap secara

langsung rokok tersebut. Namun juga orang di sekitarnya yang juga menghirup udara

di sekitar perokok tersebut, atau disebut perokok pasif. Akibatnya, kerugian yang di

akibatkan asap rokok tersebut hampir tidak di ketahui oleh perokok pasif tersebut.

Akibatnya, banyak orang tidak bersalah yang merasakan dampak negatif dari rokok

tersebut.

2. ISI

Merokok

Informasi perilaku penggunaan tembakau dalam Riskesdas tahun 2013 dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan tembakau

dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang ditimbulkan akibat

merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda. Perokok hisap

2
menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya, sedangkan

mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri. Berdasarkan tabel

3.10.2 rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3 persen. Proporsi

perokok saat ini terbanyak di Kepulauan Riau dengan perokok setiap hari 27,2

persen dan kadang-kadang merokok 3,5 persen.

3
Tabel 3.10.2

Proporsi penduduk umur ≥10 tahun menurut kebiasaan merokok dan provinsi,

Indonesia 2013

4
Tabel 3.10.3 menunjukkan proporsi penduduk umur ≥10 tahun menurut

karakteristik. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun

sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun 32,2 persen, sedangkan proporsi perokok

setiap hari pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5%

banding 1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah proporsi

perokok aktif setiap hari yang terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan

lainnya. Proporsi perokok setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks

kepemilikan yang lebih tinggi.

5
Tabel 3.10.3

Proporsi penduduk umur ≥10 tahun menurut kebiasaan merokok dan karakteristik,

Indonesia 2013

6
Dari tabel 3.10.4 tampak bahwa rerata batang rokok yang dihisap per hari per

orang di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Jumlah rerata batang

rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 batang) dan di Riau

(16-17 batang).

7
Tabel 3.10.4

Rerata jumlah batang rokok yang dihisap penduduk umur ≥10 tahun

menurut provinsi, Indonesia 2013

8
Tabel 3.10.5

Proporsi penduduk umur ≥10 tahun yang mempunyai kebiasaan mengunyah

tembakau menurut provinsi, Indonesia, 2013

Tabel 3.10.5 menjelaskan proporsi penduduk umur ≥10 tahun yang

mempunyai kebiasaan mengunyah tembakau menurut provinsi. Terlihat kebiasaan

9
mengunyah tembakau atau smokeless setiap hari di Indonesia sebesar 2,5 persen,

sedangkan proporsi pengunyah tembakau terkadang sebesar 1,6 persen. Proporsi

tertinggi pengunyah tembakau setiap hari yang berada diatas proporsi nasional

adalah Nusa Tenggara Timur (17,7%), Papua Barat (11,4%), Maluku utara (7,1%),

Papua (6,7%) dan Maluku (5,7%).

Untuk melihat kecenderungan perokok 2007, 2010, dan 2013 ditampilkan

pada gambar 3.10.3 data gabungan perokok hisap dan kunyah tembakau pada

kelompok umur ≥15 tahun. Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan

mengunyah tembakau cenderung meningkat, berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar

34,2 persen, Riskesdas 2010 sebesar 34,7 persen dan Riskesdas 2013 menjadi 36,3

pesen. Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah di Nusa Tenggara Timur (55,6%).

Gambar 3.10.3

10
Kecenderungan proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang mempunyai kebiasaan

menghisap dan mengunyah tembakau menurut provinsi, Indonesia 2007, 2010 dan

2013

Di Indonesia, analisis survei penggunaan tembakau nasional yang

memisahkan tembakau hisap dan tembakau kunyah, selain Riskesdas juga dilakukan

oleh Global Adults Tobacco Survey (GATS).

Gambar 3.10.4 menunjukkan proporsi penduduk umur ≥15 tahun dari 2

survei tersebut, hasil GATS 2011 dan Riskesdas 2013. Tampak proporsi perokok

laki-laki 67,0 persen tahun 2011, menjadi 64,9 persen tahun 2013. Demikian halnya

dengan perokok perempuan yang menurut GATS adalah 2,7 persen tahun 2011 dan

2,1 persen menurut Riskesdas 2013.

Gambar 3.10.4

11
Kecenderungan proporsi perokok umur≥15 tahun berdasarkan hasil survei GATS

tahun 2011 dan Riskesdas 2013

Gambar 3.10.5 menunjukkan proporsi penduduk mengunyah tembakau

menurut jenis kelamin dari data GATS 2011 dan Riskesdas 2013. Proporsi

mengunyah tembakau cenderung sedikit meningkat pada Riskesdas 2013

dibandingkan hasil GATS 2011. Tahun 2011 proporsi mengunyah tembakau pada

laki-laki adalah 1,5 persen dan pada perempuan sebesar 2,7 persen, sementara

menurut Riskesdas 2013 proporsi laki-laki sebesar 3,9 persen dan 4,8 persen pada

perempuan.

Gambar 3.10.5

Kecenderungan proporsi penduduk umur ≥15 tahun mengunyah tembakau

berdasarkan GATS 2011 dan Riskesdas 2013

12
3. KESIMPULAN

Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan

dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3

persen tahun 2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih

menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan 1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9

persen perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3 persen pada kelompok kuintil

indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap

adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta

dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang).

13
DAFTAR PUSTAKA

www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai