KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN
NOMOR : 445/070.3/11/2017
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan : di Tidore
Pada Tanggal : 2 Juli 2017
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya,
buku Panduan Pelayanan Pasien Terminal di RSD Kota Tidore Kepulauan dapat diselesaikan.
Hadirnya buku ini diharapkan dapat menjadi acuan pelayanan yang memberi perhatian
terhadap kenyamanan dan martabat pasien, sehingga dapat mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
Buku panduan ini disusun sesuai kriteria akreditasi rumah sakit versi kementerian
kesehatan tahun 2012, dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan RSD Kota Tidore
Kepulauan. Kesepahaman yang telah tercapai saat menyusun panduan ini akan menjadi modal
utama dalam penatalaksanaan pasien terminal di RSD Kota Tidore Kepulauan.
Diharapkan dengan adanya buku panduan ini di RSD Kota Tidore Kepulauan, akan
menjadi acuan prosedur pelayanan tindakan kedokteran dan keperawatan serta dapat
tersosialisasi dan dilaksanakan oleh semua unit kerja terkait di RSD Kota Tidore Kepulauan.
Melalui kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan
buku panduan ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I DEFINISI 1
BAB IV DOKUMENTASI 7
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
BAB I
DEFENISI
1. Penanggulangan penderita gawat darurat suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk
mencegah kematian maupun kecacatan, berasal dari istilah criticall ill patient (pasien
kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).
2. Penderita gawat darurat penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya, contoh AMI, Fraktur Terbuka, Trauma Kepala.
3. Penderita gawat tidak darurat, penderita yang memerlukan pertolongan segera tetapi tidak
terancam jiwanya/menimbulkan kecacatan bila tidak mendapatkan pertolongan segera,
misalnya kangker stadium lanjut.
4. Penderita darurat tidak gawat, penderita akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
5. Pasien gawat tidak darurat, penderita yang menderita penyakit yang tidak mengancam
jiwa/kecacatan, misalnya pasien dengan DM terkontrol, flu, magh dan sebainya.
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATALAKSANA
1. Triage
Tindakan memilah-milah korban sesuai tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas
tindakan, pembagian golongan pada musibah masal/bencana
a. Gawat darurat (Merah) : kelompok yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Gawat darurat (Putih) : kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kangker stadium lanjut.
c. Tidak gawat darurat (Kuning) : kelompok pasien yang akibat musibah datang secara tiba-
tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
d. Tidak gawat tidak darurat (Hijau) kelompok pasien yang tidak luka dan tidak memerlukan
intervensi medik.
e. Meninggal (Hitam)
2. Penanganan Pasien
Melakukan Primary survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostic kemudian dilanjutkan
dengan secondary survey.
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan managemen
sevara terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari
Primary survey adalah untuk mengindentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah
yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada Primary survey antara lain
(Fulde; 2009) :
a. Airway maintenance dengan cervical spine protection
b. Breathing dan oksiygenation
c. Circulation dna control perdarahan eksternal
d. Disability-pemeriksaan neurologis singkat
e. Exposure dengan control lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan dilakukan pada Primary survey bahwa setiap langkah harus
dilakukan dengan urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan apabila
langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat
melakukan tugas sesuai dengan urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah
dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation dll. Sehingga akan sepenuhnya
menyadari mengenai waktu dalam keterlibatan mereka (American college of surgeon, 1997).
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
Primary survey harus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen.
Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah kemudian diikuti
oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan
AIR (Assesment, Intervention, Reassesment).
a. General Impression
1) Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum
2) Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
3) Menentukan status mental dan orientasi (waktu,t empat, dan orang)
b. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan
mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas.
Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson,2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada, obstruksi jalan nafas paling sering
terjadi akibat obstruksi lidah pada kondisi tidak sadar (Wilkinson&skinner,2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway antara lain :
1) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas?
2) Tanda-tanda obstruksi jalan nafas pada pasien anatara lain :
Adanya snoring atau gurgling
Stidor atau suara nafas tidak normal
Agitasi (hypoksia)
Penggunaan otot bantu pernapasan/paradoxical chest movements.
Look and listen bukti adanya masalah pada saluran nafas bagian atas dan potensial
penyabab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi palsu
Trauma wajah
3) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
Lindungi tulang belakang dari Gerakan yang tidak perlu pada pasien yang beresiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alata untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
7) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi
sesuai kebutuhan.
d. Pengkajian Circularion
Shock didefeniskan sebagai tidak ada kuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hypovolemia adalah penyebab shock paling umum pada trauma. Diagnosis Shock
didasarkan pada temuan klinis : hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermia pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena
itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman
untuk mengasumsikan telah terjadi dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan pada rekam medis
Formulir insiden keselamatan pasien
Status rawat jalan
Status rawat inap
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
d. Pasien dengan kriteria tidak gawat tidak darurat dan tidak ada
riwayat penyakit kronik (false emergency) akan dialihkan ke
IRJ.
e. Pasien dengan kondisi Immediate Need ke Ruang Isolasi
Kriteria untuk kondisi Immediate Need
445/075.c.s/SPO-03/24/2017 - 3/2
Jl. Sultan Mansyur No 11
Telpn.(0921) 3161223-Tidore
3. Pelaksanaan auto/allo anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda
vital oleh perawat Instalasi Gawat Darurat.
4. Pemeriksaan fisik oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
5. Pemeriksaan penunjang diagnostic (bila diperlukan)
6. Bila diperlukan ruang perawatan High Care/ICU, petugas jaga
menghubungi ruang tersebut.
7. Pemberian therapi dan tindakan medik serta pendokumentasian
oleh dokter jaga/KSM terkait di lembar catatan terintegrasi dalam
rekam medis
8. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan pendokumentasian oleh
perawat Instalasi Gawat Darurat di lembar caatatan terintegrasi
dalam rekam medis.
9. Pencatatan pemakaian obat dan alat kesehatan di formulir
perincian pemakaian obat oleh perawat Instalasi Gawat Darurat.
10. Pembuatan slip tindakan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
dan KSM terkait, serta dibuatkan informed consent untuk
tindakan
11. Penginputan data oleh petugas data entry Instalasi Gawat Darurat
12. Penyelesaian pembayaran di kasir Instalasi Gawat Darurat.
13. Pemberian resep, penkes dan penjelasan, waktu dan tempat
control ke Instalasi Rawat Jalan oleh perawat Instalasi Gawat
Darurat.
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019
445/075.c.s/SPO-03/24/2017 - 3/3
Jl. Sultan Mansyur No 11
Telpn.(0921) 3161223-Tidore
e. Pengiriman pasien ke kamar operasi cito oleh perawat atau
dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
16. Bila pasien meninggal :
a. Pembuatan Surat Keterangan Kematian oleh dokter jaga
Instalasi Gawat Darurat.
b. Pengeriman jenazah oleh petugas IGD ke kamar jenazah dan
UNIT TERKAIT : melakukan serah terima dengan petugas kamar jenazah
1. Komite Medik
2. Komite Mutu dan Keselamatan pasien
3. Instalasi Gawat Darurat
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019