Anda di halaman 1dari 15

Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan

Nomor : 445/ 156/ 11/2019


Tanggal : 20 Juli 2019

PEMERINTAH KOTA TIDORE KEPULAUAN


RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN
Jl. Sultan Mansyur No. 11 Telp.(0921) 3161223 Fax. (0921) 3161107
Email : rsd_soasio80@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN
NOMOR : 445/070.3/11/2017
TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

DI RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan dan perlindungan keselamatan pasien dan keluarga
di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan, maka perlu
suatu panduan pelayanan pasien gawat darurat.

b. Bahwa dengan berlakunya Undang-undang RI no.44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit, maka panduan pelayanan pasien
gawat darurat di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan
perlu disesuaikan

c. Bahwa karena hal ini tersebut di atas, dipandang perlu


ditetapkan panduan pelayanan pasien gawat darurat.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Negara RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang
tentang pelayanan publik;
4. Undang-undang Negara RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
tentang praktek kedokteran;
5. Undang-undang Negara RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang
tentang hak asasi manusia;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1961 Tahun 2011
tentang keselamatan pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 290 Tahun 2008
tentang persetujuan tindakan medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2053 Tahun 2011
tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

PEMERINTAH KOTA TIDORE KEPULAUAN


RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN
Jl. Sultan Mansyur No. 11 Telp.(0921) 3161223 Fax. (0921) 3161107
Email : rsd_soasio80@yahoo.com

MEMUTUSKAN

Mentapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSD KOTA TIDORE KEPULAUAN


TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN PASIEN
GAWAT DARURAT

KESATU : Panduan pelayanan pasien gawat darurat ini menjadi acuan


prosedur pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

KEDUA : Panduan pelayanan pasien gawat darurat sebagaimana


tercantum dakam diktum kesatu, disosialisasikan untuk
dilaksanakan dan digunakan oleh unit kerja terkait.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan panduan pelayanan


pasien gawat darurat sebagaimana tercantum dalam ditum
kesatu dan kedua dilakukan oleh kepala unit terkait.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, maka akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : di Tidore
Pada Tanggal : 2 Juli 2017
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya,
buku Panduan Pelayanan Pasien Terminal di RSD Kota Tidore Kepulauan dapat diselesaikan.
Hadirnya buku ini diharapkan dapat menjadi acuan pelayanan yang memberi perhatian
terhadap kenyamanan dan martabat pasien, sehingga dapat mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.

Buku panduan ini disusun sesuai kriteria akreditasi rumah sakit versi kementerian
kesehatan tahun 2012, dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan RSD Kota Tidore
Kepulauan. Kesepahaman yang telah tercapai saat menyusun panduan ini akan menjadi modal
utama dalam penatalaksanaan pasien terminal di RSD Kota Tidore Kepulauan.

Diharapkan dengan adanya buku panduan ini di RSD Kota Tidore Kepulauan, akan
menjadi acuan prosedur pelayanan tindakan kedokteran dan keperawatan serta dapat
tersosialisasi dan dilaksanakan oleh semua unit kerja terkait di RSD Kota Tidore Kepulauan.

Melalui kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan
buku panduan ini.

Ditetapkan :di Tidore


Pada Tanggal : 2 Juli 2017
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I DEFINISI 1

BAB II RUANG LINGKUP 2

BAB III TATA LAKSANA 3

BAB IV DOKUMENTASI 7
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

BAB I
DEFENISI

1. Penanggulangan penderita gawat darurat suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk
mencegah kematian maupun kecacatan, berasal dari istilah criticall ill patient (pasien
kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).
2. Penderita gawat darurat penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya, contoh AMI, Fraktur Terbuka, Trauma Kepala.
3. Penderita gawat tidak darurat, penderita yang memerlukan pertolongan segera tetapi tidak
terancam jiwanya/menimbulkan kecacatan bila tidak mendapatkan pertolongan segera,
misalnya kangker stadium lanjut.
4. Penderita darurat tidak gawat, penderita akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
5. Pasien gawat tidak darurat, penderita yang menderita penyakit yang tidak mengancam
jiwa/kecacatan, misalnya pasien dengan DM terkontrol, flu, magh dan sebainya.
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

BAB II
RUANG LINGKUP

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi

1. Penanggulangan penderita ditempat kejadian


2. Transportasi penderita gawat darurat dn tempat kejadian kesarana kesehtan yang lebih
memadai.
3. Upaya penyedian saran komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita
gawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (unit gawat darurat dan
ICU)
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

BAB III
TATALAKSANA

1. Triage
Tindakan memilah-milah korban sesuai tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas
tindakan, pembagian golongan pada musibah masal/bencana
a. Gawat darurat (Merah) : kelompok yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Gawat darurat (Putih) : kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kangker stadium lanjut.
c. Tidak gawat darurat (Kuning) : kelompok pasien yang akibat musibah datang secara tiba-
tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
d. Tidak gawat tidak darurat (Hijau) kelompok pasien yang tidak luka dan tidak memerlukan
intervensi medik.
e. Meninggal (Hitam)
2. Penanganan Pasien
Melakukan Primary survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostic kemudian dilanjutkan
dengan secondary survey.
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan managemen
sevara terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari
Primary survey adalah untuk mengindentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah
yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada Primary survey antara lain
(Fulde; 2009) :
a. Airway maintenance dengan cervical spine protection
b. Breathing dan oksiygenation
c. Circulation dna control perdarahan eksternal
d. Disability-pemeriksaan neurologis singkat
e. Exposure dengan control lingkungan

Sangat penting untuk ditekankan dilakukan pada Primary survey bahwa setiap langkah harus
dilakukan dengan urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan apabila
langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat
melakukan tugas sesuai dengan urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah
dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation dll. Sehingga akan sepenuhnya
menyadari mengenai waktu dalam keterlibatan mereka (American college of surgeon, 1997).
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

Primary survey harus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen.
Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah kemudian diikuti
oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan
AIR (Assesment, Intervention, Reassesment).

Primary survey dilakukan melalui tahapan antara lain (Gilbert.,DSOUZA.,&Pletz,2009):

a. General Impression
1) Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum
2) Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
3) Menentukan status mental dan orientasi (waktu,t empat, dan orang)
b. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan
mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas.
Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson,2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada, obstruksi jalan nafas paling sering
terjadi akibat obstruksi lidah pada kondisi tidak sadar (Wilkinson&skinner,2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway antara lain :
1) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas?
2) Tanda-tanda obstruksi jalan nafas pada pasien anatara lain :
 Adanya snoring atau gurgling
 Stidor atau suara nafas tidak normal
 Agitasi (hypoksia)
 Penggunaan otot bantu pernapasan/paradoxical chest movements.

Look and listen bukti adanya masalah pada saluran nafas bagian atas dan potensial
penyabab obstruksi :

 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi palsu
 Trauma wajah
3) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari Gerakan yang tidak perlu pada pasien yang beresiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alata untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

a) Chin lift/jaw thrust


b) Lakukan suction (jika tersedia)
c) Oropharingeal arway/nasophariengal airway, laryngeal mas airway
d) Lakukan intubasi
c. Pengkajian Breathing (pernapasan)
Pengkajian pernapasan dilakukan untuk meniai kepatenan jalan nafas dan kekuatan
pernapasan pada pasien. Jika pernapasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-
langka yang harus dipertimbangkan pada pasien adalah : dekompresi dan darainase
tension pneumothorax, clousure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wikinson &
skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
1) Look, listen, and feel : lakukan penilaian pada ventilasi dan oksigenasi pasien
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : sianosis, penetrating injury, flail chest, sucking, chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernapasan
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trachea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothoraks dan pneumothoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu
3) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien
4) Penilaian kembali status mental pasien
5) Dapatkan bacaan pulse oximetry jika diperlukan
6) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak kuat dan/atau oksigenasi
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-valve Masker
 Intubasi 9endotracheal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar) jika
diindikasikan

Catatan : defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures

7) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi
sesuai kebutuhan.
d. Pengkajian Circularion
Shock didefeniskan sebagai tidak ada kuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hypovolemia adalah penyebab shock paling umum pada trauma. Diagnosis Shock
didasarkan pada temuan klinis : hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermia pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena
itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman
untuk mengasumsikan telah terjadi dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

upaya menghentikan perdarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian


segera adalah : tension pneumothorax, cardiac tamponade, spinal shock dan anaphylaxis.
Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasikan melalui paparan pada
pasien secara memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson dan skinner, 2000).
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
1) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan
2) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan
3) Control perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung
4) Palpasi nadi radial jika diperlukan
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal atau cepat)
 Regularity
5) Kaji kulit untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill)
6) Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
e. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada Primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan pada rekam medis
Formulir insiden keselamatan pasien
Status rawat jalan
Status rawat inap
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

RUMAH SAKIT DAERAH


KOTA TIDORE KEPULAUAN ASUHAN PASIEN KEADAAN GAWAT DARURAT

No.Dukumen No.Revisi Halaman

Jl. Sultan Mansyur No 11 445/075.c.s/SPO-03/24/2017 - 3/1


Telpn.(0921) 3161223-Tidore
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 05 Juli 2017
(SPO)
dr. Rusni Abdullah
Nip : 19810409 20084 2 002
PENGERTIAN Prosedur / tata cara Perawatan Pasien Keadaan Darurat adalah
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk setiap pasien yang
berobat di Instalasi Gawat Darurat selama 24 jam baik dalam
keadaan biasa maupun bencana.
TUJUAN 1. Tujuan Umum :
a. Terlaksananya pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat
secara optimal
b. Tercapainya kepuasan pasien
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya aturan yang jelas mengenai tata laksana
pelayanan terhadap pasien Instalasi Gawat Darurat.
b. Mengatasi kegawatan dan menstabilisasi kondisi pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan
nomor 445/157/11/2017 tentang Kebijakan Pelayanan Pasien di
Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan.
PROSEDUR 1. Pendaftaran pasien oleh keluarga pasien di Instalasi Gawat
Darurat.
2. Pemilihan pasien oleh petugas triase :
a. Pasien dengan kondisi Emergent (gawat darurat mengancam
nyawa) langsung ke Ruangan Resusitasi untuk segera
diberikan pertolongan. (respon time 0 menit)
b. Pasien dengan kondisi Urgent (darurat tidak gawat) ditangani
dalam waktu ˂ 30 menit oleh dokter jaga di Triase sekunder
untuk akan ditangani oleh dokter sesuai kondisi pasien.
c. Pasien dengan kondisi Nonurgent (tidak gawat tidak darurat)
tetapi ada riwayat penyakit kronik akan ditangani dalam
waktu ˂ 60 menit.
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

d. Pasien dengan kriteria tidak gawat tidak darurat dan tidak ada
riwayat penyakit kronik (false emergency) akan dialihkan ke
IRJ.
e. Pasien dengan kondisi Immediate Need ke Ruang Isolasi
Kriteria untuk kondisi Immediate Need

RUMAH SAKIT DAERAH


KOTA TIDORE KEPULAUAN ASUHAN PASIEN KEADAAN GAWAT DARURAT

No.Dukumen No.Revisi Halaman

445/075.c.s/SPO-03/24/2017 - 3/2
Jl. Sultan Mansyur No 11
Telpn.(0921) 3161223-Tidore
3. Pelaksanaan auto/allo anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda
vital oleh perawat Instalasi Gawat Darurat.
4. Pemeriksaan fisik oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
5. Pemeriksaan penunjang diagnostic (bila diperlukan)
6. Bila diperlukan ruang perawatan High Care/ICU, petugas jaga
menghubungi ruang tersebut.
7. Pemberian therapi dan tindakan medik serta pendokumentasian
oleh dokter jaga/KSM terkait di lembar catatan terintegrasi dalam
rekam medis
8. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan pendokumentasian oleh
perawat Instalasi Gawat Darurat di lembar caatatan terintegrasi
dalam rekam medis.
9. Pencatatan pemakaian obat dan alat kesehatan di formulir
perincian pemakaian obat oleh perawat Instalasi Gawat Darurat.
10. Pembuatan slip tindakan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
dan KSM terkait, serta dibuatkan informed consent untuk
tindakan
11. Penginputan data oleh petugas data entry Instalasi Gawat Darurat
12. Penyelesaian pembayaran di kasir Instalasi Gawat Darurat.
13. Pemberian resep, penkes dan penjelasan, waktu dan tempat
control ke Instalasi Rawat Jalan oleh perawat Instalasi Gawat
Darurat.
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

14. Bila pasien akan dirawat :


a. Pembuatan surat masuk dna Informed consent oleh dokter
jaga Instalasi Gawat Darurat
b. Pendaftaran Rawat Inap oleh keluarga pasien

15. Bila pasien akan operasi :


a. Pembuatan informed consent oleh keluarga pasien dengan
penjelasan dokter bedah, THT dan mata serta obsterti
ginekologi.
b. Pembuatan surat masuk rawat oleh dokter jaga Instalasi
Gawat Darurat
c. Pendaftaran Rawat Inap oleh keluarga pasien.
d. Persiapan operasi (anjuran berpuasa selama +/- 6 jam dan
mempersiapkan konsultasi yang diperlukan) sesuai formulir
checklist persiapan operasi oleh dokter jaga Instalasi Gawat
Darurat.

RUMAH SAKIT DAERAH


KOTA TIDORE KEPULAUAN ASUHAN PASIEN KEADAAN GAWAT DARURAT

No.Dukumen No.Revisi Halaman

445/075.c.s/SPO-03/24/2017 - 3/3
Jl. Sultan Mansyur No 11
Telpn.(0921) 3161223-Tidore
e. Pengiriman pasien ke kamar operasi cito oleh perawat atau
dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
16. Bila pasien meninggal :
a. Pembuatan Surat Keterangan Kematian oleh dokter jaga
Instalasi Gawat Darurat.
b. Pengeriman jenazah oleh petugas IGD ke kamar jenazah dan
UNIT TERKAIT : melakukan serah terima dengan petugas kamar jenazah

1. Komite Medik
2. Komite Mutu dan Keselamatan pasien
3. Instalasi Gawat Darurat
Lampiran Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan
Nomor : 445/ 156/ 11/2019
Tanggal : 20 Juli 2019

4. Instalasi Rawat Jalan


5. Instalasi Rawat Inap
6. Instalasi Rawat Intensiv
7. Instalasi Patologi Klinik
8. Instalasi Radiologi

Anda mungkin juga menyukai