Anda di halaman 1dari 1

Search 3

macam kelainan pada


Download -
gigi dan mulut
Uploaded by Ayu Eka Putri Sunari on Feb
14, 2013
( 0 ) 0 4.3K views 20 pages· ·
Document Information *
beberapa macam kelainan yang serin…
Date uploaded
Feb 14, 2013

Copyright
Download -
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)

Available Formats
DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
I. ANODONTIA

Share this document


A. Pengertian

`Anodontia disebut juga sebagai anodontia vera adalah kelainan genetik


(keturunan) berupa tidak tumbuhnya gigi karena tidak adanya benih gigi baik
absennya semua gigi sulung maupun gigi sulung terbentuk lengkap namun semua gigi
permanen tidak terbentuk sama sekali. Terdapat 3 macam anodontia, yaitu complete

Facebook Twitter
anodontia, hipodontia dan oligodontia (Adulgopar, 2009).
Complete anodontia adalah kelainan genetik berupa tidak tumbuhnya semua gigi
di dalam rongga mulut. Hipodontia adalah kelainan genetik yang biasanya berupa
tidak tumbuhnya 1-6 gigi di dalam rongga mulut. Oligodontia adalah kelainan genetik
berupa tidak tumbuhnya lebih dari 6 gigi di dalam rongga mulut.
Kondisi kelainan ini biasanya melibatkan gigi susu dan gigi permanen, namun
seringkali pada gigi permanen (Lidral, 2007; Wikipedia, 2011).

Email

+ ,
Gambar 1. Perbedaan Hipodontia, Oligodontia, dan Anodontia

Is this content inappropriate? Report This Document

Gambar 2. Anodontia Gambar 3. oligodontia

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to


access over 125 million titles without
ads or interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

Improve Your Experience /


Rating will help us to suggest even
better related documents to all of our
readers!

( Useful

) Not Us…

Gambar 4. Hipodontia bilateral Gambar 5. Pemeriksaan radiografik hipodontia bilateral

B. Etiologi
Anodontia dan hipodontia disebabkan kelainan genetik tetapi mutasi gen yang
spesifik tidak diketahui. Anodontia dan hipodontia kadang ditemukan sebagai bagian
dari suatu sindroma, yaitu kelainan yang disertai dengan berbagai gejala yang timbul
secara bersamaan, misalnya pada sindroma Ectodermaldysplasia. Hipodontia dapat
timbul pada seseorang tanpa ada riwayat kelainan pada generasi keluarga sebelumnya,
tapi bisa juga merupakan kelainan yang diturunkan.
C. Patogenesis
Gigi berasal dari dua jaringan embrional, ektoderm, yang membentuk enamel,
dan mesoderm yang membentuk dentin, sementum, pulpa, dan juga jaringan-jaringan
penunjang. Perkembangan gigi geligi pada masa embrional dimulai pada minggu ke-6
intrauterin ditandai dengan proliferasi epitel oral yang berasal dari jaringan
ektodermal membentuk lembaran epitel yang disebut dengan primary epithelial band.
Primary epithelial band yang sudah terbentuk ini selanjutnya mengalami invaginasi
ke dasar jaringan mesenkimal membentuk 2 pita pada masing-masing rahang yaitu
pita vestibulum yang berkembang menjadi segmen bukal yang merupakan bakal pipi
dan bibir serta pita lamina dentis yang akan berperan dalam pembentukan benih gigi.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu
perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi. Tahap perkembangan gigi dibagi lagi menjadi
inisiasi, proliferasi, histodiferensiasi, morfodiferensiasi, dan aposisi. Penderita
anodontia mengalami halangan pada proses pembentukan benih gigi dari epitel
mulut, yakni pada tahap inisiasi (Muynckd, 2004).

D. Diagnosis
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi dan lebih sering
mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Pada hipodontia, gigi-gigi
yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, incisivus
dua rahang atas, dan premolar dua rahang atas. Kelainan ini dapat terjadi hanya pada
satu sisi rahang atau keduanya
Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan radiografik untuk
memastikan memang semua benih gigi benar-benar tidak terbentuk. Pada kasus
hipodontia, pemeriksaan radiografik panoramik berguna untuk melihat benih gigi
mana saja yang tidak terbentuk.
E. Terapi
Apabila diagnosa telah ditegakkan melalui pemeriksaan, terapi yang dapat
dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan.

Sumber Gambar:
1. http://trialx.com/curebyte/2011/06/16/what-does-anodontia-look-like/
2. http://www.silverstardental.com/dental_conditions.php
3. http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/112/anodontia--benih-gigi-tidak-ada
4. http://www.angle.org/doi/pdf/10.1043/0003-
3219(2006)076%5B0156%3AOPWSAI%5D2.0.CO%3B2
5. http://www.personal.psu.edu/faculty/j/e/jel5/biofilms/polysac.html

II. Impacted Teeth

A. Pengertian
Impacted teeth (gigi impaksi) adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang
atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis
seh in gga gi gi te rs ebut ti dak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal
didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.

B. Etiologi
Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, menurut Berger penyebab
impaksi gigi antara lain :
1. Kausa lokal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :
a. Abnormalnya posisi gigi
b. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
c. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
d. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
e. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
f. Pencabutan prematur pada gigi
g. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
h. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses
i. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak.
2. Kausa umur
Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada
kausa lokal antara lain:
a. Kausa Prenatal
1) Keturunan
2) “miscegenation”
b. Kausa Postnatal
1) Ricketsia 4) TBC
2) Anemia 5) Gangguan kelenjar
3) Syphilis congenital endokrin
6) Malnutrisi

c. Kelainan Pertumbuhan
1) Cleido cranial dysostosis 4) Achondroplasia
2) Oxycephali 5) Celah langit-langit
3) Progeria

C. Klasifikasi
Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi maka
diciptakanlah berbagai jenis klasifikasi. Beberapa diantaranya sudah umum dijumpai
yaitu klasifikasi menurut Pell dan Gregory, George Winter dan Archer.
1. Klasifikasi menurut Pell dan Gregory (1933)
a. Berdasarkan hubungan antara molar ketiga dengan batas depan ramus
mandibula dan molar kedua, yaitu dengan cara membandingkan lebar mesio-
distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal molar kedua ke batas
depan ramus mandibula
1) Kelas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 1. Maloklusi kelas 1


2) Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 2. Maloklusi kelas 2

3) Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus
mandibula

Gambar 3. Maloklusi Kelas 3

Gambar 3. Maloklusi kelas 3

b. Berdasarkan kedalaman molar ketiga di dalam rahang


1) Posisi A: Permukaan oclusal gigi molar ketiga berada setinggi molar
kedua.
2) Posisi B: Permukaan oclusal gigi molar ketiga berada diantara garis
oklusal dan garis servikal molar kedua.
3) Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal
molar kedua
Gambar 4. Kasifikasi Maloklusi Posisi A, B, dan C

Gambar 4. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang


c. Klasifikasi menurut Archer dan Kruger
Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap
gigi molar kedua. Posisi-posisi meliputi :
1. Mesioangular
2. Distoangular
3. Vertical
4. Horizontal
5. Buccoangular
6. Linguoangular
7. Inverted

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to


access over 125 million titles without
ads or interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

Gambar 5.Klasifikasi impaksi menurut Archer dan Kruger

D. Diagnosis
Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi impaksi.
Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :

1. Inflamasi,yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi


disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormal sehingga
meresorpsi gigi tetangga.
3. Kista(folikuler).
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama
(neuralgia).
5. Fraktur rahang (patah tulang rahang).
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah adanya
pembengkakan, pembesaran limfonodi (KGB), dan parastesi. Sedangkan pada
pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah keadaan gigi erupsi atau tidak,
karies, perikoronitis, adanya parastesi, warna mukosa bukal, labial dan gingival, adanya
abses gingival, posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga, ruang antara gigi
dengan ramus (pada molar tiga mandibula). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
antara lain dental foto (intra oral), oblique, dan occlusal foto/ bite wing (Benediktsdóttir
and Sara, 2003; Qirreish, 2005).

Gambar 6. Foto Rontgen Gigi Impaksi

E. Terapi
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar tiga,
caninus, premolar, incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya
gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka
gigi impaksi tidak perlu dicabut. Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan
indikasi dan kontraindikasi yang ada.
Indikasi pencabutan gigi impaksi antara lain untuk mencegah terjadinya patologi
yang berasal dari folikel atau infeksi, mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi,
usia muda, adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu
mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi, dan untuk kepentingan
prostetik.
Kontraindikasi pencabutan gigi impaksi pasien dengan usia sangat ekstrim,telalu
muda atau lansia, compromised medical status, kerusakan yang luas dan berdekatan
dengan struktur yang lain, pasien tidak menghendaki giginya dicabut, apabila tulang
yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat, apabila kemampuan
pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau
mental tertentu.

Sumber gambar :
1,2, 3, 4. The American Dental Association, 2004
5. http://www.animated-teeth.com/wisdom_teeth/t5_extractions_costs.htm
6. http://www.toothandteeth.com/impacted-wisdom-teeth.html

III. Malocclusion

A. Pengertian
Oklusi adalah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi di rahang atas dengan
permukaan oklusal gigi geligi oklusal di rahang bawah pada saat rahang atas dan
rahang awah menutup. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system,
skeletal system, dan muscular system.
Malocclussion (maloklusi) adalah bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk
standar yang diterima sebagai bentuk normal. Maloklusi juga berarti kelainan ketika
gigi-geligi atas dan bawah saling bertemu ketika menggigit atau mengunyah. Maloklusi
dapat berupa kondisi “ bad bite” atau sebagai kontak gigitan menyilang ( crossbite),
kontak gigitan yang dalam ( overbite), gigi berjejal (crowdeed), adanya ruang kosong
antar gigi (spacing), posisi gigi maju ke depan ( protusi) (Gotlieb, 1996).

Gambar 1. Crossbite Gambar 2. Overbite

Gambar 3.Crowdeed

Gambar 4. Prostusi

B. Etiologi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum
dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter;
kelainan kongenital; perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal
dan postnatal; kebiasaan jelek, sikap tubuh yang salah, trauma; dan penyakit-penyakit
yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan
kelenjar endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi, dan malnutrisi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi
berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi ( anodontis), anomali ukuran
gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui,
persistensi gigi desidui, terlambatnya erupsi gigi permanen, jalan erupsi abnormal,
ankilosis, karies gigi, dan restorasi yang tidak baik.
C. Klasifikasi
Klasifikasi maloklusi menurut Angel :
1. Kelas I Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah (gambar B).
2. Kelas II Angle (distoklusi)
Gigi atas lebih ke depan dari pada gigi bawah akan terjadi distorsi atau
penggantian suara bibir p, b, dan m sehingga apabila berbicara akan mengatupkan
bibir bawah dan atas bersama-sama (gambar C)
3. Kelas III Angle (mesioklusi)
Gigi di rahang atas berada di belakang gigi di rahang bawah akan
mengakibatkan distorsi pembicaran dan posisi antargigi untuk suara s, z, t, l, dan n.
Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah (gambar D)
(Grob, 1995).

10

Gambar 5. Klasifikasi Maloklusi

D. Diagnosa
Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan dan
bicara. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat
mengunyah, terjadinya rasa nyeri pada Temporo Mandibula Junction (TMJ) dan juga
mengakibatkan nyeri kepala dan leher. Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan
kesulitan dalam pembersihan. Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola
pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini
juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.
Maloklusi sering ditemui selama pemeriksaan oleh dokter gigi, dapat terlihat
ketika gigi berkontak pada saat menelan air ludah dan kepala ditengadahkan, dan jika
ditemukan adanya maloklusi maka pemakaian rontgen photo dapat dilakukan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
E. Indeks Maloklusi
Beberapa indeks maloklusi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Master dan Frankel
Indeks ini digunakan untuk menghitung jumlah gigi yang berpindah atau
berotasi secara kualitatif (ada atau tidak ada).
2. Malaligment Index (Mal)
Indeks ini digunakan untuk menilai keparahan gigi yang tidak teratur. Ciri
oklusi yang dinilai adalah letak gigi yang berpindah atau berotasi secara
kuantitatif. Gigi yang berpindah dinilai apakah lebih kecil atau lebih besar dari

11

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to


access over 125 million titles without
ads or interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

Improve Your Experience /


Rating will help us to suggest even
better related documents to all of our
readers!

( Useful

) Not Us…

1,5 mm dan gigi yang berotasi dinilai apakah berputar lebih kecil atau lebih besar
o
dari 45 . Penilaian dilakukan dengan bantuan penggaris plastik kecil.
3. Handicapping Labio Lingual Deviation Index (HLD Index)
Indeks ini ditujukan kepada subjek yang dipilih dengan maloklusi yang parah
atau berat dan adanya anomali wajah. Index ini dapat digunakan pada gigi
permanen.
4. Occlusion Feature Index (OFI)
Ciri maloklusi yang dinilai adalah letak gigi berjejal, kelainan integritas
tonjol gigi posterior, tumpang gigit, jarak gigit.
5. Maloklusion Severity Estimate oleh Grainger
Pengukuran dan pemberian skor dibuat untuk menilai jarak gigit, tumpang
gigit, gigitan terbuka anterior, incisivus maksila yang tidak tumbuh, hubugan gigi
molar satu permanen, gigitan silang posterior dan pergeseran letak gigi.
6. Occlusal index (OI)
Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan normal
oklusi. Penilaiannya adalah umur gigi, relasi gigi molar, tumpang gigit, jarak
gigit, gigitan silang posterior, gigitan terbuka posterior, penyimpangan gigi, relasi
gigi tengah dan adanya gigi incisivus atas. Indeks ini dapat digunakan pada masa
gigi susu, gigi bercampur dan gigi permanen, namun bentuk penilaiannya rumit
sehingga kurang praktis.
7. Treatment Priority Index (TPI)
Indeks ini merupakan modifiasi dari Malocclusion Severity Estimate untuk
menentukan prioritas perawatan bagi sekelompok populasi dan digunakan untuk
tujuan epidemiologi. Indeks dibuat untuk menila jarak gigit, gigitan terbalik,
tumpang gigit, gigitan terbuka anterior, gigi incisivus agenesis, disto oklusi,
mesio oklusi, gigitan silang posterior dengan segmen gigi atas bukoversi, gigitan
silang posterior dengan segmen gigi atas linguoversi, malposisi gigi individual
dan celah langit-langit. Penggunaan indeks ini memerlukan bantuan sebuah
penggaris pengukur.
8. Handicapping Malocclusion Assesment Index (HMA)
Indeks HMA secara kuantitatif memberikan penilaan terhadap ciri-ciri oklusi
dan cara menentukan prioritas perawatan ortodonti menurut keparahan maloklusi
yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat. Indeks ini digunakan untuk

12

mengukur kelaian gigi pada satu rahang, dan mengukur ciri maloklusi yang
merupakan kelaian dentofasial (Mihalik, 2003).
F. Terapi
Terapi pada penderita oklusi dapat diberikan berdasarkan berat-ringan maloklusi
dari indeks maoklusi. Salah satu indeks yang dipakai untuk menentukan ada tidaknya
perawatan adalah indeks HMA. Berikut adalah interpretasi dari hasil pemeriksaan
menggunakan HMA :
1. Skor 0-4 : variasi oklusi ringan
2. Skor 5-9 : maloklusi ringan, tidak memerlukan perawatan
3. Skor 10-14 : maloklusi ringan, kasus tertentu memerlukan perawatan
4. Skor 15-19 : maloklusi berat memerlukan perawatan
5. Skor ≥20 : sangat memerlukan perawatan
Untuk mengatasi maloklusi biasanya melibatkan banyak faktor dan membutuhkan
perawatan khusus dengan menggunakan alat-alat ortodontik seperti alat cekat atau
braces. Tidak ada batasan umur dalam pemakaian alat cekat. Pemakaian alat cekat
pada anak dan remaja umumnya untuk memperbaiki penampilan/ estetis. Sebaliknya,
orang dewasa memakai alat cekat lebih untuk memperbaiki fungsi pengunyahan.
Sebelum pemasangan alat cekat akan dilakukan pemeriksaan keadaan kesehatan
gigi dan mulut terlebih dahulu. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara klinis,
pencetakan model gigi, pengambilan x-ray panoramik untuk melihat keadaan gigi dan
cephalometry untuk melihat kelainan tengkorak. Setelah itu dilakukan pembersihan
karang gigi, perbaikan gigi yang berlubang karena karies. Seringkali diperlukan
pencabutan gigi untuk menyediakan ruangan sebagai persiapan awal pemasangan cekat.
Ada dua macam alat cekat yang digunakan, yaitu yang dipasang di bagian luar
gigi dan yang dipasang di bagian dalam gigi. Di bagian luar gigi, alat cekat tersebut ada
yang terbuat dari metal dan ada yang transparan. Selain alat cekat, untuk memperbaiki
maloklusi ada juga yang disebut alat lepasan. Alat lepasan kebanyakan digunakan pada
anak-anak yang gigi tetapnya belum tumbuh semua tetapi perlu dilakukan perawatan.
Misalnya pada kasus kelainan skeletal dan untuk menghentikan kebiasaan buruk pada
anak.
Semua alat cekat tersebut sama fungsinya dalam memperbaiki maloklusi. Namun,
alat cekat yang dipakai di bagian dalam gigi, secara estetika tidak kelihatan
mengganggu, tetapi lebih susah pemakaiannya. Setelah alat cekat selesai dipasang,
pasien dianjurkan untuk meneruskan perawatan gigi dengan memakai alat lepasan

13

selama 1 tahun. Maksu


yang dicapai tidak beru
sampai 6 minggu.
Terkadang, pada
juga harus dilakukan op
mengganggu pengunya
praktik-praktik terapi
spesialis ortodonti (Kok

IV. Debris
A. Definisi
Debris memiliki a
setelah makan, yang te
berkontribusi pada de
Sumber gambar
dan terjadinya akumul
1,2, 3, 4 Gottlieb E, Ne
Debris dibedakan
treatment procedures. P
dengan air liur, perger
5. Grob DJ. Extraction o
food impaction (maka
Dentofac Orthop. 1995;
hanya dapat dibersihk
6. Kokich VO. Treatme
2011).
Bolton discrepancy. Am

B. Kriteria Perhitungan
Kriteria perhitungan d
1. Nilai 0, jika tidak a
servikal.
2. Nilai 1, jika terdap
3. Nilai 2, jika terdap
permukaan gigi.
4. Nilai 3, jika terdap
C. Gambaran

Trusted by over 1 million members


Gambar 1. De
Sumber Gambar:
Try Scribd FREE for 30 days to
1. million
access over 125 http://iqbalsandira.blogsp
titles without
ads or 2. http://www.toothiq.com/
interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

Reward Your Curiosity


Everything you want to read.
Anytime. Anywhere. Any device.

Read For Free

Cancel Anytime

Share this document


! " # $ %

Documents Similar To …

ALAT ISTILAH DALAM


PENAMBALAN KEDOKTERAN…
UPLOADED BY GIGI
UPLOADED BY
Dina Yulianti anndillah

ABOUT SUPPORT

About Scribd Help / FAQ

Press Accessibility

Our blog Purchase help

Join our team! AdChoices

Contact Us Publishers

Invite Friends

Gifts

LEGAL
& ! " '
Terms

Privacy

Copyright

Scribd
Copyright Scribd Inc. . Browse Books .
© 201900001
Books, audiobooks, and more. 2
Site Directory . Site Language: English
Get our free app

Anda mungkin juga menyukai