Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang diberikan sebagai
kelengkapan tugas dengan tepat waktu.

Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita
semua. Saya selaku penulis sudah berusaha menampilkan yang terbaik dalam
laporan ini. Namun, saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna.
Maka dari itu, dengan tulus dan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan di masa yang
mendatang. Atas saran, kritik maupun bantuan saya ucapkan terima kasih.

Semarang, 29 Juni 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................1

DAFTAR ISI ............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3

1.1. Latar Belakang .........................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................3

1.3. Tujuan ......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1. Terorisme .................................................................................................4

2.2. Islam dan Terorisme ................................................................................5

2.3. Potensi Terorisme di Indonesia ...............................................................5

2.4. Riwayat Terorisme di Indonesia ..............................................................6

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................8

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guru adalah orangtua kedua bagi siswa di sekolah, karena tugas guru
tidaklah hanya mengajar ilmu pengetahuan, namun juga mendidik dan
mengarahkan siswanya agar memiliki akhlak yang baik, tugas guru untuk mengajar
hanyalah tugas guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan hasilnya memuaskan,
namun bila dilihat dengan sudut pandang mendidik, maka tugas guru lebih dari itu,
yaitu guru harus mampu membuat siswa agar memiliki akhlak yang baik sehingga
berperilaku baik, bertaqwa kepada Tuhan YME dan memiliki kepekaan terhadap
lingkuangan sosialnya.
Pendidikan di Indonesia selama ini masih menekankan pada pemahaman
ilmu pengetahuan atau transfer ilmu, dan mengesampingkan nilai nilai yang
sebenarnya wajib disampaikan untuk membentuk karakter. Sehingga penanaman
nilai-nilai menurun. Pendidikan karakter sangat di butuhkan untuk membentuk
peserta didik yang berkarakter positif. Dalam pendidikan karakter di sekolah,
semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pemberdayaan
sarana prasarana, dan tentu saja peran guru disini merupakan hal yang penting juga,
kualitas guru di Indonesia belum sepenuhnya baik, hal itu dapat pula mempengaruhi
hasil mengajar karena guru dengan kualitas yang baik akan dapat mengajarkan
muridnya hingga mendapatkan hasil yang baik, alhasil siswa dapat lebih mengenal
dimana passionnya dan dapat mendidik karakter siswa sendiri..
Disamping itu, pendidikan karakter dimaknai suatu perilaku warga sekolah
yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Dewasa ini, banyak
pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan ini didasarkan pada fenomena
sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainya. Oleh karena
3
itu lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian
peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan oleh guru di bidang
kesenian, Proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas membuat
penyampaian pelajaran dan penanaman nilai sulit dilakukan, dan peserta didik
merasa bosan, kurangnya minat dalam mengikuti pelajaran.Belum ada media yang
relevanuntuk mengatasi masalah tersebut.namun, adanya pengajaran seni dapat
menjadi solusinya, dengan seni apalagi seni kedaerahan siswa diajari tentang nilai-
nilai kebajikan yang terkandung dalam seni tersebut. Seni yang digunakan dapat
berupa seni rupa, seni musik, dan seni tari yang didalamnya terdapat makna yang
berbeda beda namun sama sama mengasah rasa dan karsa. Oleh karena itu, guru-
guru seni disini berperan besar pula untuk menanamkan nilai-nilai daerah agar
menjadi seperti yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja peran guru ?


2. Apakah peran guru telah dilaksanakan dengan maksimal ?
3. Bagaimana cara guru kesenian agar dapat menanamkan nilai kedaerahan
pada siswa sehingga dapat membentuk karakter siswa ?
4. Apakah upaya guru kesenian untuk mendidik karakter siswa mendapatkan
hasil sesuai dengan yang diharapkan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja peran guru


2. Mengetahui apakah peran guru di Indonesia telah dilaksanakan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Mengetahui bagaimana cara guru kesenian agar dapat menanamkan nilai
kedaerahan pada siswa sehingga dapat membentuk karakter siswa
4. Mengetahui apakah upaya guru kesenian untuk mendidik karakter siswa
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang
mencakup pendidikan nilai, budi pekerti, moral dan watak yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik atau siswa dalam
memberi keputusan baik-buruk, memelihara yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan seharihari dengan sepenuh hati (Rencana
Aksi Nasional Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional 2010-
2014 revisi 2, 2011: 1).
2.2 Nilai-Nilai Karakter
18 nilai karakter versi Kemendiknas telah mencakup nilai-nilai
karakter dalam berbagai agama, termasuk Islam. Disamping itu, ilmu
pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan
dalam praktis pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Lebih dari itu,
18 nilai karakter tersebut telah dirumuskan standar kompetensi dan
indikator pencapaiannya di semua mata pelajaran. Berikut ini 18 nilai
karakter versi kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun
Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).
1) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk
dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
(aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang salah, dan melakukan yang benar), sehingga menjadi
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat,
bahasa, ras, etnis, pendapat dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya
5
secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan
tersebut.
4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang berkonsisten
terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara
sungguh-sungguh (berjuang hingga titik penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain
dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun
hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan
orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan
tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau individu atau golongan.
11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima
tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang
lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi.

6
13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun
sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14) Cinta damai, yakni sikap dan perilku yang mencerminkan
suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
komunitas atau masyarakat tertentu.
15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik
buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya sehingga menimbulkan
kebijakan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu
berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri
sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama (Suyadi, 2013:7-
9).

2.3 Peran Guru

Guru adalah seorang aktor utama dalam pendidikan sekaligus orang


yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Pendidikan
sangatlah penting dan mutlak bagi setiap manusia untuk menyempurnakan
diri manusia secara terus menerus. Pendidikan tidak hanya proses
mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada peserta
didiknya namun juga membentuk kepribadian yang baik kepada peserta
didiknya. Pendidikan berupaya untuk membentuk peserta didik yang unggul
dalam hal pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) maupun ketrampilan
(skill). Pendidikan di Indonesia yang ada sekarang dalam keadaan belum
berhasil sepenuhnya terutama dalam hal penanaman karakter pada peserta
didik.

7
Pendidikan pada dasarnya adalah membentuk karakter peserta
didik. Tujuan pendidikan tersebut tertuang dalam Undang- Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 yang
berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (E. Dewi Yuliana, 2012 : 99-100)
2.4 Potensi Terorisme di Indonesia
1. Seni Musik Daerah
Pendidikan seni musik bukanlah sekedar hiburan untuk memancing
siswa menjadi semangat dalam belajar, seperti menyanyikan sebuah lagu
sebagai pengobat rasa bosan terhadap salah satu mata pelajaran. Bukan pula
sebagai penawar rasa kantuk ketika pembelajaran berlangsung kemudian
dimainkan musik melalui permainan-permainan bunyi dari benda di sekitar.
Lebih jauh dari hal ini, pendidikan seni musik pada hakekatnya memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia seutuhnya. Seperti
halnya pelajaran pengamalan sila-sila Pancasila yang sejatinya menjadi
landasan perikehidupan bangsa yang dirumuskan negara. Pelaksanaan seni
music daerah yang paling berpengaruh sampai sekarang adalah adanya
ekstrakurikuler karawitan yang membuat siswa lebih mencintai budayanya
dan menghiangkan kepenatan siswa selama pelajaran formal itu sendiri.
(Fitriani, 2014, hlm. 5).
2. Seni Tari Daerah
Kelebihan bagi siswa yang mengikuti ektrakurikuler seni tari daerah
adalah siswa dapat merespon dengan baik rencana-rencana yang dibuat oleh
guru dalam waktu yang relatif singkat . Siswa selalu terlihat antusias dan
berusaha menampilkan yang terbaik pada setiap tes yang dibuat oleh guru.
Untuk mencapai hasil yang maksimal tentunya dibutuhkan usaha keras.

8
Siswa yang merupakan subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas unggul yang memiliki jadwal belajar akademik yang padat. Setelah
pembelajaran intrakurikuler selesai, siswa masih harus mengikuti kegiatan
bimbingan belajar hingga pukul 16.00 WIB, dilanjutkan dengan belajar
agama seusai sholat magrib sehingga peserta didik memiliki masalah pada
pembagian waktu. Solusi dari permasalahan yang dialami berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan kepada peserta didik mengatakan bahwa mereka
harus meluangkan waktu untuk latihan pada sela-sela pergantian jam atau
jam istirahat, dan sore setelah bimbingan belajar selesai. Bahkan untuk
menghadapi pengambilan nilai tari bedana kelompok dan tari bedana kreasi
mereka berlatih hingga larut. Dari semua hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa siswa yang dapat mengikuti ekstrakurikuler tari dengan baik berarti
ia juga mempunya kemampuan kognitif yang baik pula. (Oktariana,2014,
hlm. 6)
3. Seni Rupa Daerah
Salah satu bentuk kesenian daerah dalam bidang seni rupa adalah
batik. Batik merupakan seni budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Seni
batik merupakan seni penulisan gambar pada media kain sehingga
berbentuk corak dengan menggunakan malam (wax), sehingga menahan
masuknya bahan pewarna
(dye). Seni batik ini adalah warisan budaya Jawa. Mengenalkan seni
batik dapat dijadikan sarana mendidik moral anak bangsa. Seni batik
merupakan hasil olah cipta manusia yang kreatif dan tidak bertentangan
dengan kaidah-kaidah yang berlaku di dalam masyarakat. Semakin tinggi
daya seni seseorang, semakin peka perasaannya dan semakin senang
berbuat kebaikan kepada orang lain karena berbuat baik (menyenangkan
orang) bukanlah perbuatan yang sembarangan, melainkan perlu pemikiran
yang disertai perasaan tajam . Orang akan selalu berbuat baik dalam
bersosialisasi pasti seimbang antara otak kanan dan otak kiri. Otak kiri
mengambil keputusan dengan logika sedangkan otak kanan digunakan saat
melibatkan perasaan seni. Otak kanan memiliki peranan yang sangat
penting dalamperkembangan emotionalquotient (EQ). Hal ini biasanya

9
berkaitan dengan sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain
serta pengendalian emosi. Kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,
memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis
terletak pada otak kanan. (Mahliana, 2015. Hlm 10)

10
BAB III

PEMBAHASAN

11
BAB IV

KESIMPULAN

Terorisme di Indonesia bukan merupakan hal baru, namun sekarang ini


menjadi sangat aktual setelah terjadi rentetan kasus pengeboman dan teror beberapa
daerah. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan
perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu
pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil. Motif berkembangnya terorisme di Indonesia hingga saat
ini dari berbagai pelaku teror yang tertangkap, diketahui bahwa motif mereka
melakukan teror sebagian besar adalah untuk mewujudkan Negara Islam di
Indonesia.

Berkembangnya ISIS sedikit mempengaruhi tujuan kelompok teroris dari


radikal kanan. bahaya radikalisme dan terorisme yang berkembang dalam
masyarakat adalah memakan banyak korban, meresahkan umat, menimbulkan
banyak keresahan, menimbulkan kerugian ekonomi, bahkan menghilangkan rasa
kasih sayang.

Hal ini tentunya sangat berdampak buruk pada kesatuan dan persatuan
bangsa. Cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak semakin menjamur,
terutama di bangsa Indonesia ini adalah dengan memperkenalkan ilmu pengetahuan
dengan baik dan benar, memahami ilmu pengetahuan dengan baik dan benar,
meminimalisir kesenjangan sosial, serta menjaga persatuan dan kesatuan
mendukung aksi perdamaian.

Sebagai mahasiswa, kita juga mempunyai peran penting dalam mencegah


adanya terorisme. Peran mahasiswa dalam menncegah adanya terorisme bisa
dilakukan dalam 3 peran, yaitu peran edukatif, peran konseling, serta peran
provokatif.

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap


bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Indikator nilai nasionalisme
12
sesuai lima sila Pancasila diantaranya yaitu religius, rasa kemanusiaan, keadilan,
persatuan, musyawarah, kesetiakawanan, dsb. Cara yang dapat dilakukan untuk
menanamkan jiwa nasionalisme kepada generasi bangsa adalah dengan melakukan
pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara dengan penuh tanggung jawab, meningkatkan disiplin
nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka menumbuhkan sikap mental
kesetiakawanan sosial, tenggang rasa, dan rasa tanggung jawab, serta memelihara
semangat, tekad, disiplin dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pelaksanaan
pembangunan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalintelijen.net/2015/09/07/mengenal-terorisme/ Dilihat 19/05/2018 jam


13:13

https://guruppkn.com/bahaya-radikalisme-dan-terorisme/ Dilihat 19/05/2018 jam


13:21

https://banten2.kemenag.go.id/berita/474619/peran-mahasiswa-dalam-
menanggulangi-terorisme/ Dilihat 19/05/2018 jam 13:43

https://bdksemarang.kemenag.go.id/upaya-menumbuhkan-nilai-nasionalisme-
bagi-rakyat-indonesia/ Dilihat 19/05/2018 jam 14:02

Komarudin Simanjuntak. 2015. Peran Babinsa dalam Kegiatan Deteksi Dini Guna
Pencegahan Aksi Terorisme. Bandung : Kodim Kota Bandung

Mubarak Zulfi. 2012. Fenomena Terorisme di Indonesia. Malang : UIN Maulana


Malik Ibrahim Malang

14

Anda mungkin juga menyukai