Anda di halaman 1dari 67

PIT IDI JAKARTA PUSAT

15 – 16 JULI 2017

Dr. H. Kemas Abdurrohim, MARS, M.Kes., Sp.Ak


Ketua IDI Cabang Jakarta Pusat
Staf Departemen Medik Akupunktur FKUI-RSCM
BAYI TEWAS SALAH OBAT

Salah pemberian
obat, tidak sesuai
instruksi dokter
yang hanya
menginstruksikan
pemberian infus
saja.

https://www.usd.ac.id/blog/lingkarstudi/?p=26
SALAH POSISI OPERASI

Kaki kiri yang patah tulang, yang dioperasi kaki kanan.


http://bogor.tribunnews.com/2016/07/22/astaga-dokter-salah-lakukan-operasi-bukannya-mambaik-kondisi-pasien-ini-semakin-menderita?page=2
INFEKSI NOSOKOMIAL

Di Indonesia : 9-20 / 1.000


pasien.

http://harian.analisadaily.com/kesehatan/news/infeksi-yang-didapat-di-rumah-sakit/225092/2016/03/28
LATAR BELAKANG
• Seorang dokter dituntut mempunyai standar etika &
perilaku tinggi dalam menangani pasien.

• Sumpah Hippocrates : “Primum, Non Nocere” (First,


do no harm).

• Berkembangnya ilmu & teknologi  berpotensi KTD


(adverse event).

• Institute of Medicine di AS (2000)  “To Err is


Human”, Building a Safer Health System.
10 FAKTA
1. Masalah patient safety merupakan isu global.
2. Di negara maju, 1 diantara 10 pasien
mengalami cedera (harm) akibat dirawat di RS.
3. Risiko infeksi nosokomial di negara
berkembang mencapai 20x dari negara maju.
4. 1,4 juta orang di RS mengalami infeksi
nosokomial akibat higiene tangan yang kurang.
5. 50% perlatan medis di negara berkembang
tidak dapat digunakan, prosedur diagnostik
standar tidak dapat dilakukan.
10 FAKTA
6. 1,3 juta kematian/tahun akibat suntikan tidak aman
sehingga penularan infeksi melalui darah.
7. Di negara berkembang, 50% kejadian tidak
diinginkan yang dapat dicegah terjadi pada prosedur
pembedahan.
8. Kerugian akibat kurang memperhatikan patient
safety antara US$ 6-29 miliar/tahun.
9. Risiko pasien mengalami cedera di pelayanan
kesehatan 1:300.
10. Pasien pernah mengalami cedera terus berjuang
dengan WHO untuk patient safety.
PERATURAN / UU DI INDONESIA
1. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan.
3. UU No. 44/2009 pasal 43 tentang RS.
4. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Kepmenkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan RS.
6. Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal RS.
7. Permenkes No. 1691/Menkes/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien RS.
FOKUS PATIENT SAFETY
1. Clean Care is Safer Care.
2. Safe Surgery Saves Lifes.
3. Antimicrobial Resistance.
4. Patients for Patient Safety.
5. Research on Patient Safety.
Mencuci tangan sesuai standar :
– Air mengalir dan sabun yang digosokkan
selama 15 – 20 detik.
– Menggunakan 7 langkah.
– Bisa menggunakan alternatif sementara
: Handsrub dengan alkohol-glicerin.
SEBELUM ANESTESI :

• Konfirmasi:
•Identitas pasien
•Lokasi pembedahan
•Prosedur
•Informed Consent

•Lokasi Pembedahan sudah ditandai/Not applicable

•Safety Check Anestesi telah dilakukan

•Pulse Oximeter sudah terpasang dan berfungsi

•Apakah pasien mempunyai:


•Riwayat Allergi Tidak/Ya
•Risiko aspirasi/kesulitan bernafas Tidak/Ya
•Risiko kehilangan darah > 500 cc Tidak/Ya
(pada anak2 > 7cc/kgBB)
Bila salah satu jawaban ya: Peralatan/cairan adekuat tersedia
SEBELUM INSISI PADA KULIT :

•Konfirmasi seluruh anggota tim telah memperkenalkan diri dengan perannya

•Ahli Bedah, Ahli anestesi dan perawat secara verbal konfirmasi nama pasien, lokasi
pembedahan dan prosedur yang akan dilakukan

•Dilakukan antisipasi kejadian kritis :


- Ahli Bedah : Langkah kritis atau tidak terduga, waktu operasi dan kemungkinan
kehilangan darah
- Ahli anestesi : Hal khusus yang mengkhawatirkan
- Perawat : Konfirmasi sterilitas alat, masalah dengan peralatan dan hal lain yang
mengkhawatirkan

•Apakah telah diberikan antibiotik dalam 60 menit terakhir? Ya/Tidak

•Apakah alat monitoring esensial terpasang dan berfungsi


SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN RUANG OPERASI

Perawat mengkonfirmasi pada tim secara verbal


- Nama prosedur yang tercatat
- Penghitungan instrumen, gauze dan jarum sudah lengkap
- Penjelasan pemberian label pada spesimen (termasuk nama pasien)
- Adanya masalah peralatan yang perlu dapat perhatian (kateter dll)

Seluruh tim membahas masalah utama dalam pemulihan dan pengelolaan pasien
• Peraturan dan pengawasan penggunaan obat
secara rasional.
• Pengawasan penggunaan obat di sektor
peternakan dan pertanian.
• Meningkatkan penelitian.
• Surveillans.
• Pencegahan Infeksi.
• Keselamatan juga harus merupakan tanggung
jawab pasien itu sendiri
• Edukasi pasien dan keluarga
– Selalu jujur kepada dokter.
– Ikut mengawasi dan mengingatkan petugas
kesehatan.
Patient Safety - AS 18
Keselamatan
Pasien RS

– Sistem Rumah Sakit yang membuat asuhan pasien lebih


aman.
– Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Komponen • Pengendalian
Infeksi
Patient Safety • Pelayanan Klinik
• Safety Culture
• Pencatatan dan
pelaporan
• Peningkatan
pelayanan
DEFINISI-DEFINISI
Peraturan / UU/ di
ISTILAH-ISTILAH
Indonesia
Kejadian yang mengakibatkan cedera pasien
Kejadian Tidak Diharapkan akibat melaksanakan atau tidak
Adverse event melaksanakan tindakan yang seharusnya
diambil.

KTD Tidak Dapat Dicegah KTD akibat komplikasi yang tidak dapat
Unpreventable adverse event dicegah dengan pengetahuan mutakhir.

Kejadian Nyaris Cedera Suatu kesalahan yang dapat mencederai


Near miss pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi.
Kesalahan dalam proses asuhan medis yang
Kesalahan Medis mengakibatkan/berpotensi mengakibatkan
Medical error cedera pasien.

Setiap Kejadian yang tidak disengaja dan


Insiden Keselamatan Pasien tidak diharapkan yang dapat
Patient safety incident mengakibatkan cedera pada pasien.

Kejadian Sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan kematian


Sentinel event atau cedera yang serius.
TUJUAN PROGRAM PATIENT SAFETY

• Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS.


• Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap
pasien dan masyarakat.
• Menurunnya KTD.
• Terlaksananya program pencegahan – tidak
terjadi pengulangan KTD.
9 Solusi Patient Safety

1. Perhatikan nama dan rupa obat mirip (Look-


alike, Sound alike Medication Names).
2. Pastikan identitas pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah
terima/pengoperan pasien.
4. Pastikan tindakan benar pada sisi tubuh yang
benar.
9 Solusi Patient Safety

5. Kendalikan cairan elektronik pekat.


6. Pastikan akurasi pemberian obat pada
pengalihan pelayanan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung
selang (tube).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk
pencegahan infeksi nosokomial.
• Bangun kesadaran akan nilai
keselamatan pasien.
• Pimpin dan dukung staf RS.
7 Langkah • Integrasikan aktifitas pengelolaan
risiko.
Menuju
• Kembangkan sistem pelaporan.
Keselamatan • Libatkan dan berkomunikasi dengan
Pasien pasien.
• Belajar dan berbagi pengalaman
tenatang keselamatan pasien.
• Cegah cedera melalui implementasi
sistem keselamatan pasien.
International Patient Safety Goals
(IPSG)
STANDAR IPSG/ SKP
IPSG 1 • Identifikasi pasien secara benar.

• Meningkatkan komunikasi yang efektif.


IPSG 2 • 2.1. Meningkatkan pelaporan hasil kritis uji diagnostik.
• 2.2. Melakukan komunikasi serah terima pasien.

• Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang


IPSG 3 membutuhkan kewaspadaan tinggi.
• 3.1. Mengelola penggunaan elektrolit pekat dengan aman.

• Memastikan operasi dengan lokasi yang benar, prosedur


yang benar dan pasien yang benar.
IPSG 4 • 4.1. Melakukan time out sebelum operasi untuk
memastikan lokasi/sisi, prosedur, dan pasien yang benar.

• Mengurangi risiko infeksi akibat pelayanan di rumah sakit


IPSG 5 melalui kebersihan tangan.
IPSG 6 • Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh.
Standard IPSG 1.
Identifikasi Pasien Secara Benar

Rumah Sakit mengembangkan


dan mengimplementasikan
proses untuk meningkatkan
ketepatan dalam
mengidentifikasi pasien.

- Memastikan pasien adalah individu yang benar yang


akan mendapatkan pelayanan atau pengobatan .
- Memastikan pelayanan atau pengobatan yang benar
yang akan diberikan pada pasien.
Identifikasi Pasien Berisiko

Gelang risiko :
Merah : Pasien dengan risiko alergi
Kuning : Pasien dengan risiko jatuh
Ungu : Pasien DNR (Do Not Resuscitate)
Abu-abu : Pasien dengan pemasangan implant radio aktif
Putih : Keterbatasan ekstremitas.
Standard IPSG. 2.
Meningkatkan Komunikasi Efektif

Rumah Sakit
mengembangkan dan
mengimplementasikan
proses untuk
meningkatkan keefektifan
komunikasi verbal dan
atau dengan telepon antar
tenaga kesehatan.
New Standard
Standard IPSG 2.1.
Meningkatkan Pelaporan Hasil Kritis Uji Diagnostik.

Rumah sakit
mengembangkan dan
mengimplementasikan
proses dalam melaporkan
hasil kritis tes diagnosis.
New Standard
Standard IPSG 2.2.
Melakukan komunikasi serah terima pasien.

Rumah sakit
mengembangkan dan
mengimplementasikan
proses komunikasi
serah terima pasien.
Komunikasi Efektif

1. Melaporkan kondisi pasien kritis kepada DPJP/serah terima


pasien kritis, menggunakan teknik SBAR (Situation -
Background – Assessment – Recommendation).

2. Ketika menerima pesan verbal/per telepon menerapkan TBaK 


Tulis Baca Konfirmasi/write down read back confirmation.
Situasi
Saya menelpon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)
Masalah yang ingin disampaikan adalah :
S Tanda-tanda vital:
TD: __/__, Nadi: ___, Pernapasan: ___, dan Suhu: ___
Saya khawatir tentang :
Background/ Latar Belakang
Status mental pasien :
B Kulit/ Ekstremitas :
Pasien memakai/ tidak memakai oksigen
Assessment/ Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah :

A Masalahnya tampaknya adalah : jantung, infeksi, neurologis, respirasi


Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk.
Kita perlu melakukan sesuatu, Dok.
Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan).
R Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan:
Standard IPSG 3.
Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang
Membutuhkan Kewaspadaan Tinggi (High Alert
Medications).
High
OBAT HIGH ALERT Alert

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK


1 ELEKTROLIT PEKAT KALIUM KLORIDA 7,46%; NATRIUM KLORIDA 3%
2 ELEKTROLIT NATRIUM BIKARBONAT 8,4% 25 ML
3 ANESTETIK UMUM
(INHALASI DAN IV) DESFLURANE, PROPOFOL, SEVOFLURAN

4 ANTINEOPLASTIK, SEMUA
PARENTERAL DAN ORAL
5 OBAT YANG ANTI THROMBIN III, ATEPLASE, ENOKSAPARIN
MEMPENGARUHI DARAH NATRIUM, FONDAPARINUX, HEPARIN NATRIUM,
NADROPARIN, PARNAPARIN, STREPTOKINASE,
UROKINASE, WARFARIN
6 ANTIDIABETIK INSULIN
PARENTERAL
7 VASOKONSTRIKTOR EPINEFRIN , NOREPINEFRIN BITARTRAT
8 PENGHAMBAT ATRAKURIUM BESILAT, PANKURONIUM BROMIDA,
NEUROMUSKULAR ROKURONIUM BROMIDA, VEKURONIUM BROMIDA
Standard IPSG 3.1.
Mengelola Penggunaan Elektrolit Pekat dengan Aman.
KEBIJAKAN UNTUK PENYIMPANAN ELEKTROLIT PEKAT:
1. Elektrolit pekat tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di kamar
operasi jantung dan unit perawatan intensif (ICU).
2. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang diberi wewenang. Obat diberi penandaan
yang jelas berupa stiker “High Alert”.
BENTUK
NO NAMA GENERIK NAMA DAGANG KEKUATAN
SEDIAAN
1 KALIUM KLORIDA INJEKSI OTSU-KCL 7.46 7.46% 25 ML
(7.46% POTASSIUM
CHLORIDE
INJECTION)
2 NATRIUM KLORIDA > INJEKSI OTSU-SALIN 3 (3% 3% 500 ML
0.9% SODIUM CHLORIDE)
Natrium klorida 3%
Kolf 500 ml

Kalium klorida 7,46%


ampul 25 ml
Instruksi lisan hanya
diperbolehkan dalam
keadaan emergensi.

Dokter memeriksa
kelengkapan dan
ketepatan resep :
indikasi, ketepatan
obat, dosis, rute
pemberian.
High
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT Alert

 Pisahkan obat high alert dari obat


lain sesuai dengan Daftar Obat High
Alert.

 Tempelkan stiker merah bertuliskan


“High Alert” pada setiap obat high alert.

 Berikan selotip merah pada


sekeliling tempat penyimpanan obat
high alert yang terpisah dari obat lain.

 Simpan obat sitostatika dan obat


narkotik secara terpisah dari obat high
alert lainnya.
Sound Alike Look Alike Drugs
Standard IPSG 4.
Memastikan Operasi dengan Lokasi yang Benar,
Prosedur yang Benar dan Pasien yang Benar.
Proses utama pada
Prosedur yang perlu Protokol Universal :
komunikasi aktif untuk 1. Penandaan lokasi operasi
di ruang rawat, paling
mencegah terjadinya : lambat ditandai yaitu
sesampainya pasien di
ruang penerimaan OK
1. Kesalahan lokasi dan melibatkan pasien oleh
sisi prosedur. operator/PPDS senior.
2. Kesalahan prosedur. 2. Proses verifikasi pra
operasi/prosedur invasif.
3. Prosedur pada pasien 3. Proses time out yg
yang tidak tepat. dilakukan sesaat sebelum
operasi/prosedur invasif
dimulai.
Standard IPSG 4.1.
Melakukan Time Out Sebelum
Operasi untuk Memastikan
Lokasi/Sisi, Prosedur, dan Pasien
yang Benar.
Standard IPSG 5.
Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Pelayanan di Rumah
Sakit Melalui Kebersihan Tangan.

1. Dokter melakukan hand hygiene pada saat “Five


Moment”.
2. Mengimplementasikan program kebersihan diri yang
efektif.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mengimplementasikan etika batuk dan bersin di rumah
sakit.
Standard IPSG 6.
Menurunkan Risiko Cedera karena Jatuh.

Rumah Sakit
mengembangkan dan
mengimplementasikan
suatu pendekatan
untuk mengurangi
risiko pasien cedera
karena jatuh.
Form penilaian risiko jatuh:
1. Humpty Dumpty : untuk pasien 12 – 18 tahun
2. Morse Falls Scale : pasien dewasa > 18 dan < 60 tahun.
3. Penilaian pasien usia lanjut : usia 60 tahun ke atas.
4. Modifikasi Get Up & Go Test : Pasien Poliklinik dan IGD.

Pasien di bawah 12 tahun dan pasien intensive


care dinilai berisiko tinggi jatuh dan
ditatalaksana sesuai panduan.
Intervensi Risiko Tinggi Jatuh
1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.
2. Pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning
pada bed pasien.
3. Lakukan Intervensi jatuh standar.
4. Pasang standing akrilik edukasi jatuh.
5. Pasien ditempatkan dekat nurse station.
6. Memastikan Handrail terpasang dan kokoh.
Morse Falls Scale
Penilaian Risiko Jatuh Pada Lansia
No Risiko Skala
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4
2 Pusing/ pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (Contoh: pasien yang mengalami demensia). 3
4 Nokturia/ Inkontinen 3
5 Kebingungan intermiten (Contoh: pasien yang mengalami delirium/ Acute
2
Confusional State)
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti psikotik, laksatif,
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan, 2
neuroleptik, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan terakhir. 2
9 Osteoporosis. 1
10 Gangguan pendengaran dan atau penglihatan. 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1

Tingkat Risiko:
Risiko Rendah bila skor 1 -3
Risiko Tinggi bila skor ≥ 4
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan dan IGD
Modifikasi Get Up and Go Test

KOMPONEN PENILAIAN Ya Tidak

a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi.


Apakah pasien tampak tidak seimbang (sempoyongan /
limbung)?
b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau
benda lain sebagai penopang saat akan duduk?

• Tidak berisiko (tidak ditemukan a dan b)


• Berisiko rendah (ditemukan a atau b)
• Berisiko tinggi (ditemukan a dan b)
KASUS 1
• Tuan Ucok Bahagia, tanggal lahir 12 Januari 1990, NRM:
2345567, datang dengan keluhan utama demam tinggi
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan
mendadak tinggi, dan tidak membaik sepenuhnya dengan
obat warung. Daerah ulu hati pasien terasa nyeri sejak 2
hari sebelum rumah sakit. Pasien sempat mimisan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Gejala batuk, nyeri tenggorok,
dan pilek disangkal. Buang air kecil tidak ada keluhan.
Pasien memiliki alergi terhadap penisilin dan alergi debu.
Pasien mengatakan di daerah tempat tinggalnya sedang
terdapat wabah dengue. Pasien dirujuk dari puskesmas
tempat tinggalnya dengan diagnosis Observasi febris suspek
DHF grade II. Hasil lab satu hari yang lalu (terlampir) adalah
Hb=7 g/dL, Ht=46%, Leukosit 3800/L, trombosit
80.000/L.
KASUS 1
• Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 100/60 mmHg, nadi 120x/menit, reguler,
isi cukup, simetris. Pernapasan 18x/menit,
kedalaman cukup, simetris. Suhu 39oC di axilla.
Konjungtiva pucat. Perut datar, lemas, dengan
nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium kanan.
Hepar teraba membesar 3 cm bawah arcus
costae dan 3 cm bawah prosesus xyphoideus.
Limpa tidak teraba. Akral hangat, tampak banyak
petekie pada kedua lengan dan tungkai.
KASUS 1
1. Anda akan memberikan obat penurun panas,
lakukanlah dengan didahului prosedur identifikasi
pasien secara benar.

• Saat perawatan, pasien mengalami diare akut dengan


frekuensi hingga 8x/hari, konsistensi cair, tidak berbau
busuk. Hasil laboratorium pasien menunjukkan:
– Na = 132 meq/dL; K = 2,4 meq/dL ; Cl = 105 meq/dL
2. Laporkan kasus Tuan Ucok pada konsulen Sp.PD. yang
bertugas dengan menggunakan teknik SBAR. Setelah
itu, catatlah instruksi yang diberikan melalui
konsultasi telepon menggunakan teknik TBAK.
KASUS 2
• Pasien Tn. A, tanggal lahir 17 Agustus 1960,
NRM: 2359007 tampak tumor di bagian kiri
dari lidahnya. Anda adalah tenaga medis yang
akan membantu persiapan biopsi pada tumor
pada pasien. Simulasikan site marking untuk
tindakan tersebut.
KASUS 3
• Seorang anak laki-laki bernama Dimas
Prasetyo, tanggal lahir 1 Mei 1999, NRM:
5467887, tgl 2 Desember 2013 Pk: 17.00
dirawat dengan Diagnosis Demam berdarah
dengue. Ia berada di tempat tidur dan
mendapat infus cairan RL dan deksametason
iv. Pernah mendapat diazepam per oral dalam
24 jam terakhir. Tentukan risiko jatuh pasien
ini!
KASUS 3
• Anak (TOTAL = 13)  risiko tinggi
– Umur = 3 (usia 3-7 tahun)
– Jenis kelamin = 2 (laki-laki)
– Diagnosis = 1 (diagnosis lain, hanya DBD tidak
disebutkan anemia / masalah lain)
– Faktor Lingkungan = 2 (pasien sedang ada di tempat
tidur)
– Respon terhadap obat penenang = 3 (diazepam dalam
24 jam terakhir)
– Penggunaan obat = 2 (penggunaan 1 jenis obat sedatif
– diazepam)
KASUS 4
• Hari Minggu tgl 13 Agustus 2013 Pk: 19.00 Tn.
Bobi Santoso, tanggal lahir: 10 November 1963,
NRM: 4457887 masuk ke Bangsal Perawatan
Rawat Inap VIP Mawar RS. S diantar anaknya
dengan Diagnosa Stroke, Hipertensi dan DM. Tn B
punya riwayat jatuh dari tempat tidur saat
dirawat 1 thn lalu. Tg B mengalami kelumpuhan
pada bagian tubuh sebelah kiri, keadaan umum,
orientasi baik dan masih sadar. Tn B keadaannya
lemah, terpasang infus. Saat itu Tn B didampingi
oleh anaknya.
KASUS 4
• Dewasa (TOTAL = 40)  risiko rendah
– riwayat jatuh 1 tahun (> 3bulan) = 0
– 3 diagnosis medis = 15
– Kondisi terbaring, tidak berjalan = 0
– Menggunakan infus = 25
– Masih terbaring imobilisasi = 0
– Status mental tidak disebutkan terganggu = 0
KASUS 5
• Pasien Ny. A, tanggal lahir, 22 Februari 1933, NRM: 4458877
dirawat pada tanggal 4 Desember 2013 dengan sesak nafas
sejak satu minggu SMRS. Dengan perubahan pola tidur
bangun dan kebingungan sewaktu-waktu. Selama ini pasien
sudah berobat ke beberapa spesialis untuk penyakit
Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Perkapuran kedua lutut
obat-obat yang dikonsumsi selama ini Metformin 3 x 500
mg, Captopril 2 x 25 mg, Furosemid 1x 1 tab, Voltaren SR
1x75 mg. Tidak ada nokturia maupun inkontinensia. Dua
bulan yang lalu pasien pernah terjatuh saat berjalan ke
ruang tamu. Pendengaran sudah agak berkurang. Saat
pasien masuk ke poliklinik, terlihat berjalan agak berayun,
dan sangat lemah. Tentukan risiko jatuh pasien ini!
KASUS 5
• Geriatri (TOTAL = 15)  risiko tinggi
– Ditemukan jalan berayun, = 4
– kebingungan intermiten, = 2
– kelemahan umum, = 2
– penggunaan obat berisiko tinggi (antihipertensi dan
diuretik), = 2
– riwayat jatuh dalam 2 bulan terakhir, = 2
– osteoporosis, = 1
– gangguan pendengaran, = 1
– usia 80 thn = 1
KASUS 6
• Momen apa diperlukan untuk mencuci tangan ?

• Peragakan cara mencuci tangan yang baik dan


benar dan berapa lama waktu yang diperlukan ?

Anda mungkin juga menyukai