Anda di halaman 1dari 1

Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis dari Herpes zooster ini ditentukan dari anamnesis, manifestasi klinis, dan
pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis, biasanya ditemukan adanya riwayat adanya infeksi dari Varicella zooster
virus. Yang mana pada perkembangannya virus tersebut akan dorman pada ganglion saraf sensoris
dari manusia dan jika ada faktor pencetus, akan terjadi reaktivasi dari virus tersebut dan muncullah
manifestasi berupa penyakit Herpes zooster.(Lubis, 2008)

Manifestasi klinis yang muncul dari Herpes zooster antara lain :

1. Masa tunas 7-12 hari, lesi baru tetap timbul selama 1-4 hari dan kadangkadang selama ±1
minggu
2. Gejala prodromal berupa nyeri dan parestesi di dermatom yang terkait biasanya
mendahului erupsi kulit dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi, panas, pedih, nyeri
tekan, hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk. Dapat pula disertai dengan gejala konstitusi
seperti malaise, sefalgia, dan flu like symptoms yang akan menghilang setelah erupsi kulit
muncul.
3. Kelainan diawali dengan lesi makulopapular eritematosa yang dalam 12-48 jam menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan edema. Vesikel berisi cairan
jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta dalam 7-10 hari. Krusta
biasanya bertahan hingga 2-3 minggu.
4. Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan. (Widaty et al., 2017)

Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini juga diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu Tzancksmear. Tzancksmear merupakan pemeriksaan
yang tidak mahal dibandingkan dengan pemeriksaan serologis lain, namun tidak bisa membedakan
infeksi karena VZV atau herpes simplex virus (HSV), yang ditemukan yaitu multinucleated giant
cell.(Ayuningati dan Indramaya, 2015)

Integrasi Islam

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ibn Majah yang artinya
“Janganlah mengumpulkan unta yang sehat dengan kumpulan unta yang lagi sakit”. Dari hadits di
atas dapat diambil makna yaitu penyakit yang diderita oleh makhluk hidup itu dapat ditularkan ke
makhluk hidup lain yang masih sehat. Maka dari itu, jika seseorang mempunyai penyakit yang
diklasifikasikan sebagai penyakit yang menular, sebaiknya dilakukan isolasi dari orang-orang yang
sehat agar tidak menularkan penyakitnya. (Kapriadi, 2003)

Daftar Pustaka

Widiaty, Sandra et al. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI

Ayuningati, Lia Kinasih, Diah Mira Indramaya. 2015. “Study Retrospektif: Karakteristik Pasien
Herpes Zooster” dalam BIKKK-Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Volume 27 No. 3
(hlm. 216). Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Lubis, Ramona Dumasari. 2008. Varicella dan Herpes Zooster

Anda mungkin juga menyukai