سوومدتتهه مخ م
طاَمياَ مبننيِ آمدمم ضاَ نمتن اللومبنن مف م سموهد نمتن اتلمجنونة موههمو أم م
شدد مبمياَ ض منمزمل اتلمحمجهر اتلم ت
“Hajar Aswad turun dari surga, dalam kondisi berwarna lebih putih dari air
susu. Kemudian, dosa-dosa anak Adam-lah yang membuatnya sampai
berwarna hitam.” [Hadits shahih riwayat at Tirmidzi. Dishahihkan oleh al
Albani. Lihat Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 877].
“Sesungguhnya batu ini akan punya lisan dan dua bibir akan bersaksi bagi
orang yang menyentuhnya di hari Kiamat dengan cara yang benar.” [HR al
Hakim dan Ibnu Hibban, dan dishahihkan al Albani. Lihat Shahihul-Jami’, no.
2184.].
طاَنن اتلمخنطيمئمة
سمحههمماَ ميهح و
نإون مم ت
Adalah Abu Thahir, Sulaiman bin Abu Said al Husain al Janabi, tokoh golongan
Qaramithah pada masanya, telah menggegerkan dunia Islam dengan
melakukan kerusakan dan peperangan terhadap kaum Muslimin. Kota yang
suci, Mekah dan Masjidil Haram tidak luput dari kejahatannya. Dia dan
pengikutnya melakukan pembunuhan, perampokan dan merusak rumah-
rumah. Bila terdengar namanya, orang-orang akan berusaha lari untuk
menyelamatkan diri [Al Bidayah wan Nihayah, 11/187].
Kisahnya, pada musim haji tahun 317H tersebut, rombongan haji dari Irak
pimpinan Manshur ad Dailami bertolak menuju Mekah dan sampai dalam
keadaan selamat. Namun, tiba-tiba pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah),
orang-orang Qaramithah (salah satu sekte Syiah Isma’iliyah) melakukan huru-
hara di tanah Haram. Mereka merampok harta-harta jamaah haji dan
menghalalkan untuk memeranginya. Banyak jamaah haji yang menjadi korban,
bahkan, meskipun berada di dekat Ka’bah.
Usai menuntaskan kejahatannya yang tidak terkira terhadap para jamaah haji,
Abu Thahir memerintahkan pasukan untuk mengubur jasad-jasad korban
keganasannya tersebut ke dalam sumur Zam Zam. Sebagian lainnya, di kubur
di tanah Haram dan di lokasi Masjidil Haram.
Kubah sumur Zam Zam ia hancurkan. Dia juga memerintahkan agar pintu
Ka’bah dicopot dan melepas kiswahnya. Selanjutnya, ia merobek-robeknya di
hadapan para pengikutnya. Dia meminta kepada salah seorang pengikutnya
untuk naik ke atas Ka’bah dan mencabut talang Ka’bah. Namun tiba-tiba,
orang tersebut terjatuh dan mati seketika. Abu Thahir pun mengurungkan
niatnya untuk mengambil talang Ka’bah. Kemudian, ia memerintahkan untuk
mencongkel Hajar Aswad dari tempatnya. Seorang lelaki memukul dan
mencongkelnya.
Peristiwa penjarahan Hajar Aswad ini, membuat Amir Mekah dan keluarganya
dengan didukung sejumlah pasukan mengejar mereka. Amir Mekah berusaha
membujuk Abu Thahir agar mau mengembalikan Hajar aswad ke tempat
semula. Seluruh harta yang dimiliki Sang Amir telah ia tawarkan untuk
menebus Hajar Aswad itu. Namun Abu Thahir tidak bergeming. Bahkan Sang
Amir, anggota keluarga dan pasukannya menjadi korban berikutnya. Abu
Thahir pun melenggang menuju daerahnya dengan membawa Hajar Aswad
dan harta-harta rampasan dari jamaah haji. Batu dari Jannah ini, ia bawa
pulang ke daerahnya, yaitu Hajr (Ahsa), dan berada di sana selama 22 tahun.
Akhirnya, Hajar Aswad dikirim ke Mekah di atas satu tunggangan tanpa ada
halangan. Dan sampai di Mekah pada bulan Dzul Qa’dah tahun 339H [Al
Bidayah wan Nihayah, 11/265].
Dikisahkan oleh sebagian orang, bahwa pada saat penjarahan Hajar Aswad,
orang-orang Qaramithah terpaksa mengangkut Hajar Aswad di atas beberapa
onta. Punuk-punuk onta sampai terluka dan mengeluarkan nanah. Tetapi, saat
dikembalikan hanya membutuhkan satu tunggangan saja, tanpa terjadi hal-hal
aneh dalam perjalanan. (Mas)
Sumber :
– Shahih Muslim, Syarhun-Nawawi, Darul Ma’rifah, Beirut, Cet. VI, Th. 1420 H.