SKRIPSI
RUBIWANTO
0706273953
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat
Oleh
RUBIWANTO
0706273953
Nama : Rubiwanto
Alamat Rumah : Desa Subarang kec. Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumbar
Email : rubiwanto@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Bismillahirohmanirahim,
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kelancaran yang luar
biasa selama pengerjaan skripsi ini. Salawat beserta salam tidak putus-putusnya
penulis haturkan kepada Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
vi
Rubiwanto
vii
Nama : Rubiwanto
ix Universitas Indonesia
Name : Rubiwanto
Judul :” Ergonomic Risk Assesment to the lifting task with Niosh Lifting
Equation Method At Pasar Induk Cipinang 2011”
Lifting is a work with the high risk for any worker to get disorder, if that work is
doing in repetitive way and long duration every day. At Pasar Induk Beras
Cipinang, any worker doing lifting job is the major task every day that is the
causes why me as a writer doing the risk assessment with the niosh lifting
equation to the worker at pasar induk beras cipinang. Result from this research is
the risk index for the lifting task at Pasar Induk Beras Cipinang is high and need
to be modified to reduce that risk and prevent the illness because manual lifting.
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
LAMPIRAN ......................................................................................................... 80
xv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Laporan terkait back pain yang lebih baru yakni pada tahun 2001 oleh The
National Hospital Ambulatory Medical Care Survey menyebutkan bahwa
13,707,000 yang mengunjungi dokternya memiliki keluhan tentang sakit didaerah
pungung atau tulang belakang. Di Amerika sendiri permasalahan terkait low back
pain menjadi salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan di era modern ini
di perkirakan 31 juta orang mengalami keluhan tentang low back pain. Ini
dibuktikan dengan laporan bahwa sekitar 50% dari semua orang Amerika
mengunjungi dokter dengan keluhan sakit di daerah punggung baik yang bersifat
mayor maupum bersifat minor. Laporan lain menyebutkan bahwa satu dari tiga
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun mengunjungi physicians office dengan
keluhan sakit di daerah punggung karena melakukan pengangkatan (NHAMCS,
2001).
Pasar Induk Beras Cipinang merupakan pusat pemasaran beras dan
menjadi tolak ukur dari ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta.Selain itu, Pasar
Induk Beras Cipinang (PIBC) juga merupakan terminal pangan, yang menjadi
media transaksi yang fair antara produsen dan pedagang grosir. Oleh karenanya,
Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) disebut juga sebagai daerah produsen
(Karawang, Cirebon, Bandung, Serang, Makasar dan lain-lain). Bukan itu saja,
Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) juga menjadi tolak ukur ketahanan pangan
pokok, khusunya beras di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Dengan fungsi yang
demikian besar Pasar Induk Beras Cipinang secara tidak langsung menggunakan
aktivitas manual handling dalam skala yang cukup besar dalam menjalankan
fungsi sebagai pusat pemasaran beras di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya,
tercatat sekitar kurang lebih 100 pekerja angkat membantu dalam proses
keseharian perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang ini.
Oleh sebab itu, secara tidak langsung dengan banyaknya aktivitas manual
handling seperti mengangkat dan membawa beras yang dilakukan pekerja di
Pasar Induk Cipinang setiap harinya maka kemungkinan besar para pekerja angkat
di Pasar Induk Beras Cipinang memiliki risiko yang cukup besar pula untuk
terkena penyakit akibat kerja dari pekerjaan yang dilakukannya penyakit tersebut
seperti muskolous skeletal disorder (MSDs), low back pain, atau juga mungkin
terjadi kecelakaan kerja seperti terjatuh, tertimpa dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang
bermakna kerja dan nomos yang bermakna hukum alam. Kalau diinterpretasikan
dalam maknanya yang lebih luas maka arti dari kata ergonomi itu sendiri adalah
suatu ilmu tentang penyesuaian aspek manusia seperti anatomi, fisiologi,
psikologi , dan lain-lain dengan segala keterbatasannya dengan faktor pekerjaan.
Sehingga pendekatan disiplin ilmu ergonomi sendiri bertujuan untuk
mengoptimalkan performance kerja manusia seperti ketepatan dan keselamatan
kerja di samping untuk mengurangi timbulnya kelelahan yang terlalu cepat dan
mampu memperbaiki pendayagunaan manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Junaiani dkk, 2007)
Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
praktek-praktek ergonomi yang dilakukan dengan baik di tempat kerja dapat
membantu upaya pencegahan sakit akibat kerja, kondisi kerja dengan penerapan
ergonomi yang tidak tepat dapat mengakibatkan keluhan atau rasa sakit pada
pekerja akibat pekerjaannya. Lebih jauh undang-undang no. 14 tahun 1969
menyebutkan tentang ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja
memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern, maupun
sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern, penerapan ergonomi dalam
bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja, perencanaan kerja yang tepat adalah
syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi. Peralatan
kerjadan mesin dalam industri-industri masih banyak yang didatangkan dari luar
negeri dengan ukuran atau antropometri yang disesuaikan dengan pengguna luar
negeri yang sangat jauh berbeda dengan antropometri orang Indonesia sehingga
perlu dilakukan suatu penyesuaian. Pada sektor informal, pekerjaan pada
Umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan dan kaki.
6 Universitas Indonesia
Hal ini menyebabkan kemungkinan gangguan kesehatan kerja cukup tinggi karena
postur-postur janggal yang dilakukan akibat pekerjaan tersebut (Suma’mur, 2004).
Universitas Indonesia
A. Berat Beban
B. Kemasan Beban
Secara alami kemasan beban mempengaruhi kemudahan pekerja dalam
melakukan pengangkatan. Selain itu juga akan mepengaruhi besar energi/tenaga
yang harus dikeluarkan oleh pekerja. Kemasan beban yang baik akan mengurangi
maksimum energi untuk menggenggam beban dan akan meningkatkan acceptable
weigh (Nurmianto, 2004).
ukuran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
otot yang bekerja. Kerja otot adalah sumber panas karena efisiensi mekanis otot
hanya sekitar 20%. Sedikit panas transfer dari interior ke permukaan tubuh terjadi
melalui konduksi, jaringan tubuh merupakan konduktor panas buruk. Panas
ditransfer ke kulit dari jaringan tubuh dengan konveksi.
Pekerjaan fisik yang berat dalam suhu panas memaksa pekerjaan yang
berat pada sistem kardiovaskuler. Vasodilatasi perifer membutuhkan peningkatan
aliran darah ke kulit (hingga 10 liter / menit). Namun, otot yang bekerja juga
menuntut suplai darah yang meningkat (sampai 25 liter / menit). Sehingga aliran
darah ke kulit dan otot dapat ditingkatkan dengan mengalihkan darah dari organ
lain, tapi ini merupakan kapasitas cadangan terbatas. Karena output jantung tidak
dapat memberikan aliran darah rata-rata maksimum sekitar 25 liter / menit,
kapasitas jantung merupakan faktor pembatas untuk kerja otot dalam suhu panas
(Kroemer, 1991).
Sistem kardiovaskular berada dalam tuntutan yang tinggi ketika seseorang
bekerja di suhu panas, sebagai output meningkatnya tuntutan pekerjaan fisik dan
tubuh manusia untuk pendinginan. Sebuah kondisi yang berbahaya dapat timbul
jika hati tidak lagi mampu memenuhi kedua tuntutan. Keadaan ini akan semakin
buruk jika pekerja menjadi dehidrasi, serta produksi keringat dan suhu inti
meningkat.
Peningkatan suhu tubuh yang cepat untuk meningkatkan laju metabolisme,
menjadikan panas sebagai produk sampingan dari metabolisme, sehingga
keseimbangan panas tubuh menjadi terganggu. Jika suhu inti naik di atas 42°C,
tekanan darah dan aliran darah yang dipompa ke organ-organ vital menjadi tidak
terpenuhi, seperti ginjal, jantung dan otak. Beberapa kondisi yang buruk dapat
muncul ketika tubuh tidak mampu mengatasi termoregulasi.
Universitas Indonesia
Kondisi lain yang dapat muncul karena suhu lingkungan yang panas adalah
kelelahan. Hal ini dapat terjadi karena sistem termoregulasi dan sistem
kardiovaskular tidak dapat lagi berjalan dengan baik. Orang merasa lemah dan
mungkin tidak terkoordinasi, pernapasan menjadi pendek dan cepat. Dehidrasi
adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap kelelahan. Heat
stroke juga dapat terjadi jika dehidrasi tidak ditanggulangi.
Dampak lain akibat suhu adalah pingsan, Hal ini sering terjasi karena
unacclimatised individu dan dapat menjadi fatal jika penderita tidak dapat
berbaring misalnya saat bekerja di ruangan tertutup (Kroemer, 1991).
2.3.2.4 Getaran
A. Efek Getaran terhadap kesehatan
Efek dari getaran dapat menganggu kinerja kesehatan, tugas dan
komunikasi di tempat kerja. Getaran diukur dengan menggunakan akselerometer
ditempatkan di tempat kerja atau di kursi dimana pengukuran paparan diperlukan.
Akselerometer digunakan untuk mengukur getaran dalam tiga sumbu translasi
(maju-mundur, atas- bawah, dan sisi ke sisi). getaran di bidang vertikal biasanya
yang paling banyak terhitung ketika output yang berbeda akselerometer
dikombinasikan (Cole, 1982).
Akan tetapi, tidak ada gangguan kesehatan yang murni disebabkan oleh
paparan getaran. Kebanyakan orang yang terkena paparan getaran juga terkena
Universitas Indonesia
faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka misalnya postur tubuh
yang buruk atau dingin (Wikstrom et al. 1994).
2.3.3.2 Usia
Kekuatan otot berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Usia diatas 50
tahun cenderung mudah terkena Low Back Pain disebabkan pergerakan lumbar
yang sudah tidak stabil. Selain itu, usia juga memiliki efek yang signifikan untuk
kapasitas kerja seseorang. VO2 maks akan menurun setelah 20 tahun. Seorang
dengan usia 60 tahun memiliki kapasitas aerobic sekitar 70 persen daripada
seseorang dengan usia 25 tahun ini mempengaruhi fungsi otot dan kapasitas kerja
(Bridger, 1995).
Universitas Indonesia
2.3.3.5 Merokok
Asap rokok mengandung sekitar 4% karbon monoksida. CO memiliki
afinitas untuk mengikat dengan hemoglobin (menggabungkan untuk membentuk
carboxyhaemoglobin) 200 kali lebih kuat daripada oksigen. Oleh karena itu,
merokok dapat mengurangi kapasitas kerja dengan mengurangi oksigen yang
terbawa ke dalam darah. Ini juga menyebabkan kerusakan kronis pada sistem
pernafasan, yang menganggu sistem paru-paru dan transfer oksigen dari udara ke
darah.
Universitas Indonesia
Asap tembakau juga mengandung sangat banyak bahan kimia beracun dan
karsinogenik yang cenderung berpengaruh pada kapasitas fisik perokok. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa pekerja non-perokok yang bekerja di ruang yang
sama dengan perokok mungkin menderita beberapa efek yang sama seperti
perokok sendiri karena bernapas dalam udara yang telah tercemar asap rokok.
Asap rokok yang paling berbahaya adalah asap yang yang dikeluarkan dari ujung
rokok yang terbakar dan asap yang dihembuskan dari perokok karena belum-
disaring oleh jaringan paru-paru perokok. Kedua asap tersebut mengandung
proporsi zat beracun yang tinggi.
2.3.3.6 Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang cukup penting terkait kapasitas kerja.
Motivasi pekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti kepribadian,
tujuan pribadi dan karir, kebutuhan untuk berprestasi di tempat kerja, dan
sebagainya, dan faktor-faktor ekstrinsik seperti organisasi kerja, metode
remunerasi dan ketersediaan bentuk-bentuk alternatif pekerjaan. Upah (di mana
pekerja dibayar sesuai dengan berapa banyak yang dihasilkan) dapat memotivasi
pekerja untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi (Bridger, 1995).
2.3.3.7 Suplemen
Masalah yang dihadapi oleh pekerja di banyak negara di Dunia Ketiga
adalah tidak mampu memenuhi kebutuhan energi mereka dan dipaksa untuk hidup
pada tingkat yang sangat rendah. Sejumlah peneliti telah menyelidiki efek
suplementasi makanan pada output, pekerjaan kurang gizi.
Penyelidikan ini diantaranya adalah penelitian tentang kinerja pekerja dari
kelompok buruh Gambia selama 12 minggu selama waktu kekurangan makanan
alami (musim hujan). Para buruh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, salah
satu suplemen makanan menerima selama 6 minggu pertama dan suplemen
lainnya menerima selama 6 minggu terakhir. Kedua kelompok mendapatkan berat
badan selama suplementasi yang periode dan berat hilang ketika tidak ada
suplemen. Namun, makanan suplementasi tidak berpengaruh pada produktivitas
pekerja meskipun energi negatif keseimbangan pekerja diberi suplemen. Fakta
Universitas Indonesia
bahwa para pekerja dibayar pada suatu piecerate dasar dapat menjelaskan
produktivitas konstan, yang dipertahankan bahkan di Beban penurunan berat
badan. Dalam situasi yang keras seperti ini, pekerja dapat mempertahankan
tingkat output di tempat kerja tetapi mengurangi energi yang ditujukan untuk
kegiatan rekreasi untuk kompensasi. Ketika ini terjadi, salah satu biaya kerja
berkurang aktivitas waktu luang (Diaz et al, 1989).
2.4 Keluhan Otot dan Tulang Terkait Dengan Pekerjaan Manual Handling.
Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab seseorang mengalami nyeri
atau keluhan pada otot dan tulang di tempat kerja yaitu faktor pekerjaan dan
kondisi kesehatan pekerja sendiri. Keluhan yang berhubungan dengan pekerjaan
seperti gangguan muskuloskeletal ditinjau di bawah ini. Selain dua faktor utama
tersebut terdapat beberapa faktor lain seperti faktor personal serta lingkungan
terkait dengan keluhan-keluhan otot dan tulang pada pekerja. Fungsi dari ahli
ergonomi tidak mencoba untuk mendiagnosis kondisi ini tapi untuk mengambil
data serta melaporkan gejala, seperti nyeri, ketika mengevaluasi tempat kerja.
Terlepas dari apakah ada kondisi yang mendasari, tujuan dari diagnose adalah
untuk merancang atau mendesain ulang tempat kerja sehingga memungkinkan
orang bekerja lebih nyaman.
2.4.1.1 Defenisi
Pekerjaan menangani beban secara manual (manual handling) yang terdiri
dari kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa
merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mengandung risiko terjadinya gangguan
kesehatan pada tubuh manusia.
Keluhan muskulouskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan para pekerja mulai dari keluhan yang sangat ringan
sampai dengan keluhan dalam kategori yang berat. Apabila otot menerima beban
statis yang secara berulang dengan jangka waktu yang cukup panjang berulang
dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sementara mungkin kehilangan hingga 50% dari kekuatan normal ketika lelah).
Kram di tangan atau lengan bawah yang dikenal lebih umum pada mereka yang
pekerjaannya melibatkan tulisan tangan berkepanjangan, mengetik atau gerakan
berulang lainnya(Putz-Anderson, 988) . Kram lebih sering terjadi ketika pekerja
melakukan pekerjaan dengan postur janggal, kondisi ini dapat melemahkan
sistem otot sendi. Patkin pada tahun 1989 melaporkan bahwa kram dapat
disebabkan karena desain kerja atau alat kerja yang buruk seperti saat menulis
dengan pena yang membutuhkan tekanan untuk menulis dengan baik. Penggunaan
pena adalah wajib untuk anak sekolah di beberapa negara karena pena dapat
digunakan dengan kekuatan rendah.
DOM (delayed-onset muscle soreness) atau nyeri otot yang berulang-ulang
adalah respon alami karena peradangan, muncul hingga 12-24 jam setelah
paparan, dan memuncak setelah 1-3 hari, kemudian secara bertahap menurun.
DOM merupakan indikasi kerusakan otot. Hal ini dapat terjadi setelah terpapar
prnggunaan kekuatan otot tinggi secara mendadak, terutama selama eksentrik
kontraksi seperti ketika mencoba untuk memegang benda jatuh atau melawan
seorang reaksi mendadak dari alat torsi bertenaga (Patkin, 1989).
Pada tingkat jaringan mungkin terjadi kerusakan seperti serat otot,
menurun triphospahate adenosin intraseluler (ATP) dan berkurangnya aliran darah
lokal (Hales, 1994). Biasanya, otot akan pulih dan bahkan menjadi lebih kuat,
namun beberapa peneliti percaya bahwa paparan kronis beban statis mencegah
pemulihan yang tepat dan menyebabkan kerusakan permanen. Respon primer
mungkin disertai dengan perasaan nyeri di otot, yang mengurangi sebagai
regenerasi serat otot yang terganggu (Armstrong et al., 1993).
Pola aktivitas dalam pekerjaan industri banyak sedikit memiliki kemiripan
dengan yang di program pelatihan otot. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa
waktu istirahat jauh lebih sering dalam pelatihan otot dari pada bekerja, itulah
sebabnya bekerja biasanya tidak memiliki efek yang menguntungkan yang sama
seperti latihan atau pelatihan.
Kerusakan jaringan otot setiap hari dapat melebihi kemampuan perbaikan
otot dan pada akhirnya mengarah ke penurunan daripada peningkatan dalam
kekuatan atau daya tahan serta mengakibatkan rasa sakit kronis pada otot
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Otot-otot posterior yang memperpanjang leher lebih kuat dari anterior otot
yang melenturkan leher, karena dibantu oleh gravitasi sedangkan otot posterior
harus bekerja melawan gravitasi. Sehingga, memainkan sangat penting dalam
aktivitas kerja banyak. Karena orientasi miring, itu menghasilkan ekstensi, fleksi
lateral dan rotasi kepala ke arah sisi kontraksi.
Prolaps diskus intervertebralis dari serviks tulang jarang terjadi. Namun,
cakram pasti bisa merosot, seperti pada sendi intervertebralis, dan ini dapat
menyebabkan iritasi akar saraf di tulang belakang leher. Nyeri di leher dan bahu
bisa terjadi. Degenerasi tulang belakang leher, yang dikenal dengan istilah
kedokteran cervical spondylosis, dapat memiliki konsekuensi serius. Kompresi
tulang belakang kabel pada tingkat tulang belakang leher dapat terjadi, sehingga
dalam kelemahan dan pemborosan tungkai atas. Hal ini kemudian dapat menyebar
ke tungkai bawah. Seperti halnya dengan tulang belakang lumbal, beberapa
degenerasi tulang belakang leher adalah bagian dari proses alami penuaan
(Kapandji, 1974).
Degenerasi tulang belakang leher merupakan penyebab potensial dari sakit
leher karena mekanik perubahan yang terjadi sebagai akibat yang berkaitan
dengan usia proses degeneratif. Fleksi statis dari tulang belakang leher
meningkatkan lengan saat kepala sesuai ke sinus dari sudut fleksi. Hal ini
meningkatkan beban pada jaringan lunak di daerah leher rahim dan otot-otot leher
posterior ditempatkan di bawah beban statis meningkat dalam rangka
mempertahankan kepala tertekuk ke depan dalam kesetimbangan dengan gravitasi
(Barton, 1992).
beban statis meningkat pada otot ini menyebabkan tekanan iskemia dan
kelaparan jaringan otot terhadap bahan bakar dan oksigen. Nyeri di leher dan bahu
bisa terjadi, yang menyebabkan kejang otot (kontraksi refleks dari otot-otot). Ini,
pada gilirannya, dapat memperburuk rasa sakit dan menyebabkan lingkaran setan.
Maju-tertekuk posisi dapat dikenai diskus intervertebralis serviks untuk kompresi
meningkat dan posterior ligamen ketegangan meningkat. desain ruang kerja yang
buruk, contohnya membutuhkan para pekerja harus menekuk leher, dapat menjadi
penyebab sakit reversibel atau mungkin memperkuat nyeri akibat perubahan
degeneratif yang ada. Sangat berulang, rendah beban pengerahan tenaga dapat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
konduksi sinyal saraf. Hasilnya adalah sensasi kesemutan dan mati rasa di telapak
tangan dan jari.
Dalam kasus yang parah, pembedahan mungkin diperlukan untuk
meringankan tekanan. Syndrome sindrom pergelangan telah dilaporkan dalam
pekerjaan yang membutuhkan gerakan jari yang cepat, seperti mengetik, dan
ditemukan di kalangan musisi profesional. Namun, Barton tahun 1992,
menyimpulkan bahwa mayoritas kasus carpal tunnel sindrom tidak disebabkan
oleh pekerjaan. Hal ini umum terjadi selama kehamilan dan mungkin rekan-
kondisi dari berbagai gangguan lain yang beragam seperti diabetes, tekanan darah
tinggi, gangguan ginjal, penggunaan kontrasepsi oral dan arthritis (Hales, 1994).
Klasifikasi dan diagnosis CTS pada studi lain telah menemukan bukti dari
sebuah hubungan antara gejala CTS dan bekerja. Masalah ini (yaitu diagnosis dan
kategorisasi) saat ini meliputi semua penelitian tentang keterkaitan pekerjaan dan
gangguan muskuloskeletal. Spondylosis serviks dan stenosis (penyempitan) dari
struktur serviks, serta terjepitnya saraf di lengan, dapat menimbulkan gejala yang
menyerupai sindrom carpal tunnel. Hal ini menggambarkan bahwa diagnosis dari
semua masalah lengan dan tangan sebaiknya diserahkan kepada para ahli karena
sakit di daerah ini mungkin, pada kenyataannya, disebabkan oleh penyebab lain.
Loslever dan Ranaivosoa tahun 1993, dalam penelitiannya menemukan
bukti bahwa faktor-faktor non-kerja lebih penting daripada faktor pekerjaan.
Namun, prevalensi untuk kedua tangan ditemukan berkorelasi positif dengan
langkah-langkah fleksi pergelangan tangan dan kekuatan pegangan tinggi.
Tampaknya bahwa faktor-faktor seperti pekerjaan yang berulang, postur tubuh
dan pergelangan tangan ditentukan oleh tugas dan desain alat dapat menimbulkan
gejala CTS. Bahkan, ada bukti bahwa penderita CTS menyebabkan hilangnya
sensitivitas taktil.
Pegangan penderita menjadi berlebihan sehubungan dengan tuntutan
tugas, sehingga menyebabkan kenaikan lebih lanjut tekanan di dalam pergelangan
tangan dan ketegangan yang berlebihan dalam struktur lain, sehingga
mempercepat terjadinya gangguan (Lowe dan Frievalds, 1998). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa mendesain ulang peralatan untuk meminimalkan paparan
terhadap getaran, pekerjaan yang berulang-ulang dan postur yang ekstrim serta
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Faktor Pekerjaan:
- Berat beban
- Bentuk beban
- Pegangan
- Jarak beban
Faktor Lingkungan:
- Temperatur.
- Kebisingan. Pekerjaan Manual
- Pencahayaan. Handling
- Kelembapan.
- Permukaan lantai.
Karakteristik individu
- Umur
- Jenis kelamin
- Motivasi
- Kebiasaan
- Status gizi
27 Universitas Indonesia
Berat beban(L)
Jarak antara beban
dengan lantai(V)
Jarak antara orang Resiko Pengangkatan
dengan beban(H)
Sudut saat
pengangkatan
beban(A)
Frekuensi
pengangkatan(F)
Durasi pengangkatan
beban
Bentuk
beban/kemasan(C)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Load Berat rata-rata beban yang Lihat Berat yang di rekomendasikan oleh Niosh Rasio
constant diangkat oleh pekerja kemasan atau Lifting Equation adalah 23 kg karena berat
langsung tersebut dapat diterima oleh 75% wanita.
ditimbang Satuan kilogram.
4. Horizontal Peningkatan jarak horizontal Dihitung Unit konversi Niosh 0.00...-1.00 Interval
multiplier pada waktu awal pengangkatan dengan
origin dari tulang belakang rumus Niosh
menyebabkan peningkatan Lifting
gaya pada lengan dan leads Equation
sehingga meningkatkan stress Hm= 25/ h
pada lumbar. origin
Universitas Indonesia
8. Horizontal Peningkatan jarak horizontal Diukur Unit Konversi Niosh Niosh 0.00-1.00. Interval
multiplier saat akhir pengangkatan dari dengan
destination tulang belakang menyebabkan rumus Niosh
peningkatan gaya pada lengan Lifting
dan leads sehingga Equation
meningkatkan stress pada Hm= 25/ h
lumbar. origin satuan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
akhir
16 Assimetric Pengangkatan suatu benda AM = ( 1 - Unit konversi Niosh 0.00…-1.00. Interval
multiplier diluar sagital plane akan (0.0032 A)),
menyebabkan perubahan beban standart Am
anakat pada form
Niosh Lifting
Equation
Universitas Indonesia
. Multiplier diangkat terkait pegangan, pengisian optimal berbentuk kotak dengan pegangan
bentuk barang Niosh Lifting dan mudah untuk di pegang
Equation Fair=bentuk objek yang tidak terlalu
optimal memiliki pegangan akan tetapi
tidak terlalu bagus sehingga menyebabkan
tangan harus memutar saat membawa
Poor=desain kemasan yang tidak optimal
segi-segi yang tajam, tidak memilki
pegangan
Universitas Indonesia
35 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
V = jarak beban dengan lantai.
Universitas Indonesia
Keterangan:
A = sudut yang terbentuk antara pekerja dengan titik pengangkatan.
.FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM.
Universitas Indonesia
SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM
,
7. Menghitung FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko
satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
8. Menghitung STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu
kali pengangkatan memperhitungkan frekuensi.
STLI = Lavg/STRWL
.
9. New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI
yang paling besar.
CLI= STLI1 +
Catatan
Pemberian indeks angka pada FILI dan STLI mengikuti penomoran task baru
yang berdasarkan pada urutan besar dan kecilnya nialai STLI(yang paling
besar diberi indeks 1 dan seterusnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pasar Induk Beras Cipinang yang merupakan pusat grosir beras di Jakarta
yang mempunyai fungsi untuk memnuhi kebutuhan beras di wilayah Jakarta
memiliki volume perdagangan sekitar 5000 ton beras setiap harinya dan memiliki
tenaga bongkar muat sekitar 800 orang. Setiap harinya tenaga bongkar muat ini
akan melakukan kegiatan-kegiatan manual handling seperti mengangkat,
membawa, menarik, mendororng beras.
Dari hasil observasi penulis selama 4 hari di Pasar Induk Cipinang,
tenaga bongkar muat memiliki dua pekerjaan paling banyak dilakukan yaitu
mengangkat, menurunkan dan membawa beras. Durasi pekerjaan para tenaga
bongkar muat ini dalam seharinya bisa mencapai 6 jam dengan jam istirahat yang
tidak beraturan karena tergantung datangnya pasokan beras dan tergantung dengan
pembeli yang bisa datang kapan saja. Akan tetapi rata-rata tenaga bongkar muat
ini melakukan pekerjaan dari jam 8 pagi sampai jam 16.00. dengan jeda waktu
istirahat rata-rata 2 jam setiap harinya.
Jenis pekerjaan manual handling yang banyak dilakukan adalah:
1. Mengangkat atau menurunkan beras di kios
2. Mengangkat atau menurunkan beras dari pick up
3. Membawa beras dari kios ke pick up atau sebaliknya
41 Universitas Indonesia
Program yang merupakan bagian dari rencana induk DKI Jakarta 1965-1985.
Pemerintah menunjuk PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola dan
Pembina PIBC. Perusahaan ini didirikan akta notaries Soeleman
Ardjasasmita, SH, No. 46 tanggal 26 April 1972 TBNRI No. 39 tanggal 16
Mei 1975. Setelah itu diperbaharui dengan akta notaries Rachmad Umar, SH No. 25
tanggal 30 maret 2000. Terakhir diperbaharui lagi dengan akta notaris Yurisa
Martanti, SH No. 45 tanggal 15 Agustus 2008 tentang didirikannya PT Food Station
Tjipinang Jaya, yang disahkan dengan SK Menteri Kehakiman dan Ham RI No. 16,3
hektar. Diatas lahan itu terdapat bangunan pertokoan, perdagangan, perkantoran, dan
pelataran parkir. Selain itu ada berbagai fasilitas lainnya. Diantaranya jalan, bank,
masjid, koperasi, pemadam kebakaran, rumah makan, area bongkar muat, dan armada
angkutan beras.
Universitas Indonesia
B. Perdagangan
Salah satu potensi dari PT Food Station Tjipinang Jaya adalah jalinan
kerjasama dengan para pemasok beras dari daerah produsen , baik dari dalam pulau
Jawa, Sulawesi Selatan, dan daerah lainnya. Beras tersebut didistribusikan kepada
pedagang grosir di Pasar Induk Beras Cipinang dan sekaligus sebagai importir guna
memenuhi kebutuhan pangan.
C. Angkutan
Untuk pendistribusian beras yaitu dalam proses keluar/ masuk beras di Pasar
Induk Beras Cipingng, tersedia sekitas 200 unit kendaraan. Angkutan ini armada
milik PIC, PT Wahana Jaya Raya, PT Jampang Sunda kelapa dan Kabapin. Armada
angkutan beras juga tersedia dengan kapasitas muat dua ton per unit yang digunakan
sebagai sarana transportasi pendistribusian ke pasar wilayah DKI Jakarta. Selain itu,
tersedia pula kendaraan truk untuk wilayah Bodetabek, antar provinsi dan antar pulau.
terdapat 801 ruang yang terdiri dari toko los tertutup dan terbuka dengan
kapasitas tamping 25.000 ton
Universitas Indonesia
lebih dari 600 pedagang siap melayani dan menampung beras dari daerah
produksi yang dibawa pemasok dan menjual secara grosir ke pasar-pasar wilayah
DKI Jakarta dan daerah Bodetabek maupun antar pulau.
Pedagang Pemasok
Para pemasok beras berasal dari daerah Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Luar Jawa(Palembang, Lampung, dan Sulawesi Selatan)
Masjid
Sarana ibadah bagi umat Islam yang berada di area Pasar Induk Beras
Cipinang. Masjid juga menjadi tempat diselenggarakannya peringatan hari-hari besar
umat Islam.
Pemadam kebakaran
Perbankan
Koperasi
Universitas Indonesia
Pada tahun 1980 telah terbentuk koperasi perdagangan Pasar Induk Cipinang
(KOPPIC Jaya). Selain itu sebagai wadah bagi para pedagang beras, KOPPIC Jaya
juga menjadi mitra kerja PT Food Station Tjipinang Jaya.
Area Bongkar Muat : mampu menampung lebih dari 300 kendaraan besar
(truk) dengan tenaga Bongkar Muat sebanyak 800 orang;
Armada Dalam Kota dan Luar Jakarta : ada sekitar 200 unit kendaraan armada
untuk distribusi ke pasar – pasar wilayah dan tersedia pula truk untuk
angkutan keluar kota Jakarta;
d. Pengadaan dan penyaluran bahan pokok yaitu beras dan sejenisnya, sehingga
tercipta stabilitas supply, distribusi dan standar harga beras, disamping
masalah-masalah disposal, dislokasi dan alokasinya dapat diatur dengan tertib
dan cepat;
Universitas Indonesia
Ada tiga pelaku tata niaga beras di Pasar Induk Beras Cipinang:
a. Pedagang daerah
b. Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang
c. Pedagang Wilayah
a. Kontan
b. Berjangka
c. Konsinyasi/ komisi
Volume perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang mencapai 5000 ton per
hari, dengan perputaran uang mencapai Rp.30.000.000.000,- setiap harinya
menjadikan Pasar Induk Cipinang sebagai pemasok beras yang paling berpengaruh
untuk ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta. Pemasok beras di Pasar Induk
Cipinang berasal dari Karawang sekitar 27%, Cirebon 35% (daerah Pantura Jawa
Barat), Cianjur 2%, Bandung 10%, Jawa Tengah 20% (Solo, Semarang, Tegal, dll),
Jawa Timur 4% (Surabaya, Kediri dll), Lampung, Palembang,Sulawesi Selatan dll
Universitas Indonesia
sekitar 2%. Sedangkan pendistribusian beras mencakup daerah DKI Jakarta dan
sekitarnya sekitar 60%, Bodetabek sekitar 10% dan Antar Pulau sekitar 30%( terdiri
dari: Pontianak, Bangka, Batam, Medan, Makassar, Jayapura dll).
Universitas Indonesia
6.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Indeks Resiko Penurunan Beras dari
Mobil Dengan Niosh Lifting Equation
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang multitasking dimana jarak beban
yang diangkat berbeda-beda dalam satu priode pengangkatan sehingga untuk
menentukan resikonya harus memakai indeks pengangkatan gabungan yang
sample nya diambil dari beberapa jarak beban yang berbeda.
Pengangkatan beras pertama maksudnya adalah beras yang jarak titik awal
dengan lantai yang paling jauh dengan kata lain beras ini berada di tumpukan
paling atas dan akan diangkat paling awal, begitu seterusnya untuk penomoran
pengangkatan kedua dan ketiga. Hasil pengukuran ini meliputi berat beban(L)
jarak beban dengan tubuh(H), jarak beban dengan lantai(V), selisih jarak beban
pada titik awal dan titik akhir(D), sudut pengangkatan antara pekerja dengan
posisi beban(A), bentuk kemasan(C).frekuensi(F). Hasil pengukuran tersebut
kemudian di konversikan ke unit konversi Niosh untuk menghitung indeks resiko
pengangkatan masing-masinng(STLI) dan indeks resiko pengangkatan
gabungan(CLI).
48 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.1 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor Pengangkatan Horiginal Hdestination Hmorigin Hmdestination
(centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan Beras 1 30 10 0.83 1.00
Pengankatan Beras 2 35 10 0.71 1.00
Pengangkatan Beras 3 40 15 0.63 1.00
Keterangan Tabel:
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik awal pengangkatan.
Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir pengangkatan.
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan tubuh pekerja.
HM= 25/H( Horigin dan Hdestination)
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlaku untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
Universitas Indonesia
Tabel 6.2 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor V origin V destination Vm origin V destination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 130 0 0.84 0.78
Beras 1
Pengangkatan 125 10 0.85 0.81
Beras 2
Pengangkatan 120 15 0.87 0.84
Beras 3
Keterangan Tabel:
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan
Vdestination) adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir pengangkatan
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM =(1-0,003(V-75))
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
Universitas Indonesia
Tabel 6.3 Perhitungan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja dan Posisi Beban Pada
Pekerjaan Menurunkan Beras.
Nomor Aoriginal Adestination Am originin Adestination
Pengangkatan (derajat) (derajat) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 1
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 2
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 3
Keterangan Tabel :
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada
titik awal dilakukan pengangkatan.
Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir
pengangkatan.
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan
titik pengangkatan
AM = ( 1 - (0.0032 A))
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
6.1.5 Hasil Penelitian Jarak Pengangkatan atau Selisih Jarak Antara Titik
Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan (Distance Multiplier).
Pengukuran selisih jarak pengangkatan beban(D) dilakukan dalam tiga
tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan diukur selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan
titik akhir. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari
niosh lifting equation yang disebut Distance Multiplier(DM) . Nilai- nilai hasil
konversi niosh tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko
pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini.
Universitas Indonesia
Tabel 6.4 Perhitungan Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan
Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor pengangkatan D DM
(centimeter) ( konversi niosh)
Pengangkatan beras 1 130 cm 0.86
Pengangkatan beras 2 115 cm 0.86
Pengangkatan beras 3 105 cm 0.86
Keterangan Tabel:
D(distance) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir
pengangkatan.
D = Vorigin-Vdestination(rumus ini berlaku pada penurunan beban).
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak vertical.
DM = (0.82 + (4.5 / D )
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3
Universitas Indonesia
Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
Universitas Indonesia
STRWL(Single Task Recommended Weight Limit) adalah berat beban yang dianjurkan
untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan
SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko satu kali pengangkatan
tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = Lmaks/ FIRWL
STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu kali pengangkatan
memperhitungkan frekuensi.
STLI = Lavg/STRWL.
New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI yang paling
besar.
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.6 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pengangkatan Beras di Kios
Nomor Horigin H destination Hmorigin Hmdestination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 10 20 1.00 1.00
beras 1
Pengangkatan 10 25 1.00 1.00
beras 2
Pengangkatan 10 25 1.00 1.00
beras 3
Keterangan Tabel:
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja pada titik awal pengangkatan.
Hdestination adalahjarak beban dengan tubuh pekerja saat titik akhir pengangkatan.
HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban.
VM=25/H( Horigin dan Hdestination).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
Universitas Indonesia
Tabel 6.7 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pengangkatan Beras di Kios
Nomor Vorigin Vdestination Vmorigin Vdestination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 20 70 0.81 0.99
beras 1
Pengangkatan 15 75 0.84 1.00
beras 2
Pengangkatan 0 80 0.78 0.99
beras 3
Keterangan Tabel:
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai/ sejajar dengan tempat berdiri pekerja pada awal
pengangkatan.
Vdestination adalah jarak beban dengan lantai/di titik akhir pengangkatan.
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM = (1-0,003(V-75)).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
Universitas Indonesia
Tabel 6.8 Perhitungan Sudut Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios
Nomor Aorigin Adestination Amoriginal Adestination
Pengangkatan (derajat) (derajat) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 1
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 2
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 3
Keterangan Tabel:
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada
titik awal dilakukan pengangkatan.
Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir
pengangkatan.
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan
titik pengangkatan.
AM = ( 1 - (0.0032 A)).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
Universitas Indonesia
Tabel 6.9 Perhitungan Selisih Jarak Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di
Kios
Nomor Pengangkatan D DM
(centimeter) (konversi niosh)
Pengangkatan beras 1 50 0.91
Pengangkatan beras 2 60 0.89
Pengangkatan beras 3 80 0.88
Keterangan Tabel:
D(distance) adalah selisih jarak vertical yang dibuat oleh pekerja pada waktu
pengangkatan.
D = Vdestination-Vorigin
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak pengangkatan.
DM = (0.82 + (4.5 / D )
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.
6.2.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan
Mengangkat Beras Di Kios
Dari hasil pengukuran variabel-variabel sebelumnya di atas dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation, untuk
mengetahui indeks resiko pengangkatan masing-masing(STLI),, didapat hasil
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Tabel 6.10 Hasil Akhir Perhitungan Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan
Pengankatan Beras di Kios
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.99 1.00 0.99
DM 0.91 0.89 0.88
AM 0.86 0.86 0.86
CM 0.90 0.90 0.90
FIRWL 16.03 16.39 15.50
FM 0.75 0.75 0.75
STRWL 12.02 12.29 11.63
FILI 3.11 3.05 3.22
STLI 4.15 4.06 4.29
New task number 2 3 1
Keterangan Tabel :
HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban.
HM =25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM =1-0,003(V-75)
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut yang dibentuk posisi pekerja dengan posisi beban.
AM = 1 - (0.0032 A)
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak vertical.
DM = 0.82 + (4.5 / D)
CM(Coupling Handle) adalah klasifikasi bentuk beban dilihat berdasarkan kategori yang
dibuat oleh Niosh.
FIRWL(frequency independent recommended weight limit) adalah berat beban yang
dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
STRWL dapat melihat berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
Universitas Indonesia
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = Lmaks/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= L avg/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
64 Universitas Indonesia
7.2 Biomekanik
Berhubungan dengan intervertebral disk antara tulang lumbar dengan
tulang sacrum L5/S1 yaitu bagian di tulang belakang manusia yang dampaknya
paling terasa apabila kegiatan mengangkat dilakukan dengan berulang. Saat
pekerjaan mengangkat dilakukan pada bagian punggung akan mengalami tekanan
akibat gaya yang besar, terutama saat beban yang diangkat menjauhi tubuh,
ditambah lagi jika dilakukan dengan cara memutar atau terbentuk sudut antara
pekerja dengan posisi beban (assymetric angle) adalah 45 derajat dan 90 derajat.
Oleh karena itu, berat beban(L) yang diangkat memiliki berat 50 kg, jarak
beban dengan tubuh(H) secara horizontal yang melebihi 25 cm yang membuat
otot harus bekerja cukup berat dalam menjangkau, dan sudut pengangkatan(A)
yang terbentuk saat mengangkat merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk
dikendalikan.
7.3 Psikofisik
Berdasarkan kekuatan dan kapasitas kerja dalam melakukan kegiatan
mengangkat secara manual pada frekuensi dan durasi tertentu. Maka, konstantan
berat yang diberlakukan adalah 23 kg. Berat ini menjadi standart berdasarkan
penelitian yang berhubungan dengan insiden dan keluhan akibat kerja. Berat
tersebut untuk memastikan bahwa tuntutan pekerjaan mengangkat secara manual
tidak melebihi kapasitas angkat yang dapat diterima oleh sekitar 99% pekerja pria
dan 75% pekerja wanita(NIOSH).
Berdasarkan ketiga komponen tersebut diatas terformulasikanlah Lifting
Index atau indeks resiko pengangkatan yang menyediakan konsep sederhana
untuk membandingkan kebutuhan mengangkat sehubungan dengan kegiatan
mengangkat beban yang bervariasi, sehingga menghasilkan batasan beban yang
direkomendasikan (RWL) yang bervariasi juga. Secara teori, ukuran indeks resiko
pengangkatan gabungan (CLI)>3 biasa digunakan sebagai estimasi bahwa suatu
beban kerja dapat menimbulkan LBP akibat pekerjaan dengan nilai.
Universitas Indonesia
Rata-rata berat beban beras yang diangkat para pekerja adalah sebesar 50
kg setiap kali pengangkatan dengan berat maksimal juga sebesar 50 kg karena
paket beras yang dikemas dalam setiap karungnya adalah 50 kg. berat beban 50 kg
tentu saja sudah melebihi konstanta NIOSH yaitu sebesar 23 kg. sehingga berat
beban yang melebihi dua kali lipat standart Niosh ini menjadi salah satu faktor
tingginya indeks ressiko pengangkatan.
Berat beban sebesar 50 kg setiap kemasan beras tidak dapat didisain ulang
karena telah menjadi suatu aturan yang tidak baku bagi semua agen beras yaitu
setiap karung beras harus berisi 50 kg beras, selain itu jika beban dikurangi maka
agen beras harus menambah biaya produksi untuk membeli karung 2 kali lipat jika
berat beban harus mengikuti standart NIOSH sebesar 23 kg.
Upaya perbaikan atau modifikasi ergonomic
Memodifikasi beban yang diterima oleh pekerja akan menjadi salah satu
faktor kunci untuk membuat indeks resiko pengangkatan pada pengangkatan beras
di kios maupun penurunan beras dari pick up kurang dari satu. Oleh sebab itu,
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pekerja dalam
masalah berat ini adalah dengan melakukan team handling yaitu dengan
mengangkat beban berdua sehingga beban yang diangkat dapat berkurang karena
berat beban akan terbagi.
Universitas Indonesia
Data variable dan hasil perhitungan yang baru dapat dilihat pada halaman
lampiran.
Universitas Indonesia
7.4.5 Tinjauan Selisih Jarak Pengangkatan Titik Akhir Dengan Titik Awal
(Distance Multiplier)
Jarak pemindahan beban dari titik awal-titik akhir (Distance location) pada
penurunan beras cukup tinggi sehingga menghasilkan DM dibawah satu dan
mempengaruhi indeks resiko pengangkatan yang didapat dari data cukup tinggi.
ini berhubungan dengan tinggi mobil yang membawa beras sehingga
pengendalian terhadap variabel ini sulit dilakukan. Pada pekerjaan kedua juga
terjadi hal yang sama, pengendalian juga tidak dapat dilakukan karena terkait
dengan stok beras yang sangat banyak sehingga penyusunan beras harus ditumbuk
Universitas Indonesia
sangat tinggi yang menghasilkan distance multiplier yang kecil dan berpengaruh
pada CLI . tidak banyak pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi nilai
jarak ini karena terkait dengan faktor lain seperti luas kios satu-satunya cara
adalah dengan menggunakan alat bantu angkat sehingga pekerjaan tidak dilakukan
dengan manual lifting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
paling berpengaruh dari semua variabel Niosh yang diukur dari penelitian ini
adalah berat beban yang mencapai 50 kg mellebihi 2 kali lipat standart beban yang
ditetapkan oleh Niosh yaitu 23 kg. hal lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi tingkat resiko adalah dengan mengurangi jarak tubuh dengan beban
saat dilakukan pengangkatan(H) dan tidak melakukan twisting saat melakukan
pengangkatan tetapi melakuan pemindahan posisi tubuh secara keseluruhan saat
melakukan pemindahan beban dari titik awal ke titik akhir sehingga sudut
pengangkatan(A) menjadi nol.
Universitas Indonesia
Tabel 7.1 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras setelah intervensi
ergonomi
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.78 0.85 0.87
DM 0.86 0.86 0.86
AM 1.00 1.00 1.00
CM 0.90 0.90 0.90
FIRWL 14, 95 15.13 15.48
FM 0.75 0.75 0.75
STRWL 11.21 11.34 11.61
FILI 1.67 1.65 1.61
STLI 2.23 2.20 2.15
New Task Number 1 2 3
Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
Universitas Indonesia
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= (L avg/2)/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar
Tabel 7.2 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Pengangkatan Beras di kios setelah
intervensi ergonomi
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.99 1.00 0.99
DM 0.91 0.89 0.88
AM 1.00 1.00 1.00
Universitas Indonesia
Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= (L avg/2)/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8.2 Saran
Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat
resiko ergonomi pada pekerja di pasar induk beras cipinang dengan menggunakan
metode Niosh Lifting Equation. Berada pada tingkat resiko yang tinggi, sehingga
perlu adanya upaya-upaya untuk perbaikan untuk menghindarkan terjadinya
gangguan kesehatan akibat kerja pada para pekerja. Oleh sebab itu, penulis mem-
77 Universitas Indonesia
-berikan beberapa rekomendasi dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan
berlandaskan dari Niosh Lifting Equation sendiri:
1. Melakukan pekerjaan pengangkatan lebih dari satu orang supaya berat beban
dapat dibagi
2. Meningkatkan jarak benda pada awal pengangkatan sehingga jarak tujuan akhir
benda menjadi berkurang
3. Memberikan pekerja jeda dalam tempo waktu tertentu sehingga fm dan durasi
dapat tereduksi
4. Meminimalkan kegiatan mengangkat dengan beban yang cukup berat secara
manual, yaitu dengan menyediakan alat bantu angkat
5. Setelah dilakukan beberapa intervensi diatas indeks resiko gabungan atau CLI
dari penurunan beras dari pick up menjadi 3.03 dan indeks risiko gabungan
pengangkatan beras di kios menjadi 2.51.
6. Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan latihan ketahanan fisik
dan latihan kekuatan otot untuk meningkatkan VO2 maks para pekerja sehingga
dapat terhindar dari kelelahan.
Universitas Indonesia
Gilkey, David. 2010. Reducing Back Injuries: The NIOSH Lifting Equation – Past,
Present and Future. http://www.cdc.gov/niosh/ergonomics. Diakses tanggal 19
Mei 2011.
McAtamney, Lynn & Hignet, S. 2000. Rapid Entire Body Assesment. CRC Press.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Prima
Printing.
79 Universitas Indonesia
P.K, Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Pekerja. CV. Haji Masagung:
Jakarta
Waters Thomas R.,PutzAnderson Vern, Gargn Arun. 1994. Apllications Manual For
the Revised Niosh Lifting Equation. Ohio: US Departement of Health and
Human Service, CDC NIOSH Division of Biomedical and Behavioral Science.
Universitas Indonesia
A
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan
posisi beban pada titik awal dilakukan pengangkatan.
C
Coupling Multiplier (CM) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai
berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh.
D
Distance(D) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan
dengan titik akhir pengangkatan.
F
Frequency Independent Lifting Index(FILI) adalah indeks resiko satu
kali pengangkatan dengan memperhitungkan tanpa frekuensi
pengangkatan
Universitas Indonesia
H
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja/di titik awal
pengangkatan.
S
Single Task Recommended Weight Limit (STRWL) adalah berat beban
yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan
frekuensi pengangkatan.
Single Task Lifting Index(STLI) adalah indeks resiko untuk satu kali
pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi.
V
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan
Universitas Indonesia
1. Horizontal multiplier(HM)
HM= 25/H( Horigin dan Hdestination)
2. Vertical Multiplier(VM)
VM =1-0,003(V-75)
3. Distance(D)
D= Vdestination-Vorigin
4. Distance Multiplier
DM = 0.82 + (4.5 / D )
5. Asymetric Multiplier
AM = 1 - (0.0032 A)
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
Universitas Indonesia
CLI= STLI1 +
Universitas Indonesia
a.
Universitas Indonesia
CLI= 4.49+0.62+0.85=5.76
Universitas Indonesia
Usia :
Tinggi badan :
Berat Badab :
Denyut Jantung :
No Pertanyaan Jawaban
Universitas Indonesia
a.
Universitas Indonesia
CLI= 1.85+0.28+0.38=2.51
Universitas Indonesia