Anda di halaman 1dari 107

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN TINGKAT RESIKO ERGONOMI PADA PEKERJAAN


MENGANGKAT DENGAN NIOSH LIFTING EQUATION
DI PASAR INDUK CIPINANG TAHUN 2011

SKRIPSI

RUBIWANTO
0706273953

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
TAHUN 2011

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN TINGKAT RESIKO ERGONOMI PADA PEKERJAAN


MENGANGKAT DENGAN NIOSH LIFTING EQUATION
DI PASAR INDUK CIPINANG TAHUN 2011

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

Oleh
RUBIWANTO
0706273953

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
TAHUN 2011

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rubiwanto

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1989

Alamat Rumah : Desa Subarang kec. Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumbar

No. Telp : (Handphone) 085781649349

Email : rubiwanto@gmail.com

Riwayat Pendidikan

TINGKAT INSTITUSI atau TEMPAT PERIODE

SMA SMAN 1 Batipuh, Sumbar 2004 – 2007

SMP SMPN 1 Batipuh, Sumbar 2001 – 2004

SD SDN 22 Subarang, Sumbar 1995 – 2001

TK TK Subarang, Sumbar 1994 – 1995

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirahim,

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kelancaran yang luar
biasa selama pengerjaan skripsi ini. Salawat beserta salam tidak putus-putusnya
penulis haturkan kepada Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan


yang dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk menuju kesempurnaan dari skripsi ini. Dalam
penyusunan skripsi, penulis banyak dibantu oleh banyak pihak baik dari segi
materiil maupun moril. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Zulkifli selaku pembimbing skripsi, pembimbing magang, dan


pembimbing akademik selama penulis berkuliah di FKM UI. Terimakasih
atas bimbingan, masukan, arahan, nasihat, dukungan, referensi, kritik, dan
saran yang membangun. Terima kasih banyak pak!
2. Bapak Doni selaku dosen penguji. Terimakasih atas waktu, saran dan
kesediaan Bapak untuk menguji skripsi yang disusun oleh penulis.
3. Bu Yuni selaku penguji luar skripsi. Terimakasih atas waktu, masukkan
dan kesediaan menjadi penguji skripsi penulis.
4. Orang tua, yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan, baik
dalam doa dan segala hal yang berkaitan dengan skripsi mendukung baik
moril maupun materiil Serta seluruh keluarga besar yang telah
mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Kepada Bapak Suminta yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menjadi tempat penelitian dan pengambilan data. Berserta

vi

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


para Agen Beras di Pasar terima kasih atas support dan
dukungannya.yang telah mengizinkan penulis unruk mengambil data.
6. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan dari awal sampai akhir
kuliah dipta, tyo, ade, depi, indra dan dani.
7. Terimakasih buat anak-anak kantin fkm ui.
8. Terimakasih buat anak-anak 2006 khususnya satu orang yang udah ngasih
banyak pelajaran buat saya kurang lebih 3 tahun ini.
9. Terimakasih buat para adek kelas angkatan 2008 khususnya habib, kribo,
alay, bari, fandi, dan semuanya yang kenal.
10. Teman-teman satu bimbingan : Bule, Dekki, Aby, tempat penulis berkeluh
kesah, sharing pengalaman dan informasi lainnya. Akhirnya sidang
bersama.
11. Teman-teman K3 2007 yang menjadi tempat penulis bertanya dan
berkeluh kesah penghuni perpustakaan lantai 5. Semua angkatan 2007
FKM maupun fakultas lain yang sedang berjuang untuk kelulusan. …
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penyusunan skripsi. Terima kasih yang sedalam-
dalamnya dan sebesar-besarnya.

Depok, 26 Juni 2011

Rubiwanto

vii

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011
ABSTRAK

Nama : Rubiwanto

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul :”Penilaian Resiko Ergonomi Pada Pekerjaan Mengangkat


Dengan Niosh Lifting Equation di Pasar Induk Beras Cipinang
Tahun 2011”

Pekerjaan mengangkat merupakan pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi


untuk terkena penyakit akibat kerja, jika pekerjaan tersebut dilakukan berulang-
ulang setiap hari dan durasi yang panjang. Di Pasar Induk Beras Cipinang para
tukang angkat beras terbiasa melakukan pekerjaan tersebut setiap hari sehingga
penulis mengambil resiko ergonomic yang mungkin didapat oleh para pekerja
tersebut dengan menggunakan Niosh Lifitng Equation. Hasil penelitian dengan
menggunakan metode Niosh Lifting Equation menunjukan bahwa indeks resiko
pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja angkat di Pasar Induk Cipinang
melebihi 1 yang berarti pekerjaan tersebut beresiko menyebabkan keluhan akibat
kerja sehingga diperlukan tindakan pengendalian guna mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja.

Kata Kunci : indeks resiko, niosh lifting equation, pekerjaan mengangkat.

ix Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


ABSTRACT

Name : Rubiwanto

Faculty : Public Health

Judul :” Ergonomic Risk Assesment to the lifting task with Niosh Lifting
Equation Method At Pasar Induk Cipinang 2011”

Lifting is a work with the high risk for any worker to get disorder, if that work is
doing in repetitive way and long duration every day. At Pasar Induk Beras
Cipinang, any worker doing lifting job is the major task every day that is the
causes why me as a writer doing the risk assessment with the niosh lifting
equation to the worker at pasar induk beras cipinang. Result from this research is
the risk index for the lifting task at Pasar Induk Beras Cipinang is high and need
to be modified to reduce that risk and prevent the illness because manual lifting.

Key words : Lifting Index, Niosh Lifting Equation, Lifting Task.

x Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN BEBAS PLAGIAT .......................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................................. viii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus....................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Penulis ............................................................ 5
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Fakultas........................................................... 5
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Pengelola Pasar ............................................... 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6


2.1 Pengertian Ergonomi ...................................................................................... 6
2.2 Pengertian Manual Handling.......................................................................... 7
2.3 Faktor-faktor Berkaitan Manual Handling ...................................................... 8
2.3.1 Faktor Pekerjaan ...................................................................................... 8
2.3.1.1 Beban ........................................................................................... 8
2.3.1.2 Sudut PengangkatanTeknik melakukan ......................................... 9
2.3.1.3 Frekuensi dan durasi ..................................................................... 9
2.3.1.4 Jarak Pengangkatan ....................................................................... 9
2.3.2 Faktor Lingkungan .................................................................................. 10
2.3.2.1 Permukaan Lantai .......................................................................... 10
2.3.2.2 Suhu Lingkungan ........................................................................... 10
2.3.2.3 Pencahayaan .................................................................................. 12
2.3.2.4 Getaran .......................................................................................... 12
2.3.3 Tinjauan Faktor Personal ......................................................................... 13

xi Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


2.3.3.1 Jenis Kelamin ............................................................................................. 13
2.3.3.2 Usia ............................................................................................... 13
2.3.3.3 Status Gizi ..................................................................................... 14
2.3.3.4 Konsumsi Alkohol ......................................................................... 14
2.3.3.5 Merokok ........................................................................................ 14
2.3.3.6 Motivasi......................................................................................... 15
2.3.3.7 Suplemen ....................................................................................... 15
2.4 Keluhan Terkait Manual Handling ................................................................. 16
2.4.1 Musculoskletal Disorder .......................................................................... 16
2.4.1.1 Definisi ........................................................................................... 16
2.4.1.2 Keluhan .......................................................................................... 17
2.4.1.3 Nyeri Otot ....................................................................................... 17
2.4.2 Neck Strain .............................................................................................. 19
2.4.3 Gangguan Pada Bahu .............................................................................. 21
2.4.4 Carpal Tunnel Syndrome ......................................................................... 22
2.4.5 Low Back Pain ....................................................................................... 24
2.5 Manajemen Resiko Manual Handling ............................................................ 24
2.5.1 hazard Identidication............................................................................. 24
2.5.2 Risk Assesment ...................................................................................... 25
2.5.3 Risk Control .......................................................................................... 25
2.5.3.1 Pengendalian Teknik ....................................................................... 26
2.5.3.2 Pengendalian administratif .............................................................. 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP .......................................................................... 27


3.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 27
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................... 28
3.3 Defenisi Operasional ...................................................................................... 29

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 35


4.1 Desain Penelitian............................................................................................ 35
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 35
4.3 Unit Analisis .................................................................................................. 35
4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data.......................................................... 36
4.5 Instrumen Penelitian....................................................................................... 37
4.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................................ 37
4.7 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 40

BAB 5 GAMBARAN UNIT ANALISIS ............................................................ 41


5.1 Gambaran Aktivitas Manual Handling ........................................................... 41
5.1 Sejarah dan Gambaran Umum Pasar Induk Beras Cipinang ........................... 41
5.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan ..................................................................... 44
5.3 Peta Perdagangan ........................................................................................... 45
5.3 Kebutuhan DKI Jakarta .................................................................................. 45
5.4 Peta Perdagangan di PIBC .............................................................................. 45
5.4 Pasokan dan Distribusi Beras di PIBC ............................................................ 46

xii Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 48
6.1 Hasil Penelitian Penurunan Beras dari Mobil Dengan Niosh Lifting Equation. 49
6.1.1 Hasil Penelitian Berat Beban ................................................................. 50
6.1.2 Hasil Penelitian Jarak Tubuh dengan Beban(AM) .................................. 50
6.1.3 Hasil Penelitian Jarak Beban dengan Lantai(VM)................................... 51
6.1.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Beban Antara Pekerja Dengan Titik
Pengangkatan(AM)................................................................................. 52
6.1.5 Hasil Penelitian Selisih Jarak pengangkatan antara titik awal dengan titik
Akhir(DM) ............................................................................................. 53
6.1.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi.................................................... 54
6.1.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh ................................................... 54
6.2 Hasil Penelitian Pengangkatan Beras di Kios Dengan Niosh Lifting Equation. 56
6.2.1 Hasil Penelitian Berat Beban ................................................................. 57
6.2.2 Hasil Penelitian Jarak Tubuh dengan Beban(AM) .................................. 57
6.2.3 Hasil Penelitian Jarak Beban dengan Lantai(VM)................................... 58
6.2.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Beban Antara pekerja Dengan Titik
Pengangkatan(AM)................................................................................. 59
6.2.5 Hasil Penelitian Selisih Jarak pengangkatan antara titik awal dengan Titik
Akhir(DM) ............................................................................................... 60
6.2.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi ..................................................... 61
6.2.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation ........................... 61
6.3 Data Tambahan Hasil Wawancara dan Observasi ............................................. 62
6.3.1 Indeks Massa Tubuh ................................................................................ 62
6.3.2 Umur Pekerja .......................................................................................... 62
6.3.3 Desain Tempat Kerja ............................................................................... 63
6.3.4 Energy Expenditure ................................................................................. 63
6.3.5 Suhu Lingkungan Kerja ........................................................................... 63
6.3.6 Pencahayaan Lingkungan Kerja ............................................................... 63
6.3.7 Keluhan Pada Tulang Belakang ............................................................... 63

BAB 7 PEMBAHASAN ....................................................................................... 64


7.1. Energy Expenditure ........................................................................................ 64
7.2 Biomekanik ..................................................................................................... 65
7.3 Psikofisik ........................................................................................................ 65
7.4 Tinjauan Faktor Pekerjaan ............................................................................... 66
7.4.1 Tinjauan Berat Beban ....................................................................... 66
7.4.2 Tinjauan Jarak Tubuh dengan Beban(HM) ........................................ 67
7.4.3 Tinjauan Jarak Beban dengan Lantai(VM)......................................... 67
7.4.4 Tinjauan Sudut Pengangkatan Beban Antara Pekerja Dengan Titik
Pengangkatan(AM)........................................................................ 68
7.4 5 Tinjauan Selisih Jarak Pengangkatan Antara Titik Awal Dengan Titik
Akhir(DM) .................................................................................... 68
7.4.6 Tinjauan Frekuensi dan Durasi ......................................................... 69

xiii Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


7.4.7 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing Tanpa Melihat Frekuensi
Pengangkatan(FIRWL dan FILI) ................................................... 69
7.4.8 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing DenganMelihat
Frekuensi Pengangkatan(STRWL dan STLI) .................................. 70
7.4.9 Tinjauan Indeks Pengangkatan Gabungan(CLI) ................................ 71
7.5 Indeks Resiko Pengangkatan Setelah Intervensi Ergonomi .............................. 72
7.6 Peningkatan Kapasitas Kerja ............................................................................ 75

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76


8.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 76
8.2 Saran................................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78

LAMPIRAN ......................................................................................................... 80

xiv Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................29

Tabel 4.1 Perhitungan Coupling Multiplier ......................................................38

Tabel 6.1 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pekerjaan


Menurunkan Beras .............................................................................50
Tabel 6.2 Perhitungan Antara Jarak Beban Dengan Lantai Pada
Pekerjaan Menurunkan Beras .............................................................51
Tabel 6.3 Perhitungan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja dan Posisi
Beban Pada Pekerjaan Menurunkan Beras ..........................................52
Tabel 6.4 Perhitungan Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik
Akhir Pengangkatan Pada Pekerjaan Menurunkan Beras ...................53
Tabel 6.5 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras ..........54
Tabel 6.6 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada
Pengangkatan Beras di Kios ...............................................................57
Tabel 6.7 Perhitungan Antara Jarak Beban Dengan Lantai Pada
Pengangkatan Beras di Kios ...............................................................58
Tabel 6.8 Perhitungan Sudut Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat
Beras di Kios ......................................................................................59
Tabel 6.9 Perhitungan Selisih Jarak Pengangkatan Pada Pekerjaan
Mengangkat beras di Kios ..................................................................60
Tabel 6.10 Hasil Akhir Perhitungan Variabel Niosh Lifting Equation
Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios ........................................61
Tabel 7.1 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras setelah
intervensi ergonomi .........................................................................73
Tabel 7.2 Perhiitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Pengangkatan Beras di
kios setelah intervensi ergonomic ....................................................75

xv Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Pekerjaan Menurunkan Beras dari Mobil....................................49


Gambar 6.2 Pekerjaam Mengangkat Beras di Kios ........................................56
Gambar 6.3 Desain Tempat Kerja .................................................................63

xvi Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Istilah-istilah di Dalam Niosh Lifting Equation


Lampiran 2 Rumus-rumus di Dalam Niosh Lifting Equation
Lampiran 3 Checklist Niosh Lifting Equation Pekerjaan Menurunkan Beras dari
Mobil
Lampiran 4 Checklist Niosh Lifting Equation Pekerjaan Mengangkat Beras di
Kios
Lampiran 5 Pertanyaan Wawancara
Lampiran 6 Checklist Intervensi Pekerjaan Menurunkan Beras
Lampiran 7 Checklist Intervensi Pekerjaan Mengangkat Beras

xvii Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta praktek
yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif. Terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1988). Ergonomi merupakan
suatu pendekatan yang melihat interaksi antara pekerja dengan faktor
pekerjaannya yang kemudian digunakan untuk melakukan tindakan pencegahan
terjadinya gangguan kesehatan akibat kerja.
Statistik pada tahun 2010 yang dilaporkan bahwa terdapat sekitar 11708
keluhan terkait dengan aktivitas manual handling, keluhan-keluhan lebih rinci
mencatat sekitar 10258 terkait dengan muscolus skeletal disorder, laporan lain
terkait dengan patah tulang dan dislocation sebanyak 194 laporan dan laporan
dengan keluhan lain sebanyak 1256 (Work Safe Week, 2010).
Department of Labor's Bureau of Labor Statistics (DOL(BLS)),
menyimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pekerja terkait dengan
masalah back injuries adalah salah satu kompensasi yang paling banyak diberikan
berkaitan dengan penyakit akibat kerja ini diambil dari laporan National Safety
Council pada tahun 1990. Mengacu pada laporan Department of Labor's Bureau
of Labor Statistics (MDOL(BLS), back injuries tercatat 20 % dari semua penyakit
yang terjadi di tempat kerja dan mendekati 25 % dari semua kompensasi yang
diberikan kepada para pekerja. Pada tahun 1990 National Safety Council juga
menyebutkan sekitar 31 % penyakit terkait kerja disebabkan oleh overexertion.
Besarnya proporsi keluhan terhadap pekerja yang terkait dengan manual handling
juga dilaporkan oleh NIOSH pada tahun 1981 dimana 60% dari overexertion
terkait dengan kegiatan mengangkat dan 20% terkait dengan kegiatan membawa
(NIOSH, 1981).

1 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


2

Laporan terkait back pain yang lebih baru yakni pada tahun 2001 oleh The
National Hospital Ambulatory Medical Care Survey menyebutkan bahwa
13,707,000 yang mengunjungi dokternya memiliki keluhan tentang sakit didaerah
pungung atau tulang belakang. Di Amerika sendiri permasalahan terkait low back
pain menjadi salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan di era modern ini
di perkirakan 31 juta orang mengalami keluhan tentang low back pain. Ini
dibuktikan dengan laporan bahwa sekitar 50% dari semua orang Amerika
mengunjungi dokter dengan keluhan sakit di daerah punggung baik yang bersifat
mayor maupum bersifat minor. Laporan lain menyebutkan bahwa satu dari tiga
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun mengunjungi physicians office dengan
keluhan sakit di daerah punggung karena melakukan pengangkatan (NHAMCS,
2001).
Pasar Induk Beras Cipinang merupakan pusat pemasaran beras dan
menjadi tolak ukur dari ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta.Selain itu, Pasar
Induk Beras Cipinang (PIBC) juga merupakan terminal pangan, yang menjadi
media transaksi yang fair antara produsen dan pedagang grosir. Oleh karenanya,
Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) disebut juga sebagai daerah produsen
(Karawang, Cirebon, Bandung, Serang, Makasar dan lain-lain). Bukan itu saja,
Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) juga menjadi tolak ukur ketahanan pangan
pokok, khusunya beras di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Dengan fungsi yang
demikian besar Pasar Induk Beras Cipinang secara tidak langsung menggunakan
aktivitas manual handling dalam skala yang cukup besar dalam menjalankan
fungsi sebagai pusat pemasaran beras di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya,
tercatat sekitar kurang lebih 100 pekerja angkat membantu dalam proses
keseharian perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang ini.
Oleh sebab itu, secara tidak langsung dengan banyaknya aktivitas manual
handling seperti mengangkat dan membawa beras yang dilakukan pekerja di
Pasar Induk Cipinang setiap harinya maka kemungkinan besar para pekerja angkat
di Pasar Induk Beras Cipinang memiliki risiko yang cukup besar pula untuk
terkena penyakit akibat kerja dari pekerjaan yang dilakukannya penyakit tersebut
seperti muskolous skeletal disorder (MSDs), low back pain, atau juga mungkin
terjadi kecelakaan kerja seperti terjatuh, tertimpa dan lain-lain.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


3

1.2 Rumusan Masalah


Dari data-data pada latar belakang yang yang diambil dari the Bureau of
Labor Statistics, dan The National Academy of Social Insurance, menyatakan
biaya yang harus dikeluarkan akibat injuri dan kecelakaan terkait dengan kegiatan
mengangkat, membawa, mendorong sekitar 12 miliyar dollar. Data-data tersebut
dapat menjadi acuan bahwa dalam pekerjaan mengangkat suatu beban yang tidak
dilakukan dengan benar atau dengan massa yang berlebihan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan akibat kerja, tentu saja resiko ini juga dapat terjadi pada
pekerjaan sebagai porter atau tukang angkat barang di Pasar Induk Beras
Cipinang dimana pekerjaan mereka yang sangat berkaitan dengan mengangkat
dan membawa beban bahkan bisa dikatakan bahwa pekerjaan para porter tersebut
sebagian besar adalah pengangkatan dan membawa beban. Oleh sebab itu, penulis
merasa penting untuk meneliti besarnya tingkat risiko pekerjaan mengangkat yang
didapatkan oleh para pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang dan untuk kemudian
dilakukan pengendalian untuk mengurangi tingkat risiko tersebut. Kegiatan
mengangkat serta menurunkan beras ini dipilih karena kegiatan ini adalah
kegiatan yang paling banyak dilakukan pekerja karena saat akan melakukan
kegiatan membawa beras sekalipun pekerja terlebih dahulu harus melakukan
kegiatan mengangkat, selain itu penulis tidak memilih kegiatan membawa karena
penulis berpikir seandainya pada kegiatan mengangkat memiliki risiko ergonomi
yang dapat menyebabkan penyakit terkait kerja, maka kegiatan membawa beras
dengan jarak yang jauh dan berat beban yang sama pasti akan menghasilkan
tingkat risiko yang lebih besar oleh sebab itu penulis memilih kegiatan
mengangkat

1.3 Pertanyaan Penelitian


Bagaimana tingkat risiko pekerjaan manual handling yang dilakukan oleh para
porter yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang secara keseluruhan dilihat
dengan metode The Revised NIOSH Lifting Equation?

1.4 Tujuan Penelitian

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


4

1.4.1 Tujuan Umum


Mengetahui tingkat risiko ergonomi yang ditimbulkan oleh pekerjaan
mengangkat beras yang dilakukan oleh para porter yang bekerja di Pasar Induk
Beras Cipinang dengan menggunakan metode NIOSH Lifting Equation.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui frekuensi pekerjaan lifting yang dilakukan oleh para tukang
angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang.
2. Mengetahui durasi pekerjaan lifting yang dilakukan oleh para tukang
angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang.
3. Mengetahui jarak beban yang diangkat oleh para tukang angkat beras di
Pasar Induk Cipinang.
4. Mengetahui berat beban rata-rata yang diangkat oleh para pekerja tukang
angkat beras yang bekerja di Pasar Induk Beras Cipinang.
5. Melakukan pengendalian terkait faktor-faktor pekerjaan yang
mempengaruhi tingkat risiko pengangkatan?

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis


1. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian serta turun
langsung kelapangan.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalah kesehatan
dan keselamatan kerja khususnya di bidang ergonomi.
3. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu kesehatan dan keselamatan kerja
yang didapat selama bangku kuliah.
6. Dapat membantu penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai isu-isu keselamatan kerja.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


5

1.5.2 Bagi Pengelola Pasar


1. Memberikan informasi tentang bahaya ergonomi serta faktor-faktor
yang terkait dengan masalah pengankatan barang.
2. Memberikan masukan bagi pengelola pasar untuk meningkatkan
perhatian terhadap para pekerjanya karena kesehatan dan keselamatan
kerja merupakan hak setiap pekerja.
3. Memberikan masukan untuk peningkatan atau pengendalian masalah
terkait dengan pengangakatan barang.

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan


1. Sebagai sarana evaluasi dan masukan dalam pengembangan kurikulum
maupun metode pengajaran selanjutnya.
2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
peserta didik yang terlatih dalam meneliti.
3. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi / instansi tempat
penelitian dalam upaya meningkatkan kesepadanan antara substansi
akademik dengan pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam pembangunan masyarakat.
.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup di dalam penelitian ini adalah kegiatan mengangkat beras
dan menurunkan beras.. Selain itu dalam mengukur risiko ergonomic di dalam
penelitian ini meggunakan tools ergonomi yaitu The Revised NIOSH lifting
equation tadidasari bahwa tools The Revised NIOSH Lifting Equation memiliki
variabel-variabel yang sangat spesifik tentang pengukuran resiko pekerjaan
mengangkat.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang
bermakna kerja dan nomos yang bermakna hukum alam. Kalau diinterpretasikan
dalam maknanya yang lebih luas maka arti dari kata ergonomi itu sendiri adalah
suatu ilmu tentang penyesuaian aspek manusia seperti anatomi, fisiologi,
psikologi , dan lain-lain dengan segala keterbatasannya dengan faktor pekerjaan.
Sehingga pendekatan disiplin ilmu ergonomi sendiri bertujuan untuk
mengoptimalkan performance kerja manusia seperti ketepatan dan keselamatan
kerja di samping untuk mengurangi timbulnya kelelahan yang terlalu cepat dan
mampu memperbaiki pendayagunaan manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Junaiani dkk, 2007)
Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
praktek-praktek ergonomi yang dilakukan dengan baik di tempat kerja dapat
membantu upaya pencegahan sakit akibat kerja, kondisi kerja dengan penerapan
ergonomi yang tidak tepat dapat mengakibatkan keluhan atau rasa sakit pada
pekerja akibat pekerjaannya. Lebih jauh undang-undang no. 14 tahun 1969
menyebutkan tentang ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja
memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern, maupun
sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern, penerapan ergonomi dalam
bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja, perencanaan kerja yang tepat adalah
syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi. Peralatan
kerjadan mesin dalam industri-industri masih banyak yang didatangkan dari luar
negeri dengan ukuran atau antropometri yang disesuaikan dengan pengguna luar
negeri yang sangat jauh berbeda dengan antropometri orang Indonesia sehingga
perlu dilakukan suatu penyesuaian. Pada sektor informal, pekerjaan pada
Umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan dan kaki.

6 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


7

Hal ini menyebabkan kemungkinan gangguan kesehatan kerja cukup tinggi karena
postur-postur janggal yang dilakukan akibat pekerjaan tersebut (Suma’mur, 2004).

2.2 Pengertian Manual Handling


Ada beberapa pengertian tentang apa itu yang dimaksud dengan manual
handling diantaranya adalah menurut New Zealand. Departement of Labour
tahun 2001, manual handling adalah menarik, memegang, memutar atau semua
pekerjaan yang dilakukan dengan satu atau dua tangan, jari yang terlibat hanya
perpanjangan dari tangan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Menurut Manual Occupational and safety Regulation tahun 2007, manual
handling adalah semua transportasi atau pekerjaan yang berhubungan dengan
beban(termasuk didalamnya adalah mengangkat, menurunkan, mendorong,
membawa atau memindahkan oleh tangan atau menggunakan kekuatan tubuh.
Menurut Manual Task Code of Practice, manual handling adalah semua
aktivitas yang membutuhkan penggunaan kekuatan manusia untuk mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, atau kegiatan seperti bergerak, memegang
benda (Departement of justice and attorney general queensland, 2010).
Ditambahkan lagi oleh Manual Task Code of Practice, bahwa kegiatan
manual handling juga termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
atau gerakan-gerakan yang membutuhkan tenaga contohnya mengetik di computer
dan semua aktivitas dimana manusia harus berkonsentrasi dan menjaga postur
tubuh contohnya adalah mengemudi kendaraan).

2.3 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Aktivitas Manual Handling


Ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh dalam suatu pekerjaan
manual handling, dimana apabila faktor-faktor tersebut saling berinteraksi maka
akan menghasilkan suatu risiko yang dapat menyebabkan injuries, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


8

2.3.1 Faktor Pekerjaan


2.3.1.1 Beban
Dalam suatu pekerjaan seperti mengangkat, membawa, menurunkan,
mendorong atau yang lainnya yang berhubungan dengan manual handling, beban
adalah salah satu faktor yang sangat signifikan untuk menyebabkan pekerjaan kita
itu menjadi pekerjaan yang mengandung risiko tinggi atau tidak, hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

A. Berat Beban

Tabel 2.1 Standar Berat Beban


Batasan angkat Tindakan
(kg)
Dibawah 16 Batasan angkat ideal

16-34 Prosedur administratif dibutuhkan untuk mengidentifikasi


ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa
menanggung risiko bahaya kesehatan kecuali dengan menggunakan
alat bantu
34-55 Sebaiknya operator terpilih dan terlatih .
mengggunakan sistem pemindahan material secara terlatih .
harus dibawah pengawasan
Diatas 55 Harus memakai peralatan mekanis
Sumber: British commision for occupational health and safety

B. Kemasan Beban
Secara alami kemasan beban mempengaruhi kemudahan pekerja dalam
melakukan pengangkatan. Selain itu juga akan mepengaruhi besar energi/tenaga
yang harus dikeluarkan oleh pekerja. Kemasan beban yang baik akan mengurangi
maksimum energi untuk menggenggam beban dan akan meningkatkan acceptable
weigh (Nurmianto, 2004).
ukuran

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


9

bentuk( membuat suatu benda susah untuk ditangani)


pegangan
beban yang tidak seimbang
permukaan yang rusak

2.3.1.2 Sudut Pengangkatan(Asymetric Angle)


Postur tubuh yang tidak stabil atau twisting membuat semakin besar
kekuatan otot yang dibutuhkan untuk melawan tarikan gravitasi. Menggabungkan
percepatan dan beban dengan postur asimetris membuat otot melakukan dua tugas
yang berat yaitu satu set otot bekerja untuk mempercepat beban dan lain untuk
menjaga integritas dari kolom tulang belakang dan mengontrol percepatan dan
perlambatan dari batang itu sendiri. Hasil dari semua ini kontraksi dan co-
kontraksi meningkat kompresi dan geser pada vertebralis gerak segmen (Granata
dan Marras, 2000).
alasan, peningkatan refleks dalam tekanan intra-abdomen ketika seseorang
mengangkat beban tampaknya menjadi respon normal. Kompresi tulang belakang
meningkat ketika beban terangkat dan meningkat bahkan lebih ketika mereka
diangkat dengan cepat dan ketika postur yang assymmetric.

2.3.1.3 Frekuensi dam Durasi


Berhubungan dengan kelelahan pada pekerja yang tidak memiliki
kapasitas fisik yang bagus. Pekerjaan dengan frekuensi yang cepat dan durasi
yang panjang dapat membuat otot-otot pekerja kekurangan pasokan oksigen dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek kronis yaitu matinya sel-sel otot
(Bridger, 1995).

2.3.1.4 Jarak Beban


Jarak beban dengan tubuh secara horizontal maupun vertical akan
mempengaruhi besarnya reflek otot dalam melakukan pengangkatan beban. Jarak
beban dengan tubuh secara horizontal yang ideal adalah kurang dari 25 cm dan
jarak vertical beban dengan lantai yang mudah untuk dijangkau adalah 75 cm
untuk antropometri orang dengan tinggi 165 cm.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


10

2.3.2 Faktor Lingkungan


Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pekerjaan
manual handling diantara faktor lingkungan yang memberikan dampak pada
kegiatan manual handling tersebut antara lain suhu, permukaan lantai, ruang
gerak, dan getaran (Bridger,1995)

2.3.2.1 Permukaan lantai


Pemukaan lantai yang licin atau tidak rata akan mempengaruhi besar atau
kecilnya gaya gesekan yang ditimbulkan lantai dengan kaki saat melakukan suatu
gerakan manual handling, sehingga gaya yang dibutuhkan akan semakin besar
(Nurmianto, 2004).

2.3.2.2 Suhu lingkungan


A. Fisiologi Manusia Terhadap Suhu Lingkungan
Manusia memiliki kemampuan yang sangat beradaptasi dengan baik untuk
mentolerir panas dibandingkan dengan primata lainnya. Hal ini karena manusia
memiliki kelenjar keringat, yang dikenal sebagai kelenjar ekrin, di kulit mereka
yang mampu menjadi sarana untuk adapatasi dengan melakukan evaporasi.
Keseimbangan termal atau Termoregulasi dicapai dengan
menyeimbangkan dua faktor utama yang menentukan suhu tubuh yaitu dengan
menyeimbangkan panas metabolik yang dihasilkan dan tingkat kehilangan panas.
Tujuan termoregulasi adalah untuk mempertahankan suhu inti sekitar 36 - 37°C
batas atas inti suhu tubuh yang masih bisa diterima adalah 39,5°C dan lebih dari
42°C akan berakibat fatal. Batas bawah dari suhu inti yang masih bisa diterima
adalah 35,5°C dan pada suhu 33°C akan menandai terjadinya jantung gangguan.
Seandainya suhu inti tubuh turun lebih lanjut akan sangat berbahaya dan suhu
serendah 25°C akan berakibat fatal (Bridger, 1995).
Suhu tubuh perifer jaringan, terutama kulit, dapat bervariasi pada kisaran
yang lebih luas. Tubuh dapat dianggap memiliki inti yang hangat di mana banyak
panas yang dihasilkan. Sumber utama dari panas adalah hati, otak, jantung dan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


11

otot yang bekerja. Kerja otot adalah sumber panas karena efisiensi mekanis otot
hanya sekitar 20%. Sedikit panas transfer dari interior ke permukaan tubuh terjadi
melalui konduksi, jaringan tubuh merupakan konduktor panas buruk. Panas
ditransfer ke kulit dari jaringan tubuh dengan konveksi.
Pekerjaan fisik yang berat dalam suhu panas memaksa pekerjaan yang
berat pada sistem kardiovaskuler. Vasodilatasi perifer membutuhkan peningkatan
aliran darah ke kulit (hingga 10 liter / menit). Namun, otot yang bekerja juga
menuntut suplai darah yang meningkat (sampai 25 liter / menit). Sehingga aliran
darah ke kulit dan otot dapat ditingkatkan dengan mengalihkan darah dari organ
lain, tapi ini merupakan kapasitas cadangan terbatas. Karena output jantung tidak
dapat memberikan aliran darah rata-rata maksimum sekitar 25 liter / menit,
kapasitas jantung merupakan faktor pembatas untuk kerja otot dalam suhu panas
(Kroemer, 1991).
Sistem kardiovaskular berada dalam tuntutan yang tinggi ketika seseorang
bekerja di suhu panas, sebagai output meningkatnya tuntutan pekerjaan fisik dan
tubuh manusia untuk pendinginan. Sebuah kondisi yang berbahaya dapat timbul
jika hati tidak lagi mampu memenuhi kedua tuntutan. Keadaan ini akan semakin
buruk jika pekerja menjadi dehidrasi, serta produksi keringat dan suhu inti
meningkat.
Peningkatan suhu tubuh yang cepat untuk meningkatkan laju metabolisme,
menjadikan panas sebagai produk sampingan dari metabolisme, sehingga
keseimbangan panas tubuh menjadi terganggu. Jika suhu inti naik di atas 42°C,
tekanan darah dan aliran darah yang dipompa ke organ-organ vital menjadi tidak
terpenuhi, seperti ginjal, jantung dan otak. Beberapa kondisi yang buruk dapat
muncul ketika tubuh tidak mampu mengatasi termoregulasi.

B. Gangguan Kesehatan Akibat Suhu Lingkungan Ekstrim


heat stroke yang diakibatkan termoregulasi yang gagal dan terjadi secara
tiba-tiba karena suhu inti naik melebihi 41°C. Kondisi ini dapat berpotensi fatal
jika tidak ditanggulangi. Pekerja mungkin akan pusing dan kehilangan arah. Kulit
panas, merah dan kering. Pendinginan aktif untuk menurunkan suhu inti tubuh
sangat diperlukan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


12

Kondisi lain yang dapat muncul karena suhu lingkungan yang panas adalah
kelelahan. Hal ini dapat terjadi karena sistem termoregulasi dan sistem
kardiovaskular tidak dapat lagi berjalan dengan baik. Orang merasa lemah dan
mungkin tidak terkoordinasi, pernapasan menjadi pendek dan cepat. Dehidrasi
adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap kelelahan. Heat
stroke juga dapat terjadi jika dehidrasi tidak ditanggulangi.
Dampak lain akibat suhu adalah pingsan, Hal ini sering terjasi karena
unacclimatised individu dan dapat menjadi fatal jika penderita tidak dapat
berbaring misalnya saat bekerja di ruangan tertutup (Kroemer, 1991).

2.3.2.3 Pencahayaan Lingkungan Kerja


Pencahayaan adalah salah satu faktor yang berkaitan dengan kapasitas
kerja yang berkaitan dengan kelelahan pada mata serta akan berpengaruh pada
keselamatan kerja standart untuk pekerjaan manual handling adalah 150 lux
(Jachinski, 1982).
Pencahayaan ruangan kerja yang buruk dapat mengakibatkan efek
negative bagi para pekerja diantaranya adalah seperti terjadi kelelahan pada mata
sehingga pekerja menjadi tidak fokus dalam melakukan pekerjaan, efek lainnya
bias disertai dengan pusing bagi para pekerja (Bridger, 1995)

2.3.2.4 Getaran
A. Efek Getaran terhadap kesehatan
Efek dari getaran dapat menganggu kinerja kesehatan, tugas dan
komunikasi di tempat kerja. Getaran diukur dengan menggunakan akselerometer
ditempatkan di tempat kerja atau di kursi dimana pengukuran paparan diperlukan.
Akselerometer digunakan untuk mengukur getaran dalam tiga sumbu translasi
(maju-mundur, atas- bawah, dan sisi ke sisi). getaran di bidang vertikal biasanya
yang paling banyak terhitung ketika output yang berbeda akselerometer
dikombinasikan (Cole, 1982).
Akan tetapi, tidak ada gangguan kesehatan yang murni disebabkan oleh
paparan getaran. Kebanyakan orang yang terkena paparan getaran juga terkena

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


13

faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka misalnya postur tubuh
yang buruk atau dingin (Wikstrom et al. 1994).

2.3.3 Faktor Personal


Faktor individu terkait dengan umur, berat badan, tinggi badan, jenis
kelamin, faktor genetik, tingkat kebugaran, riwayat penyakit, merokok, gaya
hidup (Bridger,1995).

2.3.3.1 Jenis Kelamin


Perempuan memiliki VO2 maks yang lebih rendah dibandingkan laki-laki
dan biasanya memiliki persentase lemak tubuh lebih tinggi. Mereka juga memiliki
hemoglobin yang lebih sedikit dari laki-laki. Sehingga output jantung per liter
dalam pengambilan oksigen pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria.
Bagi seorang wanita, jantung harus memompa lebih banyak darah yang
nengandung oksigen daripada seorang pria untuk memberikan satu liter oksigen
ke jaringan. Oleh karena itu, perbedaan antara pria dan wanita memiliki implikasi
ergonomis dan kapasitas kerja karena perbedaan tersebut.
Secara umum, perempuan memiliki kekuatan tubuh yang lebih rendah atas,
Kapasitas aerobik juga lebih rendah, karena proporsi lemak subkutan yang lebih
besar pada wanita (Bridger, 1995).

2.3.3.2 Usia
Kekuatan otot berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Usia diatas 50
tahun cenderung mudah terkena Low Back Pain disebabkan pergerakan lumbar
yang sudah tidak stabil. Selain itu, usia juga memiliki efek yang signifikan untuk
kapasitas kerja seseorang. VO2 maks akan menurun setelah 20 tahun. Seorang
dengan usia 60 tahun memiliki kapasitas aerobic sekitar 70 persen daripada
seseorang dengan usia 25 tahun ini mempengaruhi fungsi otot dan kapasitas kerja
(Bridger, 1995).

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


14

2.3.3.3 Status Gizi


Diet yang seimbang adalah hal penting untuk memastikan jumlah bahan
makanan yang cukup dan untuk meminimalkan akumulasi kelebihan lemak tubuh.
Kelebihan lemak tubuh menurunkan seseorang relatif VO2 maks. Di negara maju,
banyak orang makan makanan yang memiliki tinggi lemak jenuh.
Mengangkat menyebabkan konsentrasi plasma kolesterol diendapkan
pada dinding dalam arteri yang akhirnya mengarah pada penyakit arteri dikenal
sebagai aterosklerosis. Akumulasi terus menerus bentuk kolesterol deposito,
disebut plak, yang akhirnya mengurangi luas penampang dari arteri dan dengan
demikian menghambat aliran darah. Selain itu, arteri kehilangan fleksibilitas
(aterosklerosis disebut 'pengerasan pembuluh darah').
Perubahan-perubahan dalam struktur arteri dapat menghambat aliran darah
ke otot dan jantung, sehingga kinerja menurun dan peningkatan risiko serangan
jantung. Kekurangan gizi dapat menugurangi proporsi energi untuk otot serta
menurunkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Namun, hal ini akan mengurangi
kapasitas kerja yang dinamis, hal ini dapat menjadi pertimbangan penting dalam
desain pekerjaan di negara-negara berkembang di mana gizi buruk yang endemik
(Ulijaszek, 1995),.

2.3.3.4 Konsumsi Alkohol


Konsumsi alkohol akan mengakibatkan penurunan efesiensi jantung. Ini
juga dapat meterganggufunsi jantung dan dapat memicu hypogicemia atau darah
rendah (Bridger, 1995).

2.3.3.5 Merokok
Asap rokok mengandung sekitar 4% karbon monoksida. CO memiliki
afinitas untuk mengikat dengan hemoglobin (menggabungkan untuk membentuk
carboxyhaemoglobin) 200 kali lebih kuat daripada oksigen. Oleh karena itu,
merokok dapat mengurangi kapasitas kerja dengan mengurangi oksigen yang
terbawa ke dalam darah. Ini juga menyebabkan kerusakan kronis pada sistem
pernafasan, yang menganggu sistem paru-paru dan transfer oksigen dari udara ke
darah.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


15

Asap tembakau juga mengandung sangat banyak bahan kimia beracun dan
karsinogenik yang cenderung berpengaruh pada kapasitas fisik perokok. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa pekerja non-perokok yang bekerja di ruang yang
sama dengan perokok mungkin menderita beberapa efek yang sama seperti
perokok sendiri karena bernapas dalam udara yang telah tercemar asap rokok.
Asap rokok yang paling berbahaya adalah asap yang yang dikeluarkan dari ujung
rokok yang terbakar dan asap yang dihembuskan dari perokok karena belum-
disaring oleh jaringan paru-paru perokok. Kedua asap tersebut mengandung
proporsi zat beracun yang tinggi.

2.3.3.6 Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang cukup penting terkait kapasitas kerja.
Motivasi pekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti kepribadian,
tujuan pribadi dan karir, kebutuhan untuk berprestasi di tempat kerja, dan
sebagainya, dan faktor-faktor ekstrinsik seperti organisasi kerja, metode
remunerasi dan ketersediaan bentuk-bentuk alternatif pekerjaan. Upah (di mana
pekerja dibayar sesuai dengan berapa banyak yang dihasilkan) dapat memotivasi
pekerja untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi (Bridger, 1995).

2.3.3.7 Suplemen
Masalah yang dihadapi oleh pekerja di banyak negara di Dunia Ketiga
adalah tidak mampu memenuhi kebutuhan energi mereka dan dipaksa untuk hidup
pada tingkat yang sangat rendah. Sejumlah peneliti telah menyelidiki efek
suplementasi makanan pada output, pekerjaan kurang gizi.
Penyelidikan ini diantaranya adalah penelitian tentang kinerja pekerja dari
kelompok buruh Gambia selama 12 minggu selama waktu kekurangan makanan
alami (musim hujan). Para buruh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, salah
satu suplemen makanan menerima selama 6 minggu pertama dan suplemen
lainnya menerima selama 6 minggu terakhir. Kedua kelompok mendapatkan berat
badan selama suplementasi yang periode dan berat hilang ketika tidak ada
suplemen. Namun, makanan suplementasi tidak berpengaruh pada produktivitas
pekerja meskipun energi negatif keseimbangan pekerja diberi suplemen. Fakta

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


16

bahwa para pekerja dibayar pada suatu piecerate dasar dapat menjelaskan
produktivitas konstan, yang dipertahankan bahkan di Beban penurunan berat
badan. Dalam situasi yang keras seperti ini, pekerja dapat mempertahankan
tingkat output di tempat kerja tetapi mengurangi energi yang ditujukan untuk
kegiatan rekreasi untuk kompensasi. Ketika ini terjadi, salah satu biaya kerja
berkurang aktivitas waktu luang (Diaz et al, 1989).

2.4 Keluhan Otot dan Tulang Terkait Dengan Pekerjaan Manual Handling.
Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab seseorang mengalami nyeri
atau keluhan pada otot dan tulang di tempat kerja yaitu faktor pekerjaan dan
kondisi kesehatan pekerja sendiri. Keluhan yang berhubungan dengan pekerjaan
seperti gangguan muskuloskeletal ditinjau di bawah ini. Selain dua faktor utama
tersebut terdapat beberapa faktor lain seperti faktor personal serta lingkungan
terkait dengan keluhan-keluhan otot dan tulang pada pekerja. Fungsi dari ahli
ergonomi tidak mencoba untuk mendiagnosis kondisi ini tapi untuk mengambil
data serta melaporkan gejala, seperti nyeri, ketika mengevaluasi tempat kerja.
Terlepas dari apakah ada kondisi yang mendasari, tujuan dari diagnose adalah
untuk merancang atau mendesain ulang tempat kerja sehingga memungkinkan
orang bekerja lebih nyaman.

2.4.1 Musculoskeletal Disorder (MSDs)

2.4.1.1 Defenisi
Pekerjaan menangani beban secara manual (manual handling) yang terdiri
dari kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa
merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mengandung risiko terjadinya gangguan
kesehatan pada tubuh manusia.
Keluhan muskulouskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan para pekerja mulai dari keluhan yang sangat ringan
sampai dengan keluhan dalam kategori yang berat. Apabila otot menerima beban
statis yang secara berulang dengan jangka waktu yang cukup panjang berulang
dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


17

sebagai musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem


muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan
kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja,
kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu
berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan
yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas
kerja.

2.4.1.2 Keluhan (Symptom)


Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan yang sifatnya
subjektif, sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan penyakit tersebut.
Terdapat beberapa tanda awal yang menunjukkan terjadiny masalah terhadap
musculoskleletal yaitu bengkak (swelling), gemetar (trembling), kesemutan
(tingling), tidak nyaman (discomfort), rasa terbakar (burning sensation), iritasi,
insomnia, dan rasa kaku, keluhan yang menggambarkan tingkat keparah
(Humantech, 1995).
a. Tahap 1
Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja tetapi setelah beristirahat yang cukup
tubuh akan pulih kembali. Tidak mengganggu kapasitas kerja.
b. Tahap 2
Keluhan rasa nyeri tetap ada setelah waktu semalam, istirahat, timbul
gangguan tidur, dan sedikit mengurangi performa kerja.
c. Tahap 3
Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat, nyeri dirasakan saat bekerja,
saat melakukan gerakan yang repetitif, tidur terganggu, dan kesulitan dalam
menjalankan pekerjaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya
inkapasitas.

2.4.1.3 Nyeri Otot


A. Keterkaitan Nyeri Otot dengan Pekerjaan
Keluhan nyeri pada otot diakibatkan oleh akumulasi produk limbah dalam
otot yang disebut kram dan dapat disertai oleh kelemahan otot atau spasme (otot

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


18

sementara mungkin kehilangan hingga 50% dari kekuatan normal ketika lelah).
Kram di tangan atau lengan bawah yang dikenal lebih umum pada mereka yang
pekerjaannya melibatkan tulisan tangan berkepanjangan, mengetik atau gerakan
berulang lainnya(Putz-Anderson, 988) . Kram lebih sering terjadi ketika pekerja
melakukan pekerjaan dengan postur janggal, kondisi ini dapat melemahkan
sistem otot sendi. Patkin pada tahun 1989 melaporkan bahwa kram dapat
disebabkan karena desain kerja atau alat kerja yang buruk seperti saat menulis
dengan pena yang membutuhkan tekanan untuk menulis dengan baik. Penggunaan
pena adalah wajib untuk anak sekolah di beberapa negara karena pena dapat
digunakan dengan kekuatan rendah.
DOM (delayed-onset muscle soreness) atau nyeri otot yang berulang-ulang
adalah respon alami karena peradangan, muncul hingga 12-24 jam setelah
paparan, dan memuncak setelah 1-3 hari, kemudian secara bertahap menurun.
DOM merupakan indikasi kerusakan otot. Hal ini dapat terjadi setelah terpapar
prnggunaan kekuatan otot tinggi secara mendadak, terutama selama eksentrik
kontraksi seperti ketika mencoba untuk memegang benda jatuh atau melawan
seorang reaksi mendadak dari alat torsi bertenaga (Patkin, 1989).
Pada tingkat jaringan mungkin terjadi kerusakan seperti serat otot,
menurun triphospahate adenosin intraseluler (ATP) dan berkurangnya aliran darah
lokal (Hales, 1994). Biasanya, otot akan pulih dan bahkan menjadi lebih kuat,
namun beberapa peneliti percaya bahwa paparan kronis beban statis mencegah
pemulihan yang tepat dan menyebabkan kerusakan permanen. Respon primer
mungkin disertai dengan perasaan nyeri di otot, yang mengurangi sebagai
regenerasi serat otot yang terganggu (Armstrong et al., 1993).
Pola aktivitas dalam pekerjaan industri banyak sedikit memiliki kemiripan
dengan yang di program pelatihan otot. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa
waktu istirahat jauh lebih sering dalam pelatihan otot dari pada bekerja, itulah
sebabnya bekerja biasanya tidak memiliki efek yang menguntungkan yang sama
seperti latihan atau pelatihan.
Kerusakan jaringan otot setiap hari dapat melebihi kemampuan perbaikan
otot dan pada akhirnya mengarah ke penurunan daripada peningkatan dalam
kekuatan atau daya tahan serta mengakibatkan rasa sakit kronis pada otot

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


19

(mialgia). Diperkirakan bahwa perubahan jaringan bertanggung jawab pada nyeri


kronis, dengan tidak adanya peradangan, ini disebabkan peningkatan ergonomi
desain peralatan dalam kaitannya dengan pencegahan strain dan keseleo.

2.4.2 Neck Strain


A. Keterkaitan Neck Strain dengan pekerjaan
Tulang belakang leher memiliki beberapa fungsi, terutama untuk
mendukung berat kepala dan untuk menyediakan saluran untuk saraf dan titik
attachment untuk otot-otot yang mengontrol posisi kepala. Tulang belakang leher
Ini terdiri dari tujuh tulang yang dirancang untuk memungkinkan gerakan kepala
yang kompleks. Dua yang pertama dikenal dengan vertebra serviks (dikenal
sebagai atlas dan sumbu) yang berbeda dari vertebra lain dalam kolom tulang
belakang. Sisanya tulang yang memiliki struktur umum yang sama seperti tulang
di bagian lain dari tulang belakang dan dikelilingi oleh ligamen anterior dan
posterior.
Tulang belakang leher terdiri dari tulang belakang tubuh dan diskus
intervertebralis, faset sendi, tulang untuk melekatnya ligamen dan otot, dan
foramen intervertebralis yang melewati sumsum tulang belakang. Kepala dapat
dianggap seimbang di atas tulang belakang leher dengan titik tumpu langsung di
atas vertebra servikalis pertama Kepala dianggap berada dalam titik keseimbangan
ketika seseorang melihat langsung ke depan. Karena COG kepala terletak di
depan tulang belakang leher, kepala harus tegak dilakuakan oleh kontraksi dari
posterior otot leher.
Otot-otot yang kuat adalah otot- otot postural yang benar , otot- otot sangat
penting untuk pemeliharaan postur tegak dan terus-menerus bekerja untuk
mencegah kepala jatuh ke depan karena gravitasi. Peran otot-otot leher posterior
sangat jelas untuk menjaga postur mengingat bagaimana orang yang duduk
dengan dagu terkulai ke depan ke dada ketika orang tidur. Hal ini dapat dihargai
bahwa dalam biasa berdiri dan duduk postur, struktur dari tulang belakang leher
adalah untuk menjaga kepala dalam posisi tegak. Karena itu mereka rentan
terhadap kelelahan karena tekanan tambahan yang diberikan oleh pekerjaan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


20

Otot-otot posterior yang memperpanjang leher lebih kuat dari anterior otot
yang melenturkan leher, karena dibantu oleh gravitasi sedangkan otot posterior
harus bekerja melawan gravitasi. Sehingga, memainkan sangat penting dalam
aktivitas kerja banyak. Karena orientasi miring, itu menghasilkan ekstensi, fleksi
lateral dan rotasi kepala ke arah sisi kontraksi.
Prolaps diskus intervertebralis dari serviks tulang jarang terjadi. Namun,
cakram pasti bisa merosot, seperti pada sendi intervertebralis, dan ini dapat
menyebabkan iritasi akar saraf di tulang belakang leher. Nyeri di leher dan bahu
bisa terjadi. Degenerasi tulang belakang leher, yang dikenal dengan istilah
kedokteran cervical spondylosis, dapat memiliki konsekuensi serius. Kompresi
tulang belakang kabel pada tingkat tulang belakang leher dapat terjadi, sehingga
dalam kelemahan dan pemborosan tungkai atas. Hal ini kemudian dapat menyebar
ke tungkai bawah. Seperti halnya dengan tulang belakang lumbal, beberapa
degenerasi tulang belakang leher adalah bagian dari proses alami penuaan
(Kapandji, 1974).
Degenerasi tulang belakang leher merupakan penyebab potensial dari sakit
leher karena mekanik perubahan yang terjadi sebagai akibat yang berkaitan
dengan usia proses degeneratif. Fleksi statis dari tulang belakang leher
meningkatkan lengan saat kepala sesuai ke sinus dari sudut fleksi. Hal ini
meningkatkan beban pada jaringan lunak di daerah leher rahim dan otot-otot leher
posterior ditempatkan di bawah beban statis meningkat dalam rangka
mempertahankan kepala tertekuk ke depan dalam kesetimbangan dengan gravitasi
(Barton, 1992).
beban statis meningkat pada otot ini menyebabkan tekanan iskemia dan
kelaparan jaringan otot terhadap bahan bakar dan oksigen. Nyeri di leher dan bahu
bisa terjadi, yang menyebabkan kejang otot (kontraksi refleks dari otot-otot). Ini,
pada gilirannya, dapat memperburuk rasa sakit dan menyebabkan lingkaran setan.
Maju-tertekuk posisi dapat dikenai diskus intervertebralis serviks untuk kompresi
meningkat dan posterior ligamen ketegangan meningkat. desain ruang kerja yang
buruk, contohnya membutuhkan para pekerja harus menekuk leher, dapat menjadi
penyebab sakit reversibel atau mungkin memperkuat nyeri akibat perubahan
degeneratif yang ada. Sangat berulang, rendah beban pengerahan tenaga dapat

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


21

menyebabkan kerusakan bertahap kekuatan jaringan, akhirnya menghasilkan


deformasi dari jaringan dan nyeri pada penggunaan.
Pengendalian masalah leher di tempat kerja menyimpulkan bahwa kepala
dan leher tidak boleh tertekuk ke depan oleh lebih dari 15 derajat jika stres
postural berlebihan harus dihindari (Grandjean, 1987). Ada cukup bukti bahwa
fleksi sering atau berkelanjutan dari kepala dan leher di luar ini terkait dengan
leher kronis dan nyeri bahu. Hal ini diperburuk jika disertai fleksi oleh rotasi
kepala dan jika bahu dan lengan harus bekerja dalam posisi tinggi pada waktu
yang sama (Bendix dan Hagberg 1984).

2.4.3 Gangguan Pada Bahu


A. Keterkaitan gangguan pada bahu dengan pekerjaan
Bukti keterkaitan gangguan pada bahu dengan pekerjaan adalah terjadinya
peningkatan risiko gangguan bahu saat bahu tertekuk lebih dari 90 derajat, dengan
risiko meningkatnya proporsi dengan persentase dari siklus kerja selama lengan
diadakan dalam posisi itu. Odds ratio untuk eksposur tersebut berkisar 1,5-6,5,
tapi risiko tinggi ditemukan terjadi ketika fleksi atau penculikan diadakan selama
lebih dari 10% dari pekerjaan (Pinnet et al, 2000).
Kemungkinan jalur kausal Pekerjaan yang paling banyak adalah
melibatkan alat-alat tangan yang berat dengan kombinasi beban berulang dan
sikap statis pada tubuh, yang biasanya melibatkan bahu, menjadi penyebab
gangguan pada bahu secara tidak langsung. Sendi bahu adalah bagian paling
mobile di tubuh dan, bersama dengan jaringan lunak yang terikat. Oleh sebab itu,
sendi bahu rentan terhadap cedera dalam kegiatan di mana gerakan-gerakan pada
sendi ini dilakukan di atas titik horizontal. Bekerja dengan tangan di atas tinggi
bahu adalah stres dan dapat meningkatkan risiko mengembangkan 'sindrom
pelampiasan' yang disebut, atau dikenal sebagai 'perenang bahu ' (wieder, 1992)
atau sindrom manset rotator.
Kelainan ini diketahui lebih sering terjadi pada olahragawan yang
menggunakan tindakan overhead yang tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa sendi
bahu begitu mudah terkilir. Hal ini dapat dibandingkan dengan sendi panggul
yang jauh lebih stabil, di mana lebih dari 50% dari kepala femoral tertutup oleh
acetabulum. Bahwa sendi bahu membutuhkan aktivitas otot yang akan diadakan di

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


22

tempat yang mungkin waspada ahli ergonomi untuk kerentanan kemungkinan


untuk cepat lelah dan kerusakan bila terkena beban statis atau tindakan berulang-
ulang.
Salah satu cara paling sederhana untuk mengurangi stres pada bahu dalam
pekerjaan dapat memberikan tumpuan yang berarti mendukung berat lengan untuk
mengaktifkan otot-otot bahu untuk bersantai. Sebaliknya, setiap kali tangan atau
lengan yang digunakan, aktivitas otot yang diperlukan untuk tetap humerus dalam
soket dan untuk menahan skapula di tempat pada thorax. Para otot stabilizer
skapula berada pada kerugian mekanis besar ketika lengan diadakan maju dari
tubuh (atau kantilever) dan kontraksi otot statis diperlukan.
Kontraksi ini meningkatkan tekanan pada jaringan sekitarnya, merusak
sirkulasi dalam tendon. Bersama dengan beban meningkat, hal ini dapat
menyebabkan supraspinatus tendinitis. Iskemia pada otot dapat menyebabkan
peningkatan kematian sel dan peradangan kronis yang dialami sebagai nyeri.

2.4.4 Carpal Tunnel Syndrome


A. Keterkaitan CTS dengan Pekerjaan
Carpal tunnel syndrome (CTS) dikaitkan dengan pekerjaan yang berat dan
berulang-ulang saja atau dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain (National
Institute of Occupational and Health, 1997). Getaran tangan dan pergelangan
tangan juga berhubungan dengan kondisi tersebut. Gabungan stress terkait
kekuatan dan postur yang ekstrim atau pengulangan sangat terkait dengan CTS.
kurangnya perubahan dalam tugas-tugas atau kurangnya istirahat dan kurangnya
rotasi pekerjaan juga menjadi pemicu timbulnya CTS.
Otot-otot yang melenturkan jari terletak pada lengan bawah dan tendon
panjang yang melalui lubang sempit di pergelangan tangan sebelum memasukkan
ke dalam jari. Otot inilah yang dikenal dengan carpal tunnel, carpal tunnel juga
dilalui oleh saraf dan pembuluh darah tangan. Peningkatan tekanan dalam
pergelangan karpal dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome jika itu
mempengaruhi saraf median atau mengurangi pasokan darah ke saraf dengan
menekan kapiler, yang mengakibatkan kerusakan saraf dan mengurangi kecepatan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


23

konduksi sinyal saraf. Hasilnya adalah sensasi kesemutan dan mati rasa di telapak
tangan dan jari.
Dalam kasus yang parah, pembedahan mungkin diperlukan untuk
meringankan tekanan. Syndrome sindrom pergelangan telah dilaporkan dalam
pekerjaan yang membutuhkan gerakan jari yang cepat, seperti mengetik, dan
ditemukan di kalangan musisi profesional. Namun, Barton tahun 1992,
menyimpulkan bahwa mayoritas kasus carpal tunnel sindrom tidak disebabkan
oleh pekerjaan. Hal ini umum terjadi selama kehamilan dan mungkin rekan-
kondisi dari berbagai gangguan lain yang beragam seperti diabetes, tekanan darah
tinggi, gangguan ginjal, penggunaan kontrasepsi oral dan arthritis (Hales, 1994).
Klasifikasi dan diagnosis CTS pada studi lain telah menemukan bukti dari
sebuah hubungan antara gejala CTS dan bekerja. Masalah ini (yaitu diagnosis dan
kategorisasi) saat ini meliputi semua penelitian tentang keterkaitan pekerjaan dan
gangguan muskuloskeletal. Spondylosis serviks dan stenosis (penyempitan) dari
struktur serviks, serta terjepitnya saraf di lengan, dapat menimbulkan gejala yang
menyerupai sindrom carpal tunnel. Hal ini menggambarkan bahwa diagnosis dari
semua masalah lengan dan tangan sebaiknya diserahkan kepada para ahli karena
sakit di daerah ini mungkin, pada kenyataannya, disebabkan oleh penyebab lain.
Loslever dan Ranaivosoa tahun 1993, dalam penelitiannya menemukan
bukti bahwa faktor-faktor non-kerja lebih penting daripada faktor pekerjaan.
Namun, prevalensi untuk kedua tangan ditemukan berkorelasi positif dengan
langkah-langkah fleksi pergelangan tangan dan kekuatan pegangan tinggi.
Tampaknya bahwa faktor-faktor seperti pekerjaan yang berulang, postur tubuh
dan pergelangan tangan ditentukan oleh tugas dan desain alat dapat menimbulkan
gejala CTS. Bahkan, ada bukti bahwa penderita CTS menyebabkan hilangnya
sensitivitas taktil.
Pegangan penderita menjadi berlebihan sehubungan dengan tuntutan
tugas, sehingga menyebabkan kenaikan lebih lanjut tekanan di dalam pergelangan
tangan dan ketegangan yang berlebihan dalam struktur lain, sehingga
mempercepat terjadinya gangguan (Lowe dan Frievalds, 1998). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa mendesain ulang peralatan untuk meminimalkan paparan
terhadap getaran, pekerjaan yang berulang-ulang dan postur yang ekstrim serta

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


24

kombinasi dengan faktor-faktor lain mungkin akan dapat menurunkan prevalensi


gejala CTS di tempat kerja, bahkan jika langkah-langkah ini tidak dapat
mengurangi kejadian gangguan.

2.4.5 Low Back Pain


Low back yang biasa disebut tulang belakang bagian bawah. Tulang
belakang manusia tersusun dari 24 vertebrae yang dipisahkan oleh bantalan
hidrolik fibrokartilago atau yang biasa dikenal dengan sebutan
intervertebratebratal discs. Tulang-tulang tersusun membentuk rangka dan
berakhir pada sacrum yang tersambung dengan tulang pinggul pada persendian
sacro-illiac (Pheasent, 1986).
Rasa nyeri atau cedera pada tulang punggung belakang dapat terjadi jika
ketegangan (strain) yang berlebihan terjadi dalam mekanisme tubuh. Bahkan
strain yang terlampau berat dapat menyebabkan kerusakan otot, ligamen, dan jika
strain terjadi secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang panjang , maka
kerusakan dapat mengenai intervebral dics. Akibat bagian dari disc yang selip ke
dalam spinal canal akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang amat sangat pada
bagian pungung yang disebut sebagai slipped disc (Oborne, 1982)

2.5 Langkah-langkah Manajemen Risiko Manual handling


Terdapat beberapa langkah-langkah guna memanajemen risiko-risiko yang
berkaitan dengan manual handling sehingga kita dapat mengendalikan risiko
tersebut dan menjaga para pekerja tetap sehat serta produktif. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

2.5.1 Hazard Identification


Melakukan identifikasi semua bahaya yang terkait dengan manual
handlimg, pengambilan data dilakukan dengan melihat laporan kecelakaan yang
terkait dengan bahaya ergonomi, melakukan konsultasi atau wawancara dengan
pekerja, supervisor, dan pihak-pihak yang mengurusi kesehatan dan keselamatan
kerja disana, melihat pekerjaan, dan observasi lainya yang dianggap perlu.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


25

2.5.2 Risk assesment


Langkah pertama yang dilakuakan dalam risk assesment ini adalah
menentukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi prioritas untuk dinilai, selanjutnya
memilih pekerjaan yang akan dinilai, setelah itu barulah mengerti permasalahan
dan dapat melakukan tindakan pengendalian.
Ada beberapa metode praktis yang dapat dilakukan untuk menilai resiko ergonomi
terkait pekerjaan diantaranya adalah
1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment) metode ini dikembangkan oleh
McAtamney dan Corlett pada tahun 1993. RULA adalah metode yang
didesain untuk menyediakan analisis cepat dari kebutuhan upper limb
pekerja. Menyediakan pengukuran objektif dari risiko MSDs yang
disebabkan kegiatan dimana kebutuhan bagian atas tubuh tinggi tapi
kebutuhan seluruh tubuh (seperti punggung dan kaki) relatif rendah.
Bagian tubuh yang dinilai adalah upper limb (tangan, pergelangan, siku,
bahu), juga leher dan pinggang (postur trunk).
2. REBA dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000
sebagai alat untuk menilai postur terhadap risiko Musculoskeletal
Disorders (MSDs). Membentuk penilaian kuantitatif dari tubuh yang
berkaitan dengan beban dan aktivitas. Dapat digunakan baik pada postur
pergerakan dinamis dan statis, serta menilai hampir semua aktivitas.
3. NIOSH Lifting Equation yang menilai resiko pekerjaan mengangkat yan
dilakukan oleh pekerja dengan menilai beberapa faktor yaitu fisiologi,
biomekanik dan psikofik.

2.5.3 Risk control


Setelah melakukan hazard identifikasi dan risk assesment maka kita akan
tahu tentang permasalahan yang ada terkait dengan bahaya-bahaya yang ada di
tempat kerja terkait dengan pekerjaan manual handling maka kita bisa
menetapkan pengendaliannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


26

2.5.3.1 Pengendalian teknik


Metode teknik lebih diutamakan karena pengendalian ergonomi dipakai
untuk menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja. Metode yang lebih diutamakan
karena lebih permanen dan efektif dalam menghilangkan risiko ergonomi.
Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah memodifikasi, mendesain
kembali atau mengganti dengan syarat:
dirancang untuk memenuhi beban dan pekerjaan
mudah digunakan dan tidak menyebabkan obstruksi
terletak dekat dengan area kerja sehingga akan tersedia
dibawah perhatian pengawas sehingga tidak muncul risiko tambahan
misalnya forklift muncul tanpa peringatan di area kerja.
Adapun pengendalian teknik yang dapat dilakukan adalah
a. Mendesain ulang Tempat kerja sehingga memiliki pencahayaan, ruang
gerak, serta kondisi lingkungan yang nyaman untuk bekerja
b. Bahan/objek/tempat penyimpanan dan pengoperasian
c. Menggunakan alat bantu angkat mekanis
2.5.3.2 Pengendalian administratif

Berhubungan dengan bagaimana pekerjaan dilakukan, seperti :


a. Jadwal kerja menyangkut durasi dan frekuensi pekerjaan dilakukan
b. Penggiliran kerja dan waktu istirahat
c. Program pelatihan
d. Program perawatan dan perbaikan
e. Cara Kerja Pengendalian cara kerja berfokus pada cara pekerjaan dilakukan,
yakni :
Menggunakan mekanik tubuh yang baik
Menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori


Didalam suatu aktivitas manual handling baik itu pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong, menarik dan yang lain, terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya, banyak teori yang menjelaskan terkait dengan faktor tersebut
salah satunya adalah dari Manual Task Code Of Practice, 2010 sebagai berikut:

Faktor Pekerjaan:
- Berat beban
- Bentuk beban
- Pegangan
- Jarak beban

Faktor Lingkungan:
- Temperatur.
- Kebisingan. Pekerjaan Manual
- Pencahayaan. Handling
- Kelembapan.
- Permukaan lantai.

Karakteristik individu
- Umur
- Jenis kelamin
- Motivasi
- Kebiasaan
- Status gizi

27 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


28

3.2 Kerangka Konsep


Berdasarkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi resiko suatu kegiatan manual
handling khususnya dalam kegiatan mengangkat maka terbentuklah suatu kerangka
konsep yang merupakan simplifikasi dari kerangka teori tersebut dimana diambil faktor-
faktor yang langsung berkaitan langsung dengan pengangkatan barang. Kerangka
konsep ini juga berdasarkan variabel yang ada pada Niosh Lifting Equation yang mana
niosh lifting equation ini adalah tools yang akan penulis gunakan dalam melihat faktor
resiko ergonomi dalam mengangkat barang.

Faktor pekerjaan berkaitan


dengan aktivitas mengangkat
berdasarkan
NIOSH Lifting Equation:

Berat beban(L)
Jarak antara beban
dengan lantai(V)
Jarak antara orang Resiko Pengangkatan
dengan beban(H)
Sudut saat
pengangkatan
beban(A)
Frekuensi
pengangkatan(F)
Durasi pengangkatan
beban
Bentuk
beban/kemasan(C)

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


29

3.4 Defenisi Operasional


N Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
o
1. Niosh Lifting Merupakan suatu perhitungan Lembar - jika LI(lift index) kurang dari satu Rasio
Equation rekomendasi batas berat objek pengisian maka sebagian besar pekerja
untuk pekerjaan mengangkat setelah itu terlindungi dari resio low back pain
untuk jangka waktu tertentu dihitung - jika nilai LI( lifting index) lebih
tanpa menimbulkan resiko low dengan dari satu maka sebagian besar
back pain rumus Niosh pekerja memiliki resiko yang besar
Lifting terkena low back pain
Equation - Satuan kilogram
LI=Task
Load/RWL
2 RWL Berat benda yang Dihitung - Berat yang di rekomendasikan oleh Rasio
direkomendasikan oleh Niosh dengan Niosh Lifting Equation adalah 23
Lifting Equation dalam rumus kg karena berat tersebut dapat
pekerjaan mengangkat RWL=LCxH diterima oleh 75% wanita
m xVm xAm x - Satuan kilogram
Dm x Fm x
Cm

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


30

3. Load Berat rata-rata beban yang Lihat Berat yang di rekomendasikan oleh Niosh Rasio
constant diangkat oleh pekerja kemasan atau Lifting Equation adalah 23 kg karena berat
langsung tersebut dapat diterima oleh 75% wanita.
ditimbang Satuan kilogram.
4. Horizontal Peningkatan jarak horizontal Dihitung Unit konversi Niosh 0.00...-1.00 Interval
multiplier pada waktu awal pengangkatan dengan
origin dari tulang belakang rumus Niosh
menyebabkan peningkatan Lifting
gaya pada lengan dan leads Equation
sehingga meningkatkan stress Hm= 25/ h
pada lumbar. origin

7. Horizontal jarak dari tangan ke titik Ukur Centimeter Rasio


location tengah objek pada titik awal langsung
origin pengangkatan dengan
meteran pada
saat
pengangkatan
awal
dilakukan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


31

8. Horizontal Peningkatan jarak horizontal Diukur Unit Konversi Niosh Niosh 0.00-1.00. Interval
multiplier saat akhir pengangkatan dari dengan
destination tulang belakang menyebabkan rumus Niosh
peningkatan gaya pada lengan Lifting
dan leads sehingga Equation
meningkatkan stress pada Hm= 25/ h
lumbar. origin satuan

9. Horizontal jarak dari tangan ke titik tengah Meteran Centimeter Rasio


location objek pada titik tujuan
destination
10 Vertical Reflek yang menyebabkan Form Unit Konversi Niosh 0.00…-1.00 Interval
. multiplier peningkatan stress pada lumbar pengisian
origin yang berkaitan dengan jarak Niosh Lifting
benda ke lantai pada titik awal Equation
pengangkatan benda Vm
origin=(1-
0,003(Vorigi
n-75))
11 Vertical Jarak antara titik tengah benda Meteran Centimeter. Rasio

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


32

. location dengan lantai pada titik awal


origin pengangkatan benda
12 Vertical Reflek yang menyebabkan Form Unit konversi Niosh 0.00…-1.00. Interval
. multiplier peningkatan stress pada lumbar pengisian
destination yang berkaitan dengan jarak Niosh Lifting
benda ke lantai pada titik akhir Equation
dari pengangkatan benda Vm
origin=(1-
0,003(vdestin
atio-75))
13 Vertical Jarak antara titik tengah benda Meteran Centimeter Rasio
. location dengan lantai pada titik akhir
destination pengangkatan benda
14 Distance Peningkatan reflek dalam DM = (0.82 + Unit Konversi Niosh 0.00…-1.00. Interval
multiplier kebutuhan psikologi akibat (4.5 / D )
total jarak vertikal pada saat
melakukan pengangkatan.
15 Distance Total jarak vertikal saat D= Vhigh- Centimeter Rasio
melakukan pengankatan dari Vlow
titik awal sampai dengan titik

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


33

akhir
16 Assimetric Pengangkatan suatu benda AM = ( 1 - Unit konversi Niosh 0.00…-1.00. Interval
multiplier diluar sagital plane akan (0.0032 A)),
menyebabkan perubahan beban standart Am
anakat pada form
Niosh Lifting
Equation

17 Assimetric Sudut pada saat titik awal Busur, Derajat Rasio


origin pengangkatan benda
18 Assimetric Sudut pada saat titik akhir Busur, Derajat Rasio
destination pengangkatan benda
19 Frekuensi Jumlah kegiatan pengankatan Form Unit konversi Niosh 0.00…-1.00. Interval
. multiplier(F yang dilakukan oleh para standart
M) pekerja setiap hari, terkait pengisian
vertical location dan duration Niosh Lifting
Equation
untuk
frekuensi
20 Coupling Kualitas kemasan barang yang Form Good= bentuk barang dengan kemasan Ordinal

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


34

. Multiplier diangkat terkait pegangan, pengisian optimal berbentuk kotak dengan pegangan
bentuk barang Niosh Lifting dan mudah untuk di pegang
Equation Fair=bentuk objek yang tidak terlalu
optimal memiliki pegangan akan tetapi
tidak terlalu bagus sehingga menyebabkan
tangan harus memutar saat membawa
Poor=desain kemasan yang tidak optimal
segi-segi yang tajam, tidak memilki
pegangan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik untuk melihat tingkat
resiko ergonomi pada pekerjaan mengangkat beras yang dilakukan oleh pekerja di
Pasar Induk Beras Cipinang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan
modelling matematis dengan menggunakan Niosh Lifting Equation untuk menilai
resiko yang didapat oleh para porter dalam satu kali priode melakukan pengangkatan.
Dengan menggunakan desain studi observasional yang dilakukan dengan
pengamatan langsung terhadap proses pekerjaan mengangkat yang dilakukan para
pekerja angkat di Pasar Induk Beras Cipinang.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan bulan Mei 2011 pada waktu jam
kerja yaitu jam 08.00-16.00 di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.

4.3 Unit Analisis Penelitian


Unit analisis dalam penelitian ini adalah pekerjaan mengangkat yang
dilakukan oleh pekerja angkat di Pasar Induk Beras Cipinang. Pekerjaan manual
handling yang diambil datanya adalah kegiatan mengangkat yang tidak termasuk
dalam klasifikasi kegiatan mengangkat seperti berikut ini:
Pekerjaan yang diambil datanya adalah pekerjaan mengangkat yang bukan salah satu
dari pekerjaan berikut:
Mengangkat /menurunkan dengan satu tangan.
Mengangkat menurunkan melebihi 8 jam kerja.
Mengangkat dan menurunkan barang sambil duduk atau berlutut.
Mengangkat/ menurunkan di dalam area kerja yang sempit (confined space).
Mengangkat dan menurunkan objek yang tidak stabil.
Mengangkat dan menurunkan sambil membawa, mendorong atau menarik.

35 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


36

Mengangkat dan menurunkan dengan menggunakan alat bantu.


Mengangkat dan menurunkan dengan kecepatan tinggi(>30 inchi/detik).
Mengangkat dan mennurunkan di atas lantai yang licin.
Mengangkat dan menurunkan dalam kondisi temperatur ekstrim.

4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah data primer
Pengumpulan data-data primer dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung
kegiatan pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja data-data tersebut digunakan
untuk mengisi semua variabel yang terdapat dalam tools niosh lifting equation.

Langkah-langkah pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:


1. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data horizontal location origin
dan horizontal location destination.
Keterangan:
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik awal pengangkatan.
Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir
pengangkatan.

2. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data vertical location origin dan


destination
Keterangan:
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik awal pengangkatan
Vdestination) adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir pengangkatan

3. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data sudut pengangkatan(assymetric


angle)
4. Mengukur, menngumpulkan dan mencatat data jarak total beban secara
verikal(distance)
5. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat frekuensi dan durasi pekerjaan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


37

6. Mengukur, mengumpulkan dan mencatat data tentang kemasan beban


mencakup bentuk kemasan, permukaan dan handling.

4.5 Instrumen Penelitian


Adapun instrumen atau peralatan yang digunakan dalam pengambilan data
pada penelitian ini adalah antara lain:
1. Alat Tulis
2. Busur
3. Form Niosh Lifting Equation
4. Meteran dan Penggaris
5. Stopwacth

4.6 Pengolahan dan Análisis Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian di klasifikasikan sesuai kebutuhan
yang terdapat didalam form pengisian Niosh Lifting Equation
1. Menghitung HM(Horizontal multiplier) dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM = 25 / H ( Horigin)
Keterangan:
H = jarak beban dengan pekerja

1. Menghitung VM(Vertical Multiplier) menggunakan rumusan Niosh Lifting


Equation :
VM =(1-0,003(V-75))

Keterangan:
V = jarak beban dengan lantai.

2. Menghitung AM (Asymmetric Angle) menggunakan rumusan Niosh Lifting


Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


38

Keterangan:
A = sudut yang terbentuk antara pekerja dengan titik pengangkatan.

3. Menghitung DM(Distance Multiplier) menggunakan rumusan Niosh Lifting


Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
Keterangan:
D = selisih jarak beban dengan lantai pada titik awal dengan titik akhir
pengangkatan.

4. Menghitung CM(Coupling Multiplier) adalah klasifikasi bentuk beban dan


dinilai berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh

Tabel 4.2 Coupling Multiplier


Coupling type Coupling multiplier
V<75 V
Good 1,00 1,00
Fair 0,95 1,00
Poor 0,90 0,90
Sumber: The revised NIOSH Lifting Equation

5. Menghitung FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit)


yang merupakan berat beban yang dianjurkan pada pengangkatan dtanpa
memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan

.FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM.

6. Menghitung STRWL(Single Task Recommended Weight Limit) yang


merupakan berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan
memperhitungkan frekuensi pengangkatan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


39

SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM
,
7. Menghitung FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko
satu kali pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan.

FILI = Lmaks/ FIRWL

8. Menghitung STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu
kali pengangkatan memperhitungkan frekuensi.

STLI = Lavg/STRWL
.
9. New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI
yang paling besar.

10. Menghitung Composite Lifting Index(CLI) dengan rumus sebagai berikut :

CLI= STLI1 +

Catatan
Pemberian indeks angka pada FILI dan STLI mengikuti penomoran task baru
yang berdasarkan pada urutan besar dan kecilnya nialai STLI(yang paling
besar diberi indeks 1 dan seterusnya.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


40

Pemberian angka pada FM mengandung arti, misal FM1,2 berarti nilai


frekuensi multiplier tersebut didapat dengan terlebih dahulu menambahkan
frekuensi (F) pada task pertama dan kedua berdasarkan nomor task yang baru
kemudian dicari multipliernya.

4.7 Keterbatasan Penelitian


Penelitian yang penulis lakukan tentunya memiliki keterbatasan dimana
penulis. penulis tidak mengukur faktor-faktor dari lingkungan dan personal secara
mendalam karena keterbatasan waktu dan biaya serta dalam penelitian ini penulis
hanya akan meneliti tentang faktor yang berhubungan langsung dengan
pengangkatan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 5
GAMBARAN PERUSAHAAN

5.1 Aktivitas Manual Handling di Pasar Induk Beras Cipinang

Pasar Induk Beras Cipinang yang merupakan pusat grosir beras di Jakarta
yang mempunyai fungsi untuk memnuhi kebutuhan beras di wilayah Jakarta
memiliki volume perdagangan sekitar 5000 ton beras setiap harinya dan memiliki
tenaga bongkar muat sekitar 800 orang. Setiap harinya tenaga bongkar muat ini
akan melakukan kegiatan-kegiatan manual handling seperti mengangkat,
membawa, menarik, mendororng beras.
Dari hasil observasi penulis selama 4 hari di Pasar Induk Cipinang,
tenaga bongkar muat memiliki dua pekerjaan paling banyak dilakukan yaitu
mengangkat, menurunkan dan membawa beras. Durasi pekerjaan para tenaga
bongkar muat ini dalam seharinya bisa mencapai 6 jam dengan jam istirahat yang
tidak beraturan karena tergantung datangnya pasokan beras dan tergantung dengan
pembeli yang bisa datang kapan saja. Akan tetapi rata-rata tenaga bongkar muat
ini melakukan pekerjaan dari jam 8 pagi sampai jam 16.00. dengan jeda waktu
istirahat rata-rata 2 jam setiap harinya.
Jenis pekerjaan manual handling yang banyak dilakukan adalah:
1. Mengangkat atau menurunkan beras di kios
2. Mengangkat atau menurunkan beras dari pick up
3. Membawa beras dari kios ke pick up atau sebaliknya

5.2 Sejarah Pembentukan Pasar Induk Cipinang

Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC) pada awalnya didirikan dengan


beberapa alasan diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan di ibukota
yaitu Kebutuhan akan adanya perbaikan dalam sistem pengadaan & penyaluran
beras di Ibu kota, DKI Jakarta tidak memiliki lahan sawah, menjaga kestabilan
harga beras di daerah DKI Jakarta. Oleh sebab itu, didirikanlah Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC) sebagai realisasi dari pola induk pengadaan dan penyaluran ahan
dan pangan untuk DKI Jakarta 1965-1985.

41 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


42

Program yang merupakan bagian dari rencana induk DKI Jakarta 1965-1985.
Pemerintah menunjuk PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola dan
Pembina PIBC. Perusahaan ini didirikan akta notaries Soeleman
Ardjasasmita, SH, No. 46 tanggal 26 April 1972 TBNRI No. 39 tanggal 16
Mei 1975. Setelah itu diperbaharui dengan akta notaries Rachmad Umar, SH No. 25
tanggal 30 maret 2000. Terakhir diperbaharui lagi dengan akta notaris Yurisa
Martanti, SH No. 45 tanggal 15 Agustus 2008 tentang didirikannya PT Food Station
Tjipinang Jaya, yang disahkan dengan SK Menteri Kehakiman dan Ham RI No. 16,3
hektar. Diatas lahan itu terdapat bangunan pertokoan, perdagangan, perkantoran, dan
pelataran parkir. Selain itu ada berbagai fasilitas lainnya. Diantaranya jalan, bank,
masjid, koperasi, pemadam kebakaran, rumah makan, area bongkar muat, dan armada
angkutan beras.

5.3 Pasar Induk Beras Cipinang

Alamat Kantor : Jl. Pisangan Lama Selatan No. 1

Nomor telpon : 4897208, 4718008, 4718282, 47865609

Nomor Fax. : 4717994, 47865611 Jakarta Timur 13230 – INDONESIA

Alamat Website : www.ptfoodstation.com

Sebagai pusat pemasaran beras Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC) diharapkan


dapat menjamin ketersediaan beras di DKI Jakarta melalui distribusi ke pasar-pasar
retail. Selain itu, PIBC juga merupakan terminal pangan, yang menjadi media
transaksi yang fair antara produsen dan pedagang grosir. Oleh karenanya, PIBC
disebut juga sebagai daerah produsen (Karawang, Cirebon, Bandung, Serang,
Makasar dan lain-lain). Bukan itu saja, PIBC juga menjadi tolak ukur ketahanan
pangan pokok, khusunya beras di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Dengan fungsi
yang demikian strategis, Pasar Induk Beras Cipinang dilengkapi dengan fasilitas
penunjang antara lain:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


43

A. Pergudangan dan parkir

Untuk kebutuhan penyimpanan beras, Pasar Induk Beras Cipinang


menyediakan gudang dengan luas 35.896 meter persegi dengan pelayanan dan
keamanan selama 24 jam. Gudang ini mampu menampung beras sekitar 100.000 ton.
Selain itu juga tersedia pelataran parkir seluas 9.500 meter persegi. Ditambah dengan
lokasi yang strategis(600 m dari KA jatinegara dan sekitar 800 m dari pintu
masuk/keluar tol pisangan tanjung priuk) menjadi nilai yang lebih dan keunggulan
Pasar Induk Beras Cipinang tersebut.

B. Perdagangan

Salah satu potensi dari PT Food Station Tjipinang Jaya adalah jalinan
kerjasama dengan para pemasok beras dari daerah produsen , baik dari dalam pulau
Jawa, Sulawesi Selatan, dan daerah lainnya. Beras tersebut didistribusikan kepada
pedagang grosir di Pasar Induk Beras Cipinang dan sekaligus sebagai importir guna
memenuhi kebutuhan pangan.

C. Angkutan

Untuk pendistribusian beras yaitu dalam proses keluar/ masuk beras di Pasar
Induk Beras Cipingng, tersedia sekitas 200 unit kendaraan. Angkutan ini armada
milik PIC, PT Wahana Jaya Raya, PT Jampang Sunda kelapa dan Kabapin. Armada
angkutan beras juga tersedia dengan kapasitas muat dua ton per unit yang digunakan
sebagai sarana transportasi pendistribusian ke pasar wilayah DKI Jakarta. Selain itu,
tersedia pula kendaraan truk untuk wilayah Bodetabek, antar provinsi dan antar pulau.

D. Kekuatan dan Potensi


toko/los

terdapat 801 ruang yang terdiri dari toko los tertutup dan terbuka dengan
kapasitas tamping 25.000 ton

pedagang beras di PIBC

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


44

lebih dari 600 pedagang siap melayani dan menampung beras dari daerah
produksi yang dibawa pemasok dan menjual secara grosir ke pasar-pasar wilayah
DKI Jakarta dan daerah Bodetabek maupun antar pulau.

Pedagang Pemasok

Para pemasok beras berasal dari daerah Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Luar Jawa(Palembang, Lampung, dan Sulawesi Selatan)

Masjid

Sarana ibadah bagi umat Islam yang berada di area Pasar Induk Beras
Cipinang. Masjid juga menjadi tempat diselenggarakannya peringatan hari-hari besar
umat Islam.

Pemadam kebakaran

Untuk mengantisipasi bencana kebakaran di area Pasar Induk Beras Cipinang,


tersedia fasilitas kendaraan pemadam kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi
DKI Jakarta. Fasilitas ini juga dapat digunakan sebagai sarana pemadam kebakaran
untuk wilayah DKI Jakarta.

Perbankan

Dalam rangka mempermudah transaksi perdagangan di Pasar Induk Beras


Cipinang, tersedia pula kantor Bank BNI 1946 tbk, Bank Yudha Bhakti, Lippobank,
USP Swamitra, Bank Bukopin, BRI serta kerjasama dengan PT Bank DKI.
Sedangkan pembayaran untuk perdagangan luar daerah dengan menggunakan LC
local.

Koperasi

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


45

Pada tahun 1980 telah terbentuk koperasi perdagangan Pasar Induk Cipinang
(KOPPIC Jaya). Selain itu sebagai wadah bagi para pedagang beras, KOPPIC Jaya
juga menjadi mitra kerja PT Food Station Tjipinang Jaya.

Area Bongkar Muat : mampu menampung lebih dari 300 kendaraan besar
(truk) dengan tenaga Bongkar Muat sebanyak 800 orang;
Armada Dalam Kota dan Luar Jakarta : ada sekitar 200 unit kendaraan armada
untuk distribusi ke pasar – pasar wilayah dan tersedia pula truk untuk
angkutan keluar kota Jakarta;

5.4 Maksud dan Tujuan Perusahaan

a. Membangun dan menyelenggarakan food station (tempat penampungan),


perdagangan bahan makanan terutama beras, termasuk gula pasir, terigu dan
hasil-hasil lain yang sejenis;

b. Membangun dan menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan food


station diatas, antara lain meliputi pertokoan beras, area parkir, pengangkutan
dan lain-lain;

c. Menyelenggarakan pengelolaan yang berkaitan dengan kegiatan Food Station


seperti unit angkutan dan pergudangan;

d. Pengadaan dan penyaluran bahan pokok yaitu beras dan sejenisnya, sehingga
tercipta stabilitas supply, distribusi dan standar harga beras, disamping
masalah-masalah disposal, dislokasi dan alokasinya dapat diatur dengan tertib
dan cepat;

e. Menjalankan perdagangan umum, terutama beras,gula pasir, terigu dan hasil


palawija serta barang-barang stock filling, termasuk perdagangan secara
komisi atas perhitungan dengan pihak lain;

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


46

5.5 Kebutuhan Provinsi DKI Jakarta


Dengan perhitungan tingkat konsumsi beras 300 gram per kapita per hari,
Jakarta memerlukan sekitar 3.000 ton beras per hari. Saat ini, volume pasokan beras
ke Pasar Induk Beras Cipinang rata-rata 3000-3500 ton per hari dengan demikian,
Pasar Induk Beras Cipinang mampu memenuhi kebutuhan beras untuk wilayah DKI
Jakarta dan sekitarnya.

5.6 Peta Perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang

5.6.1 Para Pelaku Pasar

Ada tiga pelaku tata niaga beras di Pasar Induk Beras Cipinang:

a. Pedagang daerah
b. Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang
c. Pedagang Wilayah

5.6.2 Sistem Transaksi

Antara lain dengan menggunakan tiga cara:

a. Kontan
b. Berjangka
c. Konsinyasi/ komisi

5.7 Pasokan dan Distribusi Beras di Pasar Induk Beras Cipinang(PIBC)

Volume perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang mencapai 5000 ton per
hari, dengan perputaran uang mencapai Rp.30.000.000.000,- setiap harinya
menjadikan Pasar Induk Cipinang sebagai pemasok beras yang paling berpengaruh
untuk ketahanan pangan di daerah DKI Jakarta. Pemasok beras di Pasar Induk
Cipinang berasal dari Karawang sekitar 27%, Cirebon 35% (daerah Pantura Jawa
Barat), Cianjur 2%, Bandung 10%, Jawa Tengah 20% (Solo, Semarang, Tegal, dll),
Jawa Timur 4% (Surabaya, Kediri dll), Lampung, Palembang,Sulawesi Selatan dll

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


47

sekitar 2%. Sedangkan pendistribusian beras mencakup daerah DKI Jakarta dan
sekitarnya sekitar 60%, Bodetabek sekitar 10% dan Antar Pulau sekitar 30%( terdiri
dari: Pontianak, Bangka, Batam, Medan, Makassar, Jayapura dll).

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 6
HASIL PENELITIAN

Observasi dan pengukuran dilakukan terhadap kegiatan mengangkat beras


secara manual yang dilakukan oleh para pekerja kuli panggul di Pasar Induk Beras
Cipinang, khususnya di bagian penyimpanan beras. Hasil pengukuran akan
dianalisis dengan menggunakan metode The Revised Niosh Lifting Equation
Pengangkatan beras merupakan pekerjaan yang sangat banyak dilakukan
oleh para pekerja kuli panggul di Pasar Induk Beras Cipinang, hal ini merupakan
sangat wajar karena proses jual beli dengan intensitas tinggi sangat membutuhkan
mobilitas para pekerja dalam melakukan pengangkatan beras. Pekerjaan
mengangkat yang diteliti dengan Niosh Lifting Equation di dalam penelitian ini
adalah:
1. Pekerjaan menurunkan beras dari mobil
2. Pekerjaan mengangkat beras di dalam kios

6.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Indeks Resiko Penurunan Beras dari
Mobil Dengan Niosh Lifting Equation
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang multitasking dimana jarak beban
yang diangkat berbeda-beda dalam satu priode pengangkatan sehingga untuk
menentukan resikonya harus memakai indeks pengangkatan gabungan yang
sample nya diambil dari beberapa jarak beban yang berbeda.
Pengangkatan beras pertama maksudnya adalah beras yang jarak titik awal
dengan lantai yang paling jauh dengan kata lain beras ini berada di tumpukan
paling atas dan akan diangkat paling awal, begitu seterusnya untuk penomoran
pengangkatan kedua dan ketiga. Hasil pengukuran ini meliputi berat beban(L)
jarak beban dengan tubuh(H), jarak beban dengan lantai(V), selisih jarak beban
pada titik awal dan titik akhir(D), sudut pengangkatan antara pekerja dengan
posisi beban(A), bentuk kemasan(C).frekuensi(F). Hasil pengukuran tersebut
kemudian di konversikan ke unit konversi Niosh untuk menghitung indeks resiko
pengangkatan masing-masinng(STLI) dan indeks resiko pengangkatan
gabungan(CLI).

48 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


49

Gambar 6.1 Penurunan Beras Dari Mobil Pick Up

6.1.1 Hasil Penelitian Berat Beban


Berat beban yang diangkat 50 kg

6.1.2 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Tubuh ( Horizontal multiplier)


Pengukuran jarak beban dengan tubuh(H) dilakukan dalam tiga tahap,
pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Horigin) dan titik
akhir(Hdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan
dari Niosh Lifting Equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh pada variable jarak
beban dengan tubuh ini disebut Horizontal Multiplier(HM). Nilai ini nantinya
akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil
pengukuran dalam tabel berikut:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


50

Tabel 6.1 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor Pengangkatan Horiginal Hdestination Hmorigin Hmdestination
(centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan Beras 1 30 10 0.83 1.00
Pengankatan Beras 2 35 10 0.71 1.00
Pengangkatan Beras 3 40 15 0.63 1.00

Keterangan Tabel:
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik awal pengangkatan.
Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir pengangkatan.
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan tubuh pekerja.
HM= 25/H( Horigin dan Hdestination)
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlaku untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3

6.1.3 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Lantai (Vertical Multiplier)


Pengukuran jarak beban dengan lantai(V) dilakukan dalam tiga tahap
yaitu, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Vorigin) dan titik
akhir(Vdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan
dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh disebut dengan Vertical
Multiplier(VM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks
resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


51

Tabel 6.2 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor V origin V destination Vm origin V destination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 130 0 0.84 0.78
Beras 1
Pengangkatan 125 10 0.85 0.81
Beras 2
Pengangkatan 120 15 0.87 0.84
Beras 3

Keterangan Tabel:
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan
Vdestination) adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir pengangkatan
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM =(1-0,003(V-75))
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3

6.1.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan (Asimetric Multiplier) Antara


Pekerja Dengan Titik Pengangkatan Akhir dan Awal
Pengukuran sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan titik
pengangkatan(A) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3.
Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal
pengangkatan(Aorigin) dan titik akhir(Adestination). Nilai-nilai tersebut kemudian
dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil
konversi niosh tersebut disebut dengan Asymetric Angle(AM), nilai ini nantinya
akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil
pengukuran dalam tabel diberikut.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


52

Tabel 6.3 Perhitungan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja dan Posisi Beban Pada
Pekerjaan Menurunkan Beras.
Nomor Aoriginal Adestination Am originin Adestination
Pengangkatan (derajat) (derajat) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 1
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 2
Pengangkatan 0 90 1.00 0.71
Beras 3

Keterangan Tabel :
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada
titik awal dilakukan pengangkatan.
Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir
pengangkatan.
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan
titik pengangkatan
AM = ( 1 - (0.0032 A))
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3

6.1.5 Hasil Penelitian Jarak Pengangkatan atau Selisih Jarak Antara Titik
Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan (Distance Multiplier).
Pengukuran selisih jarak pengangkatan beban(D) dilakukan dalam tiga
tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan diukur selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan
titik akhir. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari
niosh lifting equation yang disebut Distance Multiplier(DM) . Nilai- nilai hasil
konversi niosh tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko
pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


53

Tabel 6.4 Perhitungan Selisih Jarak Antara Titik Awal Dengan Titik Akhir Pengangkatan
Pada Pekerjaan Menurunkan Beras
Nomor pengangkatan D DM
(centimeter) ( konversi niosh)
Pengangkatan beras 1 130 cm 0.86
Pengangkatan beras 2 115 cm 0.86
Pengangkatan beras 3 105 cm 0.86

Keterangan Tabel:
D(distance) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan titik akhir
pengangkatan.
D = Vorigin-Vdestination(rumus ini berlaku pada penurunan beban).
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak vertical.
DM = (0.82 + (4.5 / D )
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3

6.1.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan durasi


Frekuensi 20 pengangkatan/5 menit durasi lebih dari 2 jam kerja, dengan
persebaran pengangkatan beras pertama dengan jarak yang sama 2 kali per menit,
pengangkatan beras kedua 1 kali per menit dan pengangkatan beras ketiga 1 kali
per menit.

6.1.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation


Dari hasil pengukuran variable-variabel sebelumnya di atas dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation, untuk
mengetahui indeks resiko pengangkatan, didapat hasil sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


54

Tabel 6.5 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras


Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 0.83 0.71 0.63
VM 0.78 0.85 0.87
DM 0.86 0.86 0.86
AM 1.00 1.00 1.00
CM 0.90 0.90 0.90
FIRWL 11.52 10.74 9.87
FM 0.65 0.75 0.75
STRWL 7.5 8.05 7.40
FILI 4.34 4.65 5.06
STLI 6.66 6.2 6.75
New Task 2 3 1
Number

Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


55

STRWL(Single Task Recommended Weight Limit) adalah berat beban yang dianjurkan
untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan frekuensi pengangkatan
SRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI(Frequency Independent Lifting Index) adalah indeks resiko satu kali pengangkatan
tanpa memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = Lmaks/ FIRWL
STLI(Single Task Lifting Indeks) adalah indeks resiko untuk satu kali pengangkatan
memperhitungkan frekuensi.
STLI = Lavg/STRWL.
New Task Number adalah penomoran pengangkatan berdasarkan nilai STLI yang paling
besar.

Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.

Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1))


+ (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)
CLI= 6.75+ 2.46+1.93=11.14

6.2 Hasil Penelitian Pekerjaan Mengangkat Beras Di Kios Dengan Niosh


Lifting Equation
Pekerjaan ini juga merupakan pekerjaan yang multitasking dimana jarak
beban yang diangkat berbeda-beda dalam satu priode pengangkatan sehingga
untuk menentukan resikonya harus memakai indeks pengangkatan gabungan yang
sampelnya pengangkatan 3 karung beras yang diambil dari beberapa jarak beban
yang berbeda. . Hasil pengukuran pada pekerjaan ini meliputi berat beban(L) jarak
beban dengan tubuh(H), jarak beban dengan lantai(V), selisih jarak beban pada
titik awal dan titik akhir(D), sudut pengangkatan antara pekerja dengan posisi
beban(A), bentuk kemasan(C).frekuensi(F). Hasil pengukuran tersebut kemudian
dihitung ke unit konversi Niosh kemudian dilakukan perhitungan indeks resiko
pengangkatan masing-masinng(STLI) dan indeks resiko pengangkatan
gabungan(CLI).

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


56

Gambar 6.2 penyusunan beras di kios

6.2.1 Hasil Penelitian Berat Beban


Berat beban yang diangkat 50 kg

6.2.2 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Tubuh (Horizontal multiplier)


Pengukuran jarak beban dengan tubuh(H) dilakukan dalam tiga tahap,
pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Horigin) dan titik
akhir(Hdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan
dari Niosh Lifting Equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh pada variable jarak
beban dengan tubuh ini disebut Horizontal Multiplier(HM). Nilai ini nantinya
akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil
pengukuran dalam tabel dibawah ini:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


57

Tabel 6.6 Perhitungan Jarak Beban Dengan Tubuh Pada Pengangkatan Beras di Kios
Nomor Horigin H destination Hmorigin Hmdestination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 10 20 1.00 1.00
beras 1
Pengangkatan 10 25 1.00 1.00
beras 2
Pengangkatan 10 25 1.00 1.00
beras 3

Keterangan Tabel:
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja pada titik awal pengangkatan.
Hdestination adalahjarak beban dengan tubuh pekerja saat titik akhir pengangkatan.
HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban.
VM=25/H( Horigin dan Hdestination).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.

6.2.3 Hasil Penelitian Jarak Beban Dengan Lantai (Vertical Multiplier)


Pengukuran jarak beban dengan lantai(V) dilakukan dalam tiga tahap
yaitu, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal pengangkatan(Vorigin) dan titik
akhir(Vdestination). Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan
dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil konversi niosh disebut dengan Vertical
Multiplier(VM), nilai ini nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks
resiko pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


58

Tabel 6.7 Perhitungan Jarak Beban Dengan Lantai Pada Pengangkatan Beras di Kios
Nomor Vorigin Vdestination Vmorigin Vdestination
Pengangkatan (centimeter) (centimeter) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 20 70 0.81 0.99
beras 1
Pengangkatan 15 75 0.84 1.00
beras 2
Pengangkatan 0 80 0.78 0.99
beras 3

Keterangan Tabel:
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai/ sejajar dengan tempat berdiri pekerja pada awal
pengangkatan.
Vdestination adalah jarak beban dengan lantai/di titik akhir pengangkatan.
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM = (1-0,003(V-75)).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.

6.2.4 Hasil Penelitian Sudut Pengangkatan Antara Posisi Pekerja Dengan


Titik Awal dan Akhir Pengangkatan (Asymetric Multiplier)
Pengukuran sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan titik
pengangkatan(A) dilakukan dalam tiga tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3.
Setiap tahap pengangkatan beras akan menghasilkan 2 nilai yaitu pada titik awal
pengangkatan(Aorigin) dan titik akhir(Adestination). Nilai-nilai tersebut kemudian
dikonversikan dengan rumusan dari niosh lifting equation. Nilai-nilai hasil
konversi niosh tersebut disebut dengan Asymetric Angle(AM), nilai ini nantinya
akan digunakan untuk menghitung indeks resiko pekerjaan. Berikut hasil
pengukuran dalam tabel diberikut:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


59

Tabel 6.8 Perhitungan Sudut Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios
Nomor Aorigin Adestination Amoriginal Adestination
Pengangkatan (derajat) (derajat) (konversi niosh) (konversi niosh)
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 1
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 2
Pengangkatan 0 45 1 0.86
beras 3

Keterangan Tabel:
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada
titik awal dilakukan pengangkatan.
Adestination adalah sudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban pada titik akhir
pengangkatan.
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi antara posisi pekerja dengan
titik pengangkatan.
AM = ( 1 - (0.0032 A)).
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.

6.2.5 Hasil Penelitian Selisih Antara Jarak Pengangkatan Dengan lantai


Pada Titik Akhir dengan Titik Awal(Distance Multiplier)
Pengukuran selisih jarak pengangkatan beban(D) dilakukan dalam tiga
tahap, pengangkatan beras 1, 2 dan 3. Setiap tahap pengangkatan beras akan
menghasilkan diukur selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan dengan
titik akhir. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan rumusan dari
niosh lifting equation yang disebut Distance Multiplier(DM) . Nilai- nilai hasil
konversi niosh tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung indeks resiko
pekerjaan. Berikut hasil pengukuran dalam tabel dibawah ini:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


60

Tabel 6.9 Perhitungan Selisih Jarak Pengangkatan Pada Pekerjaan Mengangkat Beras di
Kios
Nomor Pengangkatan D DM
(centimeter) (konversi niosh)
Pengangkatan beras 1 50 0.91
Pengangkatan beras 2 60 0.89
Pengangkatan beras 3 80 0.88

Keterangan Tabel:
D(distance) adalah selisih jarak vertical yang dibuat oleh pekerja pada waktu
pengangkatan.
D = Vdestination-Vorigin
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak pengangkatan.
DM = (0.82 + (4.5 / D )
Catatan:
Pengangkatan beras satu artinya dalam pekerjaan pengangkatan beras yang diteliti adalah
pengangkatan beras yang dilakukan pertama kali, penomoran berlakuk untuk
pengangkatan beras 2 dan pengangkatan beras 3.

6.2.6 Hasil Penelitian Frekuensi dan Durasi


Frekuensi 15 pengangkatan/ 5menit durasi kerja lebih dari 2 jam, dengan
persebaran stiap menit 1 kali pengangkatan dilakukan 1 kali pengangkatan beras
1,2 dan 3.

6.2.7 Hasil Penelitian Akhir Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan
Mengangkat Beras Di Kios
Dari hasil pengukuran variabel-variabel sebelumnya di atas dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation, untuk
mengetahui indeks resiko pengangkatan masing-masing(STLI),, didapat hasil
sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


61

Tabel 6.10 Hasil Akhir Perhitungan Variabel Niosh Lifting Equation Pada Pekerjaan
Pengankatan Beras di Kios
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.99 1.00 0.99
DM 0.91 0.89 0.88
AM 0.86 0.86 0.86
CM 0.90 0.90 0.90
FIRWL 16.03 16.39 15.50
FM 0.75 0.75 0.75
STRWL 12.02 12.29 11.63
FILI 3.11 3.05 3.22
STLI 4.15 4.06 4.29
New task number 2 3 1

Keterangan Tabel :
HM(Horizontan multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation terhadap jarak tubuh dengan beban.
HM =25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation terhadap jarak beban dengan lantai.
VM =1-0,003(V-75)
AM(Asymmetric Angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation terhadap sudut yang dibentuk posisi pekerja dengan posisi beban.
AM = 1 - (0.0032 A)
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
terhadap selisih jarak vertical.
DM = 0.82 + (4.5 / D)
CM(Coupling Handle) adalah klasifikasi bentuk beban dilihat berdasarkan kategori yang
dibuat oleh Niosh.
FIRWL(frequency independent recommended weight limit) adalah berat beban yang
dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
STRWL dapat melihat berat beban yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


62

STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = Lmaks/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= L avg/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar

Karena pekerjaan ini termasuk multitasking, maka perhitungan indeks resiko


pengangkatan atau Lifting Index(LI) menjadi Composite Lifting Index(CLI) yaitu
indeks resiko gabungan ketiga pengangkatan.

CLI= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)


CLI= 4.29+0.62+0.85=5.76

6.3 Data Tambahan Hasil Wawancara dan Observasi

6.3.1 Indeks massa tubuh


Pekerja pertama memiliki tinggi 166 cm dengan berat 68 kg jadi memliki
indeks massa tubuh sebesar 24.7
Pekerja kedua memiliki tinggi 164 dengan berat tubuh 64 kg jadi memiliki
IMT sebesar 23.88

6.3.2 Umur pekerja


Pekerja pertama 28 tahun
Pekerja kedua 31 tahun

6.3.3 Desain Tempat Kerja


Desain Tempat kerja terlalu sempit karena stok beras yang banyak tidak
setara dengan luas kios.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


63

Gambar 6.3 Tata Letak Barang dan Jalan Keluar

6.3.4 Energy Expenditure


Dari hasil pengukuran denyut jantung yang bernilai 135 dan 140 denyut
per menit maka energy expenditure yang dikeluarkan sekitar 7,4-10 kcal

6.3.5 Suhu Lingkungan Kerja


Dari hasil wawancara pekerja menilai area kerja cukup panas dan dari
observasi langsung dari penulis tidak terdapat ventilasi atau kipas angin

6.3.6 Pencahayaan Lingkungan Kerja


Dari hasil wawancara pekerja menjawab cukup gelap.

6.3.7 Keluhan Pada Tulang Belakang


Sering terjadi rasa sakit pada punggung saat malam hari setelah pulang
kerja.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 7
PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas tentang pekerjaan mengangkat beras di Pasar


Induk Beras Cipinang yaitu menurunkan beras dari pick up dan mengangkat beras
di dalam kios, menggunakan metode Revised NIOSH Lifting Equation, sehingga
diketahui risiko yang didapat oleh para pekerja dan pada akhirnya dapat dilakukan
tindakan pencegahan berdasarkan hasil yang didapat terutama dalam dalam teknik
pengangkatan beban .

7.2 Energy Expenditure


Pekerja adalah pengguna dan penghasil energi, Berhubungan dengan
pekerjaan mengangkat beras yang berlangsung secara berulang dan dari hasil
Pengukuran denyut jantung pekerja yang mencapai 135 dan 140 denyut jantung
per menit setelah melakukan pekerjaan maka pekerjaan ini tergolong berat. Hal ini
disebabkan karena mengangkat beban secara berulang dan memerlukan tenaga
yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan pekerjaan mengangkat yang
jarang, karena kelelahan pada otot akan lebih cepat terjadi jika frekuensi
mengangkat semakin sering, begitupun sebaliknya. Kelelahan pada otot local
seperti pada otot tangan contoh mengankat beras dari lantai ke tempat tujuan
dengan jarak yang cukup jauh juga akan menyebabkan resiko tambahan.
Berdasarkan kapasitas aerobic manusia per kilo kalori per menit dilihat bahwa
durasi dalam melakukan pekerjaan menggangkat secara berulang akan menambah
resiko timbulnya keluhan akibat pekerjaan.
Oleh karena itu, dalam kegiatan mengangkat perlu diatur frekuensi (F),
dan durasi bagi para pekerja agar kelelahan otot terhindari dan kebutuhan oksigen
dapat tercukupi. Jarak beban dengan lantai(V) dan selisih jarak pengangkatan (D)
juga dioptimalakan untuk meningkatkan produktifitas pekerja dan menghindari
terjadinya keluhan.

64 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


65

7.2 Biomekanik
Berhubungan dengan intervertebral disk antara tulang lumbar dengan
tulang sacrum L5/S1 yaitu bagian di tulang belakang manusia yang dampaknya
paling terasa apabila kegiatan mengangkat dilakukan dengan berulang. Saat
pekerjaan mengangkat dilakukan pada bagian punggung akan mengalami tekanan
akibat gaya yang besar, terutama saat beban yang diangkat menjauhi tubuh,
ditambah lagi jika dilakukan dengan cara memutar atau terbentuk sudut antara
pekerja dengan posisi beban (assymetric angle) adalah 45 derajat dan 90 derajat.
Oleh karena itu, berat beban(L) yang diangkat memiliki berat 50 kg, jarak
beban dengan tubuh(H) secara horizontal yang melebihi 25 cm yang membuat
otot harus bekerja cukup berat dalam menjangkau, dan sudut pengangkatan(A)
yang terbentuk saat mengangkat merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk
dikendalikan.

7.3 Psikofisik
Berdasarkan kekuatan dan kapasitas kerja dalam melakukan kegiatan
mengangkat secara manual pada frekuensi dan durasi tertentu. Maka, konstantan
berat yang diberlakukan adalah 23 kg. Berat ini menjadi standart berdasarkan
penelitian yang berhubungan dengan insiden dan keluhan akibat kerja. Berat
tersebut untuk memastikan bahwa tuntutan pekerjaan mengangkat secara manual
tidak melebihi kapasitas angkat yang dapat diterima oleh sekitar 99% pekerja pria
dan 75% pekerja wanita(NIOSH).
Berdasarkan ketiga komponen tersebut diatas terformulasikanlah Lifting
Index atau indeks resiko pengangkatan yang menyediakan konsep sederhana
untuk membandingkan kebutuhan mengangkat sehubungan dengan kegiatan
mengangkat beban yang bervariasi, sehingga menghasilkan batasan beban yang
direkomendasikan (RWL) yang bervariasi juga. Secara teori, ukuran indeks resiko
pengangkatan gabungan (CLI)>3 biasa digunakan sebagai estimasi bahwa suatu
beban kerja dapat menimbulkan LBP akibat pekerjaan dengan nilai.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


66

7.4 Tinjauan Faktor Pekerjaan Pada Kegiatan Mengangkat Beras


Ilustrasi pekerjaan dapat dilihat pada bab 6, variabel paling berpengaruh
sehingga menimbulkan indeks resiko pengangkatan gabungan (CLI) tinggi adalah
nilai massa beban dan Asymetric angle, sedangkan coupling yang sulit dipegang
dan tidak mempunyai handle khusus maka nilai untuk coupling adalah fair.
Intervensi yang dilakukan akan meninjauan secara detail variabel-variabel yang
diukur dalam perhitungan Niosh Lifting Equation

7.4.1 Tinjauan Berat Beban

Rata-rata berat beban beras yang diangkat para pekerja adalah sebesar 50
kg setiap kali pengangkatan dengan berat maksimal juga sebesar 50 kg karena
paket beras yang dikemas dalam setiap karungnya adalah 50 kg. berat beban 50 kg
tentu saja sudah melebihi konstanta NIOSH yaitu sebesar 23 kg. sehingga berat
beban yang melebihi dua kali lipat standart Niosh ini menjadi salah satu faktor
tingginya indeks ressiko pengangkatan.
Berat beban sebesar 50 kg setiap kemasan beras tidak dapat didisain ulang
karena telah menjadi suatu aturan yang tidak baku bagi semua agen beras yaitu
setiap karung beras harus berisi 50 kg beras, selain itu jika beban dikurangi maka
agen beras harus menambah biaya produksi untuk membeli karung 2 kali lipat jika
berat beban harus mengikuti standart NIOSH sebesar 23 kg.
Upaya perbaikan atau modifikasi ergonomic
Memodifikasi beban yang diterima oleh pekerja akan menjadi salah satu
faktor kunci untuk membuat indeks resiko pengangkatan pada pengangkatan beras
di kios maupun penurunan beras dari pick up kurang dari satu. Oleh sebab itu,
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pekerja dalam
masalah berat ini adalah dengan melakukan team handling yaitu dengan
mengangkat beban berdua sehingga beban yang diangkat dapat berkurang karena
berat beban akan terbagi.

LI= > LI=

Dengan melakukan modifikasi ergonomic tersebut maka nilai STLI(indeks


pengangkatan masing-masing dan indeks pengangkatan gabungan dapat turun.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


67

Data variable dan hasil perhitungan yang baru dapat dilihat pada halaman
lampiran.

7.4.2 Tinjauan Jarak Beban Dengan Tubuh (Horizontal multiplier)


Pada pekerjaan menurunkan beras dari pick up nilai Horizontal multiplier yang
terkait dengan jarak beban dengan tubuh pekerja nilai H> 25 cm menyebabkan
nilai perhitungan Hm makin kecil dari 1.00 sehingga mempengaruhi nilai risiko
indeks masing-masing pengangkatan (STLI) menjadi >1 dan indeks resiko
pengangkatan gabungan (CLI) > 3, angka tersebut menandakan pekerja berisiko
terkena penyakit otot atau tulang akibat pekerjaan tersebut.
Upaya perbaikan/Modifikasi Ergonomi
Pengendalian pada jarak tubuh dengan beban sangat mungkin dilakukan
yaitu dengan mendekatkan tubuh dengan beban, pengendalian ini juga tidak akan
menganggu produktivitas pekerja dan tidak berhubungan dengan faktor lain.
Dengan menjadikan jarak beban dengan tubuh(h) < 25 cm maka nilai perhitungan
NIOSH menjadi (Hm) = 1.00, akan tetapi masih dibutuhkan intervensi pada faktor
lain supaya indeks resiko pengangktan menjadi kurang dari 1

7.4.3 Tinjauan Jarak Beban dengan Lantai (Vertical multiplier)


Dalam melakukan pengangkatan beban, nilai jarak beban yang akan
dipindahkan dengan lantai (vertical location) pada saat awal pengangkatan
(origin) dan saat akhir pengangkatan (detination) sangatlah signifikan
pengaruhnya. Jarak beban dengan lantai (vertical location) saat awal
pengangkatan (Vorigin) yang sangat jauh dari jangkauan pekerja atau sangat
dekat dengan lantai akan menyebabkan posisi yang tidak bagus atau membungkuk
jadi karung beras paling bawah memiliki nilai yang tinggi resiko terkena low back
pain disbanding dengan karung beras yang paling atas pada saat awal
pengangkatan atau original. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan mengangkat
benda dengan posisi duduk tidak dalam posisi berdiri pada awal pengangkatan.
Pada titik akhir(Vdestination) jarak beban dengan lantai yang paling jauh
pada akhir pengangkatan (vertical location destination )yang paling tinggi akan
mengandung resiko yang lebih besar.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


68

Upaya Perbaikan/Modifikasi Ergonomi


Jarak beban dengan lantai yang optimal adalah sebesar 75 cm untuk
menghasilkan Vertical Multiplier = 1, Terapi di Pasar Induk Beras Cipinang
sendiri tidak banyak yang bisa dilakukan dengan nilai vertical multiplier yang
dibawah satu karena terkait stok beras yang besar dan luas kios yang sempit
sehingga.

7.4.4 Tinjauan Sudut Pengangkatan Antara Pekerja Dengan Posisi


Beban(Asimetric Multiplier)
Sudut pengangkatan adalah sudut yang terbentuk antara posisi pekerja
dengan posisi beban pada saat dilakukan pengangkatan. Pada pekerjaan
menurunkan beras dari pick up dan mengangkat beras di kios besar sudut yang
terbentuk adalah sebesar 90 dan 45 derajat bahkan bisa lebih besar jika posisi
tujuan akhir pemindahan sangat jauh, ini terjadi karena pekerja tidak
menempatkan tubuh didepan tujuan akhir pengangkatan dan harus melakukan
twisting saat melakukan pemindahan beban.
Upaya Pengendalian/Modifikasi Ergonomi
Jadi pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya
sudut pengangkatan adalah pekerja harus melakukan pemindahan benda secara
benar yaitu tidak hanya menggerakan tulang belakang tetapi seluruh tubuh dalam
pengangkatan. Sehingga, diharapkan pekerja sebisa mungkin melakukan manual
lifting dengan

7.4.5 Tinjauan Selisih Jarak Pengangkatan Titik Akhir Dengan Titik Awal
(Distance Multiplier)
Jarak pemindahan beban dari titik awal-titik akhir (Distance location) pada
penurunan beras cukup tinggi sehingga menghasilkan DM dibawah satu dan
mempengaruhi indeks resiko pengangkatan yang didapat dari data cukup tinggi.
ini berhubungan dengan tinggi mobil yang membawa beras sehingga
pengendalian terhadap variabel ini sulit dilakukan. Pada pekerjaan kedua juga
terjadi hal yang sama, pengendalian juga tidak dapat dilakukan karena terkait
dengan stok beras yang sangat banyak sehingga penyusunan beras harus ditumbuk

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


69

sangat tinggi yang menghasilkan distance multiplier yang kecil dan berpengaruh
pada CLI . tidak banyak pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi nilai
jarak ini karena terkait dengan faktor lain seperti luas kios satu-satunya cara
adalah dengan menggunakan alat bantu angkat sehingga pekerjaan tidak dilakukan
dengan manual lifting.

7.4.6 Tinjauan Frekuensi dan durasi


Frekuensi pekerjaan yang tinggi dan durasi yang cukup panjang dengan
hasil pengukuran bahwa pekerja dapat melakukan penurunan beban pada
pengangkatn 1, 2, dan 3 berturut turut 2 lift/min, 1lift/ min, dan 1 lift/min. Pada
Pekerjaan mengangkat beras di kios frekuensi pada pengangkatan beras 1, 2 dan 3
berturut-turut 1lift/min untuk ketiga pengangkatan Frekuensi ini akan berpengaruh
karena durasi pekerjaan yang panjang.
Upaya Perbaikan/Modifikasi Ergonomi
Oleh sebab itu, dapat dilakukan pengendalian dengan mengurangi jumlah
pengangkatan dalam satu menit maksinal 1 kali untuk menghindari keluhan otot
dan tulang akibat pekerjaan mengangkat.namun kenyataanya hal ini sulit
dilakuakan karena tuntutan dari pelanggan dan jumlah stok beras yang masuk dan
keluar

7.4.7 Tinjauan Indeks Resiko Pengangkatan Masing-masing Tanpa Melihat


Frekuensi Pengangkatan (FIRWL dan FILI)
Dari dua pekerjaan yang diambil datanya dalam proses penelitian ini yaitu
pekerjaan menurunkan beras dari mobil dan mengangkat beras di tempat
penyimpanan beras pada kios-kios di Pasar Induk Beras Cipinang. Nilai berat
beban angkat yang direkomendasikan NIOSH (FIRWL) pada pekerjaan
mengangkat beras di kios dan menurunkan beras dari pick up adalah 9-16 kg
hasil ini didapat dari hasil perkalian tanpa mengikutsetakan variabel frekuensi.
Nilai FIRWL akan merefleksikan gaya tekan (compressive force) dan kekuatan
otot (muscle strength) yang besar yang digunakan oleh para pekerja dalam
pekerjaannya. Sedangkan, indeks resiko masing-masing pengangkatan (FILI)
didapatkan dengan membagi beban maksimal (Lmaks) dengan FIRWL. Tujuan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


70

dari digunakannya beban maksimal adalah untuk menggambarkan beban


biomekanik maksimal yang akan dialami oleh pekerja. Karena hasil FILI pada
masing-masing pekerjaan melebihi nilai 1, itu menandakan bahwa pekerjaan
mengangkat yang dilakukan pada masing-masing pengangkatan membutuhkan
gaya tekan dengan gaya otot yang tinggi, sehingga membahayakan tulang
belakang khususnya L5/S1. Oleh karena itu, modifikasi ergonomi diperlukan
untuk mengurangi kekuatan otot yang berlebihan(strength demand) saat
mengangkat.

7.4.8 Tinjauan Indeks Resiko Masing-masing Pengangkatan Dengan


Melihat Frekuensi Pengangkatan (STRWL dan STLI)
STRWL merupakan berat beban yang direkomendasikan oleh niosh pada
masing-masing pekerjaan dengan melihat frekuensi pekerjaan tersebut, STRWL
didapat dari hasil perkalian semua variabel yang diukur dalam Niosh Lifting
Equation termasuk frekuensi. Karena mengikutsertakan faktor frekuensi dan
durasi didalam persamaannya, maka nilai STRWL tidak hanya merefleksikan gaya
tekan yang diterima pekerja dalam mengangkat suatu beban( compressive force) ,
dan kekuatan otot (muscle strength) saja, tetapi juga kebutuhan metabolic saat
mengangkat berat beban yang direkomendasikan pada dua pekerjaan ini adalah
berkisar dari 7,5-12 kg yang berarti pekerjaan ini membutuhkan kapasitas kerja
yang berat karena dalam keadaan ideal berat beban maksimal yang
direkomendasikan adalah 23 kg. Maka, STRWL bisa dipakai untuk
mengidentifikasi kebutuhan tenaga yang berlebihan (excessive physical demand).
STLI yang didapat dengan cara membagi beban rata-rata (L average) dengan
STRWL menghasilkan nilai lebih dari satu yang menggambarkan bahwa
kebutuhan metabolic pekerja selama melakukan pekerjaan mengangkat cukup
besar , sehingga pekerjaan mengangkat yang dilakukan oleh pekerja
membutuhkan tenaga yang cukup besar dan dapat menyebabkan para pekerja
cepat lelah.
Semua nilai indeks resiko pengangkatan melebihi ketetapan NIOSH yaitu
STLI> 1 maka perlu dilakukan intervensi atau pengengalian. Oleh sebab itu,

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


71

modifikasi ergonomi dibutuhkan untuk mengurangi resiko ergonomi yang dapat


dialami pekerja.

7.4.9 Tinjauan Indeks Pengangkatan Gabungan (CLI)


Perhitungan Indeks Resiko Pengangkatan Gabungan (CLI) Pada
Pekerjaan menurunkan Beras
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI) pada pekerjaan menurunkan
beras dari mobil adalah 11.14 maka pekerjaan ini tergolong memiliki resiko yang
tinggi untuk terjadinya low back pain karena CLI yang tidak memiliki resiko
terjadinya lowback pain adalah dibawah 3 maka dibutuhkan segera pengendalian
yang paling tepat dan paling mungkin untuk dilakukan adalah pekerjaan
mengangkat 50 kg beras harus dilakukan oleh dua orang karena yang paling
berpengaruh dari semua variabel Niosh ysng diukur dari penelitian ini adalah
berat beban yang mencapai 50 kg yang berarti melebihi 2 kali lipat standart beban
yang ditetapkan oleh Niosh yaitu 23 kg. Pengendalian kedua yaitu mengurangi
jarak tubuh dengan beban saat dilakukan pengangkatan(H) dan pengendalian
ketiga adalah dengan tidak melakukan twisting saat melakukan pengangkatan
tetapi melakuan pemindahan posisi tubuh secara keseluruhan saat melakukan
pemindahan beban dari titik awal ke titik akhir sehingga sudut pengangkatan
menjadi nol(A)

Perhitungan indeks Resiko Pengangkatan Gabungan(CLI) Pada


Pekerjaan Mengangkat Beras di Kios
Berdasarkan data-data yang didapat masing-masing pengangkatan, maka
dihasilkan indeks pengangkatan gabungan(CLI) sebesar 5.76 untuk multitasking
analisis pada pekerjaan mengangkat beras di Pasar Induk Beras Cipinang. Indeks
pengangkatan gabungan(CLI) yang melebihi angka 3, menunjukan bahwa
pekerjaan mengangkat beras yang dilakukan oleh tukang kuli panggul ini
memiliki resiko yang cukup tinggi untuk mengalami low back pain, oleh karena
itu perlu dilakukan pengendalian untuk menghindari terjadinya penyakit terkait
kerja. pengendalian yang paling tepat dan paling mungkin untuk dilakukan adalah
pekerjaan mengangkat 50 kg beras harus dilakukan oleh dua orang karena yang

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


72

paling berpengaruh dari semua variabel Niosh yang diukur dari penelitian ini
adalah berat beban yang mencapai 50 kg mellebihi 2 kali lipat standart beban yang
ditetapkan oleh Niosh yaitu 23 kg. hal lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi tingkat resiko adalah dengan mengurangi jarak tubuh dengan beban
saat dilakukan pengangkatan(H) dan tidak melakukan twisting saat melakukan
pengangkatan tetapi melakuan pemindahan posisi tubuh secara keseluruhan saat
melakukan pemindahan beban dari titik awal ke titik akhir sehingga sudut
pengangkatan(A) menjadi nol.

7.5 Indeks Resiko Pengangkatan setelah Perbaikan

Setelah melakukan Beberapa pengendalian yang mungkin bisa dilakukan


terkait teknik melakukan pengangkatan yang dapat menurunkan indeks resiko
ergonomi yang didapat dari penelitian dengan menggunakan metode NIOSH
Lifting Equation adalah:
1. Hindari pengangkatan beban dengan membentuk sudut antara tulang belakang
dengan titik pengangkatan (assymmetric angle). Hal ini dapat memberikan
tekanan yang tidak merata pada disk dan otot punggung dan AM pada perhitungan
NIOSH Lifting Equation menjadi 1
2. Mendekatkan posisi pekerja dengan beban saat melakukan pengangkatan
sehingga jarak menjadi kurang dari 25 cm.sehingga HM = 1
3. Melakukan pengangkatan beban dengan berat 50 kg dengan team coupling atau
dengan dua orang sehingga berat beban dapat dibagi dua.

7.5.1 Hasil perhitungan NIOSH setelah pengendalian pada pekerjaan


mengangkat beras di kios:
Setelah melakukan pengendalian diatas indeks resiko gabungan pada
pekerjaan menurunkan beras dari 11.14 turun menjadi 3.03 angka. Perhitungan
lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


73

Tabel 7.1 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Penurunan Beras setelah intervensi
ergonomi
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.78 0.85 0.87
DM 0.86 0.86 0.86
AM 1.00 1.00 1.00
CM 0.90 0.90 0.90
FIRWL 14, 95 15.13 15.48
FM 0.75 0.75 0.75
STRWL 11.21 11.34 11.61
FILI 1.67 1.65 1.61
STLI 2.23 2.20 2.15
New Task Number 1 2 3
Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


74

FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= (L avg/2)/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar

Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1))


+ (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)
CLI= 2.23+ 0.34+0.46= 3.03
Pada pekerjaan menurunkan beras setelah dilakukan intervensi ergonomi
yang mungkin dilakukan terkait faktor pekerjaan indeks resiko gabungannya
masih melebihi dari angka ideal yaitu kurang dari angka 3 untuk tiga kali
pengangkatan pada masing-masing pekerjaan , oleh sebab itu pengendalian lain
yang bisa diakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas kerja para pekerja

7.5.2 Hasil perhitungan NIOSH setelah pengendalian pada pekerjaan


mengangkat beras di kios:
Setelah dilakukan intervensi ergonomic seperti yang dijelaskan diatas
indeks resiko pengangkatan beras di kios dari 5,75 menjadi 2.51. Perhitungan
lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7.2 Perhitungan Koefisien Niosh Pada Pekerjaan Pengangkatan Beras di kios setelah
intervensi ergonomi
Pekerjaan Mengangkat Beras
Variabel 1 2 3
HM 1.00 1.00 1.00
VM 0.99 1.00 0.99
DM 0.91 0.89 0.88
AM 1.00 1.00 1.00

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


75

CM 0.90 0.90 0.90


FIRWL 18.64 18.42 18.03
FM 0.75 0.75 0.75
STRWL 13.98 13.51 13.52
FILI 1.34 1.36 1.39
STLI 1.78 1.81 1.85
New task number 2 3 1

Keterangan Tabel :
HM(Horizontal multiplier) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan dari
Niosh Lifting Equation
HM=25/H( Horigin)
VM(Vertical Multiplier) adalah hasil perhitungan menggunakan rumusan Niosh Lifting
Equation
VM =(1-0,003(V-75))
AM(asymmetric angle) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan rumusan Niosh
Lifting Equation
AM = ( 1 - (0.0032 A))
DM(Distance Multiplier) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting Equation
DM = (0.82 + (4.5 / D )
CM(Coupling handle) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai berdasarkan kategori
yang dibuat oleh Niosh
FIRWL(Frequency Independent Recommended Weight Limit) adalah berat beban pada
pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa memperhitungkan durasi dan frekuensi
pengangkatan.
FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM
LC(Load Constant) adalah berat beban yang direkomendasikan Niosh 23 kg.
STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,
FILI merupakan indeks lifting atau indeks resiko satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi pengangkatan.
FILI = (Lmaks/2)/ FIRWL
STLI merupakan indeks lifting atau indeks resiko untuk satu kali pengangkatan tanpa
memperhitungkan frekuensi.
STLI= (L avg/2)/ STRWL
New task number= penomoran pengangkatan yang baru berdasarkan nilai STLI yang
paling besar

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


76

Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1))


+ (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)
CLI= 1.85+0.28+0.38=2.51
CLI < 3 berarti pengendalian ini cukup untuk menghindari risiko terjadinya
keluhan akibat pekerjaan.

7.6 Peningkatan kapasitas kerja


Pelatihan Kapasitas kerja dapat ditingkatkan dengan pelatihan fisik (untuk
meningkatkan VO2 seorang pekerja) dan pelatihan kerja dalam dengan metode
kerja yang lebih efisien (untuk mendapatkan output lebih per liter oksigen yang
dikonsumsi oleh pekerja atau untuk memungkinkan pekerja untuk aman
mengerahkan lebih besar pasokan dengan menggunakan teknik yang lebih baik).
Dalam pekerjaan inidari hasil perhitungan energy ekspenditure maka pekerja
membutuhkan VO2 maks 1,5 – 2 L/min. oleh sebab itu pelatihan ketahanan fisik
dapat dilakukan untuk meningkatkan VO2 maks seperti jogging dengan teratur
dapat meningkatkan VO2 maks sampai dengan 3-4 L/min, sehingga pekerja
memiliki kapasitas kerja yang cukup dan terhindar dari kelelahan.
Pelatihan khusus dapat dikembangkan untuk memperkuat bagian-bagian
tertentu dari sistem muskuloskeletal dengan tujuan meningkatkan kinerja atau
mencegah cedera. Latihan kekuatan otot yang dapat dilakukan yang berhubungan
dengan pekerjaan mengangkat adalah push up atau pull up selama periode
beberapa bulan, serat otot meningkat karena ukuran peningkatan jumlah
myofibrils, dan peningkatan dalam kekuatan diamati.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian atau skripsi dengan judul
penilaian tingkat resiko ergonomic pada pekerjaan pengangkatan beras di pasar
induk beras Cipinang menggunakan Niosh Lifting Equation pada tahun 2011 ini
adalah:
1. Berat beban yang diangkat oleh para pekerja melebihi dari rekomendasi niosh
dimana berat beban yang diangkat rata-rata lebih dari 23 kg dan itu dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot atau tulang pada pekerja pada jangka waktu
yang panjang.
2. Para pekerja melakukan pengangkatan beban dengan jarak yang cukup jauh
sehingga risiko menjadi semakin besar.
3. Hasil perhitungan faktor-faktor risiko ergonomi pada niosh lifting equation yaitu
horizontal multiplier, vertical multiplier, distance multipilier, asymmetric
multiplier, frequency multiplier, dan coupling multiplier pada pekerjaan
mengangkat beras di Pasar Induk Cipinang mempunyai nilai <1 yang berarti
risiko ergonomi dapat membahayakan pekerja dari segi kelelahan fisik.
4. Indeks resiko masing-masing pekerjaan(Single Task Lifting Index (STLI) dari
kegiatan mengangkat beras lebih dari satu . dengan demikian dapat dipastikan
bahwa kegiatan mengankat beras tersebut membutuhkan kekuatan otot (strength
demands) dan kebutuhan kekuatan fisik (physical demand) yang sangat besar
yaitu VO2 maks sebesar 2L/min.
5. Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI) melebihi 3 ini berarti pekerja sangant
berisiko terkena penyakit otot atau tulang akibat kerja.

8.2 Saran
Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat
resiko ergonomi pada pekerja di pasar induk beras cipinang dengan menggunakan
metode Niosh Lifting Equation. Berada pada tingkat resiko yang tinggi, sehingga
perlu adanya upaya-upaya untuk perbaikan untuk menghindarkan terjadinya
gangguan kesehatan akibat kerja pada para pekerja. Oleh sebab itu, penulis mem-

77 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


78

-berikan beberapa rekomendasi dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan
berlandaskan dari Niosh Lifting Equation sendiri:
1. Melakukan pekerjaan pengangkatan lebih dari satu orang supaya berat beban
dapat dibagi
2. Meningkatkan jarak benda pada awal pengangkatan sehingga jarak tujuan akhir
benda menjadi berkurang
3. Memberikan pekerja jeda dalam tempo waktu tertentu sehingga fm dan durasi
dapat tereduksi
4. Meminimalkan kegiatan mengangkat dengan beban yang cukup berat secara
manual, yaitu dengan menyediakan alat bantu angkat
5. Setelah dilakukan beberapa intervensi diatas indeks resiko gabungan atau CLI
dari penurunan beras dari pick up menjadi 3.03 dan indeks risiko gabungan
pengangkatan beras di kios menjadi 2.51.
6. Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan latihan ketahanan fisik
dan latihan kekuatan otot untuk meningkatkan VO2 maks para pekerja sehingga
dapat terhindar dari kelelahan.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2011). Low Back Pain.


http://www.montana.edu/wwwebm/LowBackPain.htm. Diakses tanggal 20 Mei
2011.

Bridger, R. S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Chris,Vanhoven.2010. Strategies for Preventing Manual Handling Injury.


http://www.cdc.gov/niosh/ergonomics. Diakses tanggal 24 Mei 2011.

Gilkey, David. 2010. Reducing Back Injuries: The NIOSH Lifting Equation – Past,
Present and Future. http://www.cdc.gov/niosh/ergonomics. Diakses tanggal 19
Mei 2011.

Johanning, Eckardt. 2000. Evaluation and Management of Occupational Low Back


Pain Disorders. American Journal of Industrial Medicine 37: 94-111.
http://www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detail_backpain.html. Diakses
tanggal 28 April 2011.

Manual Handling Operations Regulations.1992. Health and Safety Executive.


http://www.hse.gov.uk/contact/faqs/manualhandling.htm Diakses tanggal 9 Juni
2011.

Manual Task Code of Practice. 2010. Departement of justice and attorney-General


Qeensland. http://www.worksafe.qld.gov.au. Diakses tanggal 10 Juni 2011.

McAtamney, Lynn & Hignet, S. 2000. Rapid Entire Body Assesment. CRC Press.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Prima
Printing.

Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work: Human Factors in Design and


Development. New York: John Wiley & Sons.

79 Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


80

Pheasants, Stepen. 1986. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and Design.


London and Philadelpia: Taylor& Francis

P.K, Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Pekerja. CV. Haji Masagung:
Jakarta

Waters Thomas R.,PutzAnderson Vern, Gargn Arun. 1994. Apllications Manual For
the Revised Niosh Lifting Equation. Ohio: US Departement of Health and
Human Service, CDC NIOSH Division of Biomedical and Behavioral Science.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 1 Istilah di Dalam Niosh Lifting Equation

A
Aorigin adalah sudut pengangkatan yang dibuat antara pekerja dengan
posisi beban pada titik awal dilakukan pengangkatan.

Adestination adalahsudut yang dibuat antara pekerja dengan posisi beban


pada titik akhir pengangkatan.

Asymmetric Angle (AM) adalah hasil perhitungan dengan menggunakan


rumusan Niosh Lifting Equation terhadap sudut pengangkatan yang terjadi
antara posisi pekerja dengan titik pengangkatan.

C
Coupling Multiplier (CM) adalah klasifikasi bentuk beban dan dinilai
berdasarkan kategori yang dibuat oleh Niosh.

Composite Lifting Index(CLI) adalah Indeks resiko pengangkatan


gabungan

D
Distance(D) adalah selisih jarak vertical antara titik awal pengangkatan
dengan titik akhir pengangkatan.

Distance Multiplier(DM) adalah hasil perhitungan rumusan Niosh Lifting


Equation terhadap selisih jarak vertical

F
Frequency Independent Lifting Index(FILI) adalah indeks resiko satu
kali pengangkatan dengan memperhitungkan tanpa frekuensi
pengangkatan

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 1(Lanjutan)
Frequency Independent Recommended Weight Limit (FIRWL) adalah
berat beban pada pengangkatan ini yang dianjurkan tanpa
memperhitungkan durasi dan frekuensi pengangkatan.

H
Horigin adalah jarak beban dengan tubuh pekerja/di titik awal
pengangkatan.

Hdestination adalah jarak beban dengan tubuh pekerja di titik akhir


pengangkatan.

Horizontal Multiplier(HM) adalah hasil perhitungan dengan


menggunakan rumusan dari Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban
dengan tubuh.

S
Single Task Recommended Weight Limit (STRWL) adalah berat beban
yang dianjurkan untuk setiap pengangkatan dengan memperhitungkan
frekuensi pengangkatan.

Single Task Lifting Index(STLI) adalah indeks resiko untuk satu kali
pengangkatan tanpa memperhitungkan frekuensi.

V
Vorigin adalah jarak beban dengan lantai di titik/|awal pengangkatan

Vdestination adalah jarak beban dengan lantai di titik akhir


pengangkatan

Vertical Multiplier(VM) adalah hasil perhitungan menggunakan


rumusan Niosh Lifting Equation terhadap jarak beban dengan lantai.

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 2 Rumus-rumus di Dalam Niosh Lifting Equation

1. Horizontal multiplier(HM)
HM= 25/H( Horigin dan Hdestination)

2. Vertical Multiplier(VM)
VM =1-0,003(V-75)

3. Distance(D)
D= Vdestination-Vorigin

4. Distance Multiplier
DM = 0.82 + (4.5 / D )

5. Asymetric Multiplier
AM = 1 - (0.0032 A)

6. Freqency Independent Recommende Weight Limit(FIRWL)

FIRWL= LC x HM x VM x DM x AM x CM

7. Single Task Recommended Weight Limit(STRWL)

STRWL=LC x HM x VM x DM x AM x CM x FM ,

8. Frequency Independent Lifting Index(FILI)

FILI = Lmaks/ FIRWL

9. Single task Lifting Index(STLI)


STLI= L avg/ STRWL

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 2(Lanjutan)

10. Composite Lifting Index(CLI)

CLI= STLI1 +

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 3 Checklist Niosh Lifting Equation

a.

multi-tasking job analysis job worksheet


Date: 16 mei 2011 job description: penurunan beras dari mobil

step 1. measure and record task variabel data


hands location asymetric angle
object weight
(Centimeter) vertical destination (degree) frekuensi ratio durattion couplinng
task no. origin destination (Centimeter) lift/min (hours) (c)
(kg)
origin Destination
Lavg L max H V H V D A A
1 50 50 30 130 10 0 130 0 90 2 2 jam poor
2 50 50 35 125 10 10 115 0 90 1 2 jam Poor
3 50 50 40 120 15 15 105 0 90 1 2 jam Poor
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili origin karena nilai yang lebih besar
task no. LC HM VM DM AM CM FIRWL STRWL FILI SLI new task no FM
Lmax/FIWRL Lavg/STRWL
1. 23kg 0.83 0.84 0.86 1 0.90 11.52 7.5 4.34 6.66 2 0.65
2. 23 kg 0.71 0.85 0.86 1 0.90 10.74 8.05 4.65 6.2 3 0.75
3. 23 kg 0.63 0.87 0.86 1 0.90 9.87 7.40 5.06 6.75 1 0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)

CLI= 6.75+ 2.46 + 1.93= 11.14

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 4 Checklist Niosh Lifting Equation

multi-tasking job analysis job worksheet


Date: 16 mei 2011 job description: pengangkatan beras di kios

step 1. measure and record task variabel data


hands location asymetric angle
object weight
(Centimeter) vertical destination (degree) frekuensi ratio durattion couplinng
task no. origin destination (Centimeter) lift/min (hours) (c)
(kg)
origin destination
Lavg L max H V H V D A A
1 50 50 20 70 10 20 50 0 45 1 3 jam poor
2 50 50 25 75 10 15 60 0 45 1 3 jam Poor
3 50 50 25 80 10 0 80\ 0 45 1 3 jam Poor
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili destination karena nilai yang lebih besar
task no. LC HM VM DM AM CM FIRWL STRWL FILI SLI new task no FM
Lmax/FIWRL Lavg/STRWL
1. 23kg 1.00 0.93 0.91 0.86 0.90 15.03 12.02 3.11 4.15 2 0.75
2. 23 kg 1.00 1.00 0.89 0.86 0.90 16.39 12.29 3.05 4.06 3 0.75
3. 23 kg 1.00 0.99 0.88 0.86 0.90 15.50 11.63 3.22 4.29 1 0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)

CLI= 4.49+0.62+0.85=5.76

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 5. Tabel Pertanyaan Wawancara

Usia :
Tinggi badan :
Berat Badab :
Denyut Jantung :

No Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama bapak, bekerja


sebagai kuli panggul beras di Pasar
Induk Beras Cipinang?

2. Berapa lama bapak melakukan


pekerjaan dalam sehari

3. Apakah bapak sering merasakan


gangguan pada otot atau tulang
bapak sehabis bekerja?

10 Menurut bapak, apakah rasa sakit


atau keluhan yang bapak rasakan
disebabkan oleh pekerjaan?

11 Apakah bapak memiliki pekerjaan


lain selain menjadi kuli panggul di
Pasar induk beras Cipinang?

12 Apakah bapak biasa meminum


obat-obatan atau minuman
penambah energy pada saat
bekerja?

13 Apakah bapak merokok atau suka


minum minauman beralkohol?

14 Apakah kondisi lingkungan seperti


suhu, tata letak barang dan
pencahayaan memudahkan bapak
dalam melakukan kegiatan?

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 6 Checklist Niosh Lifting Equation

a.

multi-tasking job analysis job worksheet


Date: 16 mei 2011 job description: penurunan beras dari mobil(hasil intervensi)

step 1. measure and record task variabel data


hands location asymetric angle
object weight
(Centimeter) vertical destination (degree) frekuensi ratio durattion couplinng
task no. origin destination (Centimeter) lift/min (hours) (c)
(kg)
origin Destination
Lavg L max H V H V D A A
1 50 50 30 130 10 0 130 0 90 2 2 jam poor
2 50 50 35 125 10 10 115 0 90 1 2 jam Poor
3 50 50 40 120 15 15 105 0 90 1 2 jam Poor
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili origin karena nilai yang lebih besar
task no. LC HM VM DM AM CM FIRWL STRWL FILI SLI new task no FM
Lmax/FIWRL Lavg/STRWL
1. 23kg 1.00 0.84 0.86 1 0.90 14.95 11.21 1.67 2.23 1 0.75
2. 23 kg 1.00 0.85 0.86 1 0.90 15.13 11.34 1.65 2.20 2 0.75
3. 23 kg 1.00 0.87 0.86 1 0.90 15.48 11.61 1.61 2.15 3 0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)

CLI= 2.23+ 0.34+0.46= 3.03

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011


Lampiran 7 Checklist Niosh Lifting Equation

multi-tasking job analysis job worksheet


Date: 16 mei 2011 job description: pengangkatan beras di kios(hasil intervensi)

step 1. measure and record task variabel data


hands location asymetric angle
object weight
(Centimeter) vertical destination (degree) frekuensi ratio durattion couplinng
task no. origin destination (Centimeter) lift/min (hours) (c)
(kg)
origin destination
Lavg L max H V H V D A A
1 50 50 20 70 10 20 50 0 45 1 3 jam poor
2 50 50 25 75 10 15 60 0 45 1 3 jam Poor
3 50 50 25 80 10 0 80\ 0 45 1 3 jam Poor
step 2. compute multiplier and firwl, strwl, fili and sili destination karena nilai yang lebih besar
task no. LC HM VM DM AM CM FIRWL STRWL FILI SLI new task no FM
Lmax/FIWRL Lavg/STRWL
1. 23kg 1.00 0.99 0.91 1.00 0.90 18.64 13.98 1.34 1.78 2 0.75
2. 23 kg 1.00 1.00 0.89 1.00 0.90 18.42 13.81 1.36 1.81 3 0.75
3. 23 kg 1.00 0.99 0.88 1.00 0.90 18.03 13.52 1.39 1.85 1 0.75
step 3. compute the composite lifting index for the job
Indeks resiko pengangkatan gabungan(CLI)= STLI1 +(FILI2x (1/FM1,2 -1/FM1)) + (FILI3x (1/FM1,2,3-1/FM1.2)

CLI= 1.85+0.28+0.38=2.51

Universitas Indonesia

Penilaian tingkat..., Rubiwanto, FKM UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai