Anda di halaman 1dari 56

ANALISA WELL LOGGING UNTUK PENENTUAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

PENDAHULUAN
1.1 Maksud
 Melakukan interpretasi data wireline log secara kualitatif.
 Mengevaluasi parameter-parameter dalam analisis kualitatif data wireline log yang meliputi zona
batuan reservoir, jenislitologi, serta jenis cairan pengisi formasi.
 Menentukan jenis-jenis dan urutan litologi denganmenggunakan data wireline log .
 Menentukan ada atau tidaknya kandungan hidrokarbon padasuatu formasi menggunakan data
wireline log.
 Menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbonberdasarkan data wireline log.

1.2 Tujuan
 Mengetahui informasi-informasi seperti litologi, porositas,resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon
berdasarkan data wireline log .
 Mengetahui keterdapatan hidrokarbon dalam suatu lapisandengan menggunakan data wireline log .
 Mengetahui lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbonberdasarkan interpretasi datawireline
log.

DASAR TEORI
2.1. Well Logging
2.1.1. Well logging
merupakan suatu teknik untuk mendapatkan databawah permukaan dengan menggunakan alat ukur
yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuandi bawah
permukaan (Schlumberger, 1958).Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasilitologi,
pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhanhidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari
penggunaan log ini adalahuntuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam
suatu reservoir. Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang dilakukandari memasukkan alat yang
disebut sonde ke dalam lubang pemboransampai ke dasar lubang. Pencacatan dilakukan dengan menarik
sondetersebut dari dasar lubang sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan kecepatan yang tetap dan
menerus. Kegiatan ini dilakukan segera setelah pekerjaan pengeboran selesai ( lihat Gambar 1.1). Hasil
pengukuran atau pencatatan tersebut disajikan dalam kurva log vertikal yang sebandingdengan kedalamannya
dengan menggunakan skala tertentu sesuai keperluan pemakainya.Tampilan data hasil metode tersebut adalah
dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur secara
berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono,1997). Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan
parameter tersebut dapatdiinterpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknyaKomposisi
hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan kata lain metode well logging merupakan suatu
metode yang dapatmemberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif
adanya Komposisi hidrokarbon.
Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengankepala sumur, kabel logging
dimasukkan melalui dua buah roda-katrol.Roda katrol atas diikat pada sebuah alat pengukur tegangan kabel.
Didalam kabin logging atau truk logging terdapat alat penunjuk beban yang menunjukkan tegangan kabel atau
berat total alat. Roda katrol bawah diikat pada struktur menara bor dekat dengan mulut sumur. Setelah alat-
alat logging disambungkan menjadi satu diadakan serangkaian pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi
dilakukan supaya yakin bahwa alat berfungsi dengan baik dan tidakterpengaruh oleh suhu tinggi atau lumpur.
Alat logging kemudian ditarikdengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses perekaman data. Untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali diadakan beberapa kali perekaman dengan kombinasi
alat yang berbeda (Harsono,1997). Sistem pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasasatelit atau
telepon, sehingga data log dari lapangan dapat langsungdikirim ke pusat komputer untuk diolah lebih
lanjut perbedaan elektrokimia antara air di dalam formasi dan lumpur pemboran,akibat adanya perbedaan
salinitas antara lumpur dan Komposisi dalambatuan maka akan menimbulkan defleksi positif atau atau negatif
darikurva ini Bassiouni,1994). Gambar maupun porositas darisuatu formasi. Log SP sangat dan dipengaruhi
oleh beberapa parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran, ketebalan formasi parameter lain.
Jadi pada dasarnya jika salinitas Komposisi dalam lapisanlebih besar dari salinitas lumpur maka kurva SP
akan berkembang negatif dan jika salinitas Komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka
kurva SP akan berkembang positif. Dan bilamana salinitas Komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas
lumpur maka defleksikurva SP akan merupakan garis lurus sebagaimana pada shale (Doveton,1986).Kurva
log SP tidak mampu secara tepat mengukur ketebalanlapisan karena sifatnya yang lentur. Perubahan dari
posisi garis dasar serpih (Shale BaseLine) ke garis permeabel tidak tajam melainkan halussehingga garis batas
antara lapisan tidak mudah ditentukan.Kegunaan Log SP adalah untuk (Exploration Logging, 1979)
:1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar
sumur berdasarkan batasan lapisan tersebut.3. Menentukan nilai resistivitas air-
formasi (Rw).4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.

Gambar 1.3 Pembacaan kurva log SP (Bassiouni, 1994).


Dari berbagai kondisi batuan dan Komposisi yang ada di dalamnya,bentuk-bentuk kurva SP adalah
sebagai berikut :
Pada lapisan shale, kurva SP berbentuk garis lurus. Pada lapisan permeabel mengandung air asin, defleksi
kurvanyaakan berkembang negatif (ke arah kiri dari garis shale). Pada lapisan permeabel mengandung
hidrokarbon, defleksi SPakan berkembang negatif.Pada lapisan permeabel mengandung air tawar, defleksi SP
akanberkembang positif.

1.2.1.2 Log Resistivitas


Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatukemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus
listrik yang mengalir melalui batuan tersebut (Thomeer, 1948). Resistivitas rendah apabilabatuan mudah untuk
mengalirkan arus listrik dan resistivitas tinggi apabilabatuan sulit untuk mengalirkan arus listrik. Resistivitas
kebalikan darikonduktivitas, satuan dari resisitivitas adalah ohmmeter (Ÿmeter). Besarnya harga resisitivitas
(tinggi atau rendah) suatu batuan tergantungpada sifat karakter dari batuan tersebut. Nilai resistivitas pada suatu
formasi bergantung dari (Chapman, 1976) :
Salinitas air formasi yang dikandungnya.
Jumlah air formasi yang ada.
Struktur geometri pori-pori.Sifat atau karakter batuan diantaranya adalah porositas, salinitasdan jenis batuan,
hal ini dapat dianalisis sebagai berikut:
Pada lapisan permeabel yang mengandung air tawar, hargaresistivitasnya tinggi, karena air tawar mempunyai
salinitas rendahbahkan lebih rendah dari air filtrasi sehingga konduktivitasnya rendah.

Pada lapisan permeabel yang mengandung air asin, harga resistivitasnya rendah karena air asin mempunyai
salinitas yangtinggi sehingga konduktivitasnya tinggi. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon
resistivitasnya tinggi. Pada lapisan yang mengandung sisipan shale, harga resistivitasnyamenunjukkan
penurunan yang selaras dengan persentase sisipantersebut.Pada lapisan kompak harga resistivitas tinggi,
karena lapisankompak mempunyai porositas mendekati nol sehingga celah antar butir yang menjadi media
penghantar arus listrik relatif kecil.
Gambar 1.4 Defleksi log resistivitas (Rider, 1996).
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk kedalam formasi sehingga membentuk 3 zona
yang terinvasi, yaitu :
a. Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubangbor serta terisi oleh air filtrat lumpur
yang mendesak Komposisisemula (gas, minyak ataupun air tawar). Meskipun demikianmungkin saja tidak
seluruh Komposisi semula terdesak ke dalamzona yang lebih dalam.
b. Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona iniditempati oleh campuran dari air filtrat lumpur
dengan Komposisisemula.
c. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari lubang bor, serta seluruh pori-
pori batuan terisi olehKomposisi semula.

Gambar 1.5 Zona-Zona Infiltrasi (Asquith 1982 fade Link, 2001).

2.2.2 Log Radioaktif


Log ini menyelidiki intensitas radioaktif mineral yang mengandungradioaktif dalam suatu lapisan batuan
dengan menggunakan suaturadioaktif tertentu.
2.2.2.1 LogG amma Ray
Menurut Bassiouni (1994), log ini digunakan untuk mengukur intensitas radioaktif yang dipancarkan
dari batuan yang didasarkan bahwasetiap batuan memiliki komposisi komponen radioaktif yang berbeda-
beda. Unsur±unsur radioaktif itu adalah Uranium(U),Thorium(Th), danPottasium(K). Log sinar gamma
mengukur intensitas sinar gamma alamiyang dipancarkan oleh formasi. Sinar gamma ini berasal dari
peluruhanunsur-unsur radioaktif yang berada dalam batuan.Batupasir dan batugamping hampir
tidak mengandung unsur-unsur radioaktif. Serpih mempunyai komposisi radioaktif yang tinggi yaitu rata-rata
6 ppm Uranium, 12 ppm Thorium dan 2% Potassium (Schlumberger,1958). Berdasarkan hal ini maka log
sinar gamma dapat digunakan untukmengetahui komposisi serpih pada suatu formasi.Pada lapisan permeabel
yang bersih (clean), kurva gamma ray menunjukkan intensitas radioaktif yang sangat rendah, terkecuali
jikamempunyai komposisi mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif.Sedangkan pada lapisan yang
kotor (shally ), kurvagamma ray akan menunjukkan intensitas radioaktif yang tinggi. Batubara oleh log
sinar gamma ditunjukkan dengan nilai yang sangat rendah. Hal ini disebabkanbatubara berasal dari material
organik sehingga tidak mempunyaikomposisi unsur radioaktif.Log ini umumnya berada disebelah kiri kolom
kedalaman dengansatuan API unit ( American Petroleum Institute). Log sinar gamma terutamadigunakan
untuk membedakan antara batuan reservoir dan non reservoir.Selain itu juga penting didalam pekerjaan
korelasi dan evaluasi komposisiserpih di dalam suatu formasi.
Gambar 1.6 Defleksi log
gamma ray
(Dewan, 1983).
2.2.2.2 Log Densitas (RHOB)
Log ini menunjukkan besarnya densitas dari batuan yang ditembuslubang bor. Dari besaran ini sangat
berguna dalam penentuan besaran porositas. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya indikasi hidrokarbon
atau air bersama-sama dengan log neutron.Prinsip dasar dari log densitas ini adalah menggunakan energiyang
berasal dari sinar gamma. Pada saat sinar gamma bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan mengalami
pengurangan energi.Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang
berjarak tertentu dengan sumbernya (makin lemah energiyang kembali menunjukkan makin banyaknya
elektron-elektron dalambatuan, yang berarti makin padat butiran/mineral penyusun batuanpersatuan volume
(Dewan, 1983). Dalam log densitas besarnya nilai kurva dinyatakan dalam satuan gram/cc.

Menurut Sonnenberg (1991), kegunaan log densitas adalah untuk : Mengukur nilai porositas, Korelasi antar
sumur pemboran, Mengenali komposisi atau indikasi fluida dari formasi.

2.2.2.3 Log Neutron (NPHI)


Menurut Schlumberger (1958), log neutron berguna untuk penentuan besarnya porositas batuan.
Prinsip dasar dari alat ini adalah memancarkan neutron secara terus menerus dan konstan pada
lapisan(keterangan massa neutron netral dan hampir sama dengan massa atomhidrogen). Partikel-partikel
neutron memancar menembus formasi dan bertumbukan dengan material-material dari formasi tersebut.
Akibatnya neutron mengalami sedikit hilang, besar kecilnya energi yang hilangtergantung dari perbedaan
massa neutron dengan massa material pembentuk batuan/formasi (Doveton, 1986). Hilangnya energi yang
paling besar adalah bila neutron bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai massa yang samaatau
hampir sama, seperti halnya atom hidrogen. Peristiwa ini dalam microsecond ditangkap oleh detektor alat
pengukur. Bila konsentrasi hidrogen di dalam formasi besar, maka hampir semua neutron mengalami
penurunan energi serta tidak tertangkap jauh dari sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi
hidrogen kecil, partikel-partikel neutron akanmemancar lebih jauh menembus formasi sebelum
tertangkap (Russell,1951). Dengan demikian kecepatan menghitung detektor akan meningkatsesuai dengan
konsentrasi hidrogen yang semakin menurun. Defleksi logneutron dapat dilihat pada Gambar 1.7.

2.2.3 Interpretasi Log


a) Log Resistivity
(LLD, LLS, MSFL)
-Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang besar
-Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang kecil
-Air resistivitasnya kecil
-Hidrokarbon resistivitasnya besar
b) Log Porositas (NPHI, RHOB)
-Batuamping (NPHI) : kecil(RHOB) : besar
-Pasir (diantara batugamping dan batulempung)
-Batulempung (NPHI) : besar (RHOB) : kecil

2.2.3 Interpretasi Porositas


Apabila kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada di sebelahkiri kurva neutron (NPHI) maka lapisan
tersebut menunjukkan komposisifluida.
Air : - Reisitivitas kecil (LLD, LLS, MSFL = kecil)
-NPHI kecil
-RHOB kecil
Hidrokarbon : - Reisitivitas besar (LLD, LLS, MSFL = besar)
-NPHI kecil
-RHOB besar

2.2.4 Log Akustik/Log Soni

Log akustik ini yaitu log sonik dapat juga berfungsi dalampenentuan besarnya harga porositas dari batuan.
Pada log ini terdapat transmitter yang mengirimkan gelombang suara ke dalam formasi yangditerima oleh
penerima yang terdapat dalam log ini. Waktu yangdiperlukan gelombang suara setelah mencapai formasi
untuk kembaliterdeteksi oleh penerima dinamakantransit time. makin lama waktu tempuhnya maka
porositas batuannya tinggi (batuan tidak kompak) dansebaliknya (Norman & Edward,
1990).Tabel 1.1 Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958)

2.2.5 Log Caliper


Log ini merupakan log penunjang keterangan log ini digunakanuntuk mengetahui perubahan
diameter dari lubang bor yang bervariasiakibat adanya berbagai jenis batuan yang ditembus mata bor. Pada
lapisan shale Atau clay yang permeabilitasnya hampir mendekati nol, tidak terjadi kerak lumpur sehingga
terjadi keruntuhan dinding sumur bor (washed out ) sehingga dinding sumur bor mengalami
perbesarandiameter. Sedangkan pada lapisan permeabel terjadi pengecilan lubangsumur bor karena terjadi
endapan lumpur pada dindingnya yang disebutkerak lumpur (mud cake). Pada dinding sumur yang tidak
mengalamiproses penebalan dinding sumur, diameter lubang bor akan tetap. Log ini berguna untuk mencari
ada atau tidaknya lapisan permeabel (Rider

2.3 Penentuan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Wireline Log

Ahli geologi telah sepakat bahwa penentuan lingkunganpengendapan dapat dilihat dari bentuk kurva log
terutama log gamma ray danspontaneous potential (Walker, 1992). Bentuk tipikal log denganbeberapa fasies
pengendapan yang merupakan indikasi dari bentuk kurva log GR atau SP secara umum dapat dilihat pada
Gambar 1.9. Bentuk kurva log yang tidak spesifik dari setiap lingkungan pengendapan membuat interpretasi
berdasarkan data tersebut sangat beresiko tinggi. Interpretasi lingkungan pengendapan yang cukup akurat
didapat dari data core. Bentuk kurva log GR ,SP dan resistivitas memiliki suatu urutanvertikal, yaitu :

1. Cylindrical
Bentuk silinder pada log GR atau SP dapat menunjukkan sedimentebal dan homogen yang dibatasi oleh
pengisian channel atauchannel-fills dengan kontak yang tajam. Cylindrical merupakan bentuk dasar
yangmewakili homogenitas dan ideal sifatnya. Bentukcylindrical diasosiasikandengan endapan
sedimen braided channel, estuarine atau sub-marinechannel fill, anastomosed channel, eolian dune, tidal sand.

2. Irregular Bentuk ini merupakan dasar untuk mewakili adanya batuan


reservoir.Bentuk irregular diasosiasikan dengan sedimenalluvial plain, floodplain,tidal sands, shelf atau back
barriers. Umumnya mengidentifikasikanlapisan tipis silang siur atau thin interbeded . Unsur endapan tipis
mungkin berupa crevasse splay, overbanks deposits dalam laguna serta turbidit.

3. Bell Shaped
Profil berbentuk bell menunjukkan penghalusan ke arah atas,kemungkinan akibat
pengisian channel atau channel fills. Pengamatanmembuktikan bahwa besar butir pada setiap level cenderung
sama,namun jumlahnya memperlihatkan gradasi menuju berbutir halus denganlempung yang bersifat
radioaktif makin banyak ke atas. Bentuk bell dihasilkan oleh endapan point bars, tidal deposits, transgressive
shelf sands, sub marine channel dan endapan turbidit.
4. Funnel Shaped
Profil berbentuk corong atau funnel menunjukkan pengkasaran kearah atas yang merupakan bentuk kebalikan
dari bentuk bell . Bentuk funnel kemungkinan dihasilkan sistem progradasi seperti sub marine fanlobes,
regressive shallow marine bar, barrier islandsatau karbonatterumbu depan yang berprogradasi di
atas mudstone, delta front atau distributary mouth bar , crevasse splay, beach and barrier beach,strandplain,
shoreface, prograding shelf sands dan submarine fan lobes

5. Symmetrical
regresi (Walker 1992). Penghalusan ke atas bentuk bell shape atau bell merupakan indikasi peristiwa regresi,
sedangkan pengkasaran ke atas funnel shape atau corong mewakili peristiwa transgresi sedangkankonstan
yaitu cilindrical shape mengindikasikan transisi. Penentuan lingkungan pegendapan pertama kali diarahkan
kepada skala yang besar kemudian akan dianalisis ke dalam skala kecil dengan kombinasi datayang ada yaitu
data cutting dan karakter wireline log
.
2.3.1 Contoh Interpretasi Lingkungan Pengendapan Delta Dari DataLog
Delta merupakan suatu endapan progradasi yang tidak teratur yangterbentuk pada lingkungan
subaerial yang secara langsung dikontrol olehsungai (Gambar 1.10). Morfologi delta dan bentuk penyebaran
sedimenpada delta dikontrol oleh tiga proses utama yaitu : influx fluvial, tidal, wave atau gelombang. Menurut
Serra (1990), secara umum lingkungan pengendapandelta dapat dibagi dalam beberapa subfasies
sebagai berikut :

1.Delta Plain
Merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel aktif dan channel yang
ditinggalkan atau abandoned channel.Delta plain cenderung tertutup oleh vegetasi yang rapat. Subfasies
delta plain dibagimenjadi:
a) Upper delta plain
Merupakan bagian dari delta yang terletak diatas area tidal ataulaut. Endapannya secara umum terdiri dari
: Endapan distributary channel yang berpindah Merupakan endapan braided atau meandering , tanggulalam
atau natural levee, dan endapan point bar.Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi
padabagian dasar urutan lingkungan dan menunjukkankecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen
yang dijumpai umumnya adalah cross bedding, ripple crossstratification, scour and fill, dan lensa-lensa
lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-nya. Endapantanggul alam terbentuk
dan memisahkan diri dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir halus dan
rombakan material organik serta lempung yangterbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi
banjir. Lucustrine delta fill dan endapaninterdistributary flood plain. Lingkungan pengendapan ini mempunyai
kecepatan aruspaling kecil, dangkal, tidak berelief, dan proses akumulasisedimen berjalan
lambat. Interdistributary channel danflood plain, endapan yang terbentuk merupakan endapan yangberukuran
lanau sampai lempung yang dominan. Struktur sedimen yang terbentuk adalah laminasi sejajar
danburrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis, dan kadanghadir karena adanya pengaruh
gelombang.

b)Lower delta plain


Merupakan bagian dari delta yang terletak pada daerah yaituterjadi interaksi antara sungai dan laut yaitu low
tide mark sampai batas pengaruh pasang surut. Endapannya meliputi : Endapan pengisi teluk atau bay fill
deposit Endapannya meliputi interdistributary bay,tanggul alam, crevasse splay, dan rawa. Endapan
pengisi distributary channel yang ditinggalkan.

2 .Sub aquaeous Delta Plain


Merupakan subfasies delta yang berada pada kedalaman air 10-300meter bawah permukaan laut.
Lingkungan ini dapat dibedakan menjadibeberapa bagian:
a) Delta front
Merupakan subfasies delta yang berada pada daerah denganenergi yang tinggi, yaitu sedimen secara langsung
dipengaruhi oleharus pasang surut, arus laut sepanjang pantai, dan aksi gelombang dari kedalaman 10 meter
atau kurang. Endapan dari delta front meliputi: delta front sheet sand, distributary mouth bar, river mouthtidal
range, stream mouth bar, tidal flat serta endapan dekat pantaisepanjang pantai.

Endapan delta front ditunjukkan oleh sikuen mengkasar ke atas atau coarsening upward dalam skala yang
relatif besar yang menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan secara vertikal ke atas. Sikuen ini hasil
dariprogradasi delta front yang mungkin diselingi oleh sikuendistributary channel dari sungai atau tidal pada
saat progradasisungai berlangsung. Fasies pengendapan delta front dibagimenjadi beberapa subfasies dengan
karakteristik gradasi lingkungan yang berbeda yaitu :
-Distal bar
Memilki urutan lingkungan pengendapan cenderungmenghalus ke atas. Umumnya tersusun atas pasir halus
denganstruktur sedimen laminasi. Fosil pada lingkungan ini jarang dijumpai.
-Distributary mouth bar
Menurut Walker (1992), distributary mouth bar memilliki kecepatan yang paling tinggi dalam sistem
pengendapan delta.Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melaluiproses fluvial dan
merupakan tempat terakumulasinya sedimenyang ditranspor oleh distributary channel dan
diantara mouthbars akan terendapkan sedimen berukuran halus. Pasokan sedimen yang menerus akan
menyebabkan terjadinya pengendapan mouth bars yang menuju ke arah laut. Struktur sedimen yang terbentuk
pada lingkungan ini antara lain:current ripple, cross bedding, dan massive graded bedding.
-Channel
Menurut Walker (1992), channel ditandai adanya bidangerosi pada bagian dasar urutan lingkungan
pengendapannya dan cenderung menghalus ke atas. Sedimen umumnya berukuran pasir . Struktur sedimen
yang terbentuk adalah cross bedding,ripple cross stratification,scour and fill.
-Subaquaeous levees
Merupakan kenampakan lain dari lingkungan pengendapan delta front yang berasosiasi dengan
active channel mouth bar. Lingkungan ini sulit dibedakan dan diidentifikasi dengan lingkungan lainnya pada
endapan delta masa lampau. Menurut Serra (1990), prodelta merupakan subfasies transisi antara delta
front dengan endapan normal marine shelf yang berada di bawah kedalaman efektif erosi gelombang yang
terletakdi luar delta front.Sedimen yang ditemukan pada lingkungan iniadalah sedimen yang berukuran paling
halus. Endapan prodelta didominasi oleh sedimen berukuran lanau dan lempung dankadang-kadang dijumpai
lapisan tipis batupasir. Struktur sedimenyang sering dijumpai adalah masif, laminasi,
dan burrowing structure.Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas dan
mengindikasikan tidak adanya pengaruh air tawar atau fluvial.

2.4 Geologi Regional


Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekunganTersier berarah barat laut ±
tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah
timur laut,Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungantersebut dengan Cekungan
Sunda, serta Pegunungan Dua Belas danPegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan
Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Posisi Cekungan Sumatera Selatan sebagai cekungan busur belakang (Blake, 1989)

BAB IVPEMBAHASAN
D a t a l o g m e r u p a k a n s a l a h s a t u k r i t e r i a u t a m a s e b a g a i d a s a r dal am pros es
pengam bil an keputusan geol ogi pada eksplorasi
m i gas. Log di gunakan untuk m el akukan korel asi zona z ona p r o s p e k t i f s u m b e r
data untuk membuat peta kontur struktur dan isopach, menentukan
k a r a k t e r i s t i k f i s i k b a t u a n s e p e r t i l i t o l o g i , porosit as, geom et ri pori dan
perm eabi l i t as. Dat a l oggi ng di gunakan u n t u k m e n g i d e n t i f i k a s i z o n a - z o n a
produktif, menentukan k a n d u n g a n fl ui da dal am reservoar s erta
m emp erki rakan cadangan hi drocarbon. L o g a d a l a h g a m b a r a n k e d a l a m a n
dari suatu perangkat kurva yang mewakili parameter -parameter yan g
d i u k u r s e c a r a t e r u s m e n e r u s di dal am suatu sum ur ( S chl um berger, 1986).
P aram et er yang bi asa d i u k u r adalah sifat kelistrikan, tahan an jenis
batuan, da ya hantar listrik, sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan
g e l o m b a n g s u a r a Pada log ini diketahui terdapat data-data wireline pada 4komposite log yang
meliputi kurva Gamma Ray Log (GR), kurva Caliper Log (CALI), kurva Density Log (RHOB), kurva
Neutron Log (NPHI), sertakurva Resistivity Log (LLD, LLS). Berikut pembahasan dari masing ±masing
komposite log. Dari data log, kita dapat menginterpretasikanapakah pada daerah tersebut memiliki kandungan
hidrokarbon atau tidak. Metode yang digunakan yaitu metode interpretasi pintas (quick look). Hal ini
berdasarkan pada data-data yang terdiri dari:
-Kurva Gamma Ray Log (GR)
-Kurva Density Log (RHOB)
-Kurva Neutron Log (NPHI)
- Kurva Resistivity Log (ILM,ILD dan SFLU

Berdasarkan kurva GR, kita melihat bahwa pada kurva GR menunjukkan nilai GR menuju pada minimum.
Hal ini dapat mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan
merupakan lapisan reservoir . Lapisan reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh
rendahnya harga kurva gamma Ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah. Dalam identifikasi
litologi berdasarkan kurva log Gamma Ray yangpertama ditentukan adalah Shale Base Line dan Sand
Base Line dari kurva log Gamma Ray tersebut. Shale base line yang merupakan garis lempung ini adalah
garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga palingtinggi yang mengisyaratkan bahwa daerah tersebut
perupakan daerah impermeabel, sedangkan sand base line merupakan garis yang ditarik darititik yang
memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma rayyang juga mengisyaratkan bahwa daerah
tersebut adalah daerah yangpermeabel. Log Gamma ray yang memiliki skala 0 sampai 300
inikemudian dianggap mempunyai persentase 100%. Maka selanjutnyabarulah ditentukan daerah interes yang
menjadi kandidat batuanpermeabel dimana kandidat ini adalah zona yang terletak diantara 50%-80% (sering
juga disebutcut off ). Daerah yang terletak pada zona inilahyang dianggap sebagai zona clean sand . Selain
itu, dari kurva ini juga dapat ditentukan batas-batas perlapisandengan mengambil patokan adanya perubahan
pola kurva (defleksi kurva)merupakan tanda bahwa terdapat perubahan litologi. Namun yang perlu diingat
kurva Gamma Ray ini tidak mengisyaratkan besar butir tetapihanya memberikan informasi tentang distribusi
butir dan kandungan lempungnya

4.1 Interpretasi Masing ± masing Komposit Log


Dari hasil interpretasi data Wireline Log, dapat
d i s i m p u l k a n bahwa pada form asi i ni didomi nasi ol eh l apisan batupasir, b a t u l e
mpung, dan juga batu gamping ,batuan beku s e b a g a i basem ent .
Int erpret asi dari m asi ng ± m asi ng komposit e sebagaiberikut :
1. Limestone
Litologi ini terdapat pada komposit log PT-3 dengan kedalaman4570 ± 4580 m maka ketebalannya
sekitar 10 m, pada data log WPT- 6kedalaman 4400- 4440, jadi litologi tersebut mempunyai ketebalan
sekitar 40 m pada log WPT- 6, pada PTD -7 terdapat pada kedalaman 4500 ±4520 dengan ketebalan 20 m,
pada PT-2 terdapat pada kedalaman 4380 ± 4410 dengan ketebalan 30 m Litologi batuan ini dicirikan dengan
datalog berupa harga Gamma Ray yang rendah yaitu sekitar 35 API, hal inikarena pada lapisan ini
mempunyai kandungan radioaktif yang cukuprendah. Pada Logresistivity , harga yang ditunjukkan cukup
tinggi. Dan pada Log Neutron (NPHI) menunjukkan harga yang cukup rendah danpada
Log Density (RHOB) menunjukkan harga yang cukup tinggi yaitu>2.71 API, oleh karena itu batuan ini
mempunyai porositas yang baik. Sedangkan pada kombinasi data log neutron dan data log densitasditemukan
adanya separasi yang mengindikasikan kehadiran fluida didalam batuan ini, sehingga dapat disimpulkan
kemungkinan pada batuanini tidak terdapat fluida.
2. Shale
Pada PT-3 shale terdapat pada kedalaman 4370 ± 4700 feet.Litologi batuan ini dicirikan
dengan data log Gamma Ray yang tinggi yaitusekitar 80 gAPI, hal ini karena pada lapisan ini mempunyai
kandunganradioaktif yang sangat tinggi. Pada Logresistivity harga yang ditunjukkanrendah, hal ini karena
terjadi sparasi tahanan jenis yang negatif. Pada Log Neutron (NPHI) menunjukkan harga yang tinggi dan pada
Log Density
(RHOB) menunjukkan harga yang rendah, oleh karena itu batuan inimempunyai porositas yang sangat kecil
(impermeable).Pada litologi shaleyang kedua yaitu terletak pada WPT-6kedalaman 4300 ± 4370
feet, jadi litologi ini mempunyai ketebalansebesar 70 feet. Dari data log dicirikan dengan nilai log Gamma
Ray yang cukup tinggi yaitu sekitar 70 gAPI. Pada Log resistivity , harga yangditunjukkan rendah. Pada
Log Neutron (NPHI) menunjukkan harga yangtinggi dan pada Log Density (RHOB) menunjukkan harga
yang rendah,oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang sangat kecil(impermeable). Lapisan shale
pada data log ini hanya bersifat sebagailapisan non reservoir atau pada lapisan 4300 ±
4370 bisa bersifat CapRock dari batuan reservoir seperti batupasir dan adanya kandungan hidrokarbon
yang ada. Lapisan shale yang relatif tipis pada data log ini ledisebabkan sifat pengendapan shale yang
dipengaruhi proses diagenesispada batuan yang telah berproses sangat lama dan terendapkan padaformasi ini
sebagai sisipan dimana lapisan utamanya berupa batupasir yang nantinya mempunyai nilai ekonomis sebagai
batuan reservoir karenadidukung nilai permeabilitas dan porositas yang dapat dijadikan perkiraanadanya
hidrokarbonSource

3.Sandstone
Berdasarkan data log PT-3, litologi ini terdapat di kedalaman 4030 ± 4030 feet.
Litologi ini dicirikan dengan data log Gamma Ray Yang rendah yaitu sekitar 40 - 60 gAPI, hal ini karena pada
lapisan ini hampir tidak mempunyai kandungan radioaktif atau dapat dikatakan mempunyaiintensitas
radioaktif yang sangat rendah. Dari hasil log neutron (NPHI)yang menunjukan angka yang besar maka dapat
diketahui bahwa batuanini memiliki porositas yang besar. Dan dengan melihat dari Log Density (RHOB)
maka dapat diketahui pula bahwa batuan ini memiliki densitasyang rendah yang dimungkinkan berasal dari
jumlah porositas yang banyak, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang baik(permeable).Pada
lapisan batupasir sangat jarang terjadi runtuhan dindingakrena disebabkan nilai permeabilitasnya sangat besar
sehingga tekananLog pada sumur dinding tidak terlalu signifikan. Pada tekanan lapisan inizona pemboran
harus melakukan casing hal ini dilakukan agar tekanangas dan bor tidaka menganggu kerentanan dinding
sehingga perlu dijagabesaran tekanan formasi untuk menjaga agar tidak terjadinya blow up. Untuk lebih
menentukan apakah zona pemboran ini bersifatekonomis maka dioverlay dengan data-data seismik untuk
melihat mainstructure serta sebaran batuan reservoir yang ada dengan melihatamplitudo anomali yang
terbentuk pada seismik tersebut untuk melihatnilai amplitudo yang terbentuk pada zono reservoir. D a r i
a n a l i s i s h a s i l i n t e r p r e t a s i f l u i d a m a s i n g ± m a s i n g l o g sebagai berikut :

1. Zona Prospek Minyak


-Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah,terlihat defleksi menjauhi shale base line. Hal
inimengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan merupakan lapisan
reservoir. Lapisan reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya
harga sinar gamma Ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah.
-Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan nilai resistivitasyang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pada zona initerdapat kandungan fluida. Zona prospek minyak bumi memilikiresistivitas yang sangat
tinggi. Jika kurva LLD menunjukkanbentuk defleksi yang lebih besar daripada kurva RHOB,makazona
tersebut dianggap sebagai zona minyak bumi
-Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yangmemperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan
resistivitasbernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan sand pada formasi tersebut. Berdasarkan
litologinya yaitu sand ,dapat diketahui bahwa zona ini merupakan zona prospekhidrokarbon, sebab minyak
dan gas selalu bertumpuk dibebatuan pasir (sand).
-Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron(NPHI) dapat mendeteksi adanya kandungan
hidrokarbon atauair di suatu formasi. Kedua kurva ini memperlihatkan bentukan kolom separasi (+) cross over
yang kecil, hal ini menandakan jenis fluida adalah minyak. Terlihat pada kurva RHOB bentukangaris
mengarah pada pengurangan porositasnya (semakin kekanan) dan penambahan densitas (semakin ke kiri).
Sedangkan kurva log NPHI memperlihatkan hal yg sebaliknya,dimana terlihat kurva mengarah pada
pertambahanporositasnya (semakin ke kiri). Maka berdasarkan pengamatan pada data logdidapatkan zona
prospek minyak berada pada :
-Komposit log 1 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu gamping dengan kedalaman
kedalaman 4585 danpada lapisan batu pasir kedalaman 4630. Karena pada kedalaman
4585 ft, nilai densitasnya (RHOB) mengalami penurunan yang tajam dan konstan sampai padakedalaman
4630 ft, dengan nilai porositas (NPHI) yang rendah, serta berada pada daerah interval
-Komposit log 2 zona prospek minyak pada lapisan batupasir kedalaman 4445
-Komposit log 3 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu pasir kedalama, 4370 dan pada
lapisan batugam pi ng kedal am an 4560
-Komposit log 4 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu gamping kedalaman 439
dan 4440

2. Zona Prospek Gas


Zona prospek gas memiliki ciri-ciri yang menyerupai minyakpada beberapa kurva log. Namun harus
dibedakan secara lebih telitilagi perbedaan dari keduanya di setiap kurva log. Di bawah inipenjelasan dari zona
prospek gas berdasarkan hasil interpretasi data wireline log.
-Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah, jauh dari shale base line. Hal ini mengindikasikan
bahwa daerahdengan kurva yang mendekati minimum kemungkinanmerupakan lapisan reservoir. Lapisan
reservoir adalah lapisanpermeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya hargasinar gamma Ray yang
menunjukkan kandungan serpih yangrendah.
-Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan nilai resistivitasyang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pada zona initerdapat kandungan fluida.
-Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yangmemperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan
resistivitasbernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan sand pada formasi tersebut. Berdasarkan
litologinya yaitu sand ,dapat diketahui bahwa zona ini merupakan zona prospekhidrokarbon, sebab minyak
dan gas selalu bertumpuk dibebatuan pasir (sand)
- Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron(NPHI) dengan harga resistivitas yang tinggi
maka zona itumerupakan zona gas. Kedua kurva ini memperlihatkanbentukan kolom separasi (+) cross over
yang besar (membentuk sepertibutterfly effect ), hal ini menandakan jenisfluida adalah gas. Zona gas juga
ditandai dengan hargaporositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositasdensitas, sehingga akan
menunjukkan adanya separasi yanglebih besar.Maka berdasarkan pengamatan pada data logdidapatkan zona
prospek gas berada pada :
-Komposit log 1 zona prospek gas berada pada lapisanbatu pasir kedalaman 4500, karena nilai
densitasnya(RHOB) tiba-tiba turun dengan harga yang berubah-ubah sampai pada kedalaman 4500 ft.
Harga porositaspada interval ini tidak terlalu tinggi serta berada padalapisan permeabel, sedangkan untuk
harga LLd nya tinggi dengan keadaan NPHI dan RHOB membentuk separasi yang cukup lebar

3. ZonaSaline Water
Zona saline water pada data wireline log dapat dikenali dari logresistivitasnya (kurva LLD dan kurva LLS).
Log ini digunakan untukmendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air. Zona air akan menunjukkan harga
tahanan jenis formasi yang lebih rendah daripadazona minyak. Dari log resistivitas yang diberikan terlihat
bahwadefleksinya melurus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa zona inimerupakan zonasaline water. Bila
defleksinya membelok(resistivitasnya semakin membesar) maka merupakan fresh water. Selain itu zona air
juga dapat dikenali bila tidak menunjukkanadanya separasi antara kurva log densitas (RHOB) dengan kurva
logneutron (NPHI). Kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada disebelah kanan kurva neutron. Saline
water menunjukkan harga kurvaNPHI dan RHOB yang kecil.Maka berdasarkan pengamatan pada data log
didapatkan zona prospek gas berada pada :
4.2 Hasil Korelasi Masing ± masing Komposit Log
Hasil korelasi dari masing masing komposit log diatas adalahkorelasi tentang lingkungan pengendapan.
Berikut lingkunganpengendapan dari masing masing komposit logLingkungan pengendapan pada masing
masing komposit ini beradapada data log PT-3 kedalaman 4000- 4100, WP-6 kedalaman 4000-4200,PTD ± 7
kedalaman 4000- 4050, PT 2 kedalaman 4000 ± 4020 dari hasilpembacaan Log Gamma Ray dan kandungan
litologi yang adamenunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang ditunjukkan oleh
intepretasi data log berada pada lingkungan pengendapan delta plain. Halini terlihat dari log Gamma ray yang
ada menunjukan bentuk seperti funnelshapped dimana bentuknya coarsening upward dimana
adanyaperselingan antara shale dan sandstone. Pengaruh gelombang padalingkungan pengendapan ini sangat
tinggi. Endapan yang ada merupakantermasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, dimana
endapannyameliputi

distributary mouth bar.


hal ini terlihat dari bentuk gamma rayyang funnel shaped atau berbentuk corong yang
menunjukkanpengkasaran keatas yang merupakan kebalikan dari bentuk bell. Kurvayang terbentuk
cenderung agak tajam atau melengkung yaitu bentukkurva yang funnel yang dapat menunjukkan sedimen
yang tebal danhomogen yang dibatasi oleh pengisian chanel dengan kontak yang tajam.Funnel shaped
mewakili peristiwa transgresi yaitu keneikan muka air laut,Hal ini dapat di asosiasikan dengan susunan litologi
pada lingkunganpengendapan tersebut. Selain itu juga terlihat litologinya pasir yangdominan serta
terdapat sisipan lempung. Hal ini dapat dijelaskan padalingkungan ini memiliki energi kecepatang yang tinggi
dalam sistempengendapan delta. Sedimen ini, umumnya tersusun atas pasir yangdiendapkan melalui proses
fluvial dan merupakan tempat terakumulasinyasedimen yang ditranspor oleh distributary channel dan
diantaramouth bar akan tersendapkan sedimen berukuran halusBerdasarkan interpretasi dari nilai Log
Gamma Ray yang relatif stabil danberbentuk Cylindrical yang berarti tingkat radioaktifnya sedang.
Makasetealah dikorelasikan masing ± masing log didapat data log PT-3 padakedalaman 4100 - 4270, WP-6
kedalaman 4200 - 4290, PTD ± 7kedalaman 4050- 4440, PT 2 kedalaman 4020 - 4380 . Dari log yang
adaintepretasi delta pada lingkungan pengendapan data log diatas adalah Upper Delta Plain dimana bagian
delta yang terletak diatas area tidal ataulaut, Endapanya secara umum terdiri dari Endapan distributary
channel yang berpindah dan Endapan Lacustrine delta fill. Berdasarkan intepretasi struktur serta litologi
yang ada lingkungan pengendapan log initermasuk Endapan distributary channel yang berpindah
dimanamerupakan endapan braided atau meandering. Hal ini didasarkan padalitologi yang cenderung
menghalus keatas. Struktur sedimen yang umumdijumpai adalah struktur cross bedding , ripple cross
stratification, scour and fill dan lensa lempung. Selain itu endapan ini ditandai dengan adanyabidang erosi
pada bagian dasar urutan lingkungan.Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini beradapada
data log data log PT-3 pada kedalaman 4270- 4480, WP-6kedalaman 4290 -4400, PTD ± 7 kedalaman 4190-
4440, PT 2 kedalaman4230 ± 4380 . Dari hasil pembacaan Log Gamma Ray dan kandunganlitologi yang ada
menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yangditunjukkan oleh intepretasi data log dan korelasi log
berada padalingkungan pengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log Gamma rayyang ada
menunjukan bentuk seperti bell shapped dimana bentuknya finning upward dimana adanya Profil
berbentukbell menunjukkan penghalusan ke arah atas, kemungkinan akibat pengisian channel atau channel
fills. Pengamatan membuktikan bahwa besar butir pada setiaplevel cenderung sama, namun jumlahnya
memperlihatkan gradasi menujuberbutir halus dengan lempung yang bersifat radioaktif makin banyak keatas.
Pengaruh gelombang pada lingkungan pengendapan ini sangattinggi. Berdasarkan interpretasi GR
kemungkinan lingkunganpengendapanya berada pada daerah abisal dimana litologi yang palingdominan
adalah lempung sehingga akumulasi sedimennya terendapkanpada daerah abisal.Lingkungan pengendapan
pada masing masing komposit ini beradapada data log data log PT-3 pada kedalaman 4480-4620, WP-
6kedalaman 4400 -4580, PTD ± 7 kedalaman 4440- 4510, PT 2 kedalaman4380 ± 4570. Dari hasil
pembacaan Log Gamma Ray dan kandunganlitologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan
pengendapan yang

ditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada lingkunganpengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log
Gamma ray yang adamenunjukan bentuk seperti funnel shapped dimana bentuknya coarseningupward
dimana adanya perselingan antara shale dan sandstone.Pengaruh gelombang pada lingkungan pengendapan
ini sangat tinggi.Dimana litologi yang terdapat pada interval kedalaman ini adalahperselingan antara
shale dan sandstone dan juga limestone. Lingkunganpengendapan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil,
dangkal, tidakberelief, dan proses akumulasi sedimen berjalan lambat. Endapan yangterbentuk merupakan
endapan yang berukuran lanau sampai lempungyang dominan dengan demikian endapan secara khusus
terdapat pada daerah shallow marine.
Dilihat dari bentuk kurva gammaray yangberbentuk funnel shaped. atau berbentuk corong yang
menunjukkanpengkasaran keatas yang merupakan kebalikan dari bentuk bell. Kurvayang terbentuk
cenderung agak tajam atau melengkung yaitu bentukkurva yang funnel yang dapat menunjukkan sedimen
yang tebal danhomogen yang dibatasi oleh pengisian chanel dengan kontak yang tajamLingkungan
pengendapan pada masing masing komposit ini beradapada data log data log PT-3 pada kedalaman 4620-
4700, WP-6kedalaman 4580 -4790, PTD ± 7 kedalaman 4510- 4530, PT 2 kedalaman4570 ± 4650. Dari hasil
pembacaan Log Gamma Ray dan kandunganlitologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan
pengendapan yangditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada lingkunganpengendapan delta plain. Hal
ini terlihat dari log Gamma ray yang adamenunjukan bentuk seperti funnel shapped dimana bentuknya
coarseningupward dimana adanya perselingan antara shale dan sandstone. Dimanalitologi yang paling
dominan adalah lempung. Pengaruh gelombang padalingkungan pengendapan ini sangat tinggi. Endapan
yang ada merupakantermasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, maka kemungkinanlingkungan
pengendapannya berada pada fasies Sub marine. Dilihat daribentuk kurva gammaray yang berbentuk
funnel shaped. atau berbentuk corong yang menunjukkan pengkasaran keatas yang merupakankebalikan dari
bentuk bell. Kurva yang terbentuk cenderung agak
tajamatau melengkung yaitu bentuk kurva yang funnel yang dapatmenunjukkan sedimen yang tebal dan
homogen yang dibatasi olehpengisian chanel dengan kontak yang tajam

Diposkan 10th November 2011 oleh Gede siddiarta

0
Tambahkan komentar

Petroleum Engineer World

SALING BERBAGI INFORMASI UNTUK


MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah
 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis
HETEROGENITAS RESERVOIR
INJEKSI CO2
HETEROGENITAS RESERVOIR
KARAKTERISTIK DELTA
ANALISA WELL LOGGING UNTUK PENENTUAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
PEMILIHAN KOMBINASI LOGGING
SIMULASI RESERVOIR
DECLINE CURVE
1
TEORI DASAR LOGGING
PRODUCTION LOGGING TEST
PERAN WELL TEST ING UNTUK EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KERUSAKAN
FORMASI
INTERFERENCE TEST
EVALUASI KERUSAKAN FORMASI
WELL TEST PADA SUMUR MINYAK
KARAKTERISTIK RESERVOIR
HETEROGENITAS RESERVOIR

BAB III
RESERVOIR BERLAPIS DAN HETEROGENITAS RESERVOIR

3.1. Reservoir Berlapis


Suatu reservoir dimana zona produktif terdiri dari beberapa lapisan batuan dimana
karakteristik fluida, batuan dan kondisi reservoir tidak sama dinamakan reservoir berlapis.
Keadaan tidak seragam dari satu lokasi ke lokasi lain dari lapisan satu terhadp lapisan lain
sebagai hasil siklus geologi. Siklus yang membentuk reservoir berlapis melalui tahap pelapukan,
transportasi, dan pengendpan dalam lingkungan transisi. Pada sub bab berikut dijelaskan proses
terjadinya, mekanisme penjebakan dari reservoir berlapis.

3.1.1. Proses Terbentuknya Reservoir Berlapis


Air sungai membawa material – material sedimen, setelah mencapai laut kecepatannya
segera turun, sehingga sebagian besar material – material sedimen terendapkan membentuk
delta. Material – material yang lebih halus terangkut lebih jauh dan menyebabkan delta
berkembang ke arah laut.
Endapan delta terjadi di dalam lingkungan laut marginal yang merupakan peralihan
transisi antara kondisi daratan teresterial dan kondisi laut. Bila sedimen – sedimen yang
terbawa arus air atau sungai terendapkan ke laut hanya melalui beberapa kanal delta, maka akan
terbentuk delta kaki burung, dimana gelombang laut tidak memindahkan sedimen – sedimen
tersebut ke tempat lain.
Apabila arus dan gelombang laut memindahkan sedimen – sedimen yang telah
terendapkan, maka delta kurang berkembang ke arah laut sehingga memperbanyak kanal delta.
Akibatnya delta tidak berkembang menjadi delta kanal kaki burung.
Gambar 3.1
Bird Foot Deltae (modern missisipi) 9)

Endapan delta umumnya mempunyai perlapisan silang siur (cross bedding) yang terdiri
atas tiga lapisan ynag saling berhubungan tetapi mempunyai lithologi yang berbeda. Tiga lapisan
yang dimaksud adalah : lapisan muka, lapisan dasar, dan lapisan tutup.
Lapisan muka tersusun dari material – material kasar yang terendapkan paling awal
setelah aliran air atau sungai mencapai laut. Lapisan muka biasanya tebal dan mempunyai
kemiringan yang besar. Semakin ke arah laut, lapisan muka semakin kecil ukuran butirnya, dan
akhirnya dihasilkan lapisan yang berbutir halus dan menyebar pada daerah yang luas di dasar
laut yang disebut lapisan dasar.
Proses pengendapan yang berlangsung terus menyebabkan lapisan depan berkembang ke
arah laut dan menutupi lapisan dasar. Akibatnya delta semakin berkembang ke arah laut, arus air
yang membawa sedimen juga semakin maju ke arah laut melalui kanal – kanal yang melewati
lapisan muka dan lapisan dasar delta. Di dalam kanal terendapkan oleh arus air suatu endapan
horizontal yang disebut lapisan tutup (topset bed). Sewaktu banjir, air meluap melalui tepi kanal
dan mengendapkan sedimen pada dataran banjir yang juga merupakan sebagian dari lapisan
tutup delta.
Distribusi ukuran butir hasil pengendapan kanal adalah semakin halus ke arah atas dan
ukuran halus dimiliki oleh batuan shale, karena sifatnya impermeable, endapan kanal merupakan
caps rock. Sebaliknya ukuran butir semakin kasar ke arah atas dihasilkan oleh deltaic bar,
endapan ini memiliki porositas semakin bagus ke arah atas cocok sebagai reservoir minyak dan
gas bumi.
Gambar 3.2

Perkembangan Permukaan Pengendapan ‘clinoform’ dari delta 9)

3.1.2. Mekanisme Penjebakkan Reservoir Berlapis


Mekanisme penjebakkan reservoir berlapis dapat berupa struktur trap, stratigrafi trap, dan
mungkin salt dome. Secara stratigrafi banyak dijumpai dalam sistim delta dimana distribusi pasir
merata di daerah delta.
Jebakan struktur juga sangat umum menandai delta. Dalam jebakan sesar tumbuh
digiatkan oleh progradasi pasir delta front diatas kondisi tidak stabil dan penambahan Lumpur
prodelta pada tepi shelf. Karenanya sesar tumbuh aktif dalam system high constructive lobate
delta.
Growth fault menyebabkan sejumlah terobosan dalam sedimen delta, dengan bentuk
perulangan penebalan pada sisi down dropped. Penebalan dapat meningkat lima atau sepuluh
lipatan memotong system growth fault yang aktif.
Salt dome berkaitan dengan facies delta front, juga mempengaruhi ketebalan dan
geometri pasir. Biasanya menunjukkan formasi berjenis reservoir berlapis.
Dome dalam facies lain delta (delta – plain atau antar delta, dengan banyak pengendapan
Lumpur), umumnya tidak produktif. Bagaimanapun juga dome termasuk juga sumber tahap
lanjut hidrokarbon dari sedimen prodelta.
Gambar 3.3
Akumulasi minyak pada lapisan pasir dalam Deltaic Bar 1)
Gambar 3.4
Akumulasi minyak pada Salt Dome 1)

Delta secara keseluruhan berfacies klastik, delta besar akan menghalangi pengendapan
karbonat. Proporsi jenis sedimen dikontrol oleh interaksi suplay bahan – bahan fluvial dan
marine. Interaksi ini membuat empat pola delta yang umum yakni :
a. High – destructive Delta
Pengaruh marine sangat dominan dan kandungan pasir begitu tinggi. Kecenderungan produktif
dihasilkan oleh pasir pantai, jebakan minyak dan gas berupa stratigrafi. Contoh saat ini di
Sungai Po dan Rhone di Mediterania; kedua sungai nampak berusaha membentuk delta kaki
burung (bird – foot delta).
b. High – constructive Delta
High – constructive Delta bertipe kaki burung ada di Missisipi. Sejumlah channel tersebar
membentuk jari – jari bar ke arah laut. Pasir reservoir tertahan ke jari – jari delta (finger) ini,
deposite delta terdominasi oleh Lumpur.
c. High – constructive Delta
High – constructive delta jenis lobate (delta ekor kuda, seperti Modern Nile dan Niger River),
yang mana sejumlah kecil channel active yang tersebar membangun delta sepanjang front convex
ke arah laut. Semua dikuasai oleh proses regresi, dimana pasir tipis, sepanjang delta front
merupakan batuan reservoir (terlihat pada Gambar 3.5).
4. Delta Kipas yang berkembang dalam danau atau laut tertutup
Sesengguhnya yang bersifat delta merupakan bagian dari kipas alluvial dan transport pasir terus
menerus dari lingkungan sub – aerial, melewati fluvial ke delta dan mungkin endapan marine
yang paling membentuk lingkungan pengendapan campuran. Contoh terbaru adalah jenis delta
Gilbert di danau Bonneville berumur Pleistocene.
Gambar 3.5
Type Niger Delta Sediment 1)

Delta besar memerluakan waktu lama pembentukan dan bertahap. Karena proses regressive
bentuk delta dapat berupa ekor kuda atau kaki burung, dan karena kondisi regressive delta
menjadi komplek.
Urutan lengkap delta dari puncak ke dasar dengan komponen – komponenya sebagai
berikut :
6. Deposite dataran delta : lenticuler, kaya organic, lempung carbonatan atau shally, bioturbated,
fauna rawa, fragmen berupa tumbuhan, peat (seperti batu bara) dan pasir. Tidal datar, subtidal
dimana batupasir berupa deposite angin atau deposite banjir dengan bentuk lenticuler tinggi.
Terdominasi air tawar selagi aktif, selama progradasi, jika tidak aktif didominasi air payau
hingga air asin (laut).
5. Penyebaran pasir channel dan mulut bar dalam dataran dengan permeabilitas (k) dan porositas
bagus serta ripple marks dalam skala ukuran kecil, tetapi biasanya kondisi bagus ke arah atas.
Kontak tajam dengan shale ada di atas dan di bawah. Pasir bar mulut sungai mempunyai batuan
yang bersifat mustone, kontak pada bagian atas kasar, tetapi kontak ke bawah berupa pasir di
atas clay. Kedua jenis tubuh pasir mempunyai geometri linier dan semakin tipis miring ke
bawah; mereka berasosiasi dengan tanggul (leeve) sungai. Dalam kurva SP berbentuk block,
block seperti gergaji atau berbentuk bell (bell – shaped).
4. Pasir bar menjari; clean sand, non marine, coarsening ke atas, dan perkembangan struktur
berupa cross bedding.
3. Deposite jari delta lebih keluar batas kenampakan delta, dengan terlihat adanya mulut bar
sungai. Pada lingkungan transisi yang terlewati air payau, batupasir bersifat shally terdapat
antara delta front dengan endapan dataran delta. Permeabilitas pada deposite jari delta rendah.
2. Deposite Delta Front
Berupa pasir terlaminasi silt dan clay. Pasir ke arah atas berukuran coarse, dan mungkin
mempunyai porositas dan permeabilitas bagus. Deposite delta front menghadirkan fasa aktif dari
delta.

1. Pasir Prodelta
Kandungan batupasir atau silt tipis. Clay dibawah kondisi terkompaksi dan kelebihan tekanan
akan terjadi jika tertumpang tindih oleh pasir yang terendapkan secara cepat. Ketidakselarasan
sisa endapan prodelta mungkin termasuk komponen non klastik, contohnya algal reefs.

Gambar 3.6
Penampang dari komponen Delta 9)

Pengaruh erosi menghasilkan pasir quarsa dalam mulut channel – channel tidal. Secara
prinsip reservoir berada dalam pasir delta front. Produktif cenderung dikontrol oleh distribusi
tubuh pasir dan oleh geometrinya yang mungkin berbentuk lobate atau ellongate.
Daerah paling produktif terhampar di sekitar tepi progradasi delta (lobes). Penyebaran
pasir – pasir channel dari facies dataran delta tipi High – constructive Delta adalah jarang
produktif karena adanya sedimentasi silica pada sekitar channel dan pasir delta front
(dikarenakan perbedaan komposisi air). Sedimentasi ini mencegah migrasi hidrokarbon ke
bagian atas unit delta.

3.1.3. Beberapa Contoh Reservoir Multilayer Produktif


Tidak juga paling produktif tetapi mungkin dapat dibilang tidak biasa karena reservoir batu
pasir disebelah selatanUSA terdiri atas granite wash dalam delta kipas (fan delta) berukuran
raksasa, yang mana terprograde dari batuan dasar (basement) yang terangkat dengan cepat
sewaktu Pennsylvanian akhir dan waktu Permian.
Gambar 3.7
Menggambarkan Ketebalan Lapisan, Porositas Granite Wash (zone E)
Memotong Uplift di Texas22)

Gambar 3.7 melukiskan granite wash yang didapatkan dari pengangkatan Amarillo di Texas
Panhandle, kemudian menggerus menyapu barat daya sisi cekungan Andarko. Pada tempat itu
menggantikan sedimen – sedimen cekungan dan system slope dan menutup ketebalan lapisan
berusia Palezoik yang lebih tua.
Secara mengejutkan pasir reservoir granite wash memiliki porositas dan permeabilitas
tinggi, meningkt sampai 20 persen dan 500 mD, walaupun terjadi pengurangan keduanya
dikarenakan perubahan in situ dari mineral feldspar sampai mineral lempung.
Batupasir Cretaceous Lower di berbagai cekungan termasuk juga reservoir produktif.
Mereka termasuk reconcave basin di Brazil (Gambar 3.10).
Ada juga cekungan di Siberia barat, yang mana lapangan minyak dan gas terjebak dalam
batu pasir multiplayer, berasosiasi dengan batubara (Gambar 3-11).
Gambar 3.8
Penampang Struktur Yang Memotong Sisi Timur Graben Reconcave, Pantai Brazil.
Memperlihatkan Delta KipasCretaceous Lower (termasuk reservoir batupasir)22)
Gambar 3.9
Memperlihatkan Reservoir Batupasir Multiple Lower Cretaceous22)

Disamping reservoir diatas, reservoir pasir Lower Eocene (Wilcox) disebelah selatan Texas,
juga merupakan delta. Semua ketebalan lapisan pasir di cekungan Maracaibo Venezuella
termasuk komponen delta.
Gambar 3.10
Peta Isopach Dan Penampang Lintang
Reservoir Batupasir Neogene Badak Field22)

Lapangan minyak disebelah selatan Kalimantan (Borneo) dan Sumatra Tengah terdapat
dalam reservoir batupasir delta. Gambar 3-10 menunjukan peta isopach dan penampang lintang
salah satu reservoir batupasir Neogene di Lapangan Badak, termasuk delta Mahakam sebelah
timur Kalimantan. Di gambar teridentifikasi dengan jelas jari – jari pasir mulut bar dan channel
(identik multilayer).
Pasir berlapis – lapis jenis diatas ditemukan juga di lapangan Attaka, yang memiliki 34
pasir produktif (contoh multilayer reservoir). Sedangkan multilayer muda, berada pada lapangan
Cheleken dan Baku di Caspian Basin, terendapkan dalam seri delta kipas Pliocene (Gambar 3-
11).

Gambar 3.11
Caspian Basin Selatan (Formasi Produktif) Memperlihatkan Sistem Delta Dimana Pasir
Produktif Lapangan Minyak Baku dan Cheleken Terendapkan22)

3.2. Heterogenitas Reservoir Dan Identifikasinya


Heteregenitas reservoir dapat terjadi pada suatu reservoir, dimana kondisi seperti ini
paling ideal dan paling banyak didapatkan di reservoir. Variasi parameter reservoir dapat
diidentifikasikan antara lain dengan cara interpretasi log.

3.2.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir


Heterogenitas reservoir adalah tingkat ketidakseragaman suatu reservoir dalam hal
karakteristik batuan dan fluida reservoir dari suatu tempat dengan tempat lain dalam reservoir
yang sama.
Heterogenitas reservoir dapat terjadi dalam skala ukuran pori ataupun ukuran daerah
regional reservoir. Perubahan tersebut dapat terjadi baik secara alamiah maupun akibat adanya
invasi Lumpur bor, stimulasi atau akibat oleh adanya penginjeksian fluida dari permukaan.

3.2.2. Klasifikasi Heterogenitas Reservoir


Berdasarkan skala atau ukuran dari ketidakseragaman yang terdapat didalam reservoir,
maka heterogenitas reservoir dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : heterogenitas reservoir
skala megaskropis, skala makroskopis, dan skala mikroskopis, dimana skala heterogenitas
reservoir tersebut akan dibahas satu persatu.

3.2.2.1. Heterogenitas Reservoir Skala Megakropis


Heterogenitas reservoir skala megaskropis merupakan heterogenitas dengan skala
terbesar dan deskripsinya melalui lithologi, stratigrafi, dan lingkungan pengendapan.
Heterogenitas ini merupakan akibat dari gaya – gayageologi yang telah bekerja padanya, selama
ataupun setelah proses pengendapan berlangsung dilingkungan pengendapan tertentu. Proses
tersebut akan menghasilkan distribusi material pembentuk batuan reservoir, yang pada tahap
berikutnya menunjukkan sifat – sifat batuan tersebut.
Mr. Robinson (1971) memberikan gambaran aliran dalam reservoir dan factor
pengontrolnya, sebagai berikut :
1. Permeabilitas rata- rata digunakan untuk melakukan peramalan perilaku reservoir. Dan tingkat
perbedaan harga permeabilitas yang diakibatkan oleh tingkat pengendapan yang berbeda.
2. Ketidakseragaman permeabilitas mempengaruhi aliran antar lapisan, dan adanya daya dorong
air pada saat injeksi air dilakukan.
3. Lapisan shale mempengaruhi ulah kerja reservoir, akibat sifatnya mudah mengembang bila
terkena air, maka dapat menurunkan mobilitas fluida yang dikandung.

3.2.2.2. Heterogenitas Reservoir Skala Makroskopis


Heterogenitas skala makroskopis ini meliputi susunan lithologi antar beberapa sumur
yang diidentifikasikan dengan adanya tekstur primer dalam struktur sedimen yang terdapat
dalam batuan reservoir.
Heterogenitas skala makroskopis dipengaruhi oleh adanya besar butir, pemilihan dan
perlapisan. Meskipun pada perlapisan (cross bedding) aliran fluida telah dianalisa maka
distribusi minyak sisa pada struktur sedimen sangat sulit untuk diidentifikasi. Dalam hal korelasi
antar sumur, sifat batuan maupun lithologi serupa dipakai dasar korelasi antar sumur, selama
masih dalam reservoir yang sama.
3.2.2.3. Heterogenitas Reservoir Skala Mikroskopis
Heterogenitas reservoir skala mikroskopis merupakan pencerminan dari ukuran pori –
pori, bentuk dan ukuran butiran material penyusun batuan serta distribusinya. Pengendapan
primer dikontrol oleh adanya besar butir, pemilahan, kandungan material clay, derajat sementasi
dan kompaksi batuannya. Pada batuan reservoir sedimen klastik yang dangkal terlihat tekstur
pengendapan primer dan dipakai untuk mengontrol karakteristik pori – pori.
Diagenesa merupakan proses perubahan dalam batuan sedimen pada temperatur rendah
setelah litifikasi. Litifikasi merupakan proses perubahan depossisi sedimen menjadi batuan keras.
Adapun factor – factor pengontrol heterogenitas reservoir skala mikroskopis, adalah sebagai
berikut :
1. Pelarutan CaCO3
CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3 )2 + H2O
Air yang melalui celah batuan (terutama batuan karbonat), akan melarutkan limestone dan
meningkatkan porositas batuan.
2. Kristalisasi Ca(HCO3)2
Pembentukan kristal Ca(HCO3 )2 dari CO2 dan H2O pada temperatur tinggi akan mengakibatkan
turunya porositas batuan.
3. Dolomitasi
CaCO3 + MgCl2 CaMg(CO3 )2 + Cl2
Pembentukan dolomite CaMg(CO3 )2 dari CaCO3 mengakibatkan pengkerutan
(shrinkage), sehingga meningkatkan porositas batuan.
4. Fracturing
Bila rekahan tak disertai oleh sementasi, maka dapat menaikkan porositas batuan.
5. Kompaksi
Kompaks dapat mengakinatkan pengkerutan mineral dan secara langsung akan menurunkan
porositas.

3.2.3. Faktor – Faktor Yang Mengontrol Heterogenitas Reservoir


Faktor – faktor yang mengontrol adanya heterogenitas reservoir, antara lain sedimentasi
tektonik regional, komposisi dan tekstur batuan serta geometri pori – pori.
k Regional
Sedimentasi tektonik regional menyebabkan terjadinya ketidakseragaman, karena dalam
suatu reservoir dimungkinkan oleh adanya bermacam – macam lingkungan pengendapan
tersebut didukung oleh proses diagenesa yang mengenainya. Proses diagenesa tersebut terjadi
setelah pengendapan sehingga menyebabkan perubahan terhadap porositas maupun
permeabilitas.
Proses – proses tektonik lain yang terjadi dalam reservoir menyebabkan perubahan
struktur reservoir, patahan, pengangkatan maupun ketidakselarasan. Keseluruhan gaya –
gaya geologi yang bekerja pada reservoir lebih besar pengaruhnya terhadap ketidakselarasan
sifat dalam skala regional.

3.2.3.2. Komposisi Dan Tekstur Batuan


Komposisi dan tekstur batuan merupakan pengontrol geologi untuk mengontrol
ketidakseragaman reservoir, terutama antara batuan penyusun reservoir (makro), karena
perubahan yang terjadi merupakan perubahan komposisi yang terdiri dari lithologi, erticaly, juga
butiran yang akan berpengaruh terhadap ketidakseragaman parameter dalam reservoir.
Perubahan lithologi maupun mineral mempengaruhi besarnya ukuran butir maupun
batuan penyusun reservoir yang mana hal tersebut dapat merubah keadaan reservoir yang telah
ada sebelumnya. Demikian pula dengan tekstur batuan, karena tektur batuan yang terdiri dari
ukuran butir, sortasi, dan kekompakkan berpengaruh terhadap volume maupun ukuran pori yang
akan mempengaruhi terhadap besar kecilnya kemampuan batuan untuk mengalirkan kembali
fluida yang dikandungnya. Hal tersebut dapat dipakai sebagai pengontrol heterogenitas dalam
skala mikroskopis.

3.2.3.3. Geometri Pori – Pori


Geometri dapat berupa ukuran rongga pori, ukuran tubuh pori, peretakan dan kekasaran
butir matrik, akan mempengaruhi terhadap besarnya porositas maupun permeabilitas batuan
reservoir, dan sekaligus parameter diatas menunujukan besarnya cadangan yang dapat ditampung
dan diproduksikan. Oleh karena itu, geometri pori – poridapat digunakan sebagai pengontrol
heterogenitas reservoir dalam skala miroskopis.
Type Heterogenitas Reservoir
Berdasarkan arah penyebarannya, heterogenitas reservoir dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu heterogenitas reservoir arah horizontal dan heterogenitas arah vertikal.

3.2.4.1. Heterogenitas Reservoir Arah Vertikal


Untuk mengetahui heterogenitas arah vertikal, maka perlu diperhatikan parameter –
parameter penentu heterogenitas skala megaskropis, makroskopis, dan mikroskopis. Tipe vertikal
pada skala megaskropis dicirikan adanya lingkunga pengendapan yang berbeda, diagenesa dan
juga strukturnya. Tersebut diatas mempengaruhi komposisi, minerallogi, juga teksturnya didalam
batuan seperti ukuran butir, sortasi, dan fabric berpengaruh pada geometri pori dan menyebabkan
reservoir heterogen. Contoh heterogenitas vertikal terlihat pada Gambar 3.7, berupa channel dan
delta.
Dari contoh dapat dilihat bahwa ukuran butir pada channel dari atas ke bawah semakin
besar dan untuk deltaic bar terjadi sebaliknya. Dengan demikian juga untuk tekstur, ruang pori,
kapilaritas dan kontinuitas terjadi sebaliknya, dimana untuk channel ukuran butir dan sortasinya
semakin keatas akan semakin baik, kemudian untuk porositasnya semaki keatas semakin besar
dan ukuran porI – pori semakin keatas semakin halus, sehingga permeabilitasnya semakin ke atas
semakin rendah. Sedangkan untuk saturasi airnya semakin keatas semakin besar, hal ini
disebabkan karena kontinuitasnya semakin keatas semakin buruk. Untuk lingkungan
pengendapan deltaic bars akan terjadi kebalikan dari channel, baik ukuran butir, sortasi,
porositas, ukuran pori, permeabilitas dan saturasi air maupun kontinuitasnya.
Gambar 3.7
Profil Permeabilitas Ideal Dan Rekaman Log Pada Delta Dan Channel 1)

Pengaruh heterogenitas vertikal disamping mempengaruhi harga porositas, permeabilitas


dan saturasi air secara mikroskopis, juga mempengaruhi bentuk kurva tekanan kapiler (Pc)
versus saturasi air (Sw).
Pada gilirannya tekanan kapiler yang dikombinasikan dengan saturasi air tersebut akan
mempengaruhi ketinggian water oil contac (WOC), sehingga perbedaannya akan mengakibatkan
miringnya WOC. Pada permeabilitas tinggi akan didapatkan zona transisi (h) yang sempit,
sedangkan pada permeabilitas rendah akan terjadi sebaliknya, seperti terlihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8
Kemiringan Water Oil Contac (WOC) Dikarenakan Perbedaan Permeabilitas 6)

Demikian juga bila formasi yang ditembus sumur pemboran yang dipengaruhi oleh
adanya perlapisan. Dimana setiap lapisan mempunyai tekanan kapiler, sehingga didapatkan
kurva tekanan kapiler atau ketebalan zona transisi versus saturasi air yang berbeda untuk setiap
lapisan, dan untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.9.
Gambar 3.9

Pengaruh Permeabilitas Layer Pada Saturasi Air 6)


Dari gambar 3-9B, layer 1 dan layer 3 tidak memproduksikan air, tetapi layer 2 dan layer 4
memproduksikan air, karena layer ini sudah memasuki zona transisi. Demikian halnya dengan
layer 5 dan seterusnya. Heterogenitas vertikal ini akan mempengaruhi kurva tekanan kapiler
versus saturasi air, dan akan mempengaruhi zona transisi sehingga mempengaruhi produksi dan
komplesinya.

3.2.4.2. Heterogenitas Reservoir Arah Horizontal


Heterogenitas jenis ini dapat terjadi baik dalam skala megaskropis, makroskpis,maupun
mikroskopis. Dalam skala megaskropis, terlihat bahwa reservoir terbatas luasnya, strukturnya
dan akibat diagenesa mengakibatkan heterogenitas secara horizontal dari tempat yang satu ke
tempat yang lainnya.
Heterogenitas tersebut dapat berupa porositas, permeabilitas, atau kontinuitas, sehingga
akan mempengaruhi perilaku reservoir yang bersangkutan. Bila dilihat dalam skala
makroskopis, baik untuk komposisi dan tekstur yang terdiri dari lithologi, minerallogi, dan
tekstur yang terdiri dari ukuran butir, sortasi, kekompakan dan fabric akan berpengaruh secara
horizontal.
Pada lingkungan pengendapan alluvial yang merupakan bagian dari pengendapan
kontinen, mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
1. Geometri berbentuk kerucut atau membaji.
2. Perlapisan bervariasi dengan kemiringan rendah.
3. Permeabilitas bervariasi, disamping itu permeabilitas horizontal lebih besar daripada
permeabilitas vertikal.
Sedangkan beberapa sifat reservoir dengan lingkungan pengendapan river braided, antara
lain :
1. Geometri merupakan lembaran dan mungkin memanjang.
2. Perlapisannya tipis.
3. Permeabilitas bervariasi, dimana permeabilitas horizontal lebih besar dari permeabilitas
vertikal.
4. Pembatas permeabilitasnya biasanya tidak kontinyu.
Sebagai contoh dari penyebaran batuan arah horizontal dalam lingkungan pengendapan
transisi antara deltaic, interdeltaic, dan monodektaic.
Beberapa sifat batuan dengan lingkungan pengendapan delta, adalah sebagai berikut :
1. Geometrinya adalah merupakan saluran memanjang dan penghalang pantai berlapis – lapis.
2. Beddingnya tebal dan sedikit adanya layer.
3. Permeabilitas pada channel sand semakin keatas semakin besar dan tidak berarah, sehingga
permeabilitas horizontal lebih besar daripada permeabilitas vertikal.
4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal dan semakin sering antara tubuh batupasir.
Sifat – sifat tersebut diatas merupakan sifat lingkungan pengendapan delta yang
didominasi oleh ombak, sedangkan delta yang banyak didominasi oleh arus sungai, mempunyai
sifat – sifat sebagai berikut :
1. Geometrinya merupakan linier channel mouth bar dan meandering.
2. Beddingnya tebal dan perlaisan buruk.
3. Permeabilitasnya semakin keatas semakin berkurang dan berarah sehingga permeabilitas
horizontalnya lebih besar daripada permeabilitas vertikal.
4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal dan semakin sering terdapat pada tubuh
batupasir.
Sedangkan contoh dari lingkungan pengendapan pantai mempunyai sifat – sifat, antara
lain :
1. Geometrinya merupakan lembaran dan juga mungkin linier.
2. Beddingnya tebal dan perlapisan buruk.
3. Permeabilitasnya cenderung semakin keatas semakin bertambah besar dan tidak berarah,
sehingga permeabilitas horizontal lebih besar dari permeabilitas vertikalnya.
4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal.

Selanjutnya untuk sifat – sifat lingkungan pengendapan laut dangkal adalah sebagai
berikut :
1. Geometrinya berlapis – lapis akibat pengaruh ombak ataupun badai yang linier akibat adanya
pasang surut pantai.
2. Beddingnya merupakan lapisan tipis.
3. Permeabilitasnya besar dan berarah atau tidak berarah dan rendah yang akibat dari semen
kalsit, sehingga permeabilitas horizontalnya lebih besar dari permeabilitas vertikalnya.
4. Pembatas permeabilitasnya meluas.
Kemudian sifat dari batuan lingkungan pengendapan turbidit, yaitu :
1. Geometrinya menjadi dan membentuk lapisan.
2. Beddingnya merupakan layer dan tipis.
3. Permeabilitasnya bervariasi pada channel.

3.2.5. Batas Vertikal Dan Lateral Reservoir Berlapis


Reservoir hidrokarbon mempunyai pengertian sebagai bagian dari perangkap yang
mengandung hidrokarbon. Sedangkan batas reservoir merupakan batas yang memisahkan antara
daerah yang mengandung hidrokarbon dan daerah yang tidak mengandung hidrokarbon.
Sehingga berdasarkan pengertian ini dapat dibedakan bahwa batas reservoir ada dua, yaitu batas
vertikal dan batas lateral reservoir.
Tujuan dari penentuan batas – batas reservoir adalah untuk meramalkan bentuk geometris
dari suatu lapangan minyak, untuk menentukan distribusi fluida dalam reservoir, dan untuk
menentukan batas luar dari suatu lapangan.

3.2.5.1. Batas Vertikal Reservoir Berlapis


Dalam melakukan analisa terhadap suatu reservoir berlapis, sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan analisa pada reservoir tidak berlapis. Perbedaannya hanya pada reservoir
berlapis dilakukan beberapa kali analisa, karena perlapisan yang ada tidak hanya satu tetapi
banyak perlapisan.
Batas reservoir secara vertical adalah batas maksimum distribusi fluida secara vertikal
dalam reservoir. Penentuan batas vertical ini dimaksudkan untuk mengetahui batas bawah suatu
reservoir hidrokarbon, dimana batas bawah ini ditunjukan oleh batas minyak dan air (WOC).
Ada dua pengertian mengenai batas minyak – air ini, yaitu :
1. Suatu permukaan (bidang) dimana saturasi airnya 100%
2. Suatu bidang dimana produksi fluidanya adalah 1000% air.
Tetapi pengertian yang umum dipakai adalah pengertian kedua, dimana pada keadaan ini
minyak sudah tidak terproduksikan lagi.
Batas atas reservoir ditunjukkan oleh batas antara minyak dan gas (GOC). Seperti halnya
pada batas minyak dan air, batas antara minyak dan gas juga mempunyai zona transisi. Dimana
besarnya zona transisi tersebut tergantung dari perbedaan berat fluidanya. Semakin besar
perbedaan berat fluidanya maka semakin kecil zona transisinya, demikian juga sebaliknya.

3.2.5.2. Batas Lateral Reservoir Berlapis


Batas resrvoir secara lateral adalah batas maksimum penyebaran atau distribusi
hidrokarbon secara lateral dalam reservoir. Batas lateral reservoir juga digunakan untuk
menentukan batas terluar dari reservoir, yang menentukan luas dari reservoir tersebut. Luasan
reservoir penting ditentukan, karena dari perhitungan luasan tersebut dapat diperkirakan
besarnya cadangan yang ada (secara volumetric). Dari perhitungan cadangan tersebut
kemudian dapat dinilai segi ekonominya, penilaian inilah yang menjadi dasar dilakukannya
tindakan selanjutnya.
Dalam penentuan batas lateral suatu reservoir, batas minyak – air dapat dipakai sebagai
dasar (dalam bentuk reservoir yang normal / antiklin). Tetapi batas reservoir secara lateral ini
juga ditentukan oleh jenis dan bentuk perangkap, seperti : patahan, pembajian.

3.2.6. Interpretasi Log


Batupasir berisi semacam atau lain macam cairan. Variasi resistivitas ini mengontrol log
resistivitas dari batupasir daripada sifat – sifat lithologi dari batupasirnya sendiri.
Korelasi dengan menggunakan log listrik dilakukan dengan meletakkan satu kurva log
diatas kurva lainnya untuk mencari titik – titik yang diperkirakan mempunyai kesamaan lithologi
berdasarkan bentuk – bentuk kurvanya. Harus diingat bahwa suatu lapisan batuan dapat
bervariasi ketebalannya, sehingga posisi kurva perlu digeser satu sama lain untuk menyamakan
kurva lapisan tipis dengan kurva lapisan tebal. Saat prosedur diatas dilakukan berkali –
kali, kadang – kadang ditemukan adanya kesenjangan (gap) lapisan, yang dapat
ditafsirkan sebagai terdapatnya patahan, pembajian atau lainnya. Hasil yang diperoleh dari
operasi korelasi berupa hubungan lateral lapisan – lapisan yang terlihat setelah penampang
vertikal dikonstruksikan. Hubungan lateral tersebut berupa : Variasi ketebalan.
Suatu lapisan atau zona lapisan yang dibatasi oleh dua bidang lapisan atau dua garis
korelasi dapat diperlihatkan variasi ketebalan. Disebabkan karena adanya perbedaan kecepatan
pengendapan sedimen dan penurunan cekungan pengendapan. Pada umumnya terdapat
keseragaman variasi ketebalan lapisan ke satu arah. Penipisan yang tiba – tiba pada suatu sumur,
tetapi kemudian menebal lagi pada sumur berikutnya, mungkin menandakan adanya patahan.
Pembajian lapisan.
Pembajian adalah hilangnya lapisan batuan yang mungkin disebabkan perubahan facies
sedimentasi. Pembajian lapisan diperlihatkan oleh batas atas dan bawah lapisan yang makin
sempit kemudian berimpit dan menghilang. Pembajian biasa berkaitan dengan ketidakselarasan,
terutama dalam bentuk overlap.Dalam praktek, bidang permukaan lapisan dianggap sebagai
bidang kesamaan waktu, maka perubahan lithofacies ditunjukkan oleh perubahan lithologi
kearah lateral dalam suatu lapisan. Perubahan lithofacies biasanya terjadi pada batuan yang
shally, yang gejalanya mirip dengan pembajian, sehingga perbedaan antar keduanya sering
kabur. Penyerpihan dapat mengakibatkan terbentuknya perangkap stratigrafi.
Gambar 3.10

Contoh Korelasi Dengan Log Listrik 9)

Diposkan 15th November 2011 oleh Gede siddiarta

0
Tambahkan komentar
Memuat
Gede Siddiarta. Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai