Anda di halaman 1dari 17

JAN

10

pendekatan problem solving

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa
dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
(Problem Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan
matematika untuk memecahkannya. Hal ini didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang
digagas oleh National Council of Teacher of Mathematics di Amerika pada tahun 1989 yang
mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, dimana pemecahan masalah
dan penalaran menjadi tujuan utama dalam program pembelajaran matematika di sekolah dasar. Perubahan
paradigma pembelajaran matematika ini kemudian diadaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai
dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006. Mata pelajaran matematika diantaranya bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep, penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan
gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (BSNP, 2006).
Dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar tersebut, nampak bahwa pemecahan masalah
menjadi fokus penting dalam pembelajaran matamatika sehingga secara jelas terdapat pada kurikulum mata
pelajaran matematika mulai jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dalam setiap standar kompetensi,
ada salah satu kompetensi dasar yang mengarahkan siswa untuk mampu menggunakan konsep-konsep
matematika dalam menyelesaikan masalah.
Pelaksanaan pembelajaran masalah di sekolah dasar tidaklah semudah yang diperkirakan. Ada banyak
faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran pemecahan masalah secara optimal, tidak hanya faktor
guru saja, tetapi faktor tuntunan kurikulum yang membuat guru terdesak dengan waktu terbatas sehingga tidak
fokus terhadap kemampuan pemecahan masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pendekatan problem solving dalam matematika?
2. Bagaimana karakteristik problem solving?
3. Apakah tujuan dan pentingnya pembelajaran problem solving?
4. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran problem solving?
5. Apakah kelebihan dan kekurangan dari problem solving?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian pendekatan problem solving dalam matematika
2. Untuk mengetahui karakteristik problem solving
3. Untuk memahami tujuan dan pentingnya pembelajaran problem solving
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran problem solving
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan problem solving
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DALAM MATEMATIKA
Pendekatan Problem Solving Pendekatan problem solving adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran (Setiawan, 2008). Menurut
Abdurrahman (2003: 257), “Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk
berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi matematika”.
Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki
pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem solving dalam matematika memiliki kekhasan
tersendiri. Pengertian pemecahan masalah menurut Posamentier (1999: 98) adalah suatu proses
mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru
dan tidak dikenal. Belajar memecahkan masalah merupakan alasan utama mempelajari
matematika. Menyelesaikan soal cerita (word problem) adalah salah satu bentuk proses
pemecahan masalah, akan tetapi siswa juga harus dihadapkan dengan masalah yang bukan berupa
soal cerita (nontext problem). Robert Waley (dalam Purba) mendefinisikan pemecahan masalah
sebagai suatu kegiatan kompleks dan tingkat tinggi dari kegiatan mental seseorang.
Branca, N. A dalam Krulik, S. & Reys, R. E., 1980:3-6) menginterpretasikan
istilah problem solving kedalam 3 hal berbeda dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) problem
solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process), dan
(3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill);
a. Problem solving sebagai tujuan
Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan
matematika seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran
matematika. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia
tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi
matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana
menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar
matematika.
b. Problem solving sebagai proses
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam
aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan
yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu
diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan
yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.
c. Problem solving sebagai keterampilan dasar
Problem solving sebagai keterampilan dasar (basic skill). Pengertian problem solving sebagai
keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu problem solving? Ada
banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan
antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan
“matematika”, dan lainnya. Satu lagi yang baik secara implisit maupun eksplisit sering
diungkapkan adalah keterampilan problem solving. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap hari kita
manusia selalu berhadapan dengan masalah, disadari atau tidak. disadari atau tidak. Karena itu
pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan
problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit.
B. KARAKTERISTIK PROBLEM SOLVING
Walaupun secara umum para pendidik hanya terfokus pada materi matematika ketika
menyinggung pembelajaran pemecahan masalah, namun sesungguhnya ada dua dimensi atau dua
“materi” yaitu: (1) pembelajaran matematika melalui model atau strategi pemecahan masalah, dan
(2) pembelajaran strategi pemecahan masalah itu sendiri. Yang pertama “pemecahan masalah”
sebagai strategi atau model atau pendekatan pembelajaran, sedang yang kedua “pemecahan
masalah” sebagai materi pembelajaran. Menurut hemat penulis kedua dimensi ini sama-sama
penting, karena “materi” yang pertama terkait dengan pentingnya problem solving secara
“fungsional”, sedang materi kedua terkait dengan pentingnya problem solving sebagai “logikal”
dan “aestetikal”.
Barangkali yang dapat dilakukan kita adalah menerapkan pembelajaran dengan model
pemecahan masalah sambil mengarahkan siswa untuk memahami dan memiliki keterampilan
pemecahan masalah. Mengenai model atau pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach), maka berikut ini karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah (dalam Taplin,
2000).
- Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
- Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.
- Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi,
menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
- Guru menerima jawaban yang tidak bukan untuk mengevaluasi.
- Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan
berbagi dalam proses pemecahan masalah.
- Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur .
- Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk
melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah prosessentral dalam matematika.
C. TUJUAN DAN PENTINGNYA PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang guru matematika adalah mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa dalam menyelesaikanmasalah. Mengapa
hal ini menjadi penting? Alasan pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah, orang
tua, dan setiap orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau tidak.
Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat
menyelesaikan Problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit.
Dalam pembelajaran matematika ini aspek pemecahan masalah menjadi semakin penting.
Mengapa? Ini dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola,
artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat
matematika ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan dasar dalam
pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal balik maka
dengan mempelajari matematika, siswa terasah kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini
dikarenakan strategi dalam pemecahan masalah matematika bersifat “universal” sesuai sifat
matematika sebagai bahasa yang universal (artifisial, simbolik).
Selain itu, McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:6) menyatakan “The thinking and skills required
formathematical Problem Solving transfer to other areas of life”.Secara sistematis, Taplin
menegaskan pentingnya Problem Solving melalui tiga nilai yaitu fungsional, logikal, dan
aestetikal. Secara fungsional,Problem Solving penting karena melalui Problem Solving maka
nilai matematika sebagai disiplin ilmu yang esensial dapat dikembangkan. demikian ditegaskan
Taplin (2007). Dengan fokus pada Problem Solving maka matematika sebagai alat dalam
memecahkan masalah dapat diadaptasi pada berbagai konteks dan masalah sehari-hari.
Selain sebagai “alat” untuk meningkatkan pengetahuan matematika dan membantu memahami
masalah sehari-hari, maka Problem Solving juga merupakan cara berpikir (way of thinking).
Dalam perspektif terakhir ini maka Problem Solving membantu kita meningkatkan kemampuan
penalaran logis. Terakhir,Problem Solving juga memiliki nilai
aestetik. Problem Solving melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses pemecahan masalah.
Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa
sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam
matematika.
Lebih lanjut pentingnya Problem Solving juga dapat dilihat pada perannya dalam
pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8). membagi
peran Problem Solving sebagai konteks menjadi beberapa hal:
 Untuk pembenaran pengajaran matematika.
 Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah
kehidupan nyata.
 Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam
matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
 Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin.
 Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin
ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini).
D. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM
PEMBELAJARAN
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu ;
Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan
1) Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalahsecara
jelas
2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci
menganalisa masalah dari berbagai sudut
3) Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab – akibat dan alternativepenyelesaian

4) Mengumpulkan Kecakapan mencari dan menyusun data


danmengelompokkan data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar
sebagai bahan pembuktian dan tabel
hipotesis
5) Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung – hubungkan dan
menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan
6) Menentukan pilihan Kecakapan membuat altenatif
penyelesaian penyelesaiankecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi pada
setiap pilihan

Langkah-langkah pendekatan problem solving dalama pembelajaran matematika, menurut


Polya (dalam Tim MKPBM, 2001: 91), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah,
yaitu :
1. Memahami masalah
Dalam hal ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan untuk memecahkan suatu masalah. Jika ada hal-hal penting hendaknya di catat di
dalam buku untuk mengantisipasi jikalau suatu saat lupa.
2. Merencanakan masalah
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki pengalaman
menerapkan berbagai macam setrategi atau metode pemecahan masalah. Strategi yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah matematika cukup banyak dan bervariasi seperti diantaranya
: membuat gambar atau diagram, menentukan pola, melakukan eksperimen, coba-coba,
menyederhanakan masalah dll.
3. Menyelesaikan masalah
Seuai rencana langkah ke-dua proses inti dari pemecahan masalah adalah melaksanakan rencana
pemecahan yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa perlu:
1). Mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masing-masing langkah sudah benar.
2). Memeriksa kembali hasil yang diperoleh setelah mendapatkan jawaban dari suatu masalah,
pengecekan atau melihat kemalai jawaban adalah sesuatu yang sanagta penting. Apakah
penyelesaiannya sudah benar? Apakah suda lengkap? Apakah sudah sesuai denga langkah-langkah
yang seharusnya.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu:
a. Metode ini lebih membuat pembelajaran disekolah lebih relevan dengan kehidupan
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalh dapat membiasakn para siswa
menghadapi memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam
kehidupan dalam keluarga bermasyarakat, dan bekerja kelak suatu kemampuan yang sngat
bemakna didalam kehidupan mausia.
c. Metode ini menerangkankemampuan berpikir siswa secara kreatip dan mnyeluruh, karena dalm
proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahn dri berbagai
segi dalam rangka mencari pemecahan.
Kekurangan metode problem solping
a. Menentukan suatu maslah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat bepikir siswa tingkat
sekolah dan kelasnya serta pengalamnan yang telah dimiliki siswa sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Proses belajar mengajar denga menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup
banyak dan sering mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berikir dan memecahkan macam-melompok, yang kadang-kadang
memerlukan berbagai suber belajar, merupaka permasalahan sendiri bagi siswa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan Problem Solving Pendekatan problem solving adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Branca, N. A dalam Krulik, S. &
Reys, R. E., 1980:3-6) menginterpretasikan istilah problem solvingkedalam 3 hal berbeda dalam
pembelajaran matematika, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2)problem
solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a
basic skill);
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu ; 1) Merumuskan masalah, 2) Menelaah
masalah, 3) Merumuskan hipotesis, 4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis,5) Pembuktian hipotesis, 6) Menentukan pilihan penyelesaian.
Pendekatan problem solving memiliki karakteristik tersendiri, dalam pembelajaran matematika
problem solving memiliki peran penting, namun dalam problem solving terdapat kelebihan dan
kelemahannya.

B. SARAN
Sebagai pendidikan ataupun calon pendidik haruslah memperhatikan berbagai pendekatan
dalam pembelajaran guna menciptakan suasana pembelajaran yang lebih konusif sehingga peserta
didik dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka serta tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara maksimal.
Guru sebagai pihak yang paling berperan dalam pembelajaran, perlu
mengusai tidak hanya pemecahan masalah secara konseptual tetapi juga secara praktiknya.
Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini membutuhkan kemampuan guru baik dalam
merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran pemecahan masalah. Berbagai masalah
yang muncul dapat disebabkan oleh persepsi guru yang belum benar tentang pemecahan masalah
dan pembelajarannya sehingga berimplikasi terhadap pembelajarannya. Sebab lain dapat didorong
oleh beban pembelajaran yang padat berdasarkan kurikulum sehingga tidap punya waktu banyak
untuk melaksanakan aktivitas pemecahan masalah. Padahal aktivitas pemecahan masalah
membutuhkan waktu yang lebih banyak apalagi dalam model pembelajaran kelompok.
Ketersediaan media dan alat peraga sangat menunjang bagi pembelajaran pemecahan masalah
untuk menjembatani kemampuan pemecahan masalah sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi
dengan kemampuan berpikir siswa sekolah dasar yang masih konkrit.

DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, nana.2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Megajar. Bandung : Algensindo
Djamarah, syaiful bahri. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Pupu Fathurrahman & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umaum dan Konsep Islami). Bandung:
Refika Aditama.
Taplin, Margaret. 2007. Mathematics Through Problem solving.
Dalam http://www.mathgoodies.com/articles/diakses Oktober 2014.
http://www.slideshare.net/ummirachmawati7/pendekatan-problem-solving diakses Oktober 2014

Diposting 10th January 2015 oleh Unknown

0
Tambahkan komentar

pendekatan problem solving

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis
1.
NOV

12

analisis kurikulum

Analisis Tentang Pembuatan Kurikulum dan Pelaksannya di Indonesia


Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima pembaharuan. Banyak
orang ingin perubahan, namun mereka juga takut akan perubahan, terutama jika datang dengan
cepat atau jika mereka merasakan hanya mempunyai sedikit kendali atau pengaruh atas
perubahan tersebut. Dunia guru tidak mempunyai daya penerima untuk berubah. Manusia itu
pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru termasuk golongan itu juga. Guru-guru
lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang
demikianlah yang paling mudah dilakukan.
Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak
semua orang suka bekerja lebih banyak daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya,
bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk mengadakan perubahan
karena peraturan-peraturan dan wewenang untuk mengadakan perubahan karena peraturan-
peraturan administratif. Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan. Guru mempunyai
tanggung jawab utama adalah untuk mengajar sesuai dengan kurikulum, tetapi guru, jika mereka
ingin mempunyai sesuatu pengaruh dalam implementasinya dan pengembangan kurikulum harus
mempunyai suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum dan bagaimana suatu
kurikulum diciptakan.
Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang mencetuskannya.
Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaharuan yang telah dimulainya itu.dalam
pembaharuan kurikulum ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada
menerapkannya dalam praktek. Dan sekalipun dilaksanakan sebagai percobaan, masih banyak
mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab itu haruslah melibatkan banyak
orang dan mungkin memerluka perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem
pendidikan.
Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan biaya yang lebih
banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu dapat dipenuhi. Tanpa
dukungan keuangan cukup, usaha untuk mendapatkan program yang efektif akan gagal. Uang
diperlukan untuk menyediakan dukungan manusia untuk implementasi sebuah usaha. Tak jarang
pula pembaharuan ditentang oleh mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim
dilakukan atau yang kurang percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya.
Pembaharuan kurikulum mode yang timbul untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.
Tak dapat dipungkiri, pendidikan yang baik adalah investasi yang tak ternilai untuk
kemajuan bangsa. Maka, untuk menstandarkan materi-materi pendidikan yang diberikan dalam
sekolah, disusunlah kurikulum oleh pemerintah sebagai pedoman sistematis yang wajib
dilaksanakan bagi institusi-institusi pendidikan di Indonesia dalam materi pelajaran. Dengan
begitu, banyak poin penting yang diatur oleh kurikulum, penyusunan kurikulum yang tepat
sangatlah krusial untuk meningkatkan kualits pendidikan di Indonesia. Keberhasilan pelaksanaan
Kurikulum di sekolah tidak terlepas dari beberapa sumber daya pendukung diantaranya :
manajemen sekolah, pemamfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
strategi dan model-model pembelajaran, kinerja guru, panduan pelaksanaan kurikulum, dan
monitoring pelaksanaan kurikulum atau pembelajaran.
Namun, di saat zaman reformasi ini, kurikulum yang dikeluarkan pemerintah senantiasa
berubah secepat seseorang bosan dengan mainannya. Bahkan, dapat terlihat bahwa setiap kali
berganti menteri pendidikan maka hampir dapat dipastikan kurikulum juga akan diubah. Kalau
diistilahkan yaitu “ganti menteri ganti kurikulum”. Mungkin hanya ada sedikit perubahan
didalamnya, namun dengan adanya menteri baru inginnya melakukan perubahan, sayang sekali
yang diubah hanya nama, tidak lebih dari sekedar formalitas. Apakah sering berganti-ganti
kurikulum itu baik? Tergantung.
Sebetulnya apabila kurikulum baru memang lebihh efektif dan cocok dengan realita
dilapangan, maka itu baik. Tapi, apabila kurikulum tidak efektif dan sulit untuk direalisasikan
dengan sempurna, maka yang terjadi adalah kebingungan dan miskonsepsi (kesalah pahaman).
Bila hal itu terjadi, maka yang paling menjadi korban adalah siswa.
Hal ini sangat ironi dalam dunia pendidikan Indonesia, jika hal ini diteruskan maka
lambat laun banyak penyelenggaraan non pemerinatah yang bersaing dengan sekolah naungan
pemerintahatau negeri. Kadang kala kita jumpai bahwa kurikulum yang diberikan sekolah swasta
cenderung lebih baik ketimbang dari kurikulum pemerintah. Keplin-planan pemerintah
menggonta ganti kurikulum pndidikan sebenarnya tidak masalah, yang dipermasalahkan hanya
kualitas kurikulum tersebut apakah mampu menigkatkan kualitas pembelajaran ataukah hanya
akan membuat kebingungan para siswa karena selalu berubah setiap tahunnya. Harapan kita
semoga pemerintah lebih jeli lagi dalam mengganti kurikulum yang sesuai dengan kondisi riil
masyarakat, jadi tidak ada anggapan lagi “ganti menteri ganti kurikulum”.
Nuansa reformasi kurikulum harus mampu memakai otonomi pendidikan yang
sebenarnya. pendidikan setengah hati akan membingungkan setengah hati akan membingungkan
para pelaku pendidikan. Persoalan yang sering ditemui di lapangan jangankan menyusun
kurikulum di lapangan menjalankan kurikulum yang sudah ada sulitnya bukan main. Tidak dapat
disangkal bahwa implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga
faktor yaitu : orang-orang, program, dan proses. Tiga factor tidak dapat dipisahkan. Seorang
pemimpin boleh menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada pemimpin yang mahir
yang akan mengabaikan tiap faktor sama sekali semuanya.
Satu alasan mengapa proyek kurikulum gagal adalah hanya memusatkan energi mereka
pada mengubah program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para guru dan minimal
pada organisasi sekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk mengisi
suksesnya penyempurnaan kurikulum ini. Langkah perbaikan itu ibarat pepatah, tiada rotan
akarpun jadi, maka pemerintah sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan konsep dengan
melibatkan pelbagai unsur dan melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum kebijkan
tersebut bergulir.
Diposting 12th November 2015 oleh Unknown

0
Tambahkan komentar
2.
JAN

10

pendekatan problem solving

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa
dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
(Problem Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan
matematika untuk memecahkannya. Hal ini didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang
digagas oleh National Council of Teacher of Mathematics di Amerika pada tahun 1989 yang
mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, dimana pemecahan masalah
dan penalaran menjadi tujuan utama dalam program pembelajaran matematika di sekolah dasar. Perubahan
paradigma pembelajaran matematika ini kemudian diadaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai
dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006. Mata pelajaran matematika diantaranya bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep, penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan
gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (BSNP, 2006).
Dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar tersebut, nampak bahwa pemecahan masalah
menjadi fokus penting dalam pembelajaran matamatika sehingga secara jelas terdapat pada kurikulum mata
pelajaran matematika mulai jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dalam setiap standar kompetensi,
ada salah satu kompetensi dasar yang mengarahkan siswa untuk mampu menggunakan konsep-konsep
matematika dalam menyelesaikan masalah.
Pelaksanaan pembelajaran masalah di sekolah dasar tidaklah semudah yang diperkirakan. Ada banyak
faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran pemecahan masalah secara optimal, tidak hanya faktor
guru saja, tetapi faktor tuntunan kurikulum yang membuat guru terdesak dengan waktu terbatas sehingga tidak
fokus terhadap kemampuan pemecahan masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pendekatan problem solving dalam matematika?
2. Bagaimana karakteristik problem solving?
3. Apakah tujuan dan pentingnya pembelajaran problem solving?
4. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran problem solving?
5. Apakah kelebihan dan kekurangan dari problem solving?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian pendekatan problem solving dalam matematika
2. Untuk mengetahui karakteristik problem solving
3. Untuk memahami tujuan dan pentingnya pembelajaran problem solving
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran problem solving
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan problem solving
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DALAM MATEMATIKA
Pendekatan Problem Solving Pendekatan problem solving adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran (Setiawan, 2008). Menurut
Abdurrahman (2003: 257), “Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk
berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi matematika”.
Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki
pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem solving dalam matematika memiliki kekhasan
tersendiri. Pengertian pemecahan masalah menurut Posamentier (1999: 98) adalah suatu proses
mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru
dan tidak dikenal. Belajar memecahkan masalah merupakan alasan utama mempelajari
matematika. Menyelesaikan soal cerita (word problem) adalah salah satu bentuk proses
pemecahan masalah, akan tetapi siswa juga harus dihadapkan dengan masalah yang bukan berupa
soal cerita (nontext problem). Robert Waley (dalam Purba) mendefinisikan pemecahan masalah
sebagai suatu kegiatan kompleks dan tingkat tinggi dari kegiatan mental seseorang.
Branca, N. A dalam Krulik, S. & Reys, R. E., 1980:3-6) menginterpretasikan
istilah problem solving kedalam 3 hal berbeda dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) problem
solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process), dan
(3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill);
a. Problem solving sebagai tujuan
Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan
matematika seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran
matematika. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia
tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi
matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana
menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar
matematika.
b. Problem solving sebagai proses
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam
aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan
yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu
diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan
yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.
c. Problem solving sebagai keterampilan dasar
Problem solving sebagai keterampilan dasar (basic skill). Pengertian problem solving sebagai
keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu problem solving? Ada
banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan
antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan
“matematika”, dan lainnya. Satu lagi yang baik secara implisit maupun eksplisit sering
diungkapkan adalah keterampilan problem solving. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap hari kita
manusia selalu berhadapan dengan masalah, disadari atau tidak. disadari atau tidak. Karena itu
pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan
problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit.
B. KARAKTERISTIK PROBLEM SOLVING
Walaupun secara umum para pendidik hanya terfokus pada materi matematika ketika
menyinggung pembelajaran pemecahan masalah, namun sesungguhnya ada dua dimensi atau dua
“materi” yaitu: (1) pembelajaran matematika melalui model atau strategi pemecahan masalah, dan
(2) pembelajaran strategi pemecahan masalah itu sendiri. Yang pertama “pemecahan masalah”
sebagai strategi atau model atau pendekatan pembelajaran, sedang yang kedua “pemecahan
masalah” sebagai materi pembelajaran. Menurut hemat penulis kedua dimensi ini sama-sama
penting, karena “materi” yang pertama terkait dengan pentingnya problem solving secara
“fungsional”, sedang materi kedua terkait dengan pentingnya problem solving sebagai “logikal”
dan “aestetikal”.
Barangkali yang dapat dilakukan kita adalah menerapkan pembelajaran dengan model
pemecahan masalah sambil mengarahkan siswa untuk memahami dan memiliki keterampilan
pemecahan masalah. Mengenai model atau pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach), maka berikut ini karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah (dalam Taplin,
2000).
- Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
- Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.
- Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi,
menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
- Guru menerima jawaban yang tidak bukan untuk mengevaluasi.
- Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan
berbagi dalam proses pemecahan masalah.
- Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur .
- Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk
melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah prosessentral dalam matematika.
C. TUJUAN DAN PENTINGNYA PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang guru matematika adalah mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa dalam menyelesaikanmasalah. Mengapa
hal ini menjadi penting? Alasan pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah, orang
tua, dan setiap orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau tidak.
Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat
menyelesaikan Problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit.
Dalam pembelajaran matematika ini aspek pemecahan masalah menjadi semakin penting.
Mengapa? Ini dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola,
artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat
matematika ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan dasar dalam
pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal balik maka
dengan mempelajari matematika, siswa terasah kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini
dikarenakan strategi dalam pemecahan masalah matematika bersifat “universal” sesuai sifat
matematika sebagai bahasa yang universal (artifisial, simbolik).
Selain itu, McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:6) menyatakan “The thinking and skills required
formathematical Problem Solving transfer to other areas of life”.Secara sistematis, Taplin
menegaskan pentingnya Problem Solving melalui tiga nilai yaitu fungsional, logikal, dan
aestetikal. Secara fungsional,Problem Solving penting karena melalui Problem Solving maka
nilai matematika sebagai disiplin ilmu yang esensial dapat dikembangkan. demikian ditegaskan
Taplin (2007). Dengan fokus pada Problem Solving maka matematika sebagai alat dalam
memecahkan masalah dapat diadaptasi pada berbagai konteks dan masalah sehari-hari.
Selain sebagai “alat” untuk meningkatkan pengetahuan matematika dan membantu memahami
masalah sehari-hari, maka Problem Solving juga merupakan cara berpikir (way of thinking).
Dalam perspektif terakhir ini maka Problem Solving membantu kita meningkatkan kemampuan
penalaran logis. Terakhir,Problem Solving juga memiliki nilai
aestetik. Problem Solving melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses pemecahan masalah.
Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa
sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam
matematika.
Lebih lanjut pentingnya Problem Solving juga dapat dilihat pada perannya dalam
pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8). membagi
peran Problem Solving sebagai konteks menjadi beberapa hal:
 Untuk pembenaran pengajaran matematika.
 Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah
kehidupan nyata.
 Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam
matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
 Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin.
 Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin
ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini).
D. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM
PEMBELAJARAN
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu ;
Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan
1) Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalahsecara
jelas
2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci
menganalisa masalah dari berbagai sudut
3) Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab – akibat dan alternativepenyelesaian
4) Mengumpulkan Kecakapan mencari dan menyusun data
danmengelompokkan data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar
sebagai bahan pembuktian dan tabel
hipotesis
5) Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung – hubungkan dan
menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan
6) Menentukan pilihan Kecakapan membuat altenatif
penyelesaian penyelesaiankecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi pada
setiap pilihan

Langkah-langkah pendekatan problem solving dalama pembelajaran matematika, menurut


Polya (dalam Tim MKPBM, 2001: 91), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah,
yaitu :
1. Memahami masalah
Dalam hal ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan untuk memecahkan suatu masalah. Jika ada hal-hal penting hendaknya di catat di
dalam buku untuk mengantisipasi jikalau suatu saat lupa.
2. Merencanakan masalah
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki pengalaman
menerapkan berbagai macam setrategi atau metode pemecahan masalah. Strategi yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah matematika cukup banyak dan bervariasi seperti diantaranya
: membuat gambar atau diagram, menentukan pola, melakukan eksperimen, coba-coba,
menyederhanakan masalah dll.
3. Menyelesaikan masalah
Seuai rencana langkah ke-dua proses inti dari pemecahan masalah adalah melaksanakan rencana
pemecahan yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa perlu:
1). Mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masing-masing langkah sudah benar.
2). Memeriksa kembali hasil yang diperoleh setelah mendapatkan jawaban dari suatu masalah,
pengecekan atau melihat kemalai jawaban adalah sesuatu yang sanagta penting. Apakah
penyelesaiannya sudah benar? Apakah suda lengkap? Apakah sudah sesuai denga langkah-langkah
yang seharusnya.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu:
a. Metode ini lebih membuat pembelajaran disekolah lebih relevan dengan kehidupan
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalh dapat membiasakn para siswa
menghadapi memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam
kehidupan dalam keluarga bermasyarakat, dan bekerja kelak suatu kemampuan yang sngat
bemakna didalam kehidupan mausia.
c. Metode ini menerangkankemampuan berpikir siswa secara kreatip dan mnyeluruh, karena dalm
proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahn dri berbagai
segi dalam rangka mencari pemecahan.
Kekurangan metode problem solping
a. Menentukan suatu maslah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat bepikir siswa tingkat
sekolah dan kelasnya serta pengalamnan yang telah dimiliki siswa sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Proses belajar mengajar denga menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup
banyak dan sering mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berikir dan memecahkan macam-melompok, yang kadang-kadang
memerlukan berbagai suber belajar, merupaka permasalahan sendiri bagi siswa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan Problem Solving Pendekatan problem solving adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Branca, N. A dalam Krulik, S. &
Reys, R. E., 1980:3-6) menginterpretasikan istilah problem solvingkedalam 3 hal berbeda dalam
pembelajaran matematika, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2)problem
solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a
basic skill);
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu ; 1) Merumuskan masalah, 2) Menelaah
masalah, 3) Merumuskan hipotesis, 4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis,5) Pembuktian hipotesis, 6) Menentukan pilihan penyelesaian.
Pendekatan problem solving memiliki karakteristik tersendiri, dalam pembelajaran matematika
problem solving memiliki peran penting, namun dalam problem solving terdapat kelebihan dan
kelemahannya.

B. SARAN
Sebagai pendidikan ataupun calon pendidik haruslah memperhatikan berbagai pendekatan
dalam pembelajaran guna menciptakan suasana pembelajaran yang lebih konusif sehingga peserta
didik dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka serta tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara maksimal.
Guru sebagai pihak yang paling berperan dalam pembelajaran, perlu
mengusai tidak hanya pemecahan masalah secara konseptual tetapi juga secara praktiknya.
Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini membutuhkan kemampuan guru baik dalam
merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran pemecahan masalah. Berbagai masalah
yang muncul dapat disebabkan oleh persepsi guru yang belum benar tentang pemecahan masalah
dan pembelajarannya sehingga berimplikasi terhadap pembelajarannya. Sebab lain dapat didorong
oleh beban pembelajaran yang padat berdasarkan kurikulum sehingga tidap punya waktu banyak
untuk melaksanakan aktivitas pemecahan masalah. Padahal aktivitas pemecahan masalah
membutuhkan waktu yang lebih banyak apalagi dalam model pembelajaran kelompok.
Ketersediaan media dan alat peraga sangat menunjang bagi pembelajaran pemecahan masalah
untuk menjembatani kemampuan pemecahan masalah sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi
dengan kemampuan berpikir siswa sekolah dasar yang masih konkrit.

DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, nana.2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Megajar. Bandung : Algensindo
Djamarah, syaiful bahri. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Pupu Fathurrahman & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umaum dan Konsep Islami). Bandung:
Refika Aditama.
Taplin, Margaret. 2007. Mathematics Through Problem solving.
Dalam http://www.mathgoodies.com/articles/diakses Oktober 2014.
http://www.slideshare.net/ummirachmawati7/pendekatan-problem-solving diakses Oktober 2014

Diposting 10th January 2015 oleh Unknown

0
Tambahkan komentar


Memuat

Anda mungkin juga menyukai