Anda di halaman 1dari 25

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kualitas Pelayanan Pajak

1. Definisi Pajak, Unsur, Fungsi, dan Jenis Pajak.

a. Definisi Pajak

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan

akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.

Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari

pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum,

bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber

dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena

dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Berikut beberapa pengertian pajak:

1. Menurut Mardiasmo (2009:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal

balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

kepentingan umum.

2. Berdasarkan Undang-undang No.28 tahun 2007 pasal 1 menyebutkan

bahwa, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutan oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

6
UNIVERSITAS MEDAN AREA
7

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

b. Unsur Pajak

Unsur-unsur yang melekat pada pengertian pajak menurut waluyo

(2007:3) adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan

pelaksanaan yang sifatnya dapat dipaksakan. Berarti setiap orang

memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut

hanya berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat

subjektif dan syarat objektif. Yaitu warga negara yang memiliki

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp 2.050.000 per

bulan. Jika anda adalah karyawan atau pegawai, baik karyawan

swasta maupun pegawai pemerintah dengan total penghasilan lebih

dari Rp 2.000.000,00 juta maka wajib membayar pajak. Dalam

pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

2. Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara. Jika seseorang

sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib

untuk membayar pajak.

3. Warga negara tidak mendapat imbalan langsung. Pajak berbeda

dengan retribusi. Contoh retribusi ketika mendapat manfaat parkir,

maka harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir namun

pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana

UNIVERSITAS MEDAN AREA


8

pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika membayar pajak

dalam jumlah tertentu anda tidak langsung menerima manfaat

pajak yang dibayar, yang akan anda dapatkan berupa perbaikan

jalan raya di daerah anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,

beasiswa pendidikan bagi anak anda dan lain-lainnya.

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat mau pun

pemerintah daerah.

5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

dipergunakanuntuk membiayai public investment.

6. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu

mengatur.

c. Fungsi Pajak

Menurut siti kurnia rahayu (2010:25) beberapa fungsi pajak sebagai

berikut:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter).

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara

mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk

membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya.

2. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan

antara pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan

masyarakat.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


9

3. Fungsi Stabilisasi

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan

perekonomian, seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan

pajak yang tinggi sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah

menurunkan pajak sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah

dan deflasi dapat di atasi.

4. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur

kebijakan negara dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi

mengatur tersebut antara lain:

a. Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

b. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan

ekspor, seperti pajak ekspor barang.

c. Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap

barang produksi dari dalam negeri, contohnya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

d. Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang

membantu perekonomian agar semakin produktif.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum

dijumpai di berbagai negara.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


10

d. Jenis Pajak

Beberapa jenis pajk menurut Kartika candra kusuma (2016 : 15)


a. Menurut golongannya pajak menjadi dua jenis yaitu:

1. Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak yang harus dipikul sendiri olehwajib pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkankepada orang lain. Contoh:

Pajak Penghasilan.

2. Pajak tidak langsung (Indirect Tax)

Pajak yang pada akhirnya dapatdibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut sifatnya pajak menjadi dua jenis yaitu:

1. Pajak subjektif

Pajak yang berdasarkanpada subjeknya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri wajibpajak.Contoh: Pajak Penghasilan

Orang Pribadi.

2. Pajak objektif

Pajak yang berpangkal pada objeknya,tanpa memperhatikan

keadaan diri wajib pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atasBarang Mewah.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya pajak menjadi dua jenis yaitu:

1. Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusatdan digunakan

untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas

UNIVERSITAS MEDAN AREA


11

Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan(sektor perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan), dan Bea Materai.

2. Pajak daerah

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas:

a. Pajak propinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

b. Pajak kabupaten/kota, contoh: pajak bumi dan bangunan

pedesaan dan perkotaan, pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.

2. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut wulyo (2007:17) sistem pemungutan pajak, terdiri dari:

a. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang

harusdilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan

olehfiskus (dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif).

b. Self Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus

kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib

pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kepada

UNIVERSITAS MEDAN AREA


12

Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus hanya bertugas

memberikan penerangan dan pengawasan.

c. With Holding System

Suatu cara pemungutan pajak dimana penghitungan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

3. Langkah-langkah Strategis Penerimaan Pajak

Langkah strategis dibidang kebijakan yang terdiri dari penyusunan

Rencana Peraturan Kementrian Keuangan (RPMK) tentang harga batubara

acuan, penyusunan RPMK tentang PPH final saham sendiri dan

penyusunan RPMK tentang transfer pricing.

a. Langkah strategis di bidang kepatuhan (compliance), yakni

pemanfaatan data hasil olahan teknologi informasi untuk

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP) berbasis sektoral,

peningkatan different effect (efekjera) dengan melakukan kegiatan

penegakan hukum perpajakan bersama aparat penegak hukum dan

melaksanakan ekstensifikasi pro aktif melalui kegiatan Sensus Pajak

Nasional (SPN) dan optimalisasi pemanfaatan hasil SPN tahun 2011-

2012.

b. Langkah strategis di bidang kegiatan pendukung (supporting)

diantaranya dengan penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) secara

bertahap dengan pengalokasian SDM yang lebih tepat, pengembangan

kapasitas SDM terutama untuk para Account Representative (AR) dan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


13

pemeriksaan pajak dan penyiapan kelengkapan operasional dan sarana

prasarana untuk mendukung kebijakan di bidang perpajakan.

4. Definisi Kualitas Pelayanan Pajak

Kualitas pelayanan adalah cara membantu, mengurus, dan menyiapkan

segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah

wajib pajak.

Beberapa pengertian kualitas pelayanan pajak sebagai berikut:

a. Menurut Boediono (2003:60), kualitas pelayanan pajak adalah suatu

proses bantuan kepada wajib pajak dengan cara-cara tertentu yang

memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya

kepuasan dan keberhasilan.

b. Menurut Debby Farihun Najib(2013:44), kualitas pelayanan pajak (tax

service) untuk memberikankenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi

wajib pajak di dalampemenuhan kewajiban dan haknya di dalam

bidang perpajakan.

c. Menurut I Gede Putu Pranadata (2014:28), kualitas pelayanan pajak

merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib pajak dalam

memenuhi kewajibanperpajakannya dan diharapkan petugas pelayanan

pajak harus memilikikompetensi yang baik terkait segala hal yang

berhubungan denganperpajakan di Indonesia.

d. Menurut Prasuraman Sapriadi (2013:89), kualitas pelayanan pajak

dapat diartikan sebagai pembandingan antara kualitas pelayanan yang

dirasakan konsumen dengan dengan kualitas pelayanan yang

UNIVERSITAS MEDAN AREA


14

diharapkan konsumen. Jika kualitas yang dirasakan sama atau melebihi

kualitas pelayanan yang diharapkan, maka pelayanan dikatakan

berkualitas dan memuaskan, begitu juga sebaliknya. Pelayanan publik

berkualitas adalah pelayanan yang berorientasi kepada aspirasi

masyarakat, lebih efesien, efektif dan bertanggung jawab.

e. Menurut Sapriadi (2013:74), kualitas pelayanan pajak adalah ukuran

citra yang diakui masyarakat mengenai kualitas pelayanan yang

diberikan, apakah masyarakat puas atau tidak puas. Kualitas jasa atau

pelayanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang

diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan.

5. Indikator Kualitas Pelayanan Pajak

Berikut ini 5 (lima) indikator kualitas pelayanan pajak yaitu:

a. Keandalan (Reliability)

Keandalan merupakan kemampuan untuk memberikan jasa sepertiyang

dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yangdiharapkan

pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu,layanan yang sama

untuk semua orang dan tanpa kesalahan.

b. Ketanggapan (Responsiveness)

Daya tanggap adalah kemampuan untuk membantu danmemberikan

pelayanan yang sebaik mungkin kepada pengguna.Dimensi ini

menekankan pada perhatian, kecepatan, dan ketepatandalam

menghadapi permintaan, pertanyaan, complain dan masalahdari

pengguna layanan. Daya tanggap dikomunikasikan padakonsumen

UNIVERSITAS MEDAN AREA


15

melalui waktu tunggu untuk dilayani, jawaban daripertanyaan yang

mereka ajukan atau perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang

ada, juga meliputi fleksibilitas dankemampuan untuk melayani

kebutuhan pelanggan.

c. Jaminan (Assurance)

Jaminan adalah pengetahuan karyawan dan kesopanan atau

keramahan, kemampuan perusahaan sertakaryawannya untuk

menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepadaperusahaan, yang

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahayarisiko atau keragu-

raguan.

d. Empati (Emphaty)

Empati merupakan perhatian tulus, caring (kepedulian), yangdiberikan

kepada pelanggan yang meliputi kemudahan dalammelakukan

hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, danmemahami

kebutuhan pelanggan. Pelanggan ingin perusahaanmemahami mereka

dan sangat penting bagi perusahaan mereka.

e. Bukti Langsung (Tangible)

Bukti langsung didefinisikan sebagai penampilan fasilitas

fisik,peralatan, personal, dan alat komunikasi. Semua peralatan

tersebutmewakili pelayanan secara fisik atau memberikan image

pelayananyang akan digunakan oleh penguna untuk mengevaluasi

kualitas.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


16

B. Sanksi Perpajakan

1. Definisi Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan cara yang dilakukan fiskus agar para

wajib pajak tidak melakukan kecurangan dalam membayar pajak. Dengan

beratnya sanksi yang diberikan berupa sanksi administrasi dan sanksi

pidana kepada para wajib pajak yang melanggar diharapkan wajib pajak

jera dan memiliki motivasi untuk membayar pajak.

Beberapa pengertian sanksi perpajakan sebagai berikut:

a. Menurut Resmi (2008:71), sanksi perpajakan terjadi karena terdapat

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum

dengan indikasi kebijakan perpajakan dan undang-undang perpajakan.

b. Menurut Arum (2012:213), Sanksi perpajakan adalah suatu tindakan

berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar

peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan rambu-rambu

bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus

dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan

agar peraturan atau Undang-Undang tidak dilanggar.

Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek jera

kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


17

2. Macam-Macam Sanksi Perpajakan

Dalam Undang-Undang Perpajakan terdapat dua macam sanksipajak,

yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana Menurut Achmad Tjahjono

(2000: 109), dalam pelaksanaannya seorang wajib pajak dapat dikenai

sanksi administrasi,sanksi pidana, atau keduanya.

a. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak

memenuhi ketentuan peraturan perpajakan atau melakukan pelanggaran

terhadap aturan perpajakan yang berlaku. Sanksi administrasi berupa

pembayaran kerugian kepada Negara, dapat berupa bunga, denda, atau

kenaikan.

1. Sanksi berupa bunga sebesar 2% per bulan.

2. Sanksi berupa denda administrasi.

3. Sanksi berupa kenaikan 50% dan 100%.

b. Sanksi Pidana

Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan ada tiga

macam sanksi pidana, yaitu denda pidana, kurungan, dan penjara.

1. Denda Pidana

Sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada wajib pajak

ada juga yang diancamkan kepada pejabat atau kepada pihak ketiga

yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana

yang bersifat pelanggaran maupun yang bersifat kejahatan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


18

2. Pidana Kurungan

Pidana kurungan hanya diancam kepada tindak pidana yang

bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib pajak, dan pihak

ketiga. Karena pidana kurungan yang diancamkan kepada si pelanggar

norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda

pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana

sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.

3. Pidana Penjara

Pidana penjara merupakan hukuman perampasan kemerdekaan.

Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana

penjara tidak ada yang ditunjukkan kepada pihak ketiga, adanya

kepada pejabat dan kepada wajib pajak.

3. Indikator Sanksi Perpajakan

Menurut Suryo Wibowo Pusponegoro (2012:36) indikator sanksi

perpajakan sebagai berikut:

a. Sanksi perpajakan yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup

berat. Sanksi perpajakan yang cukup berat digunakan sebagai alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar aturan-aturan perpajakan

atau Undang-Undang yang telah ditetapkan sehingga tercipta

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.

b. Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu sarana

untuk mendidik wajib pajak .Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat

merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak dimaksudkan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


19

agar wajib pajak yang dikenai sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih

mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak sehingga tidak

lagi melakukan kesalahan atau pelanggaran yang sama.

c. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.

Maksud dari sanksi pajak dikenakan kepada pelanggarnya tanpa

toleransi adalah untuk menghukum wajib pajak yang dikenai sanksi

tanpa toleransi atau keringanan sanksi atau hukuman apapun sehingga

mereka akan menjadi jera dan tidak lagi melakukan kesalahan atau

pelanggaran yang sama.

C. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada

perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan bersifat patuh, ketaatan,

tunduk, patuh pada ajaran atau aturan.

Berikut pengertian kepatuhan wajib pajak:

a. Menurut Muliari dan Setiawan (2011:160), Kepatuhan wajib pajak

sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

b. Menurut Sri Rustiyaningsih (2011:90), Kepatuhan perpajakan

diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan

mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


20

c. Menurut Gunadi (2010:137), kepatuhan pajak (tax compliance)

adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban

pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya

pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman,

dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-Undang Perpajakan.

Jadi, kepatuhan pajak adalah kepatuhan seseorang terhadap Undang-

Undang Perpajakan. Tuntutan kepatuhan bagi wajib pajak orang pribadi

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan.

Pasal 12 dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 menjelaskan

keharusan Wajib Pajak membayar pajak sebagai berikut:

“(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terhutang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

dengan tidak menggantungkan pada adamya surat ketetapan pajak.

(2) Jumlah pajak yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan yang

disampaikan Oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terhutang

menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.

kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin

dalam situasi sebagai berikut:

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


21

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:140) kepatuhan wajib pajak dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kepatuhan formal

Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan formal merefleksikan

pemenuhan kewajiban penyetoran dan pelaporan pajak sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan.

b. Kepatuhan Materil

Kepatuhan materil lebih menekankan pada aspek substansinya yaitu

jumlah pembayaran pajak telah sesuai dengan ketentuan. Dalam arti

perhitungan dan penyetoran pajak telah benar.

2. Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak


Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

235/KMK.03/2003 Tanggal 3 Juni 2003 wajib pajak dikatakan patuh

apabila:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

dalam 2 (dua) tahun terakhir.

b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak

lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


22

c. SPT Masa yang terlambat disampaikan tidak lewat dari batas waktu

penyampaian SPT Masa pajak berikutnya.

d. Tidak mempunyai tunggakan pajak yang semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajak. Dan tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan SPT

yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana

dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.

f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar

tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian

sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Laporan audit harus disusun dalam bentuk panjang (long form report)

dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersil dan fiskal.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Sri Rustiyaningsih (2011:225) mengemukakan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, antara lain:

a. Pemahaman terhadap Sistem Self Assessment

Penerapan sistem self assessment dalam perpajakan di Indonesia

dimaksudkan untuk memberikan kepercayaan secara penuh kepada para

wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayarkan tanpa ada campur tangan aparatur

pajak (fiskus). Sistem ini akan berjalan efektif apabila wajib pajak

UNIVERSITAS MEDAN AREA


23

memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan kedisiplinan dalam

menjalankan/melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku.

Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan adalah hasil

pemikiran mengenai peraturan perpajakan sehingga membuat wajib pajak

yang pada awalnya tidak memahami peraturan perpajakan, menjadi

memahami peraturan perpajakan. Dengan pemahaman tersebut

diharapkan wajib pajak dapat menerapkan apa yang telah dipahami.

b. Kualitas Pelayanan

Adanya instansi pajak, sumber daya aparat pajak, dan prosedur

perpajakan yang baik merupakan indikator tercapainya administrasi

pelayanan pajak yang baik. Dengan kondisi demikian maka usaha untuk

memberikan pelayanan bagi wajib pajak akan berjalan dengan lebih baik,

lebih cepat, dan lebih menyenangkan bagi wajib pajak untuk membayar

pajak.

Dengan kualitas pelayanan pajak yang baik, akan menimbulkan

dampak kerelaan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya

membayar pajak.

c. Tingkat Pendidikan

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menyebabkan

adanya kesenjangan terhadap tingkat pemahaman ketentuan dan

peraturan perundang-undangan dalam perpajakan. Selain tingkat

pemahaman yang berbeda, tingkat pendidikan juga berdampak pada

UNIVERSITAS MEDAN AREA


24

masih banyaknya wajib pajak terutama orang pribadi yang tidak

melakukan pembukuan atau melakukan pembukuan ganda untuk

kepentingan pajak.

Tidak cukup hanya sampai disitu saja, dampak lain terkait dengan

tingkat pendidikan yaitu adanya peluang wajib pajak yang merasa enggan

untuk melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak

karenakurangnya pemahaman mengenai sistem perpajakan.

d. Tingkat Penghasilan

Salah satu aspek yang mempengaruhi wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban membayar pajak adalah penghasilan.

Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat

dengan besarnya penghasilan yang diterima oleh masing-masing wajib

pajak. Selain itu, tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya.

e. Persepsi Wajib Pajak terhadap Sanksi Perpajakan

Sanksi pajak dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh aparat

pajak (fiskus) untuk membuat para wajib pajak tidak melakukan

kecurangan dalam membayar pajak. Sanksi yang diberikan bersifat

memaksa untuk setiap wajib pajak agar mematuhi peraturan pajak yang

berlaku.

Tujuan pemberian sanksiperpajakan kepada wajib pajak tak lain

adalah untuk meningkatkankesadaran dan kepatuhan wajib pajak

UNIVERSITAS MEDAN AREA


25

terhadap kewajiban pajak.Sanksi perpajakan menurut Undang-Undang

perpajakan berupasanksi administrasi dan sanksi pidana.

4. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Chaizi Nasucha dalam Sony Devano dan Siti KurniaRahayu

(2006: 111), kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.

b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan.

c. Kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang.

d. Kepatuhan dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


26

D. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Hasil Penelitian

Pengaru Kualitas Hasil penelitian ini menunjukkan


Kartika
Pelayanan kualitas pelayanan pajak, pemahaman
Candra
pajak,Pemahaman peraturan perpajakan serta sanksi
kusuma
Peraturan Perpajakan pajak berpengaruh positif dan
(2016)
Serta Sanksi Pajak signifikan terhadap kepatuhan wajib

Terhadap Kepatuhan pajak.

Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam

Membayar Pajak

Tahun 2014 (Studi

Kasus pada Wajib

Pajak yang Terdaftar di

Kantor Pelayanan

Penyuluhan dan

Konsultasi Perpajakan

Wonosobo)

UNIVERSITAS MEDAN AREA


27

Arinta Pengaruh Penerapan Hasil penelitian ini menunjukan

Wulan Sanksi Perpajakan, bahwa sanksi perpajakan berpengaruh

Sari Kesadaran dan signifikan terhadap ketepatan

(2015) Kepatuhan Wajib Pajak pelaporan SPT wajib pajak orang

Terhadap Ketepatan pribadi, kesadaran wajib pajak

Pelaporan SPT Wajib berpengaruh secara signifikan

Pajak Orang Pribadi terhadap ketepatan pelaporan SPT

pada KPP Pratama wajib pajak orang pribadi dan

Kepanjen. kepatuhan wajib pajak juga

berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan pelaporan SPT wajib pajak

orang pribadi Sedangkan secara

simultan sanksi perpajakan, kesadaran

dan kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan pelaporan SPT wajib pajak

orang pribadi.

Ella Pengaruh Tingkat Hasil penelitian menunjukan bahwa

Widyastuti Pemahaman Wajib R2 diperoleh nilai 0,320 yang berarti

(2015) Pajak, Kualitas bahwa 32,0% tingkat kepatuhan wajib

Pelayanan pajak orang pribadi dipengaruhi oleh

Fiskus,Sanksi tingkat pemahaman wajib pajak,

Perpajakan, dan kualitas pelayanan fiskus, sanksi

UNIVERSITAS MEDAN AREA


28

Lingkungan Wajib perpajakan danlingkungan wajib

Pajak Terhadap pajak. Sisanya sebanyak 68,0%

Tingkat Kepatuhan dipengaruhi variabel diluar model.

Wajib Pajak Orang Hasil uji t menunjukkan bahwa tingkat

Pribadi KPP Pratama pemahaman wajib pajak, kualitas

Surakarta pelayananfiskus, sanksi perpajakan

dan lingkungan wajib pajak

berpengaruh positif terhadap

tingkat kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kartika Candra Kusuma, Arinta

Wulan Sari, Ella Widyastuti terletak di variabel yang diteliti,objek penelitian,

sampel, metode penelitian, dan tahun penelitiannya. Peneliti menyatakan

bahwasanya penelitian terdahulu dapat dinyatakan sesuai, karna penelitian ini

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas

dan sistematis serta dapat menjadi pedoman bagi peneliti secara keseluruhan.

Menurut Indriantoro dan Supomo (2005), Kerangka konseptual merupakan

dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain, sehingga

hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk

direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


29

Pelayanan pajak yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban pajaknya. Namun, dalam pelaksanaannya wajib pajak masih kerap

menjumpai aparatur pajak yang belum memberikan pelayanan yang

berkualitas. Ditambah lagi kurangnya pemahaman sanksi pajak dari masing-

masing individu wajib pajak, sehingga wajib pajak enggan untuk

menyelesaikan kewajiban pajaknya.

Padahal pada dasarnya pajak merupakan salah satu sumber pendapatan

Negara serta sebagai pembiayaan Negara. Penelitian ini berfokus pada kedua

faktor tersebut, yaitu kualitas pelayanan pajak dan sanksi perpajakan dengan

tujuan untukmengevaluasi dan mengetahui penyebab rendahnya tingkat

kepatuhanwajib pajak orang pribadi di Kota Medan.

Terlihat juga pada gambar dibawah ini.

Kualitas
Pelayanan
Pajak H1 H0
Kepatuhan Wajib
(X1) Pajak Orang
Pribadi
(Y)
Sanksi
H1
Perpajakan
(X2)

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

UNIVERSITAS MEDAN AREA


30

F. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, maka peneliti dapat menarik

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H1 : Terdapat pengaruh positif antara sanksi perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi.

H2 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan pajak dan sanksi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Anda mungkin juga menyukai