2016 Lka 0001
2016 Lka 0001
2016 Lka 0001
LAILA KADAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Faktor Adopsi
dan Efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih : Studi Kasus di Kabupaten
Grobogan-Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Laila Kadar
H152130171
1
Pelimpahan hak cipt atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN
LAILA KADAR. Analisis Faktor Adopsi dan Efektivitas Varietas Unggul Jagung
Putih : Studi Kasus di Kabupaten Grobogan-Jawa Tengah. Dibimbing oleh
HERMANTO SIREGAR dan EKA INTAN KUMALA PUTRI.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS FAKTOR ADOPSI DAN EFEKTIVITAS VARIETAS
UNGGUL JAGUNG PUTIH: STUDI KASUS DI KABUPATEN
GROBOGAN JAWATENGAH
LAILA KADAR
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Amzul Rifin, SP MA
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
ridho-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini.
Proposal ini berjudul “Analisis Faktor Adopsi dan Efektivitas Varietas Unggul
Jagung Putih : Studi Kasus di Kabupaten Grobogan-Jawa Tengah“, disusun sebagai
dasar untuk melaksanakan penelitian dan menyusun tesis. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Oktober – Desember 2015 di Provinsi Jawa Tengah khususnya di
Kabupaten Grobogan (Desa Sumber Jatipohon, Godan, dan Karangasem).
Dalam kesempatan ini ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof Dr Ir Hermanto Siregar, M.Ec dan Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala Putri,
M.Si sebagai dosen pembimbing.
2. Ketua Program Studi dan segenap dosen Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) IPB.
3. Pimpinan Badan Litbang Pertanian atas beasiswa dan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan studi S2 di IPB dan staf khususnya bagian
perencanaan dan kepegawaian atas bantuannya.
4. Peneliti/pemulia Jagung Putih Balai Penelitian Serealia Maros, Ibu Dr
Ekaningtyas Kushartanti, MS dan staf pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah, dan Bapak Ir. A. Zulfa Kamal dan Ibu Wiwik, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, Kepala
UPTD dan PPL/PPS Kecamatan Grobogan, Tawangharjo dan Wirosari serta
pihak terkait lainnya.
5. Ibu, Bapak, Kakak-kakak, dan Adik-adik tercinta untuk doa dan dukungannya.
6. Teman-teman PWD khususnya angkatan 2013 dan seluruh civitas PWD.
Laila Kadar
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Varietas Unggul 7
Sistem Produksi dan Distribusi Benih 9
Diseminasi (Penyebaran Informasi Hasil Penelitian) 11
Adopsi Inovasi 12
Efektivitas 14
Analisis Regresi Logistik 15
Importance and Performance Analysis 16
Tinjauan Penelitian Terdahulu 17
Kerangka Pemikiran Penelitian 21
Hipotesis Penelitian 24
METODE PENELITIAN 26
Lokasi dan Waktu Penelitian 26
Jenis dan Sumber Data 26
Metode Pengumpulan Data 26
Metode Analisis Data 27
GAMBARAN UMUM 35
Geografis dan Iklim 35
Kependudukan 38
Sektor Pertanian 42
ANALISIS FAKTOR ADOPSI DAN EFEKTIVITAS VARIETAS 45
UNGGUL JAGUNG PUTIH
Karakteristik petani adopsi Varietas Unggul Jagung Putih 45
Minat/motivasi petani berdasarkan faktor pertimbangannya 49
Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Varietas Unggul Jagung Putih 50
Efektivitas teknologi Varietas Unggul Jagung Putih 53
Hubungan Faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi dan Efektivitas 57
Varietas Unggul Jagung Putih
Implikasi Kebijakan 58
SIMPULAN DAN SARAN 60
Simpulan 60
Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 66
RIWAYAT HIDUP 112
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
aspek pemasaran yang berkaitan dengan fluktuasi harga jual petani. Trend
produktivitas jagung nasional di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 – 2014 terus
meningkat (Gambar 2). Upaya pemerintah/kelembagaan dalam mendukung
pengembangan kawasan tanaman pangan khususnya untuk komoditas jagung di
Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Grobogan dengan terbitnya Permentan 50
tahun 2012 pasal 4 ayat (2), diteruskan dengan Kepmentan No.
03/Kpts/PD.120/1/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang penetapan kawasan padi,
jagung, kedelai, dan ubi kayu nasional.
Produktivitas (ton/ha)
3,00
2,00
1,00
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun
Suatu program yang telah dibuat dan dijalankan hendaknya perlu dievaluasi
utuk memberikan bahan masukan berupa saran dan perbaikan yang relevan tentang
ketidaksesuaian antara kinerja dengan kepentingan yang diharapkan dapat
dikatakan berhasil. Kriteria evaluasi atau penilaian bermacam-macam, menurut
Dumn, 2003 dalam Yulianti, 2012 bahwa kriteria evaluasi dalam menilai hasil
kebijakan antara lain efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan
ketepatan. Dalam hal ini, kriteria yang digunakan adalah mengukur efektivitas,
apakah varietas unggul baru (VUB) Jagung Putih inovasi teknologi yang dihasilkan
Badan Litbang Pertanian telah memenuhi kepentingan/harapan petani sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Perumusan Masalah
Tabel 2. Wilayah Potensi Produksi dan Kontribusi Jagung di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2013
No Kabupaten Tahun 2012 Tahun 2013
Produksi Kontribusi Produksi Kontribusi
(ton) (%) (ton) (%)
1 Grobogan 559.835 18,41 559.543 19,09
2 Wonogiri 315.841 8,83 267.973 7,79
3 Blora 268.664 10,38 228.428 9,14
4 Kendal 189.162 3,82 195.565 4,19
5 Rembang 116.269 6,22 122.720 6,67
6 Lainnya (26 kab.) 1.591.859 52,34 1.556.682 53,11
Jumlah 3.041.630 100,00 2.930.911 100,00
Sumber : BPS Prov. Jateng, 2014
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2. Bagi pemerintah Pusat/Daerah dan pihak swasta berperan aktif dalam industri
benih dan pemasaran hasil, tingkat harga jual di tingkat petani yang relatif
menguntungkan, dan perluasan areal di lahan-lahan kehutanan, perkebunan dan
lahan kering untuk dimanfaatkan sehingga terjalin kerjasama antara petani
dengan pemilik lahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Varietas Unggul
Tabel 3.Varietas Unggul Jagung dan benih sumber yang dihasilkan Balitsereal
Benih Sumber
No. Varietas Breeder Foundation Stock
Jenis
Seed seed seed
1 BISMA 1.110 1.945 2.932 Hibrida
2 LAMURU 3.460 3.330 1.840 Komposit
3 SUKMARAGA 1.395 4.060 - Komposit
SRIKANDI 1.225 - -
4 Komposit
KUNING
5 SRIKANDI PUTIH 540 1.835 - Komposit
6 ANOMAN 430 3.825 - Komposit
7 GUMARANG 1.085 1.320 - Komposit
8 ARJUNA - 2.360 - Komposit
9 LAGALIGO 620 - - Komposit
10 PROVIT A1 455 260 - Hibrida
11 PROVIT A2 - 1.830 - Hibrida
12 PULUT URI 710 - - Hibrida
Jumlah 11.030 20.978 4.772
Sumber : UPBS Balit Sereal, 2015 (17 April 2015)
2. Anoman (2006)
Merupakan jagung komposit yang diperoleh dari
hasil persilangan galur CIMMYT toleran
kekeringan, Tuxpeno Sequia.
Rasanya jagung ini enak dan agak pulen.
Ketahanan penyakit : agak tahan terhadap bulai
dan tergolong moderat terhadap hawar daun serta
bercak daun kelabu
Ketahanan abiotis : toleran kekeringan (IK > 1,0;
kandungan klorofil daun 30,91 – 36,94%)
Rata-rata hasil : 4,6 t/ha
Potensi hasil : 6,6 t/ha
Daerah adaptasi : lingkungan kering bercurah
hujan pendek (800-1.200mm/th) dan dataran
rendah sampai dataran tinggi (1.100 m dpl)
Berdasarkan fungsi dan cara produksi, benih terdiri alas benih inti (nucleous
seed), benih sumber, dan benih sebar. Benih inti adalah benih awal yang
penyediaannya berdasarkan proses pemuliaan dan/atau perakitan suatu varietas
tanaman oleh pemulia pada lembaga penyelenggara pemuliaan (Balai Penelitian
Komoditas). Benih inti merupakan benih yang digunakan untuk perbanyakan atau
menghasilkan benih penjenis (breeder seed/BS). Benih sumber terdiri alas tiga
kelas, yaitu benih penjenis (breeder seed/BS), benih dasar (foundation
seed/FS/BD), dan benih pokok (stock seed/SS/BP).
Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti, yang selanjutnya
akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas selanjutnya, yaitu benih dasar
dan benih pokok. Benih Penjenis (Breeder Seed/BS) adalah benih sumber yang
diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan
atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Saat ini benih
penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, untuk jagung di
Balitsereal. Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih
(rencana menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala
Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai
benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (FS/BD).
Benih Dasar (Foundation Seed/FS/BD) adalah benih dari hasil perbanyakan
benih penjenis (BS) yang diproduksi dibawah bimbingan intensif dan pengawasan
10
yang ketat sehingga kemurnian varietas yang tinggi dan intensitas genetisnya dapat
tepelihara. Benih ini diproduksi oleh produsen/instansi/penangkar benih yaitu BBI,
BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional dan pengendalian
mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu). Benih ini
juga diberi label berwarna putih. Benih dasar merupakan benih sumber untuk
perbanyakan/produksi benih pokok (SS/BP). Untuk penyediaan benih jagung
unggul bersubsidi bagi petani, Balitsereal akan membantu memproduksi benih
dasar (FS/BD). Benih pokok (Stock Seed/SS/BP) adalah benih sumber yang
diperbanyak dari benih dasar atau penjenis dengan memperhatikan tingkat
kemurnian varietas, memenuhi standar mutu oleh produsen penangkar benih/swasta
di daerah yang ditunjuk dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB
atau Sistem Manajemen Mutu). Benih pokok (SS) diberi label ungu. Benih turunan
dari benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi adalah benih
sebar (extension seed/ES/BR) disebut juga benih komersial.
Bila dilihat dari alur distribusinya, penyaluran benih dapat dibagi atas:
1. Alur Distribusi Benih Varietas Publik
Penyaluran benih penjenis (BS) kepada balai benih tingkat propinsi atau
institusi perbenihan lainnya dilakukan oleh Direktorat Perbenihan atau langsung
dari institusi penyelenggara pemuliaan (Balitsereal).
11
Balitsereal, Maros
Penangkar
Pengguna/Petani
Sumber : Pedoman Umum Produksi Benih Sumber, Badan Litbang Pertanian, 2011
2. Alur Distribusi Benih Varietas Komersial oleh BUMN atau swasta adalah :
Produsen ~ Pedagang besar ~ Pengecer ~ Petani
Produsen ~ Distributor ~ Penyalur ~ Pengecer ~ Petani
Adopsi Inovasi
Inovasi adalah suatu ide atau penemuan baru yang berbeda dari yang sudah
ada atau yang sudah dikenal sebelumnya dan dianggap baru oleh seseorang, dapat
berupa teknologi baru, gagasan, metode atau alat, cara organisasi baru, cara
pemasaran hasil pertanian baru dan sebagainya. Sedangkan Invensi adalah
penciptaan atau perancangan sesuatu yang sebelumnya tidak ada (reka cipta).
Menurut Harper (1989), untuk mengembangkan inovasi supaya berhasil diadopsi
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) Kemudahan untuk dikomunikasikan
(communicability), 2) kesiapan adopter atau unit sosial untuk menerima resiko
(percived risk) dari inovasi yang diadopsi, dan 3) terjadi proses perembesan
(pervasiveness). Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa adopsi inovasi
merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) ada
pada diri seseorang sejak orang mengenal inovasi sampai memutuskan untuk
mengadopsinya setelah menerima inovasi. Usaha yang dilakukan dalam
memperkenalkan suatu teknologi baru (inovasi) kepada seseorang adalah ketika
sebelum orang tersebut mau menerapkannya terdapat suatu proses yaitu proses
adopsi. Proses ini mempunyai tahapan-tahapan yang dimulai dari yang belum
diketahui sesuatu oleh seseorang sampai diterapkannya inovasi tersebut. Rogers
(2003), adopsi inovasi suatu usahatani dapat dilihat pada lima faktor, yaitu : 1)
Keuntungan relatif (relative advantage) : suatu inovasi dianggap lebih baik
daripada ide-ide sebelumnya, dinyatakan sebagai keuntungan ekonomi, prestice
sosial, atau dengan cara lainnya, 2) Kesesuaian (compatibility): suatu inovasi
dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan
kebutuhan potensial adopter (penerima), 3) Kerumitan (complexity): suatu inovasi
dianggap relatif sulit untuk dipahami dan digunakan, 4) Dapat diuji coba
(triability): suatu inovasi dapat dicoba dengan skala yang terbatas. Ide baru yang
dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang
tidak dapat dicoba lebih dahulu, dan 5) Dapat diamati (observability): hasil suatu
inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga
mempercepat proses adopsi.
13
Efektivitas
“doing the right things”. Dipandang dari sudut ilmu pemerintahaan efektivitas
sangat penting karena merupakan salah satu kriteria yang harus diperhatikan dalam
ilmu pemerintahan.
Pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan karena keluaran
(output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat tidak berwujud (intangible) sehingga
tidak mudah untuk dikuantifikasi pencapaian hasil (outcome). Ukuran efektivitas
seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang
setelah program berhasil dan biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan
pada mutu) dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang
dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula. Hubungan efektivitas dinyatakan
dengan (Efektivitas = Outcome/Output). Hal ini dapat dikatakan bahwa efektivitas
adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada
hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan
sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-
targetnya.
Ukuran atau kriteria efektivitas menurut Gibson et.al, 1989 bahwa indikator
efektivitas dapat diukur melalui : 1) produktivitas, yaitu kemampuan organisasi
untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan,
2) kualitas, yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan, 3)
efisiensi, yaitu perbandingan (ratio) antara output dengan input, 4) fleksibilitas
respons terhadap suatu organisasi atau perubahan-perubahan yang terjadi pada
suatu organisasi, 5) kepuasaan, yaitu ukuran untuk menunjukan tingkat dimana
organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, 6) keunggulan, yaitu
kemampuan bersaing dari organisasi dan anggota organisasi terhadap perubahan-
perubahan yang ada, dan 7) pengembangan, yaitu mengukur kemampuan organisasi
untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat.
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan
produktivitas. Dari pendapat beberapa ahli bahwa pengertian efektivitas, yaitu
keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang
telah ditentukan sebelumnya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat
dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian
banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatnya, cara
mengatur dan bahkan cara menentukan indikator efektivitas, sehingga akan lebih
sulit bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas. Berdasarkan beberapa
uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk
mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.
regresi non linear, digunakan untuk menjelaskan hubungan antara X dan Y yang
bersifat tidak linear, ketidak normalan sebaran Y, keragaman respon tidak konstan
yang tidak dapat dijelaskan dengan model regresi linear biasa (Agresti, 1996).
Model regresi dengan variabel kualitatif terdapat beberapa macam teknik
pendekatan model yang salah satunya adalah model logit dimana variable
dependent (terikat) dan mempunyai dua kemungkinan nilai, misalnya keinginan
petani untuk mengadopsi suatu teknologi (ya – tidak). Variabel kualitatif yang
hanya mempunyai dua kemungkinan nilai ini disebut dengan variable biner. Dalam
mengestimasi model logit terdapat beberapa metode dan sering digunakan yaitu
metode maximum likelihood. Peubah respon (Y) di dalam Regresi Logistik adalah
bersifat biner
Analisis regresi logistik sebenarnya sama dengan analisis regresi linier
berganda biasa, hanya variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1).
Deskripsi hubungan peubah respon yang memiliki sifat kualitatif atau kategorik
dengan peubah penjelas yang memiliki dua kategori atau lebih tidak dapat
diselesaikan dengan model regresi linear biasa yang menggunakan metode ordinary
least square (OLS). Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis faktor – faktor
yang mempengaruhi hasil dari suatu proses untuk mengetahui faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi adopsi. Regresi logistik mempermudah dalam memberikan
penjelasan satuan variabel terikat (dependen) karena variabel Y merupakan dummy
(Y1=responden yang mengadopsi dan Yo=responden yang tidak mengadopsi).
Dalam suatu survey kadang kita berhadapan dengan peubah respon (dependent
variable) bersifat kualitatif yang mempunyai skala pengukuran nominal dan
ordinal. Nilai peubah respon kualitatif bersifat terbatas bahkan sering hanya bernilai
dua kemungkinan (YA atau TIDAK).
Beberapa peneliti menggunakan pendekatan ini dalam bidang sosial
ekonomi pertanian. Dalam hal ini akan memprediksi bagaimana pengaruh faktor
sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, luas lahan,
pengetahuan/Informasi teknologi, dukungan penyuluh, hama penyakit dan
ketersediaan benih terhadap adopsi teknologi VUB Jagung Putih inovasi
Balitbangtan. Beberapa peneliti lainnya adalah Gunawan (1988) menggunakan alat
analisis ini dalam disertasinya berjudul “Adoption and Bias of New Agricultural
Innovation in Jawa Barat”; Syafaat dan Supena (1995) dalam Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan LIPI mengungkap “Faktor-faktor yang mempengaruhi Konservasi
Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian”; Hendayana (1997) menganalisis
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Petani Menerapkan Teknologi Baru
dalam Usahatani Padi”, dipublikasikan dalam Jurnal Agro Ekonomi. Model lain
yang juga biasa digunakan untuk menganalisis regresi yang memiliki peubah respon
bersifat kategori adalah Probit. Namun dalam prakteknya pada kasus tertentu
pendekatan dua model Logistik dan Logit ini tidak menunjukkan perbedaan yang
prinsip bahkan relatif sama. Oleh karena itu tidak dapat direkomendasikan mana
yang lebih baik atau efisien.
konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai
quadrant analysis (Brandt dan Latu & Everett, 2000). IPA mempunyai fungsi utama
untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang
menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, dan
faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi
saat ini belum memuaskan. Metode IPA secara konsep merupakan suatu model
multi-atribut dan penerapan tekniknya dimulai dengan identifikasi atribut-atribut
yang relevan terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat
dikembangkan dengan mengacu kepada literatur-literatur, melakukan interview,
dan menggunakan penilaian manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut yang
melekat kepada barang atau jasa dievaluasi berdasarkan seberapa penting masing-
masing produk tersebut bagi konsumen dan bagaimana jasa atau barang tersebut
dipersepsikan oleh konsumen. Evaluasi ini biasanya dipenuhi dengan melakukan
survey terhadap sampel yang terdiri atas responden/konsumen. Atribut
dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi atau rendah dengan
menggunakan pengukuran ranking, skor kepentingan dan kinerja kemudian dengan
memasangkan kedua set rangking tersebut, masing-masing atribut ditempatkan ke
dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan kinerja (Crompton dan Duray,
1985). Skor kinerja dan kepentingan digunakan sebagai koordinat untuk
memplotkan atribut-atribut individu pada matriks dua dimensi (Gambar 5).
Kepentingan/
Harapan Kuadran B
Kuadran A
Pertahankan Prestasi
Prioritas Utama
Y
Kuadran C Kuadran D
Prioritas Rendah Berlebihan
X Pelaksanaan
(Kinerja/kepuasan)
Keterangan :
A. Prioritas Utama : Atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi,
namun memiliki kinerja di bawah rata-rata atau dinilai konsumen kurang
memuaskan. Kinerja atribut-atribut pada kuadran ini harus ditingkatkan agar
dapat memuaskan konsumen.
B. Pertahankan Prestasi : Atribut ini memiliki tingkat kepentingan dan kinerja
yang tinggi sehingga menjadi kekuatan produk. Semua atribut harus tetap
dipertahankan karena merupakan keunggulan dari produk tersebut.
C. Prioritas Rendah : Atribut ini memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang
relatif rendah. Peningkatan kinerja atribut-atribut sebaiknya dilakukan setelah
kinerja atribut-atribut pada kuadran A telah ditingkatkan sehingga sesuai
dengan harapan konsumen karena peningkatan kinerja atribut-atribut pada
kuadran C dianggap tidak penting oleh konsumen.
18
D. Berlebihan : Atribut ini adalah atribut yang memiliki kinerja relatif baik namun
tingkat kepentingannya rendah. Kinerja atribut-atribut pada kuadran ini
dianggap berlebihan oleh konsumen sehingga nvestasi pada atribut-atribut pada
kuadran ini sebaiknya dialihkan pada peningkatan kinerja atribut-atribut pada
Kuadran A.
untuk mendapatkan hasil duga Regresi Logistik yang baik, adalah besaran
jumlah responden yang representatif dengan keragaman relatif tinggi. Oleh karena
itu validasi data menjadi faktor penentu dan krusial dilakukan sebelum analisis
data.
Pribadi (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan
penentu adopsi teknologi Sawit Dupa pada usahatani padi di lahan pasang surut
Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa teknologi Sawit Dupa dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi adalah lahan, pupuk, dan tenaga kerja dalam keluarga.
Proses adopsi teknologi sawit dupa di Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh
ketersediaan benih varietas unggul dan resiko produksi yang cukup besar.
Teknologi Sawit Dupa pada umumnya diadopsi oleh petani yang mempunyai
pendapatan rendah, dimana mereka tidak memiliki akses yang baik terhadap jenis
pekerjaan lain sehingga penerapan teknologi Sawit Dupa ini memberikan
kesempatan kerja yang luas dalam peningkatan pendapatan.
Nur Alam (2010), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani
Kakao dalam adopsi inovasi teknologi Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi
(Kasus pada Program Prima Tani di Desa Lambandia Kecamatan Lambandia
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara) menunjukkan bahwa: 1) tingkat
adopsi teknologi usahatani kakao pada usahatanai kakao di desa Lambandia
kabupaten Kolaka sebagian besar termasuk kategori sedang (83.20 persen). Artinya
paket teknologi usahatani kakao yang dianjurkan berupa paket teknologi
pemeliharaan kakao, perbaikan tanaman kakao dan panen dan pascapanen belum
diterapkan secara utuh. Untuk itu perlu upaya perbaikan pembinaan dan penyuluhan
dengan menerapkan metode penyampaian teknologi (diseminasi) yang tepat kepada
petani, 2) Adopsi teknologi usahatani kakao oleh petani di desa Lambandia
beragam, tetapi secara umum teknologi yang dianjurkan rata-rata termasuk adopsi
sedang. Adopsi rendah pada kegiatan penimbunan cangkang kakao (skor 16.00) dan
rehabilitasi tanaman metode sambung samping (skor 32.00) sehingga perlu
mendapat perhatian lebih besar dalam perbaikan produktivitas kakao, 3) Analisis
regresi berganda dengan menggunakan peubah independen berupa umur,
pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usahatani kakao,
penguasaan lahan usahatani kakao, tenaga kerja dalam keluarga, pemupukan modal,
pendapatan usahatani kakao, aktivitas mencari informasi teknologi, persepsi
terhadap teknologi dan keberanian ambil resiko, perilaku petani, dukungan
penyuluhan, dukungan kelompok tani, dukungan pemerintah daerah, dukungan
sarana produksi, dukungan pembiayaan, dukungan pemasaran, menunjukkan
hubungan yang linear dan berpengaruh nyata terhadap peubah tingkat adopsi,
dengan nilai F-hitung (23.204)>F-tabel (2.19). Besarnya pengaruh peubah
2
independen terhadap peubah tingkat adopsi ditandai dengan nilai R sebesar 0.798,
atau 79.80 persen pengaruh variabel independen terhadap tingkat adopsi teknologi
dapat dijelaskan. Sedangkan sisanya 20.20 persen dipengaruhi/dijelaskan oleh
faktor lain di luar model, dan 4) Hasil uji t pada peubah tenaga kerja keluarga,
keberanian ambil resiko dan perilaku petani berpengaruh nyata (signifikan)
terhadap tingkat adopsi teknologi usahatani kakao. Agar teknologi yang
disampaikan dapat mudah diadopsi kepada petani maka faktor-faktor yang
berpengaruh nyata tersebut menjadi pertimbangan utama.
21
Kerangka Pemikiran
Tanaman jagung masih bergantung pada luas lahan yang ada karena tanpa
realisasi perluasan lahan menurut Rogers (2003), penerimaan masyarakat terhadap
suatu inovasi teknologi pertanian yang baru diperkenalkan dipengaruhi oleh lima
faktor, yaitu (1) keuntungan relatif dari teknologi yang diperkenalkan dengan apa
yang sudah diketahui dan diterapkan selama ini, (2) kesesuaian terhadap kondisi
lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat, (3) tingkat kerumitan dari
teknologi yang diperkenalkan, (4) dapat dicoba, dan (5) mudah diamati. Menurut
Baharsjah (2004) perlu juga diberikan insentif jaminan harga dasar yang didukung
kegiatan penyuluhan untuk penciptaan teknologi budidaya serta pengembangan
infrastruktur fisik dan kelembagaan untuk menjamin keberhasilan usahatani. Upaya
memberdayakan petani oleh pemerintah dengan memberi bantuan fasilitas
penguatan modal, pelatihan dan pembinaan sehingga petani mau bekerjasama dan
mampu mengadopsi/menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan karena
menurut Pakpahan (2004), petani di negara maju juga masih mendapatkan
perlindungan dan subsidi yang sangat besar.
Upaya dalam peningkatan produktivitas belum dilakukan secara optimal
mengingat berbagai kendala biofisik dan sosial ekonomi. Berdasarkan beberapa
referensi dan hasil penelitian terdahulu bahwa faktor internal/karakteristik petani
merupakan kendala yang tidak kecil pengaruhnya terhadap percepatan adopsi
teknologi oleh suatu kelompok masyarakat petani. Kondisi yang sangat
mempengaruhi petani berpartisipasi dalam peningkatan produksi jagung adalah
iklim ekonomi yang menguntungkan dan secara sosial dapat diterima. Penelitian ini
menggunakan beberapa faktor peubah saja diantara faktor lainnya, berdasarkan pra
survey dan referensi yang sudah melaksanakan penelitian ini sebelumnya dan
mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya. Faktor peubah tersebut adalah :
faktor internal mencakup umur, pendidikan formal, pengalaman, pendapatan, dan
luas lahan yang dimilki petani. Sedangkan faktor eksternal yaitu
pengetahuan/informasi teknologi, dukungan penyuluh dan yang terkait kondisi
iklim yaitu hama penyakit bulai dan ketersediaan benih. Data parameter-parameter
di atas dikumpulkan melalui instrumen kuisioner dan wawancara langsung dengan
petani di lokasi penelitian. Saluran informasi (media komunikasi) yang baik
digunakan adalah melalui tatap muka langsung, studi banding, diskusi, brosur dan
buku panduan.
Disamping itu, perlu juga dilakukan suatu analisis untuk melihat efektivitas
teknologi VU Jagung Putih inovasi Balitbangtan dari hasil adopsi petani dan faktor
yang mempengaruhi dengan cara pendekatan sasaran, sumber dan prosesnya.
Sasaran yang diinginkan adalah ketepatan varietas unggul dengan lokasi wilayah
sentra jagung di Kabupaten Grobogan. Apabila varietas unggul tersebut tepat lokasi
dan mutu baik sehingga diadopsi petani dan dikembangkan secara kontinyu maka
bisa dikatakan efektif karena tercapai sasarannya. Sedangkan dari pendekatan
sumber adalah ketersediaan benih sumber yang akan ditanam oleh petani tepat pada
waktu musim tanam, dan pendekatan proses adalah berhubungan dengan waktu
dimana ketepatan waktu dalam menyediakan kebutuhan benih dan distribusi
penyebaran benih tersebut sesuai dengan standar benih, prosedur dan terjalin
kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait lainnya.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas
suatu lembaga secara fisik dan non fisik dalam mencapai tujuan/keberhasilan
maksimal. Pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan karena keluaran
24
(output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat tidak berwujud (intangible) sehingga
tidak mudah untuk dikuantifikasi pencapaian hasil (outcome). Menurut Gibson et.al
(1989:34) indikator efektivitas dapat diukur antara lain melalui : 1) produktivitas,
2) kualitas, 3) efisiensi, 4) fleksibilitas, 5) kepuasaan, 6) keunggulan, dan 7)
pengembangan. Sedangkan alat analisisnya menggunakan metode IPA yaitu
mengukur hubungan antara persepsi konsumen (petani) dan prioritas peningkatan
kualitas produk/jasa (VU Jagung Putih) sebagai quadrant analysis (Brandt, 2000
dan Latu & Everett, 2000). Uraian mengenai kerangka pemikiran dan hubungan-
hubungan antar setiap peubah tersebut di atas dapat digambarkan secara sederhana
pada Gambar 6.
Hipotesis Penelitian
Permasalahan :
- Informasi dan penguasaan teknologi masih
partial
VUB Jagung Putih
- Varietas lokal masih dipertahankan turun
temurun oleh petani (Anoman dan Srikandi 1 Sumber bahan pangan
Putih) pokok pengganti
- Belum ada pabrik/industri pengolahan hasil
beras
Jagung Putih dan pemasarannya
2 Penunjang program
- Belum ada ketetapan harga jual
diversifikasi pangan
- Cekaman biotik (penyakit bulai, hawar daun)
25
26
METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui responden secara purposive sampling yaitu suatu
teknik pengambilan sampel secara sengaja dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuisioner. Pemilihan responden penelitian adalah petani jagung di
Kabupaten Grobogan di tiga kecamatan/desa yaitu Desa Karangasem Kecamatan
Wirosari, Desa Godan Kecamatan Tawangharjo dan Desa Jatipohon Kecamatan
Grobogan masing-masing 40 petani sehingga keseluruhan responden sebanyak 120
petani. Tahap selanjutnya, untuk menganalisis efektivitas teknologi Varietas
Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) sebanyak 15 responden yang
terdiri dari 9 petani dari 120 petani yang mengadopsi Varietas Unggul Jagung Putih
(Anoman dan Srikandi Putih) ditambah 6 orang nara sumber dari Pemulia, Dinas
TPH Kabupaten Grobogan, dan Mitra Bisnis/Pengepul. Sedangkan dalam melihat
hubungan efektivitas dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi
adalah variabel yang mempengaruhi adopsi yaitu pendapatan petani, informasi
teknologi, dukungan penyuluh, hama penyakit dan ketersediaan benih tersebut dan
atribut efektivitas pada kuadran A (prioritas utama) yaitu : produksi, daya tahan,
dan harga.
27
Pengujian Sampel
Uji Multikolinearitas
Analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan
asumsi klasik misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Uji asumsi klasik yang
sering digunakan yaitu uji multikolinearitas dan analisis dapat dilakukan tergantung
pada data yang ada. Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model
regresi. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.
Mutikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor (VIF) (Webster,
1998). Apabila angka VIF melebihi 10 atau nilai tolerance kurang dari 0,1 berarti
terjadi multikolinearitas antara variabel-variabel bebas. Beberapa alternatif cara
untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural,
akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
Keterangan:
p = peluang petani mengadopsi teknologi (1 = jika petani mengadopsi teknologi,
0 = jika petani tidak mengadopsi teknologi); 1-p= peluang petani tidak
mengadopsi teknologi
X1 = Umur (tahun);
X2 = Pendidikan (tahun);
X3 = Pengalaman usahatani (tahun);
X4 = Luas lahan yang dimiliki (hektar);
X5 = Pendapatan (Rp);
X6 = Pengetahuan/informasi teknologi (tahun);
D1 = Dummy Dukungan Penyuluh (D=1, Aktif, D=0, Non aktif)
D2 = Dummy Hama Penyakit bulai (D=1, tinggi dan D=0, rendah);
D3 = Dummy Ketersediaan Benih (D=1, tersedia dan D=0, tidak tersedia);
α = konstanta/intersep;
βi = koefisien regresi ke-i (i = 1,2,3,.....9);
ε = error term
Keterangan :
TKi = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan
Yi = Skor penilaian kepentingan
∑ 𝑋𝑖 ∑ 𝑌𝑖
𝑋̅ = , 𝑌̅ =
𝑛 𝑛
Keterangan :
𝑋̅ = Skor rata tingkat kinerja
𝑌̅ = Skor rata-rata tingkat kepentingan
ΣXi = Jumlah skor tingkat kinerja
ΣYi = Jumlah skor tingkat kepentingan
n = Jumlah responden (15)
4. Perhitungan rata-rata kinerja dan kepentingan seluruh atribut untuk menghitung
letak batas dua garis berpotongan tegak lurus pada (𝑋 ̿, 𝑌 ̿) dengan rumus :
∑𝑁
𝑖=1 𝑋𝑖 ∑𝑁
𝑖=1 𝑌𝑖
𝑋̅ = , 𝑌̅ =
𝑘 𝑘
keterangan :
𝑋 ̿ = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑌 ̿ = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
k = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan (k=21)
̅ , 𝑌̅ dalam diagram kartesius yang dibagi menjadi
5. Penjabaran tiap atribut 𝑋
empat kuadran dan dibatasi 𝑋 ̅ , 𝑌̅
Analisis untuk melihat apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih menggunakan korelasi. Penelitian korelasional bertujuan
untuk mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang
terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Penelitian korelasional
mempunyai bermacam jenis rancangan, diantaranya korelasi bivariat. Dua variabel
dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi yang memberikan ukuran tingkat
dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional ditujukan (1) untuk
mengungkapkan hubungan antar variabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek
pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain. Adanya korelasi antara dua
variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari
suatu variabel terhadap variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan
yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel
yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada
faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, variabel kedua, atau mungkin
mempengaruhi kedua-duanya.
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk
mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah
hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar
hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi
sederhana (bivariate correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau-
b, dan Spearman Correlation. Pearson Correlation digunakan untuk data berskala
interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih
cocok untuk data berskala ordinal. Analisis korelasi sederhana dengan metode
Spearman nilai korelasi (ρ) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1
atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai
mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan dan arah ke -1 atau +1 merupakan korelasi
sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya
(Emzir, 2009:48). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y
naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun),
misalnya hubungan antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi
positif sedangkan hubungan antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi
negatif. Dalam melihat hubungan dan tingkat hubungan antara efektivitas dengan
adopsi teknologi VU Jagung Putih menggunakan matrrik korelasi sederhana
(bivariate correlation).
.
35
GAMBARAN UMUM
Sebagian besar wilayah terletak pada permukaan yang relatif datar dengan
kemiringan kurang dari 5%, daerah berbukit dan pegunungan terletak di bagian
utara dan selatan, tepatnya di sekitar jalur pegunungan kendeng utara dan selatan.
Secara umum kondisi topografi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok :
Daerah dataran, berada pada ketinggian sampai dengan 50 mdpl, dengan
kelerengan 0 - 8% meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug, Tegowanu,
Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan dan Wirosari sebelah selatan
Daerah perbukitan, berada pada ketinggian antara 50 -100 mdpl, dengan
kelerengan 8 - 15% meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Klambu, Brati,
Grobogan sebelah utara dan Wirosari sebelah utara.
Daerah dataran tinggi, berada pada ketinggian antara 100 - 500 mdpl, dengan
kelerengan >15% meliputi wilayah kecamatan yang berada di sebelah selatan
dari wilayah Kabupaten Grobogan.
Tabel 11. Rata-rata jumlah curah Hujan dan banyaknya hari hujan menurut
Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014
No Rata-rata Hari Hujan Rata-rata Curah Hujan
Kecamatan
per Bulan (hari) per Bulan (mm)
1. Kedungjati 8,67 128,42
2. Karangrayung 7,33 181,58
3. Penawangan 7,33 140,58
4. Toroh 10,58 160,58
5. Geyer 9,58 155,92
6. Pulokulon 8,33 164,00
7. Kradenan 8,75 137,25
8. Gabus 8,17 161,17
9. Ngaringan 9,00 132,83
10. Wirosari 9,75 135,08
11. Tawangharjo 10,42 137,92
12. Grobogan 12,58 166,00
13. Purwodadi 7,83 -
14. Brati 9,42 175,92
15. Klambu 11,75 540,25
16. Godong 10,08 168,33
17. Gubug 9,33 141,33
18. Tegowanu 6,50 135,00
19. Tanggungharjo 6,33 113,33
Rata-rata 8,91 164,05
2013 10,28 185,96
2012 8,43 148,48
Sumber : Dinas Pertanian TPH (SPVA) Kab. Grobogan, 2015
Kependudukan
Tabel 13. Luas wilayah, jumlah penduduk, Kepadatan Penduduk dan tingkat
kepadatan penduduk Tahun 2013
Luas Wilayah Jumlah Angka Tingkat
No Kecamatan
(Km2) Penduduk Kepadatan Kepadatan
1 Kedungjati 130,342 44.623 342 Rendah
2 Karangrayung 140,595 92.344 657 Rendah
3 Penawangan 74,177 63.473 856 Tinggi
4 Toroh 119,320 112.765 945 Tinggi
5 Geyer 196,192 67.330 343 Rendah
6 Pulokulon 133,644 106.156 794 Tinggi
7 Kradenan 107,748 81.157 753 Tinggi
8 Gabus 165,365 72.067 436 Rendah
9 Ngaringan 116,720 67.087 575 Rendah
10 Wirosari 154,298 87.963 570 Rendah
11 Tawangharjo 83,602 55.690 666 Rendah
12 Grobogan 104,556 73.295 701 Rendah
13 Purwodadi 77,656 129.126 1.663 Tinggi
14 Brati 54,891 48.279 880 Tinggi
15 Klambu 46,562 38.034 817 Tinggi
16 Godong 86,780 85.840 989 Tinggi
17 Gubug 71,119 82.173 1.155 Tinggi
18 Tegowanu 51,670 53.626 1.038 Tinggi
19 Tanggungharjo 60,628 41.732 688 Rendah
Jumlah 1.975,865 1.402.760 710
Sumber : Data hasil penyesuaian sebagaimana Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
tanggal 17 Januari 2014, Nomor 470/328/SJ, perihal Pemanfaatan Data
Kependudukan, BPS Kabupaten Grobogan, 2015
Lainnya
Angkutan 7%
Jasa 9%
5%
Perdagangan Pertanian
18% Industri 56%
Pengolahan
5%
Gambar 10. Persentase penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut
lapangan usaha tahun 2013
42
Sektor Pertanian
Tabel 15. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas jagung menurut kecamatan
Produktivitas
No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
(ton/ha)
1 Kedungjati 4.505 25.471 5,7
2 Karangrayung 5.982 34.059 5,7
3 Penawangan 2.056 11.578 5,6
4 Toroh 11.227 63.679 5,7
5 Geyer 15.442 87.099 5,6
6 Pulokulon 8.498 48.101 5,7
7 Kradenan 6.118 34.779 5,7
8 Gabus 5.494 31.010 5,6
9 Ngaringan 2.605 14.730 5,7
10 Wirosari 6.559 37.687 5,7
11 Tawangharjo 6.665 38.165 5,7
12 Grobogan 4.744 26.135 5,5
13 Purwodadi 3.971 22.805 5,7
14 Brati 2.068 11.532 5,6
15 Klambu 2.802 15.791 5,6
16 Godong 41 225 5,5
17 Gubug 1.605 9.124 5,7
18 Tegowanu 3.887 21.664 5,6
19 Tanggungharjo 4.640 25.920 5,6
Jumlah 98.909 559.554 5,7
2012 100.332 575.614 5,7
2011 90.348 502.212 5,6
2010 131.103 708.013 5,4
Sumber : Dinas Pertanian TPH Kabupaten Grobogan, 2014 (diolah)
44
Umur
Umur petani sebagai responden pada tiga desa berkisar antara 24 – 71 tahun
dengan rata-rata umur petani 46 tahun. Rata-rata usia ini merupakan usia yang
cukup produktif dalam menghasilkan pendapatan (income), baik oleh diri sendiri
maupun keluarga. Usia responden terbanyak berkisar antara 40 – 55 tahun sebanyak
61 orang (50,9 persen) dibandingkan usia muda 24 - 39 tahun sebanyak 37 orang
(30,8 persen) dan usia 56 – 71 tahun sebanyak 22 orang (18,3 persen) dari total
responden. Penyebaran usia masing-masing Desa dengan kategori umur 24 - 39
tahun paling banyak di Desa Karangasem sebanyak 15 orang (40,5 persen), Desa
Godan 12 orang (32,5 persen) dan Desa Jatipohon sebanyak 10 orang (27 persen).
Kategori umur 40 – 55 tahun yang paling banyak di Desa Jatipohon sebanyak 25
orang (41 persen), Desa Karangasem sebanyak 20 orang (32,8 persen), dan Desa
Godan sebanyak 16 orang (26,2 persen). Sedangkan kategori umur 56 – 71 tahun
terbanyak di Desa Godan sebanyak 12 orang (54,6 persen), Desa Jatipohon dan
Karangasem masing-masing sama sebanyak 5 orang (22,7 persen).
Dilihat dari umur responden, masih ada petani berumur 71 tahun yang masih
bekerja dimana seharusnya sudah memasuki usia pensiun (tidak produktif lagi)
dikarenakan usia muda (24 - 39 tahun) tidak tertarik untuk bekerja sebagai petani
jagung tetapi lebih memilih menjadi buruh bangunan/pabrik. Kondisi seperti ini
harus diantisipasi bagaimana menarik minat usia muda untuk bekerja sebagai petani
demi kelanjutan tenaga kerja di sektor pertanian (petani jagung) misalnya dengan
memberikan pendidikan informal seperti pelatihan dan keterampilan berusahatani
yang baik dan sesuai anjuran secara gratis. Umur petani akan mempengaruhi fisik
dalam bekerja sehingga produktivitasnya cenderung juga akan menurun. Namun,
petani yang masih muda enggan untuk menggantikan posisi sebagai petani karena
pekerjaan di luar sektor ini seperti buruh pabrik dan bagunan lebih menarik.
Jenis kelamin
Sebahagian besar bahkan hampir seluruhnya responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 102 orang (85 persen) sedangkan perempuan hanya 18 orang (15
persen). Bahkan di Desa Karangasem Wirosari seluruh responden adalah laki-laki
sebanyak 40 orang sedangkan di Desa Godan sebanyak 38 orang dan Desa
Jatipohon sebanyak 24 orang. Sedangkan responden perempuan hanya terdapat di
Desa Jatipohon sebanyak 16 orang dan Desa Godan sebanyak 2 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki yang bekerja sebagai petani di
sawah/ladang/hutan sedangkan perempuan sebagian besar mengurus rumah tangga
di rumah walau ada sebagian yang bekerja sebagai petani dan pengrajin.
Status Pernikahan
Petani responden sebagian besar sudah menikah, hanya 2 orang saja yang
stausnya belum menikah di Desa Jatipohon. Petani yang sudah berkeluarga
sebanyak 118 orang (98.3 persen), sedangkan yang belum menikah atau belum
berkeluarga sebanyak 2 orang (1.7 persen).
Pendidikan Formal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden
terbanyak adalah SD sebanyak 90 orang (75 persen), SMP sebanyak 16 orang (13
persen) dan SMA sebanyak 14 orang (12 persen). Apabila dilihat dari tingkat
47
Tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga di tiga desa tersebut sebagian besar berjumlah
0 – 3 orang sebanyak 73 orang (60.8 persen) dan 4 - 6 orang sebanyak 47 orang
(39.2 persen). Jumlah tanggungan keluarga antara 0-3 orang terbanyak di Desa
Karangasem sebanyak 26 orang (35.6 persen) selanjutnya Desa Godan sebanyak 25
orang (34.3 persen) dan Desa Jatipohon sebanyak 22 orang (30.1 persen).
Sedangkan jumlah tanggungan keluarga antara 4-6 tahun terbanyak di Desa
Jatipohon sebanyak 18 orang (38.3 persen), Desa Godan sebanyak 15 orang (31.9
persen) dan Desa Karangasem sebanyak 14 orang (29.8 persen). Secara keseluruhan
jumlah tanggungan keluarga mempunyai porsi yang sama di tiap Desa yaitu
sebanyak 40 orang (33.33 persen).
Pengalaman Usahatani
Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian bahwa petani di
Kabupaten Grobogan khususnya pada tiga desa (Desa Jatipohon, Desa Godan, dan
Desa Karangasem) menunjukkan bahwa pengalaman usahatani para petani tersebut
sungguh beragam dimulai dari 1-56 tahun. Pengalaman petani dalam berusahatani
yang paling banyak berkisar antara 1- 18 tahun sebesar 79 orang (65,8 persen) dan
yang paling sedikit berkisar antara 38 – 56 tahun sebesar 9 orang (7,5 persen), dan
sisanya 32 orang (26,7 persen) dari total responden. Pengalaman berusahatani yang
masih belum lama yaitu 1 - 18 tahun terbanyak di Desa Jatipohon sebanyak 31 orang
(39,2 persen), sedangkan yang paling lama yaitu antara 38 – 56 tahun terbanyak di
Desa Karangasem sebanyak 7 orang (77,8 persen), dan pengalaman antara 19 – 37
tahun terbanyak di Desa Godan sebanyak 15 orang (46,9 persen).
Status Lahan
Lahan pertanian yang terdapat pada tiga desa tersebut mempunyai
agroekosistem yang berbeda-beda dan status kepemilikan lahan pertanian meliputi
lahan milik sendiri sebanyak 90 orang (75 persen) dan sanggeman (lahan perhutani
yang dipinjam pakai kepada petani setempat tanpa membayar sewa tetapi dengan
adanya surat perjanjian pinjam pakai) sebanyak 17 orang (14.2 persen), dan petani
yang memiliki status keduanya (pemilik dan sanggeman) sebanyak 13 orang (10.8
persen). Desa Jatipohon letaknya di dataran rendah merupakan lahan kering
(tegalan) dan status kepemilikan lahan kebanyakan lahan sanggeman, Desa Godan
merupakan lahan sawah tadah hujan dan kepemilikan sebaagian lahan sanggeman.
Sedangkan Desa Karangasem letaknya di dataran sedang merupakan lahan sawah
irigasi dan staus kepemilikan lahan semuanya milik sendiri. Lahan tersebut
48
Luas lahan
Petani jagung di Desa Jatipohon, Desa Godan dan Desa Karangasem
mempunyai lahan pertanian yang tidak cukup luas. Luas lahan yang dimiliki oleh
petani di tiga desa tersebut berkisar antara 0,04 - 1,25 hektar. Luas lahan tersebut
digunakan untuk usahatani padi, jagung, dan kacang-kacangan serta umbi-umbian
sesuai musim tanam (MT I dan MT II). Hampir semua rata-rata petani menanam
jagung pada MT II setelah MT I ditanami oleh padi karena bertepatan dengan
musim hujan. Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani adalah 0,39 hektar yang
ditanami jagung dan padi sesuai musim tanam (MT).
Luas lahan yang dimiliki oleh petani dikelompokkan menjadi tiga kriteria,
yaitu : a) luas lahan dibawah 0,25 hektar sebanyak 36 orang (30 persen), b) antara
0,25 – 0,75 hektar sebanyak 71 orang (59.2 persen), c) diatas atau sama dengan 0,76
hektar sebanyak 13 orang (10.8 persen). Luas lahan yang paling banyak dimiliki
petani berkisar antara 0,25 – 0,75 hektar karena lebih dari setengahnya,
penyebarannya paling banyak di Desa Karangasem berjumlah 35 orang (49.3
persen), Desa Jatipohon dan Desa Godan mang-masing berjumlah 18 orang (25.4
persen). Sedangkan luas lahan < 0,25 hektar paling banyak di Desa Jatipohon
berjumlah 18 orang (50 persen), Desa Godan berjumlah 16 orang (44.4 persen), dan
Desa Karangasem hanya 2 orang (5.6 persen). Luas lahan diatas atau sama dengan
0,76 hektar paling banyak di Desa Godan berjumlah 6 orang (46.2 persen), Desa
Jatipohon berjumlah 4 orang (30.8 persen), dan Desa Karangasem hanya 3 orang
(23 persen).
Pendapatan
Petani jagung di tiga desa Kabupaten Grobogan mempunyai penghasilan
yang cukup beragam berkisar antara 1.000.000 – 10.000.000 per bulan. Pendapatan
petani rata-rata berkisar antara 1.000.000 – 5.000.000 per bulan (64.2 persen) yang
diperoleh dari hasil usahatani tanaman pangan (padi, jagung, dan umbi-umbian).
Pendapatan petani dibawah 1.000.000 per bulan hanya 15.8 persen dan diatas
5.000.000 sebesar 20 persen. Pendapatan petani diatas 5.000.000 per bulan
termasuk dalam kategori tinggi terdapat di Desa Godan sebesar 75 persen dan
dibawah 5.000.000 per bulan termasuk kategori rendah hanya terdapat di Desa
Karangasem sebesar 89 persen. Pekerjaan sampingan lainnya sebagai pengrajin,
pedagang, buruh untuk menambah pendapatan keluarga. Alasan utamanya adalah
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
49
66,7
70
60 49,2
44,2
50 40,8
Persentase
40
30
17,5
20
7,5
10
0
Varietas Indek Harga benih Benih dapat Kesesuaian Mudah
Unggul Pertanaman lebih murah ditangkar agroekosistem diterapkan/
bisa 2-3 kali sendiri tidak rumit
Persentase 66,7 49,2 44,2 40,8 17,5 7,5
Gambar 11. Faktor –faktor yang dipertimbangkan petani mengadopsi Varietas Unggul
Jagung Putih
Tabel 18. Hasil analisis fungsi logit faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
Varietas Unggul Jagung Putih
Variabel independen B S.E. Wald Sig. Exp(B)
Umur (X1) ,006 ,027 ,050 ,823 1,006
Pendidikan (X2) ,181 ,124 2,147 ,143 1,198
Pengalaman (X3) ,033 ,023 1,991 ,158 1,033
Luas_lahan (X4) ,126 ,963 ,017 ,896 1,135
Pendapatan (X5) ,930 ,479 3,771 ,052* 2,536
Informasi_teknologi (X6) 1,363 ,569 5,742 ,017* 3,908
Dukungan_Penyuluh (D1) 1,254 ,512 5,996 ,014* 3,503
Hama Penyakit (D2) -1,746 ,706 6,108 ,013* ,175
Benih (D3) 2,181 ,860 6,432 ,011* 8,857
Constant -5,633 2,055 7,513 ,006 ,004
4) Untuk variabel yang secara nyata berpengaruh negatif adalah hama penyakit,
dengan Odd Rasio 0,175 menunjukkan bahwa peluang petani untuk
mengadopsi Varietas Unggul Jagung Putih sebesar kurang dari satu kali lipat.
Hama penyakit yang umumnya menyerang tanaman jagung adalah bulai,
apabila hama penyakit tersebut tinggi disebabkan perubahan iklim yang tidak
menentu dan penggunaan pestisida tidak sesuai anjuran dapat mengakibatkan
produksi menurun sehingga petani takut beresiko gagal panen sehingga
berdampak rendahnya adopsi (pengaruh negatif antara hama penyakit tinggi
dengan peluang adopsi petani).
5) Ketersediaan benih menunjukkan bawa peluang petani mengadopsi Varietas
Unggul Jagung Putih sebesar 8,8 kali. Benih penjenis (BS) VU Jagung Putih
(Anoman dan Srikandi Putih) bantuan dari Dinas Pertanian TPH Kabupaten
Grobogan yang dikembangkan oleh kelompok tani tiga desa binaan sudah
dilatih dalam penangkaran benih untuk pengembangan Jagung Putih ini.
Karena termasuk jenis jagung komposit benihnya dapat diturunkan sampai
beberapa kali yang diambil dari pertanaman sebelumnya sehingga benih
tersedia pada saat tanam selanjutnya. Ketersediaan benih memang belum pada
tahap pelabelan/sertifikasi karena perlu ijin dan proses dari BPSB, namun
telah memenuhi kebutuhan petani di lapang saat pertanaman selanjutnya.
Tabel 19. Skor penilaian atribut efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih dengan
metode IPA
Indikator Atribut Kepentingan Kinerja
∑Yi n 𝑌̅ ∑Xi n 𝑋̅
Produktivitas 1 Luas_lahan 62 15 4,13 60 15 4,00
2 Adopsi_teknologi 64 15 4,27 58 15 3,87
3 Produksi 68 15 4,53 53 15 3,53
Kualitas 4 Karakteristik_VUB 63 15 4,20 50 15 3,33
5 Daya_tahan 68 15 4,53 53 15 3,53
6 Daya_hasil 72 15 4,80 58 15 3,87
Efisiensi 7 Biaya usahatani 64 15 4,27 50 15 3,33
8 Harga 67 15 4,47 43 15 2,87
9 Umur_panen 60 15 4,00 46 15 3,07
Keunggulan 10 Potensi_hasil 70 15 4,67 64 15 4,27
11 Toleran_kekeringan 69 15 4,60 59 15 3,87
12 Spesifik_lokasi 64 15 4,27 59 15 3,93
Kepuasan 13 Kandungan_Nutrisi 66 15 4,40 60 15 4,00
14 Ketersediaan_benih 67 15 4,47 57 15 3,80
15 Teknologi inovasi 64 15 4,27 58 15 3,87
Pengembangan 16 Diseminasi/penyebaran 57 15 3,80 52 15 3,47
hasil penelitian
17 Dukungan_kelembagaan 68 15 4,53 57 15 3,80
Jumlah 74,20 62,40
Jumlah atribut 17 17
𝑌̿ 4,365 3,671
Prioritas Pertahankan
Prestasi (B)
Utama (A)
Prioritas
Rendah (C)
Berlebihan
(D)
Tabel 20. Analisis atribut/indikator efektivitas VUB Jagung Putih menurut kuadran
Kuadran A Kuadran B Kuadran C (Prioritas Kuadran D
(Prioritas Utama) (Pertahankan Rendah) (Berlebihan)
Prestasi)
1. Produksi (3) 1. Daya hasil (7) 1. Karakteristik 1. Luas lahan (1)
2. Daya tahan (6) 2. Potensi hasil (10) Varietas Unggul (4) 2. Adopsi
3. Harga (8) 3. Toleran terhadap 2. Biaya usahatani (7) teknoogi (2)
kekeringan (11) 3. Umur panen (9) 3. Spesifik
4. Kandungan 4. Diseminasi/penyebar lokasi (12)
nutrisi (13) an hasil penelitian 4. Penerapan
5. Ketersediaan (16) teknologi
benih (14) inovasi (15)
6. Dukungan
kelembagaan (17)
Indikator : Indikator : Indikator : Indikator :
Produktivitas Kualitas Efisiensi Produktivitas
Kualitas Keunggulan Kualitas Keunggulan
Efisiensi Kepuasan Pengembangan Kepuasan
Pengembangan
Sumber : data primer diolah
56
Tabel 21. Nilai hubungan (ρ) antara faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
dengan efektivitas VUB Jagung Putih
Faktor Adopsi Atribut/Indikator Efektivitas
Produksi Daya Tahan Harga
(Produktivitas) (Kualitas) (Efisiensi)
Pendapatan 0,178 0,362 0,472 ***)
(0,526) (0,185) (0,076)
Informasi teknologi -0,041 0,356 -0,196
(0,885) (0,192) (0,484)
Dukungan Penyuluh -0,193 0,577 **) -0,154
(0,490) (0,024) (0,584)
Hama Penyakit 0,296 -0,567 **) -0,277
(0,284) (0,028) (0,317)
Ketersediaan Benih -0,410 0,419 0,423
(0,129) (0,120) (0,116)
Ket : *** signifikan dengan α 0,01 ρ : koefisien korelasi Rank Spearman
** signifikan dengan α 0,05
* signifikan dengan α 0,10
Implikasi Kebijakan
penyuluh. Sebagaimana diketahui bahwa dalam era otonomi daerah saat ini, dua hal
tersebut sangat kurang sehingga dari segi informasi teknologi merupakan tugas dan
fungsi Badan Litbang Pertanian melalui BPTP untuk menyampaikan hasil-hasil
penelitian teknologi sedangkan penyuluh merupakan profesinya mendampingi
petani dalam menerapkan inovasi teknologi tersebut. Kedua faktor eksternal ini
sangat penting dalam menunjang keberhasilan penerapan suatu inovasi baru.
Perubahan fenomena iklim yang terjadi di tiga desa Kabupaten Grobogan,
pengendalian organisme pengganggu tanaman seperti penyakit bulai, hawar daun
dan busuk tongkol merupakan hal penting dalam sistem produksi tanaman Jagung
Putih. Faktor produksi, daya tahan dan harga Jagung Putih (Anoman dan Srikandi
Putih) menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan kinerjanya dalam
memenuhi kepentingan petani sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan
yang dicapai. Efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih di Kabupaten Grobogan,
Jawa Tengah dapat dicapai dengan pengembangan teknologi Varietas Unggul
Jagung Putih baik dalam pembudidayaan, pascapanen, penyebaran informasi hasil
penelitian (Diseminasi), dan ketetapan harga yang sesuai dengan sosial budaya
setempat. Hal ini dalam rangka memenuhi kepentingan/harapan petani dan
masyarakat sehingga tetap menjadikan Jagung Putih sebagai bahan pangan pokok
pengganti beras khususnya mendukung program diversifikasi pangan Kementerian
Pertanian. Apabila Jagung Putih dapat diperkenalkan untuk dijadikan bahan pangan
pokok nasional diharapkan dapat mencapai swasembada nasional (Yasin et al.
2014).
Keterkaitan/hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
petani dengan indikator efektivitas terhadap Varietas Unggul Jagung Putih dimana
Badan Litbang selaku penghasil inovasi termasuk kategori Sedang dan
nyata/signifikan, artinya faktor yang mempengaruhi adopsi dan atribut efektivitas
seimbang dalam memenuhi kepentingan/harapan petani untuk mencapai output
yang diharapkan, sehingga perlu dikembangkan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Pengendalian hama penyakit terhadap Jagung Putih (Anoman dan
Srikandi Putih) perlu adanya penanganan lebih lanjut terutama bulai yang menjadi
ancaman dan sering ditakuti oleh petani, supaya dapat menghasilkan produksi
Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) yang bermutu baik.
Aspek terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Grobogan pada tiga
desa binaan menunjukkan bahwa Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
merupakan lahan sawah irigasi teknis sehingga lahannya tidak kekurangan air,
sehingga sesuai dengan VU Srikandi Putih dan Anoman, begitupun dengan Desa
Godan merupakan lahan sawah tadah hujan dengan sistem pengairan dengan
embung. Namun, Desa Jatipohon yang merupakan daerah lahan kering lebih sesuai
dengan VU Anoman yang keunggulannya tahan terhadap kekeringan. Kepemilikan
lahan usahatani di Desa Karangasem semua milik petani sendiri dengan luasan
antara 0,25 – 0,75 hektar dibandingkan dengan Desa Godan dan Desa Jatipohon
khususnya yang masih menggunakan lahan perhutani (sanggeman). Salah satu
faktor adopsi yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi adalah
tingkat pendapatan. Petani di Desa Godan Kecamatan Tawangharjo memiliki
tingkat pendapatan yang paling tinggi dibandingkan Desa Jatipohon dan
Karangasem yang rata-rata berpenghasilan menengah sehingga tingkat adopsi VU
Jagung Putih di Desa tersebut sangat tinggi (semua petani mengadopsi Srikandi
Putih dan Anoman). Petani di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari masih kurang
60
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fachinsta, Hendayana, dan Risfaheri. 2013. Faktor Sosial Ekonomi Penentu Adopsi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Bangka Belitung.
Informatika Pertanian, Vol. 22 No.2, Desember 2013 : 113 – 120
Feleke and Zegeye. 2006. Adoption of improved maize varieties in Southern
Ethiopia: Factors and strategy options. Food Policy, 31(5), 442–457.
doi:10.1016/j.foodpol.2005.12.003
GGDP. 1991. A Study of Maize Technology Adoption in Ghana. Mexico City,
Mexico: Ghana Grains Development Project.
Gibson et al. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Jilid I Edisi ke- 8.
Bina Rupa Aksara
Hamdani. 2006. Birokrat Pertanian harus dekat dengan Petani. Agro-Humaniora 4
(10) : 9-10
Hendayana. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peluang Petani Menerapkan
Teknologi Baru Dalam Usahatani Padi. Kasus SUTPA di Lampung Tengah
dan Lampung Selatan. JAE 16 (1): ...
Hendayana. 2012. Penerapan Metode Regresi Logistik Dalam Menganalisis Adopsi
Teknologi Pertanian. Jurnal Informatika Pertanian Vol. 22 No. 1. Juni 2013
:1-9
Hosmer dan Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. 2nd Edition. New
York: John Willey and Sons
Iriani, Wulandari dan Handoyo. 2009. Keragaan beberapa varietas unggul jagung
komposit di tingkat petani lahan kering Kabupaten Blora. Prosiding Seminar
Nasional Serealia. ISBN : 978-979-8940-27-9.
Kariyasa dan Dewi, 2012. Analysis Of Factors Affecting Adoption Of Integrated
Crop Management Farmer Field School (Icm-Ffs) In Swampy Areas.
International Journal of Food and Agricultural Economics ISSN 2147-8988
Vol. 1 No. 2 pp 29-38
Kartini. 2013. Info Kandungan Gizi Jagung Putih Muda. Post Tagged Jagung Putih.
Smber Informasi Gizi (in Godan 2012). Kementeian Kesehatan. Jakarta
Kasryno et.al. 2005. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang
Pertanian. Jakarta
Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2010-2014 Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2012. Peraturan Menteri Pertanian No.
50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian dalam pasal 4 ayat (2). Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2015. Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
03/Kpts/PD.120/1/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang penetapan kawasan
padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu nasional Kementerian Pertanian. Jakarta.
Khonje et.al. 2015. Analysis of Adoption and Impacts of Improved Maize Varieties
in Eastern Zambia. World Development, 66, 695–706.
http://doi.org/10.1016/j.worlddev.2014.09.008
Krisnamurthi. 2006. Revitalisasi Pertanian : Sebuah Konsekuensi Sejarah dan
Tuntutan Masa Depan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Kurniawan. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Dan Daya Saing Usahatani Jagung
Pada Lahan Kering Di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Laporan Kinerja Kementerian Pertanian. 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta
64
LAMPIRAN
67
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR ADOPSI DAN EFEKTIVITAS
VARIETAS UNGGUL (VU) JAGUNG PUTIH DI
KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH
No Responden :
Nama Mahasiswa : Laila Kadar
NRP : H152130171
Fakultas : Ekonomi dan Manajemen
Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan (PWD)
No Telp/HP : .....................................................................................
RT/RW : .....................................................................................
Desa : .....................................................................................
Kecamatan : .....................................................................................
Kabupaten : Grobogan
No HP : .....................................................................................
Email : .....................................................................................
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
68
1. Nama : .................................................................................
2. Jenis kelamin : L/P
3. Umur : ........... tahun
4)
4. Pendidikan formal : ................................................................ tahun
5. Pekerjaan pokok : ................................................................
6. Pekerjaan sampingan : ................................................................ 3)
7. Lamanya/berusahatani jagung sejak tahun : ...............
8. Jumlah tanggungan keluarga : ........ jiwa
12. Apakah semua lahan yang dimiliki mendapat perlakuan yang sama ?
(pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, dan pestisida)? Ya/Tidak
Jika Ya, mengapa? ...............................................................................................
Jika Tidak, mengapa? ..........................................................................................
15. Jika lahan berstatus Milik Sendiri, dari mana sumber perolehannya :
1) warisan 2) beli sendiri 3) sumber lain......................................................
1. Produksi
2. Biaya Benih
3. Biaya Pupuk
4. Biaya Pestisida
5. Biaya Traktor
6. Upah Tanam1) 1)
7. Upah Panen2) 2)
8. TK keluarga
9. Pajak PBB
10. Angkutan hasil
1)
Tulis cara tanam : tebar langsung atau pengaturan jarak tanam
2)
Tulis cara panen :
17. Apakah dalam kegiatan usahatani ada kewajiban membayar iuran air ?
Ya/Tidak. Jika Ya berapa Rp. ...........................
Bagaimana prosedur membayarnya ?
i. Tunai ii waktu panen iii. Lainnya : ............................................
18. Apakah tenaga kerja dari luar keluarga mudah didapat? ....................................
Mengapa? ......................................................................................................
19. Tenaga kerja luar keluarga lebih banyak berasal dari mana?
i. dalam desa ii. luar desa iii. lainnya : ...........................
71
20. Siapa yang menentukan aturan bagi hasil tersebut : (pemilik lahan/penyakap)
alasan :
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
21. Selain aturan tersebut di atas, apakah ada aturan lain antara penyakap dan
pemilik tanah (ikatan sosial/yang mengikat diluar kegiatan usahatani,
kekerabatan, dll), jelaskan :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
22. Jika lahan yang digarap berstatus Sewa, Bagaimana aturan sewa lahannya :
a. Berapa sewa lahan dalam satu kali MT atau satu tahun? Rp .......................
untuk luasan . . . . . . . . . . . . . . m2, per MT/tahun ..........................................
b. Bagaimana sistem pembayaran sewa lahan :
1). Cash/kontan, jelaskan ..............................................................................
2). Bayar setelah panen .................................................................................
3) Lainnya ....................................................................................................
23. Produksi dan Sarana Produksi yang digunakan dalam usahatani jagung :
72
24. Penggunaan Tenaga Kerja (jam/hari) dalam usahatani jagung : Musim Tanam 1
Uraian TK. Dalam Keluarga TK Luar Keluarga Borongan Total Nilai
Pria Wanita Anak Pria Wanita (Rp.000) (Rp.000)
HOK HOK HOK HOK Upah Nilai HOK Upah Nilai
(Rp/HOK) (Rp.000) (Rp/HOK) (Rp.000)
1. Pengolahan Tanah :
a. TK. Hewan
b. TK. Traktor
i. sewa traktor
ii. upah operator
c. TK. Manusia
2. Mencaplak
3. Penanaman
4. Penyiangan
5. Pemupukan
a. Pemupukan I
b. Pemupukan II
6. Penyemprotan
a. Penyemprotan I
b. penyemprotan II
7. Panen
8. Perontokan biji
9. Angkut
10. Penjemuran
11. Penyimpanan
Keterangan: 1 HOK = 8 jam kerja (misalnya. 3 org x 2 jam/hari = 6 jam/hari = 6/8= 0,75 HOK
25. Penggunaan Tenaga Kerja (jam/hari) dalam usahatani jagung (Lanjutan Tabel) : Musim Tanam 2
Uraian TK. Dalam Keluarga TK Luar Keluarga Borongan Total Nilai
Pria Wanita Anak Pria Wanita (Rp.000) (Rp.000)
HOK HOK HOK HOK Upah Nilai HOK (Rp/HOK) Nilai
(Rp/HOK) (Rp.000) (Rp.000)
1. Pengolahan Tanah :
a. TK. Hewan
b. TK. Traktor
i. sewa traktor
ii. upah operator
c. TK. Manusia
2. Mencaplak
3. Penanaman
4. Penyiangan
5. Pemupukan
a. Pemupukan I
b. Pemupukan II
6. Penyemprotan
a. Penyemprotan I
b. penyemprotan II
7. Panen
8. Perontokan biji
9. Angkut
10. Penjemuran
11. Penyimpanan
Keterangan: 1 HOK = 8 jam kerja (misalnya. 3 org x 2 jam/hari = 6 jam/hari = 6/8= 0,75 HOK
75
76
31. Bila menjual di pabrik pakan ternak, berapa harga jualnya Rp..........................
Nama pabriknya......................................................
Alasan Bapak menjual ke pabrik pakan ternak ..................................................
............................................................................................................................
32. Berapa biaya transportasi yang dkeluarkan untuk menjual hasil panen? Rp.......
34. Apakah dengan tingkat harga jual sudah mendapatkan keuntungan? Ya/Tidak
Jika Ya mengapa
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Jika tidak mengapa Bapak tetap menjual hasil panen .......................................
............................................................................................................................
36. Apakah kelembagaan tersebut dapat membantu Bapak dalam pemasaran hasil
panen? Ya/Tidak
Bila Ya, dalam bentuk apa bantuan tersebut? ....................................................
............................................................................................................................
B. ASPEK TEKNOLOGI
1. Apakah Bapak mengenal teknologi Varietas Unggul Baru (VUB) Jagung Putih
(komposit) inovasi Badan Litbang Pertanian? Ya/Tidak
Jika Tidak, mengapa ............................................................................................
6. Manfaat apa yang Bapak peroleh dengan menjadi anggota Kelompok Tani ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
10. Komponen-komponen teknologi VUB jagung putih (komposit) apa saja yang
Bapak gunakan/terapkan dalam budidaya jagung
11. Apa alasan Bapak mengapa tidak menerapkan komponen teknologi tersebut?
(Dari komponen teknologi jagung tersebut diatas)
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Respon petani
Manfaat Teknologi PTT jagung Keterangan
1=ya; 0=tidak
Manfaat Teknis
1. Jumlah benih
2. Kualitas benih/daya tumbuh
3. Pertumbuhan tanaman
4. Ketahanan Hama Penyakit
5. Daya tahan terhadap kekeringan/Hujan/Banjir
6. Umur panen
7. Pola Tanam
Manfaat Eonomi
1. Jumlah Produksi tinggi
2. Harga jual bagus
3. Biaya produksi (tinggi/rendah)
4. Pendapatan tinggi
5. Kualitas produksi (ukuran biji/berat)
6. Mudah memasarkan hasil
7. Tenaga Kerja
8. Modal Usahatani
Manfaat Sosial
Pengetahuan tentang varietas
.............................................................
.............................................................
14. Permasalahan-permasalahan pokok apa yang dirasakan dalam menerapkan teknologi VUB jagung putih (komposit) inovasi
Balitbangtan?
Respon petani 1=ya;
Permasalahan yang dihadapi Keterangan
0=tidak
a. Masalah Teknis
(1) Jumlah benih
(2) Kualitas benih/daya tumbuh
(3) Pertumbuhan tanaman
(4) Hama penyakit
(5) Daya tahan terhadap kekeringan/hujan/banjir
(6) Umur panen
(7) Pola tanam
b. Masalah Eonomi
(1) Harga benih mahal
(2) Benih kurang tersedia saat diperlukan
(3) Tempat beli jauh
(4) Rata-rata lahan garapan kecil
(5) Sarana produksi
(6) Tenaga kerja
(7) Modal usahatani
(8) Kualitas produksi
(9) Jumlah produksi
(10) Biaya produksi
(11) Pendapatan
(12) Pola tanam
(13) Panen
83
(14) Pasca panen
84
4. Peternakan
Uraian Ayam Itik Bebek Domba Kambing Sapi ..................
Jumlah (ekor/unit)
Dibeli (Rp/ekor)
Dijual (Rp/ekor)
Nilai (Rp.000)
Dikonsumsi (ekor/unit)
Nilai (Rp.000)
Cadangan pangan (kg)
Curahan TK Dalam Keluarga (HOK)
Hasil sampingan ternak :
a. Telur
Dijual (butir), Nilai (Rp/butir)
Dikonsumsi (butir)
b. Susu
Dijual (liter), Nilai (Rp/liter)
Dikonsumsi (butir)
c. Bibit
Dijual (ekor)
Nilai (Rp)
Biaya TK Luar Keluarga (Rp/HOK)
Biaya pakan ternak (Rp)
Biaya pemasaran (Rp)
D. PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI KEGIATAN OFF FARM (DI LUAR USAHATANI)
1. Buruh Pertanian
Keterangan : 1) 1=cangkul, 2=tanam, 3=panen; 2) 1=harian, 2=borongan, 3=lainnya............; 3) 1=di dalam desa, 2=luar desa, 3=luar kecamatan, 4=luar kabupaten
4) 5)
1=setiap hari, 2=setiap minggu, 3=setiap bulan 1=musiman, 2=sepanjang tahun
Isikan dan masukkan total pengeluaran per item pada salah satu kolom apakah pengeluaran per hari/minggu/bulan/tahun
No Rincian Pengeluaran Non Pangan Rumah Frekwensi pengeluaran
Tangga Petani
Rp/ Hari Rp/ Minggu Rp/Bulan Rp/3-4 Bln Rp/6 Bln Rp/Thn
1 Perumahan dan Fasilitas Rumah
a. Sewa kontrak
b. Rekening listrik/air
c. Rekening telp
d. Renovasi rumah
e. .........................................................
2 Komunikasi
a. Koran/majalah
b. Telepon rumah/HP
3. Pendidikan
a. SPP
b. Buku pelajaran
c. Buku dan Alat tulis
d. Seragam sekolah (termasuk sepatu)
e. Jajan anak
f. Tas sekolah
g. Transportasi
h. Kursus tambahan
4 Bahan Bakar
a. Bensin/Solar
b. Minyak tanah
c. Kayu bakar/Arang/Pelumas/Oli
93
5 Kesehatan
94
a. Biaya dokter/bidan
b. Peralatan mandi (sabun, odol, sikat gigi)
c. Pembalut wanita
d. Minyak wangi
e. Obat-obatan
f.
6 Sandang (diluar keperluan sekolah)
a. Pakaian (kemeja/kaos/celana)
b. Sarung/Seprey/sarung bantal/selimut
c. Sepatu/sendal
d. ..........................................................
e. ............................................................
7 Pengeluaran Lainnya
a. Rokok
b. STNK Kendaraan
c. PBB
d. Asuransi kesehatan/pungutan/ retribusi
e. Iuran RT/RW/Keluarahan
f. Iuran kelompok tani
g. Arisan
h. Iuran duka warga
i. Iuran pernikahan/khitanan
j. Tabungan
k. ............................................................
l. ............................................................
m. ............................................................
95
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR ADOPSI DAN EFEKTIVITAS
VARIETAS UNGGUL (VU) JAGUNG PUTIH DI
KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH
No Responden :
KUESIONER
ANALISIS EFEKTIVITAS VARIETAS UNGGUL (VU)
JAGUNG PUTIH UNTUK PETANI
Identitas Responden
1. Umur Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Pendidikan formal :
( ) SD ( ) SLTP ( ) SMU ( ) Diploma
( ) Sarjana ( ) Pasca Sarjana ( ) Tidak Bersekolah
4. Pekerjaan :
( ) Petani ( ) Buruh Tani ( ) Buruh ( ) Pedagang
( ) Pegawai Negeri (PNS) ( ) Wiraswasta ( ) Lainnya,
................
5. Pekerjaan pasangan :
( ) Petani ( ) Buruh Tani ( ) Buruh ( ) Pedagang
( ) Pegawai Negeri (PNS) ( ) Wiraswasta ( ) Lainnya,
................
6. Status pernikahan : ( ) Sudah Menikah ( ) Belum Menikah
7. Berapa lama bekerja di usaha pertanian : ....................... tahun
8. Jumlah anggota keluarga (seluruh keluarga yang tinggal dalam satu rumah,
termasuk pembantu) : ...............orang
9. Penghasilan rata-rata keluarga per bulan (Rp) :
( ) < 500.000 ( ) 500.000-999.999 ( ) 1.000.000-1.499.999
( ) 1.500.000-2.000.000 ( ) 2.000.000-2.499.999 ( ) 2.500.000-2.999.999
( ) 3.000.000-3.499.999 ( ) 3.500.000-3.999.999 ( ) >4.000.000
10. Berapa pengeluaran untuk kebutuhan sandang, pangan, papan per bulan :
Rp......
Identifikasi Proses
g. Biaya Usahatani [ ]
h. Waktu Pola Tanam [ ]
i. Jarak ke lokasi [ ]
j. Kebijakan alih/transfer teknologi [ ]
k. Kebijakan Harga [ ]
l. Kesesuaian dengan lingkungan (spesifik lokasi) [ ]
m. Berdaya hasil tinggi [ ]
n. Toleran terhadap lingkungan/iklim [ ]
o. Kemudahan produksi benih oleh petani/kel. Tani [ ]
p. Ketersediaan benih yang dibutuhkan [ ]
q. Ketepatan waktu pemesanan benih [ ]
r. Ketepatan waktu musim tanam [ ]
s. Kemudahan prosedur mendapatkan benih [ ]
t. Diseminasi/Penyebaran InformasiTeknologi Hasil Pertanian [ ]
u. Dukungan Kelembagaan (Balit komoditas, BPTP, BPSB TPH, [ ]
Penangkar dan Kelompok Tani)
c Pelayanan memuaskan
d. Kualitas produk relatif lebih baik
e. Lainnya,................................................
16. Dimanakah tempat Anda biasa membeli Benih Sumber Jagung Putih tersebut?
a. Kios/warung pedagang eceran, alasannya......................................................
b. Pasar tradisional, alasannya............................................................................
c. Koperasi, alasannya........................................................................................
d. Penangkar,
alasannya......................................................................................
e. Lainnya, sebutkan........................................, alasannya.................................
18. Jika benih VU Jagung Putih yang Anda akan beli tidak tersedia, maka Anda
akan :
a. Membeli benih sumber jenis lain di tempat yang sama
b. Mencari benih sumber yang sama di tempat lain
c. Tidak jadi membeli / menunda pembelian benih sumber tersebut
d. Lainnya, sebutkan ..........................................................................................
19. Apabila harga benih VU Jagung Putih mengalami kenaikan, apakah yang akan
Anda lakukan ?
a. Membeli benih sumber lain yang lebih murah
b. Tetap membeli benih tersebut (tidak terpengaruh)
c. Tidak jadi membeli benih tersebut
d. Membeli benih sumber lainnya dengan harga yang sama
e. Lainnya, .........................................................................................................
20. Dalam menggunakan VU Jagung Putih, apakah Anda pernah ada keluhan ?
a. Ya
b. Tidak
21. Bila jawaban no. 20 ”Ya”, Keluhan apa yang sering Anda alami ? (jawaban
boleh lebih dari satu)
Jawaban : .............................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
22. Apa yang Anda lakukan bila menghadapi keluhan ?
a. Menyampaikan keluhan ke Penjual, namun tetap membeli benih VU
Jagung Putih di tempat yang sama
b. Membeli benih VU yang sama di tempat lain
c. Membeli benih VU jenis lain di tempat yang sama
d. Tidak ada
e. Lainnya,..........................................................................................................
100
Petunjuk pengisian kuesioner : Berikut ini akan ditampilkan tabel yang berisi
indikator dan atribut VU Jagung Putih. Anda diminta untuk menilai kepentigan
setiap atribut dengan memberi tanda silang (X atau V) pada kolom yang telah
disediakan
No Atribut Efektivitas VU Tingkat Kepentingan
Jagung Putih Sangat Penting Kurang Tidak Sangat
Penting Penting Tidak
Penting
I Produktivitas
1. Luas lahan usahatani
2. Tingkat Adopsi teknologi
3. Produksi
II Kualitas
4. Karakteristik VU Jagung Putih
5. Daya Tahan VU Jagung Putih
6. Daya hasil VU Jagung Putih
III Efisiensi
7. Biaya usahatani
8. Harga
9. Umur Panen
IV Keunggulan
10. Potensi hasil
11. Toleran kekeringan
12. Kesesuaian dengan
lingkungan (spesifik lokasi)
13. Kandungan Gizi/Nutrisi
V Kepuasan
14. Ketersediaan benih
15. Teknologi inovasi
VI Pengembangan
16. Diseminasi/Penyebaran Hasil
Penelitian Pertanian
17. Dukungan kelembagaan (Balit
komoditas, BPTP, BPSB TPH,
Penangkar & Kel.Tani)
101
No Responden :
KUESIONER INVENTOR/LEMBAGA/MITRA
KUESIONER INVENTOR/LEMBAGA/MITRA
(Dapat diisi oleh Inventor dan Mitra)
KUESIONER INVENTOR/LEMBAGA/MITRA
Kuesioner Kerjasama Berdasarkan Persepsi Inventor, Lembaga dan Mitra
2
Beri tanda silang (x) yang akan dipilih
108
5. Daya saing terhadap produk yang sudah ada di 1 Sangat Tidak penting
pasar 2 Tidak penting
3 Cukup penting
4 Penting
5 Sangat penting
KUESIONER INVENTOR/LEMBAGA/MITRA
(Kuesioner ini diisi oleh Inventor dan Investor)
4. Fasilitasi Temu bisnis dan Round Table Meeting 1 Sangat Tidak penting
termasuk 2 Tidak penting
3 Cukup penting
4 Penting
5 Sangat penting
B Fasilitasi Pendampingan
6. Inventor memberikanan layanan pendampingan 1 Sangat Tidak penting
selama kerjasama. 2 Tidak penting
3 Cukup penting
4 Penting
5 Sangat penting
15. Sanksi dari pelanggaran aturan kerjasama yang 1 Sangat Tidak penting
telah disepakati untuk dilakukan sesuai ketentuan 2 Tidak penting
yang berlaku 3 Cukup penting
4 Penting
5 Sangat penting
Diadaptasi dari WHO Need Assessment Analysis, 2000.
112
RIWAYAT HIDUP