Anda di halaman 1dari 7

Nama : Siti Rahayu Salsabila

NIRM : 04.1.16.0890
Tingkat : IV C

KERACUNAN Al (Aluminium) dan Pirit

Aluminium
Aluminium merupakan unsur hara penunjang yang tidak dibutuhkan tanaman, sebab
unsur ini dapat bersifat toksik. Aluminium memiliki karakter penyediaan dan penyerapan mirip
dengan unsur hara mikro, yaitu tanpa zona serapan mewah sehingga dalam kadar sedikit
berlebihan sudah menjadi racun. Sedangkan apabila Al tidak tersedia dengan cukup di tanah,
maka tanaman akan mengalami hambatan dalam perkembangannya, dimana pertumbuhan
bunga dan buah tanaman akan terlihat tidak optimal.
Tanah yang masam mencirikan banyaknya jumlah Al yang terkandung di dalam tanah,
sehingga untuk menetralkan pH rendah pada tanah ini dapat dilakukan dengan pengapuran dan
penggunaan pupuk organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahjudin (1993) yang
mengatakan bahwa sumber kemasaman tanah adalah unsurAl yang dapat ditekan tingkat
kemasamannya dengan cara pengapuran atau dengan pengembalian sisa tanaman ke dalam
tanah.
Kelarutan Al dalam tanah berkaitan erat dengan pH tanah. Kelarutan Al minimum dalam
larutan encer terjadi pada pH 6-7. Pada larutan tanah, kelarutan Al maksimum terjadi pada pH
4,06 dan minimum pada pH 7,23. Apabila pH tanah dinaikkan melalui pengapuran, ion hidroksil
akan bereaksi dan mengendapkan Al yang larut. Kation Al menempati tanah mineral yang
memilii pH <5,0 yang sebagian besar situs koloidnya bermuatan negatif (Hanafiah 2010).
Pada daerah tertentu, seperti di daerah perawaan kandungan Al sangat tinggi sehingga
berpotensi besar dalam meracuni tanaman. Upaya untuk menurunkan tingkat kemasaman
tanah melalui pengapuran dapat dilakukan apabila tingkat kejenuhan Al tanah lebih dari 60%
dan kelarutannya juga tinggi hingga ke tingkat toksik bagi tanaman. Metode ini bertujuan untuk
menetralisasi potensi toksik dari unsur ini, dengan kebutuhan kapur umumnya setara 1,5 x
Alddsehingga setiap 1 me Alldddalam tanah membutuhkan kapur setara 1,5 me kapur. Jika kapur
yang digunakan adalah kalsit (CaCO : BM (berat molekul) = 40 + 12 + 3(6) = 100, valensi Ca =
2, maka dibutuhkan:
1 me Aldd + 1,5 me CaCO3 = 75 mg CaCO3/ 100gram tanah

Untuk 1 Ha (2.000.000 kg/ha dengan asumsi BI = 1 dan tebal lapisan olah tanah 20 cm) =
750 gram x 2.000.000) = 1,5 ton CaCO3/Ha tanah. Takaran ini dapat dikurangi sesuai dengan
tebal lapisan olah dan efektifitas areal pertakaran. Kebutuhan nyata kapur juga dipengaruhi oleh
derajat netralisasi atau tingkat kehalusan (kemudahan untuk melarut) bahan kapur, makin tinggi
derajat netalisai atau tingkat kehalusan (kemudahan untuk melarut) bahan kapur, maka
semakin sedikit kebutuhannya, namun efeknya kapur akan semakin cepat habis (Hanafiah
2010).
Pirit
Pirit adalah mineral yang memiliki rumus kimia FeS². Mineral pirit terdapat di alam dan
melalui proses rekristalisasi pembekuan magma di wilayah mangrove. Pirit yang terbentuk dari
pembekuan magma disebut dengan pirit primer. Di dalam pirit primer ini ditemukan pirit yang
berbentuk seperti kristal petagondodecaeder atau 12 bidang segi lima, atau juga dalam bentuk
kubus, yang biasanya berwarna kuning dan beberapa kristal dapat saling berikatan satu dengan
yang lain. Selain itu mineral pirit bisa juga dijumpai dalam bentuk oktahedral dari segi tiga
sebanyak 8 bidang (Anonim, 2007). Sedangkan pirit yang terbentuk di wilayah mangrove
disebut dengan pirit sekunder, yang biasanya ditemukan dalam bentuk framboid pirit, dimana
setiap sel dari framboidal tersebut terdiri dari bentuk oktaeder. Ukuran framboidal pirit bisa
mencapai 50 μm (Poch et al., 2004). Pembentukan pirit sekunder terbentuk pada lingkungan
masam.
Pada keadaan reduksi FeS² (pirit) akan stabil dan tidak toksik bagi tanaman, tetapi ketika
air didrainase untuk berbagai keperluan penggunaan lahan maka sedimen pirit akan teroksidasi
dan berubah menjadi asam dan mengeluarkan bahan beracun dalam jumlah yang banyak
seperti Al³+, SO4 ², dan Fe³ (Sumawinata, 1998). Ada dua mekanisme penting dalam oksidasi
pirit yaitu mekanisme oksidasi pirit secara biokimia melalui aktivitas mikroorganisme dan
oksidasi secara kimia. Thiobacillus ferrooxidans mengoksidasi besi ferro menjadi besi ferri dan
mengoksidasi sulfida menjadi sulfat pada media yang sangat masam. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut (Silverman, 1967 dalam Elviza, 2004):

Unsur Al merupan unsur yang paling berbahaya bagi tanaman, hal ini disebabkan oleh
sifat toksiknya yang dapat mengganggu atau menghabat unsur hara lain yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur Al akan bersifat racun apabila berada di tanah yang memiliki pH dibawah 5,0,
di dalam tanah masam ini Al dapat menjerat unsur hara penting seperti P dan Ca.
Berikut masalah yang di akibatkan oleh keberadaan unsur Al yang bersifat racun pada pH 0,5 :
1. Gejala pada daun
Tanaman yang mengalami keracunan Aluminium tidak mudah untuk diidentifikasi
gejalanya, akan tetapi Al ini berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara lain yang
dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Al pada tanah yang memiliki pH <5,0 dapat mengikat unsur P
sehingga tanaman mengalami defisiensi hara posfor yang mengakibatkan daun tanaman
berukuran lebih kecil dari normalnya, selain itu daun berwarna hijau gelap, urat daun
menguning dan akhirnya keseluruhan daun menguning (terutama pada ujung daun) kemudian
gugur.Gejala kekurangan fosfor pada daun Jagung (Zea mayz) ditandai dengan warna bagian
bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi)
serta tepi daun, cabang dan batangnya juga berwarna ungu.
Keracunan Al juga menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara kalsium (Ca)
yang mengakibatkan pertumbuhan titik tumbuh daun terhenti, tepi daun mengalami klorosis,
dan daun muda pada tanaman terlihat keriting atau menggulung. Selain menyebabkan unsur
hara P dan Ca terjerat, kelebihan Al juga dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi
unsur Fe sehingga menyebabkan daun muda berwarna kuning, pertumbuhan tanaman
terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah
kekuningan kemudian memutih, dan pertumbuhan tanaman seperti terhenti.
2. Gejala pada akar
Aluminium ( Al ) akan bersifat phytotoxic dalam bentuk Al3+ ketika dilarutkan ke dalam
tanah asam. Salah satu gejala awal dan berbeda dari toksisitas Al3 + adalah penghambatan
pemanjangan akar sebab hormon auksinnya terhambat.
Tanah yang memiliki pH rendah (<5,0) menyebabkan jumlah Al berlimpah, sehingga
unsur hara lain tidak dapat diserap dengan baik oleh dinding sel pada ujung akar, akibatnya
mengalami pembesaran, sel-selnya mengalami kerusakan, dan tidak memiliki sistem
percabangan yang baik.Pembesaran pada akar ini mengakibatkan akar mengalami
pembusukan, sebab air beserta unsur hara pada tanah tidak dapat diserap oleh akardengan
baik.
Jumlah Al yang meningkat mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara Ca,
P, Mg dan air. Secara fisiologis, sifat toksik dari Al dapat mengganggu pembelahan sel dalam
akar tanaman, menurunkan laju respirasi pada akar, mengganggu enzim tertentu yang
mengatur pengendapan polisakarida dalam dinding sel, meningkatkan kekakuan dinding sel
(pektin silang), mengganggu proses penyerapan dan transportasi unsur hara.
Foy [ 64 ] melaporkan bahwa aluminium mengganggupembelahan sel dalam ujung akar
dan akar lateral, kekakuan dinding sel meningkat oleh silang pektin , danmengurangi replikasi
DNA dengan meningkatkan kekakuandouble helix. Keracunan Al bagi tanaman tergantung
pada pH tanah dan berbagai faktor lainnya,seperti jumlah mineral lempung dominan, jumlah
bahan organik, konsentrasi kation , anion, jumlah garam , dan spesies tanaman.

3. Efek pada fisiologi dan morfologi tanaman


Tanaman muda lebih rentan terhadap Al daripada tanaman yang lebih tua, sebab Al
mengganggu pembelahan sel dalam tanaman yakni dengan mengikat fosfor dalam bentuk
kurang tersediadalam tanah atau pada akar tanaman, menurunkan laju respirasi akar,
mengganggu enzim tertentu yang mengaturpengendapan polisakarida dalam dinding sel,
meningkatkan kekakuan dinding sel ( pektin silang )dan mengganggu penyerapan nutrisi
penting seperti Ca , Mg , K , P dan air.
Pada prinsipnya ada 4 masalah aktual utama pada tanah masam yaitu rendahnya kadar
bahan organik tanah dan kadar unsur hara, dangkalnya perakaran tanaman, kekeringan,
gangguan gulma alang-alang (Imperata cylindrica) serta diperparah oleh erosi dan pencucian
unsur hara. Masalah-masalah tersebut ini seringkali menyulitkan suatu usaha tani untuk
mencapai produksi yang tinggi secara berkelanjutan. Tingkat produksi yang tinggi dapat dicapai
melalui berbagai upaya yang dapat mempertahankan kesuburan tanah yakni dengan
penerapan sistem pengelolaan yang tepat.
Salah satu cara pengelolaan yang terbukti dapat mempertahankan kesuburan tanah-
tanah masam adalah dengan menanam tanaman tahunan (pepohonan) bersama-sama dengan
tanaman semusim dalam sebidang lahan yang sama (kebun campuran). Upaya-upaya
pemecahan masalah yang ditujukan untuk mendapat produksi yang tinggi secara berkelanjutan
seharusnya dilakukan tanpa mengakibatkan kerusakan (degradasi) pada sumberdaya lahan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan fungsi
tanaman dalam meminimalkan kehilangan tanah, air dan hara.

Cara Mengetahui Keracunan:

Keracunan unsur hara besi (Fe) pada tanaman pangan, Keracunan ini
diperlihatkan dengan banyaknya serangan bercak cokelat, adanya noda-noda kecil
berwarna cokelat pada daun. yang dimulai dari dekat pucuk daun. Dalam keadaan
parah. daun menjadi cokelat dan daun bagian bawah mati. keracunan unsur hara besi
pada tanaman pangan berbeda untuk masing-masing varietas Ada yang
memperlihatkan noda-noda kecil berwarna cokelat, tetapi ada pula yang hanva berubah
menjadi kuning. keracunan unsur hara besi ini menyebabkan rendahnya kadar kalium
dan silikat dalam.jaringan tanaman sehingga mempengaruhi kerentanannya terhadap
penyakit.

Keracunan unsur hara aluminium (Al) memperlihatkan klorosis di antara tulang


daun. Bila keracunannya berat bagian yang klorosis ini akan menjadi kering atau
nekrosis dan bagian akar sering tercium bau karena akarnya membusuk.

Keracunan unsur hara mangan (Mn) memperlihatkan tanaman yang kerdil dan
jumlah anakan sering terbatas. Bintik-bintik cokelat berkembang pada tulang helaian
daun dan pelepah daun. khususnya pada daun bagian bawah.

Unsur hara sangat dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan hasil. tetapi apabila
kelebihan dalam penyerapannya dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman
pangan yang keracunan unsur hara tertentu, memperlihatkan gejala-gejala berwarna
jingga sampai merah tembaga pada daun tua, berwarna kekuningan dengan bintik-
bintik kecokelatan, dimulai dari ujung daun tua dan menyebar keseluruh permukaan
daun. kemudian mengering; pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman rneniadi
kerdil serta mempunyai anakan yang sedikit. Keracunan dapat menyebabkan
perkembangan perakaran tanaman meniadi terbatas dan pendek. Geiala ini dapat
muncul pada setiap tingkat pertumbuhan tanaman.

Beberapa Cara untuk Mengurangi Resiko Keracunan Al yaitu:


1. Mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap ion logam.
Untuk mengantisipasi keracunan Al, pengembangan tanaman yang tolerans terhadap
tanah masam adalah salah satu cara untukmengurangi efek berbahaya dari paparan ion logam
yang berlebihan. Cara ini dilakukan melalui pemuliaan tanaman dengan cara mengubah sifat
genetiknya. Akan tetapi cara ini memerlukan dana yang besar dalam penelitiannya karena
memerlukan peralatan dan tempat khusus.

2. Pengapuran
Umumnya, pengapuran dilakukan pada saat penyiapan lahan tanam yang memiliki pH <5
atau 5,5. Tujuan dari pengapuran yaitu menaikkan pH tanah, nilai pH tanah dinaikkan sampai
pada tingkat mana Al tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam
kondisi yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat dari
pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem penyangga,
yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa waktu berselang.
Dalam menetralisir Al yang meracuni tanaman karena unsur Ca bersifat tidak mudah
bergerak, kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang
mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karena dibutuhkan
tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu pemadatan tanah. Alternatif
lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, sehingga
mampu mencapai lapisan tanah bawah dan menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini
memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu
keseimbangan unsur lain. Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yang
tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan tanaman
menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di dalam
tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat
unsur K pada tanah tersebut.
3. Pemupukan
Menambahkan bahan organik tanah merupakan jalan termudah dan tercepat dalam
menangani masalah kahat hara, namun bila kurang memperhatikan kaidah-kaidah pemupukan,
pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. Pada saat ini sudah diketahui secara luas
bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N),
fosfor (P) dan kalium (K). Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara
sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat
menguap atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam
jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutup
kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.
Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation, akan banyak yang hilang kalau
diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat
terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah). Unsur hara yang diberikan
dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.
SIMPULAN

Unsur Al merupakan unsur yang umumnya bersifat racun apabila berada di tanah yang
memiliki pH <5. Sifat racun dari Al ini dapat mengikat unsur hara lain yang diperlukan oleh
tanaman seperti P, Ca, K, dan Fe sehingga tanaman mengalami defisiensi hara yang
berdampak pada tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Al berada di tanah yang masam, sehingga untuk menetralisisnya pH tanah harus
dinaikkan dengan cara pengapuran, pemupukan, dan pengembangan varietas baru yang tahan
hidup di tanah masam.

DAFTAR PUSTAKA
Jianli Yang, dkk., 2006. Citrate Transporters Play a Critical Role in Aluminium-stimulated Citrate
Efflux in Rice Bean (Vigna umbellata) Roots. China: University, Hangzhou.

Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sun P. Tian Q.Y. Chen Jand Zhang W.H.2010.Aluminium-induced inhibition of root elongation in
Arabidopsis is mediated by ethylene and auxin. Journal of Experimental Botany, Vol. 61.

U. M. Wahjudin. 2006. Pengaruh Pemberian Kapur dan Kompos Sisa Tanaman terhadap
Aluminium Dapat Ditukar dan Produksi Tanaman Kedelai pada Tanah Vertic Hapludultdari
Gajrug, Banten. citation.itb.ac.id (Diakses pada 28 Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai