BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
55-65 tahun, namun setelah usia tersebut tekanan darah wanita menjadi setara dengan
tekanan darah pria. Tekanan darah juga menurun sebanyak 20 mmHg atau kurang
pada saat tidur.14,15,16
Pada tabel 1 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk usia dewasa di atas
18 tahun. Prehipertensi bukan termasuk suatu penyakit, tetapi sesorang yang
teridentifikasi berisiko tinggi terkena hipertensi sehingga dokter gigi harus waspada
terhadap resiko ini. Seseorang yang prehipertensi juga tidak diharuskan untuk
mengikuti terapi dan disarankan untuk mengubah ke gaya hidup sehat untuk
mengurangi risiko hipertensi.19
a. Metode Auskultasi
Pengukuran tekanan darah diukur yang dilakukan dengan metode auskultasi
menggunakan alat yaitu sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari manset
yang digunakan untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, manometer raksa
yang digunakan untuk membaca tekanan, bulb sebagi pemompa manset disertai
sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset, dan stetoskop digunakan untuk
mendengarkan bunyi tekanan darah yang diletakkan di atas arteri brakialis. Bunyi
tekanan darah pertama adalah sistolik dan bunyi yang terakhir adalah diastolik.
Tekanan sistolik dan tekanan diastolik diukur dengan cara mendengar (auskultasi)
bunyi yang timbul pada arteri brakhialis yang di sebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini
timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.15
Manset dihubungkan pada manometer air raksa (sphygmomanometer)
kemudian dililitkan di sekitar lengan. Rabalah arteri brakhialis untuk menentukan
tempat meletakkan stetoskop. Kemuduan manset dipompa sampai denyut brakhial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah
dilampaui dan arteri brakhialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20
sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan brakhial. Turunkan tekanan manset
perlahan-lahan sampai terdengar suara bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan
darah sistolik. Bunyi yang terdengar tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang
terjadi bersamaan dengan detak jantung dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis
sampai tekanan dalam manset turun dibawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut
bunyi akan menghilang.15,16,22
langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya
perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal
di dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap,
kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor
pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan
penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi mengakibatkan kegagalan
konduksi saraf.
Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi (kalium) K+ dan
Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak
perubahan pada potensial istirahat. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi
lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya
potensial aksi.
Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk
meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali
anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan
membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga
menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan
permeabilitas membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi
peningkatan permeabilitas Na+. Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan
anestesi lokal adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada
kanal Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini
akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.3,4,11,12
Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan
metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal. Secara kimiawi, bahan
anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :4,5,12,23
A. Golongan Ester (-COO-)
1. Prokain
2. Tetrakain
3. Kokain
4. Benzokain
5. Kloroprokain
B. Golongan Amida (-NHCO-)
1. Lidokain
2. Mepivakain
3. Bupivacaine
4. Prilokain
5. Artikain
6. Dibukain
7. Ropivakain
8. Etidokain
9. Levobupivakain
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida
adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan
kimiawi golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan
tidak dapat disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas,
oleh karena itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf,
sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat
memproduksi para-aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi
alergi, sehingga golongan ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang
menjadi alasan bahan anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada
golongan ester.4,5,13,24
sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih
aman. Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan
methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-
toluidin dan nitroso-toluidin yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi
prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4%
dengan dan tanpa 1:200.000 adrenalin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang
dibandingkan lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan
blok.4,24,28,30
4. Artikain
Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi
struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin
benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh
estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang
lebih tinggi, yaitu artikain 4% dengan adrenalin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada
beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada
konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan
Duration of Action menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan
untuk blok regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain
4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2% pada gigi mandibular
orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan
teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang lebih lama.6,25,26,30
5. Bupivakain
Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan
amida amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai
injeksi intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang
dibutuhkan untuk mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan.
Formulasi bupivakain sekitar 0,25-0,75% dengan dan tanpa adrenalin (biasanya 1:200
000). Mula kerjanya lambat tapi masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi
infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal.30
6. Etidokain
Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 adrenalin telah
digunakan dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang lebih lama dari
lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi blok tetapi
tidak seefektif lidokain dengan adrenalin saat digunakan untuk anestesi infiltrasi.30
7. Ropivakain
Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan
serangan jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan memiliki
kardiotoksisitas kurang dari bupivakain. Ropivakain diindikasikan untuk anestesi
lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal pada orang
dewasa dan anak di atas 12 tahun. Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan
masa lama kerja yang sama dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah
sedikit.27
8. Kokain
Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia
kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat
dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek kokain yang paling penting bila
digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling
mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain
pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini
dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang
sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas
atas.12,24
9. Prokain
Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang
novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk
anestesi lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang
ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2%
prokain tidak memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan
lunak 15 sampai 30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam.
Prokain menghasilkan efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan anestetikum
lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya
perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang
lambat karena daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi
infiltrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal.24,30
10. Tetrakain
Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa
kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum
lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi
tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi
topikal yang paling umum dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi
dengan 14% benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan
salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain
mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah
sekitar 45 menit setelah anestesi topikal.27,30
11. Levobupivakain
Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki
keuntungan hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini
seefektif bupivakain dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral
pada saat anestesi umum dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah
pembedahan mulut. Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25-
0,75%.27
2.3 Vasokonstiktor
Sifat anestesi lokal mudah diabsorbsi dari tempat suntikan setelah pemberian
ke dalam jaringan. Hal ini dapat menyebabkan Onset of Action dari anestesi lokal
terbatas kecuali bila aliran darah ke tempat tersebut dikurangi. Oleh karena itu agar
aliran darah berkurang diperlukan suatu penambahan zat vasokonstriktor pada larutan
anestesi lokal yang bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi vasokonstriksi.4,12
Penambahan vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal sebenarnya memiliki
keuntungan, antara lain vasokonstriktor mengurangi toksisitas obat anestesi lokal
dengan memperpanjang lama absorbsi setelah injeksi, vasokonstriktor juga berperan
dalam ventrikel. Dalam nodus SA, adrenalin juga menyebabkan perpindahan pacu
jantung ke sel yang mempunyai firing rate lebih cepat. Adrenalin mempercepat
kondisi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus atrioventrikuler
(AV), sepanjang bundle of His dan serat Purkinje sampai ke ventrikel. Adrenalin juga
memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi serta memperpendek waktu sistolik
tanpa mengurangi waktu diastolik, akibatnya adrenalin mampu mempercepat denyut
jantung dalam, kisaran fisiologis. Akhirnya semua hal tersebut mampu meningkatkan
curah dan kerja jantung. Dosis adrenalin yang berlebihan membuat tekanan darah
naik sangat tinggi, juga menimbulkan kontraksi ventrikel prematur yang diikuti
takikardi ventrikel dan akhirnya fibrilasi ventrikel.24,30
Perangsangan oleh adrenalin terjadi pada reseptor α1 dan β1. Perangsangan
yang terjadi pada resptor α1 berhubungan dengan enzim fosfolipase C (PLC) yang,
menyebabkan terjadinya hidrolisis fosfatidil inositol difosfat (PIP2) menjadi inositol
trifosfat (IP3) dan diagliserol (DAG). IP3 akan menstimulisasi Ca2+ dari retikulum
endoplasmik. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kontraksi otot jantung yang akan
mengakibatkan peningkatan kerja jantung.24,30
Pada reseptor β1, perangsangannya menyebabkan perubahan ATP menjadi
cAMP yang melalui protein G stimulasi (G2). Aktivasi reseptor β menstimulasi
enzim tersebut sehingga kadar cAMP meningkat. cAMP akan berkaitan dengan
reseptornya, yakni protein kinase A. Ikatan ini akan mengaktifkan enzim yang
selanjutnya akan mengkatalisis fosforilasi berbagai protein seluler dan dapat
menimbulkan efek adrenergik β. Protein Gs juga dapat secara langsung mengaktifkan
kanal Ca2+ pada membran sel otot jantung.24,30
Pemberian
Anestesi Lokal
Pencabutan Gigi
Pengukuran
Tekanan Darah
Pengukuran Pengukuran
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik