Nama :
Apriyadi Saputra
(022017003)
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebakaran .......................................................................... 5
2.2 Penyebab Kebakaran ............................................................................ 9
2.3 Dampak Kebakaran .............................................................................. 10
2.4 Cara Mencegah Kebakaran .................................................................. 11
2.5 Jenis jenis Alat Pemadam Kebakaran .................................................. 13
2.6 Cara Mengendalikan Kebakaran .......................................................... 16
2.7 Dasar Hukum Tentang Kebakaran ....................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kebakaran?
2. Apa Penyebab Kebakaran?
3. Apa Dampak Kebakaran?
4. Bagaimana Cara Mencegah Kebakaran?
5. Apa Saja Alat Pemadam Kebakaran?
6. Bagaimana cara mengendalikan kebakaran ?
7. Apa saja Daar Hukum Yang Mengatur Tentang Kebakaran ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Selain Klasifikasi Kebakaran Menurut Perda DKI Tahun 1992, Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 juga Mengatur tentang Daftar Jenis Tempat
Berdasar Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran. Berikut adalah Tabel Yang Sesuai
dengan Permenaker No.186 Tahun 1999 :
6
bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter, dan − Bengkel mesin
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas − Gudang pendinginan
sedang, sehingga menjalarnya api sedang. − Perakitan kayu
− Gudang perpustakaan
− Pabrik bahan keramik
− Pabrik tembakau
− Pengolahan logam
− Penyulingan
− Pabrik barang kelontong
− Pabrik barang kulit− Pabrik tekstil
− Perakitan kendaraan bermotor
− Pabrik kimia (bahan kimia dengan
kemudahan terbakar sedang)
− Pertokoan dengan pramuniaga
kurang dari 50 orang
7
kayu
− Pabrik makanan kering dari bahan
tepung
− Pabrik minyak nabati
− Pabrik tepung terigu
− Pabrik pakaian
Bahaya Kebakaran Berat − Pabrik kimia dengan kemudahan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan terbakar tinggi
kemudahan terbakar tinggi, menyimpan − Pabrik kembang api
bahan cair, serat atau bahan lainnya dan − Pabrik korek api
apabila terjadi kebakaran apinya cepat − Pabrik cat
membesar dengan melepaskan panas tinggi, − Pabrik bahan peledak
sehingga menjalarnya api cepat. − Pemintalan benang atau kain
− Penggergajian kayu dan
penyelasaiannya menggunakan
bahan mudah terbakar
− Studio film dan Televisi
− Pabrik karet buatan
− Hangar pesawat terbang
− Penyulingan minyak bumi
− Pabrik karet busa dan plastik busa
8
2.2 Penyebab Kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
manusia dan faktor teknis.
a. Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena
kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga
kelalaian. Sebagai contoh:
Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda
“Dilarang Merokok”.
Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak
benar, mengganti sekering dengan kawat.
Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa
menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana
bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti
persyaratan keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas
LPG yang bocor dan lain-lain.
b. Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai hal-hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel
yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu
terjadinya kebakaran
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan
tabung yang bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya
meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor
Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya
sirkulasi udara. Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu
timbulnya api.
9
2.3 Dampak Kebakaran
Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain:
a. Asap
Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron sebagai
hasil dari pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung karbon.
Efeknya iritasi/rangsangan pada mata, selaput lendir pada hidung dan
kerongkongan.
b. Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300oF dapat dikatakan sebagai
temperatur tertinggi di mana manusia dapat bertahan /bernafas hanya dalam waktu
yang singkat.
Efeknya tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/terbakar pada kulit dan
pernafasan, mematikan jantung.
c. Nyala/Flame
Nyala/Flame biasa timbul pada proses pembakaran sempurna dan membentuk
cahaya berkilauan
d. Gas Beracun
Gas beracun antara lain:
- Karbon Monoksida ridak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50ppm
- Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabakna gejala lambat diri,
kerusakan sistem pernafasan seperti bronchitis
- Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10ppm
- Ammonia (MH3) >NAB 25ppm
- Hydrogen Sianida (HCN) >NAB 10ppm
- Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1ppm
- Gas hasil pembakaran zat sellulosa (kertas, kayu, kain) seperti karbon
monoksida, formaldehida, asam formiat, asam karboksitat, metilalkohol,
asam asetat, dll
- Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan
sianida, nitrogen eksida, dll
- Gas hasil pembakaran karet seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan
asap tebal
- Gas hasil pembakaran scilena seperti hidrogen sianida, gas amonia.
10
- Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida,
sulfur dioksida, dan hidrogen sianida
- Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon
dioksida, axcolin, dan asap tebal
11
arus pendek). Hindari mencuri listrik pln agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan seperti misal kesetrum dan konslet listrik.
e. Siapkan Perangkat Pemadam Kebakaran Ringan
Jika bangunan cukup besar gunakan sistem pemadam detektor asap,
pemancar air, perangkat penunjang hidup saat kebakaran, hidran, selang
penyemprot air, tabung pemadam semprot, dan lain sebagainya. Jangan
lupa berikan penyuluhan bagi penghuni bangunan dalam menghadapi
bencana kebakaran. Untuk bangunan kecil minimal ada karung yang dapat
dibasahi untuk meredam kebakaran ringan / kecil. Siapkan selang panjang
atau ember untuk memudahkan menyiram kebakaran dengan air.
f. Melakukan Pembinaan dan Sosialisasi Kebakaran
Berikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga, pegawai/karyawan
kantor, siswa guru sekolah, buruh pabrik, dan sebagainya mengenai
penanganan bencana kebakaran yang bisa saja terjadi kapan saja dan di
mana saja agar ketika terjadi kebakaran mereka mengerti apa yang harus
mereka lakukan. Beritahu nomor telepon polisi dan pemadam kebakaran
lokal dan sentral.
g. Waspada Lingkungan Sekitar
Kebakaran juga bisa akibat dari bangunan sebelah yang terbakar sehingga
bangunan kita ikut menjadi korban karena api bisa membesar dan merembet
ke mana-mana. Tingkatkan kesadaran bencana kebakaran di lingkungan
masyarakat sekitar untuk meminimalisir terjadinya kebakaran di
lingkungan sekitar. Waspada juga dengan melakukan tindakan-tindakan
yang dapat memperkecil resiko kebakaran merembet dari bangunan sekitar
ke bangunan kita.
12
.5 Jenis – Jenis alat pemadam kebakaran
Alat pemadam api adalah alat perlindungan kebakaran aktif yang digunakan
untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil, umumnya dalam situasi
darurat. Pemadam api tidak dirancang untuk digunakan pada kebakaran yang sudah
tidak terkontrol, misalnya ketika api sudah membakar langit-langit. Umumnya alat
pemadam api terdiri dari sebuah tabung ber tekanan tinggi yang berisi bahan pemadam
api.
Ada dua jenis utama alat pemadam kebakaran : yaitu bertekanan di dalam dan
dioperasikan oleh cartridge. Dalam unit bertekanan di dalam, gas penyembur disimpan
pada ruang yang sama dengan bahan pemadam kebakaran tersebut. Tergantung pada
bahan yang digunakan, jika berbeda maka bahan pendorong yang digunakan juga
berbeda. Pada alat pemadam berisi bahan kimia kering, umumnya digunakan nitrogen;
alat pemadam air dan busa biasanya menggunakan udara. Alat pemadam api bertekanan
di dalam adalah jenis yang paling umum. Sedangkan jenis Alat pemadam yang
dioperasikan Cartridge gas penyembur berisi dalam cartridge yang terpisah yang harus
ditekan lebih dulu sebelum mengalir keluar, mendorong bahan pemadam.
Jenis ini tidak seperti biasa, digunakan terutama untuk fasilitas industri, di mana
memerlukan penggunaan dengan kemampuan yang lebih tinggi dari yang biasa. serta
memiliki keuntungan karena lebih sederhana sehingga memungkinkan pemakai untuk
cepat melaksanakan pemadaman, hingga mampu mengendalikan api dalam kurun
waktu yang cepat. Tidak seperti jenis bertekanan di dalam yang menggunakan nitrogen,
alat pemadam ini menggunakan pendorong karbon dioksida bukan nitrogen, meskipun
model cartridge nitrogen juga kadang digunakan pada temperatur rendah.
Jenis alat pemadam yang digunakan di seluruh dunia dioperasikan oleh
Cartridge tersedia dalam bahan kimia kering dan jenis serbuk kering serta berbahan
basah seperti air, busa, kimia kering (kelas ABC dan BC), dan bubuk kering (kelas D)
Alat pemadam api selanjutnya terbagi lagi menjadi pemadam genggam yang juga
disebut alat pemadam genggam dengan massa antara 0,5-14 kilogram, karena mudah
dibawa dengan tangan. Berikutnya adalah alat pemadam api beroda biasanya memiliki
massa lebih besar. Model beroda ini yang paling sering ditemukan di lokasi bangunan,
bandar udara, heliports, Serta Dok dan pelabuhan.
13
A. APAR Dry Chemical. Dry Chemical atau ABC Powder bekerja memecah rantai
kimia berantai antara bahan bakar, udara dan sumber panas pada tetrahedron
kebakaran sehingga api cepat padam. Dry chemical yang umum digunakan
adalah monoammonium phosphate untuk kebakaran A, B, dan C.
B. APAR CO2 (Karbon dioksida). Karbon dioksida adalah senyawa kimia alamiah
yang menghalangi kontak oksigen dengan bahan yang terbakar dan menyerap
panas sehingga cocok untuk kebakaran B dan C. Selain itu, APAR CO2 cocok
untuk digunakan untuk pemadaman kebakaran di dalam ruangan dan tidak
menimbulkan residu.
14
D. Gas Pengganti Hallon Non CFC (HCFC-141B). Merupakan pemadam api yang
bersih dan tidak meninggalkan residu. Sangat efektif untuk digunakan pada semua
risiko kelas kebakaran A, B dan C. Tidak menghantarkan listrik (non konduktif),
sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik dan alat
perkantoran modern lainnya.
15
.6 Menangani Kebakaran
Berikut adalah hal hal penting yg harus dilakukan saat terjadi kebakaran :
Tetap tenang saat menghadapi kebakaran.
Jika kebakaran kecil dan masih bisa diatasi, segera padamkan dengan alat pemadam
yang ada seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau dengan karung goni yang
dibasahi air.
Jika kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik segera matikan listrik di rumah atau
gedung.
Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lain tetapi jangan
dikunci, untuk memudahkan jika akan memadamkan kobaran api.
Jika kebakaran besar, segera keluar rumah dan ajak semua keluarga meninggalkan
rumah segera. Jangan sibukkan diri untuk mengumpulkan barang di dalam rumah.
Berjalanlah dengan tenang, jangan lari, perhatian penuh dan tidak panik.
Jika menemukan asap tebal di suatu ruangan, hindari jangan sampai menghirup asap,
misalnya dengan cara merangkak dan bernafas dengan mendekatkan muka ke lantai,
gunakan kain basah sebagai penutup hidung, hal ini akan membantu untuk bernafas.
Jika anda melalui pintu yang tertutup, periksalah dengan seksama suhu daun pintu
dengan menempelkan belakang telapak tangan Anda. Kemudian periksa handle pintu.
Jika panas pindah melaui jalur lain.
Jika Anda sudah berhasil keluar rumah dan sudah berada di tempat yang aman,
segeralah meminta bantuan kepada tetangga sekitar.
Segera hubungi pemadam kebaran 113 jika api tidak dapat anda kendalikan sendiri
16
- Cara Mengatasi luka bakar ringan :
Luka bakar perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih. Anda bisa letakkan
handuk yang sudah dibasahi air dingin pada luka.
Hindari memecahkan luka yang melepuh karena berisiko menyebabkan
infeksi.
Cuci dengan air bersih mengalir jika ada luka lepuh yang pecah dengan
sendirinya.
Jika rasa sakit terasa tidak tertahankan, penderita dapat mengonsumsi obat
pereda rasa sakit, seperti paracetamol, atau obat antinyeri lainnya sesuai
anjuran dokter.
17
Luka Bakar Berat
Luka bakar berat atau luka bakar tingkat 3 termasuk luka bakar yang serius, karena
merusak seluruh lapisan kulit dan lemak, bahkan bisa sampai ke otot dan tulang.
Korban kebakaran yang mengalami luka bakar berat dapat mengalami
keracunan karbon monoksida, sesak napas atau kulit yang terbakar hangus.
- Cara Mengatasi Luka Bakar Berat
jauhkan korban dari sumber kebakaran atau area yang berdekatan dengan api
maupun asap.
Pastikan korban dapat bernapas dengan lancar.
Bila perlu dan jika memungkinkan, berikan bantuan pernapasan.
Lepaskan perhiasan, ikat pinggang, ataupun aksesori yang melingkar di sekitar
area yang terbakar.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, jangan berikan air dingin pada luka
bakar yang luas. Hal ini juga untuk mencegah turunnya tekanan darah dan
aliran darah secara drastis.
Tutup luka bakar dengan kain bersih atau plester yang dingin dan lembut.
Hindari mengoleskan obat atau salep pada area yang terbakar di luar dari
anjuran dokter. Selain itu, menempelkan es atau mengoleskan mentega justru
dapat membahayakan jaringan kulit yang terbakar.
Baringkan pasien dengan kaki terangkat setidaknya 40 cm.
Gunakan selimut atau mantel pada tubuh pasien.
18
8. Dasar Hukum Yang Mengatur tentang Kebakaran
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit
Penanggulamgan Kebakaran Di tempat kerja
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di perkotaan
Peraturan Daera DKI No. 03 Tahun 1992
SNI KEBAKARAN :
SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Alat Pemadam Api
Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan RumahDan
Gedung.
SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi
Kebakaran
SNI 03-6571-2000 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan
Gedung
SNI 03-7012-2004 Sistem Manajemen Asap di Dalam Mal, Atrium dan Ruangan
Bervolume Besar
SNI 03-7015-2004 Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung
SNI 04-0225-2000 Tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000)
SNI 03-7011-2004 Keselamatan Pada Bangunan Fasilitas Layanan Kesehatan
SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran – Pompa
SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung
SNI 03-1736-2000 tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung
19
SNI 03-1745 2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak
dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kebakaran adalah
suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kitakehendaki,
merugikan pada umumnya sukar dikendalikan. Secara umum, kebakaran
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis.
Kebakaran bisa mengakibatkan cedera, kerugian, bahkan korban jiwa.
3.2 Saran
Kebakaran akibat ulah manusia sesungguhnya dapat dicegah. Untuk itu
diperlukan adanya kesadaran dari setiap individu khususnya tenaga kerja untuk
tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran.Upaya-
upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan secara konsepsional maupun secara
teknik.
21
DAFTAR PUSTAKA
3.2.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran Di tempat Kerja
3.2.2 Peraturan Daerah DKI No. 03 Tahun 1992
3.2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis
Manajemen Proteksi Kebakaran Di perkotaan
3.2.4 http://www.agenalatpemadamapi.com/tips-news-alat-pemadam-api/penyebab-
terjadinya-kebakaran/
3.2.5 http://dokumen.tips/documents/makalah-kebakaran.html
3.2.6 https://www.pandawalima.co.id/jenis-jenis-fungsi-dan-cara-menggunakan-apar-alat-
pemadam-api-ringan/
3.2.7 https://saberindo.co.id/2018/04/17/cara-mencegah-dan-menanggulangi-kebakaran-di-
perumahan-ibukota/
3.2.8 https://www.alodokter.com/wajib-tahu-pertolongan-pertama-pada-luka-bakar-untuk-
selamatkan-nyawa
22