Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KUNJUNGAN

PEMBANGUNAN JALAN TOL JAKARTA – CIKAMPEK II ELEVATED


PT. WASKITA KARYA
(FAKTOR BAHAYA KIMIA)
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Higiene Industri II
(Dosen Pengampu : Yusnita Handayani, S.K.M., M.A)

Disusun Oleh :
Addin Himawan Widyono (022018001)
Baginda Mara Pangihutan (022018006)
Dinda Nur Amalia (022018008)
Meidiana Maurizka (0220180XX)
Ratna Mutumanikan Tuharea (0220180XX)
Wisnu Dwiki Aryadi (022018030)

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Laporan mengenai faktor bahaya kimia dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta - Cikampek II Elevated oleh PT. Waskita
Karya ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas kelompok semester
tiga untuk mata kuliah Higiene Industri II. Melalui laporan ini, penyusun
berharap agar penyusun dan pembaca mampu mengenal lebih jauh
mengenai faktor bahaya kimia ditempat kerja khusunya konstruksi jalan tol
yang akan dibahas dalam laporan ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini khususnya kepada dosen
pembimbing Higiene Industri II, yaitu Ibu Yusnita Handayani, S.K.M., M.A dan
PT. Waskita Karya yang bersedia membimbing dan memberikan pengarahan
dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun berharap agar laporan yang telah kami susun ini dapat
memberikan referensi bagi pembaca dan penulis yang lain. Penyusun juga
berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Bekasi, 30 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PT. Waskita Karya yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1961
merupakan salah satu perusahaan negara yang terkemuka di
Indonesia yang berperan besar dalam pembangunan negara. Waskita
Karya pada awalnya berpartisipasi dalam pengembangan terkait air
termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.
Sejak 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah menjadi
"Persero PT. Waskita Karya, dengan panggilan yang lebih akrab
Waskita. Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan bisnisnya
sebagai kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan
konstruksi yang lebih luas termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan,
bandara, bangunan, pabrik limbah, pabrik semen, dan fasilitas industri
lainnya.
Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek
yang melibatkan teknologi maju. Pengalihan teknologi dilakukan
melalui aliansi bisnis berupa joint operation dan joint venture dengan
perusahaan asing terkemuka. Prestasi signifikan dan menonjol yang
menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Sukarno Hatta, Reaktor
Serbaguna Siwabessy, dan PLTU Muara Karang di Jakarta. Saat ini,
PT. Waskita Karya juga sedang menangani pembangunan Jalan Tol
Jakarta – Cikampek II Elevated yang berfungsi untuk menambah
kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, sehingga kemacetan bisa
diminimalisir.
Jalan Tol Jakarta-Cikampek melewati Bekasi dan Kawasan
Industri di Karawang, sejak saat itu membentang dari barat kearah
timur dengan total panjang 83 km dari DKI Jakarta dan ruas Jalan
Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR). Pada kondisi eksisting saat
ini, kepadatan lalu lintas telah terjadi sehingga melebihi rencana
kapasitas ruas jalan tersebut.
Dalam meningkatkan kapasitas lalu lintas tersebut, PT Jasa
Marga (Persero) Tbk merencanakan membangun ruas baru di atas
jalan tol eksisting, yaitu pembangunan Ruas Jalan Tol Jakarta-
Cikampek II di atas (Elevated) sepanjang 36,84 km.
Hingga saat ini pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated yang dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya telah mencapai
kurang lebih 98%. Sisa pekerjaan yang dilakukan adalah pengerjaan
pembatas jalan, rambu-rambu, gerbang tol, kantor tol, dan lain-lain.
Diharapkan pada akhir tahun 2019 Jalan Tol Jakarta – Cikampek telah
rampung dan dapat dioperasikan.
Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam
pembangunan. Kegiatan konstruksi juga dapat menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan, antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Apabila dalam suatu
pembangunan konstruksi tidak dilakukan dengan penerapan K3 yang
baik maka dapat menimbulkan resiko yang besar. Pekerjaan
konstruksi memungkinkan resiko terjadinya kecelakaan kerja,
termasuk pekerjaan jalan tol elevated yang harus dibangun diatas
jalan yang beroperasi.
Pelaksanaan konstruksi proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated ini dikerjakan diatas jalan tol yang sudah ada dan sedang
beroperasi dengan potensi hambatan yang dihadapi antara lain
bekerja di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari,
penggunaan bahan material yang mengandung bahan kimia, dan lain
– lain. Di samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan resiko
pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti terkena alat kerja manual,
jatuh dari ketinggian, terpapar debu sisa material dan asap buangan
alat berat atau mesin, paparan debu dari tanah, kontak langsung
dengan material, dan lain-lain.
Terkait dengan potensi resiko kecelakaan kerja pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada
suatu proyek konstruksi saat ini telah menjadi kebutuhan mendasar.
Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti seharusnya tanpa adanya
intervensi dari manajamen berupa upaya terencana yang sering
disebut Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Standar keselamatan kerja yang belum memadahi dan masih
tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia merupakan bukti
lemahnya perhatian aspek K3 pada pekerjaan konstruksi.
Dalam proses pembangunan konstruksi jalan tentunya tidak
lepas dari material, alat berat, metode kerja, tenaga kerja , dan
lingkungan. Terutama material yang digunakan seperti beton, semen,
pasir, dan bahan – bahan yang lain. Meskipun terlihat sepele namun
material ini mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya
bagi tubuh. Apabila material tersebut tidak disimpan dengan baik dan
digunakan sesuai dengan standar maka dapat memiliki resiko yang
besar. Selain itu, mesin atau alat berat yang digunakan dalam proyek
pembangunan ini juga menggunakan bahan kimia sebagai bahan
bakar dan sisa pembuangan dari mesin-mesin tersebut juga
menghasilkan bahan kimia yang juga dapat beresiko apabila tidak
dilakukan penerapan K3 yang baik.
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka penyusun akan
fokus membahas mengenai faktor bahaya kimia yang dapat ditemui
pada pekerjaan konstruksi jalan tol. Hal ini dikarenakan faktor bahaya
kimia juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan akan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembangunan Jalan Tol Jakarta –
Cikampek II Elevated?
2. Apa saja potensi bahaya kimia yang dapat ditemui dalam setiap
proses pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?
3. Bagaimanakah resiko bahaya yang dapat timbul dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?
4. Bagaimanakah pengendalian dan saran pengendalian yang dapat
dilakukan akibat adanya faktor bahaya kimia dalam pembangunan
Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui proses pembangunan Jalan Tol Jakarta –
Cikampek II Elevated.
2. Untuk mengetahui potensi bahaya kimia yang dapat ditemui dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated.
3. Untuk mengetahui resiko bahaya yang dapat timbul dalam proses
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated.
4. Untuk mengetahui dan memberikan saran pengendalian yang
dapat dilaksanaan guna mengurangi resiko bahaya kimia yang
timbul dalam pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh setelah dilaksanakannya
kunjungan ke proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated oleh
PT. Waskita Karya dan manfaat penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat menerapkan/mengaplikasikan ilmu yang
telah dipelajari di kelas ke lapangan.
2) Mahasiswa dapat memahami sistematika bekerja di
perusahaan (Praktisi).
3) Mahasiswa dapat menganalisis potensi bahaya secara
langsung.
4) Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan para pekerja.
5) Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa.
2. Bagi Politeknik Ketenagakerjaan
1) Nama Kampus politeknik ketenagakerjaan semakin dikenal
khalayak umum.
2) Mendapat kerjasama dengan pihak perusahaan.
3) Meningkatkan kompetensi civitas akademika.
4) Mengenalkan potensi mahasiswanya.
3. Bagi Perusahaan (PT. Waskita Karya)
1) Menambah kepercayaan (Kredibilitas) masyarakat mengenai
kinerja perusahaan.
2) Mengetahui keunggulan dan kekurangan perusahaan lewat
masukan analisis mahasiswa.
3) Menambah kerjasama atau relasi.
4) Memperkenalkan program-program perusahaan.
5) Menarik minat mahasiswa untuk bergabung sehingga tingkat
kompetisi semakin mengingkat dan dapat meningkatkan
produktivitas.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


a) Definisi
Menurut Undang-Undang keselamatan kerja dalam dokumen
Binwasnaker Kemenakertrans RI Nomor 1 tahun 1970 secara
etimologi mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
adalah memberikan upaya perlindungan agar tenaga kerja dan
orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, sehat
dan sumber produksi dapat dipakai atau dioperasikan secara aman
dan efisien.
Secara hakiki keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
upaya pemikiran serta penerapannya yang ditujukan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya.
Bedasarkan pengertian umum, Keselamatan dan kesehatan kerja
telah banyak diketahui sebagai salah satu persyaratan dalam
melaksanakan tugas, dan suatu bentuk faktor hak asasi manusia.
Dipandang dari aspek keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan suatu ilmu pengetahuan dan pencrapannya dalam
upaya mencegah kecelakaan, kebakaran peledakan, pencemaran
dan penyakit akibat kerja (Kuswara, 2014).
Menurut Suma’mur (1981), keselamatan kerja merupakan
rangkaian usaha menciptakan suasana kerja aman dan tentram
bagi para karyawan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan
dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan dan kondisi pekerja.
b) Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan, danprosespengolahannya,
landasantempatkerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja adalah keadaan terhindar dari akan bahaya
selamamelakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah
satu faktor yang harusdilakukan selama melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. (Buntarto,2015).
Sedangkan merurut (Sucipto, 2014), keselamatan kerja
merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resikokecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Keselamatan kerja untuk setiap pekerja sangatlah penting
untuk diperhatikan, karena para pekerja mempunyai hak untuk
itu. Selain keselamatan itu penting untuk pekerja itu sendiri,
keselamatan kerja juga sangat penting bagi perusahaan karena
jika ada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja maka
perusahaan harus bertanggungjawab. Oleh karena itu
perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dalam
bekerja.
c) Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun
sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan - gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur 1988).
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan
agarmasyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik jasmani rohani maupun sosial dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan danlingkungan kerja
maupun penyakit umum. (Buntarto, 2015).
Sedangkan menurut (Kurniawidjaja, 2010) kesehatan kerja
merupakanupaya mempertahankan dan meningkatkan derajat fisik,
kesejahteraan sosial danmental semua pekerja yang setinggi-
tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerja, melindungi pekerja dari faktor resiko pekerjaan
yang merugikan kesehatan.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu
kondisi fisik, mentaldan sosial seseorang yang tidak saja
bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan pekerjaannya.

B. K3 Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana
maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil,
sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan
infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara
ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan
yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yaitu mewakili
suatu bidang yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan
setiap orang yang bekerja di lokasi kerja pada suatu proyek. Pada
pekerjaan konstruksi K3 sangatlah penting karena pekerjaan
konstruksi menupakan salah satu pekerjaan yang sangat berbahaya di
seluruh dunia, apabila terjadi kelalain pada pekerjaan konstruksi bisa
menyebabkan kematian yang tidak diinginkan oleh setiap pekerja.
Pada konstruksi ada beberapa hal terkait faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja pada sebuah konstruksi di bangunan,
misalnya, pekerja sangat terpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
konstruksi. pekerja harus mengetahui mengenai K3, dan jika pekerja
masih sedikit yang mengetahui tentang K3 maka perlu pelatihan
khusus untuk pekerja tersebut.

C. Higiene Industri
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
(1998), higiene industri adalah ilmu tentang antisipiasi,
rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi tempat kerja
yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja
dan atau penyakit akibat kerja. Higene industri menggunakan metode
pemantauan dan analisis lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga
kerja yang terpapar. Higene industri juga menggunakan pendekatan
teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti penggunaan
alat pelindung diri, desain cara kerja yang aman untuk mencegah
paparan berbagai bahaya di tempat kerja.
Di Indonesia, Higene industri didefinisikan sebagai spesialisasi
dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan
penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran
yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat
kerja (Suma’mur, 1999). Sedangkan menurut UU no. 14 tahun 1969
Higene perusahaan adalah Lapangan kesehatan yang ditunjukan
kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga
kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan
tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat
ntuk pencegahan penyakit baik akibat kerja maupun umum serta
menetapkan syarat-syarat kesehatan perumahan tenaga kerja.
Higiene industri merupakan ilmu dan seni yang mampu
mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya
faktor-faktor yang timbul didalam lingkungan kerja yang dapat
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dan
ketidaknyamanan serta ketidak effisienan kepada masyarakat yang
berada di lingkungan kerja maupun masyarakat yang berada di luar
industry (Moeljosoedarmo, 2008:9).
Moeljosoedarmo (2008:9) memandang untuk penerapan
higiene industry ditempat kerja suatu industri akan diperlukan
pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu:
1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan
kerja.
2. Penilaian/Evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor
lingkungan kerja.
3. Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan
kerja.
Agar dapat memahami dasar gambaran higiene industri tidak
perlu menjadi seorang ahli dalam bidang higiene industri, namun perlu
mengetahui garis besar dasar pemikiran tentang ketiga prinsip dasar
penerapan higiene industri di tempat kerja (didalam lingkungan kerja)
suatu industri.
Tujuan utama dari higiene Industri ialah pencegahan ,
pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja. Pemberantasan kelelahaan ,penglipat gandaan
kegairahan dan kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat
sekitar industri, serta perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh produk industri.

D. Potensi dan Bahaya Kerja


a) Definisi Potensi Bahaya
Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondisi atau keadaan
pada suatu proses, alat mesin, bahan atau cara kerja yang secara
intrisik atau alamiah dapat mengakibatkan luka, cidera bahkan
kematian pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat
dan lingkungan. Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard
yang terekspos atau terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat
peluang besar terjadinya kecelakaan atau insiden (Susihono, 2013)
b) Bahaya Kerja
Standar internasional OHS 18001 : 2007 menyebutkan bahwa “
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari
semuanya”. “sakit penyakit sendiri adalah kondisi kelainan fisik
atau mental yang teridentifikasi berasal dari dan atau bertambah
buruk karena kegiatan kerja” (Darmiatun dan Tasrial, 2015).
Sedangkan menurut Harrianto (2013), bahaya kerja adalah setiap
keadaan dalam lingkungan kerja yang berpoensi untuk terjadinya
penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Bahaya kerja
terbagi menjadi 5 jenis bahaya yaitu terdiri dari :
1. Bahaya Kimiawi
Bahaya kimiawi meliputi konsentrasi uap, gas, aerosol
dalam bentuk debu atau fume yang berlebihan
dilingkungan kerja.
2. Bahaya Fisik
Bahaya fisik mencakup kebisingan, vibrasi, suhu
lingkungan kerja yang terlalu ekstrim (terlalu
panas/dingin), radiasi, dan tekanan udara.
3. Bahaya Biologis
Bahaya biologis berupa serangan dari serangga, jamur,
bakteri, virus, dll merupakan bahaya biologis yang
terdapat d lingkungan kerja. Para pekerja yang
menangani atau memproses sediaa biologis tumbuhan
atau hewan, pengolahan bahan makanan, pengangkut
sampah dengan sanitasi perorangan / lingkungan yang
buruk, dan kebersihan lingkungan kerja yang tidak
memadai.
4. Bahaya Ergonomis
Bahaya ergonomis, seperti desain peralatan kerja,
mesin, dan tempat kerja yang buruk, aktivitas
mengangkat beban, jangkauan yang berlebihan,
penerangan yang tidak memadai, vibrasi, gerakan yang
berulang – ulang secara berlebihan dengan / tanpa
posisi kerja yang janggal, dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan muskuloskeletal pada pekerja.
5. Bahaya Psikologis
Komunikasi yang tidak akurat, konflik antar-personal,
konflik dengan tujuan akhir perusahaan,
terhambatnyapengembangan pribadi, kurangnya
kekuasaan dan / atau sumber daya untuk penyelesaian
masalah pekerjaan, beban tugas yang terlalu pada atau
sangat kurang, kerja lembur atau shift malam, lingkungan
tempat kerja yang kurang memadai dapat menjadi
bahaya psikologis di tempat kerja.

E. Bahan Kimia dan Faktor Bahaya Kimia


a) Bahan kimia
Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau
sintetis (non herbal) yang digunakan untuk menambahi atau
menyempurnakan suatu produk mentah menjadi produk jadi.
Bahan kimia dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia berbahaya
dan bahan kimia tak berbahaya,tetapi umumnya bahan kimia
berbahaya bagi tubuh. Penggunaanya juga harus sesuai dosis atau
takaran, apabila tidak sesuai dosis akan menyebabkan bahan
kimia yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi berbahaya
bahkan akan menyebabkan kerusakan,membekas pada bagian
tubuh,cacat, dan juga bisa menyebabkan kematian. Tidak hanya itu
saja, penyalahgunaan juga dapat menyebabkan ganguan pada
tubuh.
b) Bahan kimia berbahaya
Menurut Kepmenaker No.Kep. 187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja bahan
kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau
toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan
lingkungan.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan,
pengolahan,pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya
menimbulkan atau membebaskandebu, kabut, uap, gas, serat, atau
radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,kebakaran, ledakan,
korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah
yangmemungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang
berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan
kerusakan pada barang-barang (Syukri,2009).
Potensi bahaya bahan kimia dapat memengaruhi atau
memengaruhi tubuh pekerja. Terjadinya pengaruh bahan kimia
terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung pada jenis bahan
kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.
secepat mungkin; daya racun bahan (toksisitas) yang masuk
dalam tubuh.
Bahaya faktor kimia timbul dari pajanan berbagai bahan kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki
aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan
organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat,
cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga cara utama antara lain:
1. Inhalasi (menghirup)
Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat
menghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung
debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat,
dapat langsung melukai paruparu. Lainnya diserap ke dalam
aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
2. Pencernaan (menelan)
Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau
makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga
dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute
yang sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju
perut.
3. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasive
Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke
pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-
kadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan
(misalnya kecelakaan medis).
Beberapa jenis bahan kimia telah dikaitkan dengan efek
kesehatan yang merugikan. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan
atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi
sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi,
keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan
gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung
dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-
barang.
Macam bahan kimia dalam kelompok besar, yaitu :
1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan
menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri
pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat ,
deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan
sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-
proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik
dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian
kimiawi dan komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu
proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan
listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu,
penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan
laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga
penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah
sakit dan perguruan tinggi.
c) Penggolongan bahan kimia berbahaya
1. Bahan kimia mudah meledak
Bahan kimia yang apabila bereaksi bahan tersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta
suhu yang tinggi.
2. Bahan kimia mudah terbakar
Bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu
kondisi tertentu akan menghasilkan nyala api. Tingkat bahaya
dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, semakin
rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.
3. Bahan kimia beracun
Jenis bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit, dapat
memengaruhi kesehatan manusia atau malah menyebabkan
kematian, melawan tubuh manusia melalui injeksi. Sifat racun
dari bahan dapat mengandung kronik atau akut dan sering
tergantung pada jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam
tubuh.
4. Bahan kimia korosif
Bahan kimia yang mengandung senyawa asam-asam alkali dan
bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan
kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa
asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh,
merusak mata, merangsang kulit dan sistem pernapasan.
5. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang sangat reaktif untuk memberikan oksigen,
yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran dengan bahan-
bahan lainnya.
6. Bahan kimia reaktif
Bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan
lainnya, disertai pelepasan panas dan meng- hasilkan gas-gas
yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi. Sifat reaktif
dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas:
1) Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat
mudah bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar.
2) Reaktif terhadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang
sangat mudah bereaksi dengan asam, menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas ber-cun serta
tahan korosif.
7. Bahan kimia radioaktif
Bahan kimia yang memiliki kemampuan untuk memancarkan
sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar
netron, dan lain-lain, yang dapat didukung oleh anggota tubuh
manusia.
d) Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia
1. Korosi
Bahan kimia yang menyebabkan kerusakan pada permukaan di
mana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah
bagian tubuh yang paling umum ditangkap. Contoh: konsentrat
asam dan basa, fosfor.
2. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit dapat menyebabkan reaksi seperti dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan dapat menyebabkan sesak,
peradangan dan edema (bengkak).
3. Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizer dapat menyebabkan reaksi
alergi pada kulit atau organ pernapasan.
4. Asfiksiasi
1) Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang
mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal,
silo, atau tambang di bawah tanah. Konsentrasi oksigen
pada udara normal tidak boleh sebesar 19,5% volume
udara.
2) Asfiksian kimia mencegah transpor oksigen dan oksigen
normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada
kulit.
5. Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang jelas telah
terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada
manusia adalah bahan kimia yang jelas telah terbukti
menyebabkan kanker pada hewan.
6. Efek Reproduksi
Bahan-bahan pengganti memengaruhi fungsi reproduksi dan
seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan
yang beracun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh
negatif pada orang-orang yang terpapar.
7. Keracunan Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka
pada organ atau sistem tubuh.
e) Pengendalian faktor bahaya kimia
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep.
187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di
Tempat Kerja, pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya
dan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan atau
mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya
ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan.
Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan hirarki
yaitu: (Ramli, 2010)
1. Eliminasi
Elimininasi adalah teknik pengendalian dengan
menghilangkan sumber bahaya, misalnya ceceran minyak
dilantai dibersihkan. Cara ini sangat efektif karena sumber
bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat
dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama
dalam hirarki pengendalian risiko.
2. Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti
alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan
yang lebih aman atau yang lebih rendah bahayanya. Teknik
ini banyak digunakam, misalnya, bahan kimia berbahaya
dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang
lebih aman.
3. Engineering control / pengendalian teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana
teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu,
pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan
pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan
peralatan pengaman. Sebagai contoh, pencemaran diruang
kerja dapat diatasi dengan memasang sistem ventilasi yang
baik.
4. Administrative control / pengendalian administrative
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara
administrative. Pada administrative control atau
pengendalian administrative dilakukan shift kerja, rotasi kerja
dan mutasi personel, prosedur kerja keselamatan,
pemasangan simbol/tanda-tanda bahaya termasuk radiasi,
lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet:MSDS) didaerah kerja. Menurut (Ramli 2010) bahaya
yang ada di tempat kerja memiliki perbedaan tergantung
jenis pekerjaan dan tanda keselamatan sesuai dengan
bahaya atau lay out di lingkungan kerja.
5. APD/Alat Pelindung Diri
Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan
memakai alat pelindung diri. Misalnya, pelindung kepala,
sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator/masker),
pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Dalam konsep K3,
penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort
dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena
alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan
(reduce likelyhood) namun hanya sekedar mengurangi efek
atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).
BAB III

RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI

A. Perencanaan
a) Komitmen perusahaan
Komitmen suatu perusahaan sangat diperlukan mengingat
betapa pentingnya menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ditempat kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat kerja, terutama
dari pihak pengurus dan tenaga kerja, serta pihak-pihak lain yang
juga diwajibkan untuk berperan serta dalam menerapkan K3 di
perusahaan.
PT. Waskita Karya sebagai salah satu perusahaan yang besar
dan bergerak dibidang konstruksi tentunya juga memiliki komitmen
perusahaan mengenai K3. PT. Waskita Karya berkomitmen untuk
menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dan
prosedur Waskita yang berlaku dengan sungguh-sungguh dan
sebaik-baiknya, melalui penyediaan sumber daya yang cukup
untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman
terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan
sasaran Zero Accident, sebagai syarat tercapainya proses kerja
yang efisien, efektif, dan produktif. Selain itu, PT. Waskita Karya
tidak akan melakukan kelalaian dalam bentuk apapun, dimana hal
tersebut dapat membahayakan pekerja bahkan menyebabkan
kecelakaan kerja. PT. Waskita Karya juga bersedia untuk
diberhentikan apabila tidak menaati komitmen yang telah dibuat.
b) Kebijakan Perusahaan
Untuk benar-benar menunjukkan kesungguhan dari komitmen
yang dimiliki, maka komitmen yang dibuat oleh PT. Waskita Karya
tersebut harus ditandatangani oleh pengurus tertinggi yang ada di
tempat kerja. Komitmen tertulis tersebut selanjutnya disebut
kebijakan perusahaan dalam hal ini PT. Waskita Karya. Kebijakan
ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
pekerja dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja. Kebijakan ini
juga harus bersifat dinamis artinya sering ditinjau ulang agar sesuai
dengan kondisi yang ada.

Kebijakan K3 PT. Waskita Karya


c) Rencana K3L

B. Penerapan
C. Pengukuran dan Evaluasi
D. Peninjauan Ulang
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated


Tahap pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan diawali dengan
pengadaan tenaga kerja dan pengoperasian base camp, mobilisasi
peralatan dan material, pekerjaan lajur pengganti, dan pekerjaan
elevated. Pekerjaan elevated yang dilakukan oleh PT. Waskita Karya
dalam rangka pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated,
meliputi :
a) Pekerjaan pondasi bore pile
Pondasi bore pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah lebih dahulu. Pemasangan
pondasi bore pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara
mengebor tanah terlebih dahulu yang kemudian diisi tulangan
yang telah dirangkai dan di cor beton. Apabila tanah mengandung
air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut temporary
casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi
kelongsorang dan pipa ini akan dikeluarkan pada waktu
pengecoran beton. Pada dasarnya pelaksanaan bor pile pada
tanah adalah 1) Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman
yang dikehendaki, 2) Dasar lubang bor dibersihkan, 3) Tulangan
yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor , 4) Lubang bor
diisi atau dicor beton.
b) Pekerjaan pile cap
Pekerjaan pile meliputi pengeboran dan pemotongan pile yang
tersisa di permukaan tanah, maka dilakukan penulangan untuk
membuat pile cap. Pile cap tersusun atas tulangan baja
berdiameter 16 mm, 19 mm dan 25 mm yang membentuk suatu
bidang dengan ketebalan 50mm dan lebar yang berbeda-beda
tergantung dari jumlah tiang yang tertanam. Pile cap merupakan
suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di
bagian atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom
benarbenar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak
menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban
tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom,
pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada.
c) Pekerjaan pier/pilar
Pekerjaan kolom/pilar ini dilaksanakan setelah pekerjaan footing
selesai. Pekerjaan kolom dimulai dari pemasangan besi,
pemasangan bekisting dan pengecoran. Kolom yang akan dicor
diberi supporting untuk menjaga agar tidak ada
keruntuhan/kebocoran pada saat pengecoran akibat getaran
vibrator.
Tahapan berikut menjelaskan mengenai pekerjaan Kolom:
1. Pemasangan besi
2. Pemasangan bekisting
3. Pekerjaan Pengecoran beton pilar
4. Pembongkaran Bekisting
5. Curing
d) Pekerjaan pier head
Pekerjaan Pier Head dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
pilar memenuhi syarat dari segi mutu betonnya. Untuk
mempercepat pekerjaan beton pier head, dari pemasangan
perancah, dan bekisting bawah, maka akan menggunakan metode
precast. Pengecoran pier head akan dilakukan setelah precast
pier head terpasang tepat presisi dan pembesian dalam dari pier
head selesai dikerjakan.

Pekerjaan Pier Head

e) Pekerjaan steel box girder


Penyiapan Steel Box Girder harus sudah dilakukan sebelum
pekerjaan pier selesai, agar pada saat beton pier dan pier head
telah mencapai umur atau kekuatan yang dipersyaratkan, erection
dapat segera dilakukan. Pekerjaan pengadaan steel box girder
dilaksanakan dengan metode sebagai berikut, steel box girder
direncanakan difabrikasi secara segmental. Segmen-segmen steel
box girder kemudian dibawa ke lapangan menggunakan trailer di
area yang sudah ditentukan, dengan lokasi dekat dengan area
pemasangan. Segmen-segmen kemudian disatukan dengan
metode pasangan baut sesuai spesifikasi teknis, diatas area yang
sudah disiapkan.
Metode Pelaksanaan :
1. Produksi segmental steel box girder dilakukan di plant
supplier.
2. Steel box girder segmental diangkut ke lokasi proyek
menggunakan trailer dengan bantun crane untuk mengangkat
dan memindahkan.
3. Memastikan posisi pot bearing sudah tepat.
4. Pada saat erection dilaksanakan, steel box segmental akan
dipindahkan dan disusun di area terdekat dengan lokasi
erection

Ilustrasi Pemasangan Steel Box Grider

f) Pekerjaan plat lantai


Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu : tahap persiapan, pembesian lantai, dan pengecoran plat
lantai. Pekerjaan persipan dimulai dari penyiapan material besi di
stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi
pembesian dengan menggunakan truk flat bad. Akan tetapi untuk
di proyek ini, guna mempercepat pelaksanaan pekerjaan, slab
lantai akan digunakan metode precast slab. Pada Proyek ini untuk
pekerjaan plat lantai jembatan dapat dilaksanakan setelah
pekerjaan erection girder selesai dikerjakan.

B. Potensi Bahaya Kimia di Pembangunan Jalan Tol Jakarta –


Cikampek II Elevated
Untuk mengindentifikasi potensi bahaya yang ada dalam
proyek ini maka akan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut
berdasarkan faktor bahaya nya, yaitu :
a) Manusia (Man)
1) Tidak menggunakan APD yang sesuai (masker dan sarung
tangan) pada saat pengerjaan melapisi pembatas jalan dengan
menggunakan bahan kimia berupa sika.
2) .
b) Mesin (Machine)
1) Pengelasan besi pembatasan jalan yang menghasilkan uap
logam.
2) Mesin gerinda yang digunakan untuk memotong beton dapat
menimbulkan debu.
3) Mesin genset sebagai sumber energi listrik yang menimbulkan
asap.
c) Metode (Method)
1) Mobilisasi materia

d) Bahan (Material)
1) Penggunaan beton sebagai bahan baku utama yang merupakan
campuran dari pasir dan semen yang ditambahkan air. Dalam
melakukan pekerjaan ada kemungkinan pekerja menghirup debu
dari campuran tersebut yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan
gangguan pernapasan.
2) Aspal yang digunakan sebagai pelapis jalan tol yang dalam
keadaan panas dapat menyebabkan pekerja merasakan panas
seperti terbakar apabila kontak langsung dengan kulit dan mata.
3) Semen
4) Sika sebagai yang digunakan untuk menghaluskan pembatas
jalan yang bersifat iritan dan dapat menyebabkan iritasi mata
dan kulit
5) Bensin sebagai bahan bakar alat stamper yang digunakan untuk
meratakan aspal
6) Solar
e) Lingkungan (Environment)
1) Lingkungan Kerja
1. Debu yang dihasilkan oleh proses penggerindaan pada
beton, yang mana debu tersebut dapat menimbulkan resiko
kepada pekerja yang dapat menyebabkan ISPA, iritasi mata,
dan sesak nafas.
2. Uap logam sebagai bahan yang ditimbulkan akibat adanya
pekerjaan pengelasan.
3.

Anda mungkin juga menyukai