Disusun Oleh :
Addin Himawan Widyono (022018001)
Baginda Mara Pangihutan (022018006)
Dinda Nur Amalia (022018008)
Meidiana Maurizka (0220180XX)
Ratna Mutumanikan Tuharea (0220180XX)
Wisnu Dwiki Aryadi (022018030)
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Laporan mengenai faktor bahaya kimia dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta - Cikampek II Elevated oleh PT. Waskita
Karya ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas kelompok semester
tiga untuk mata kuliah Higiene Industri II. Melalui laporan ini, penyusun
berharap agar penyusun dan pembaca mampu mengenal lebih jauh
mengenai faktor bahaya kimia ditempat kerja khusunya konstruksi jalan tol
yang akan dibahas dalam laporan ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini khususnya kepada dosen
pembimbing Higiene Industri II, yaitu Ibu Yusnita Handayani, S.K.M., M.A dan
PT. Waskita Karya yang bersedia membimbing dan memberikan pengarahan
dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun berharap agar laporan yang telah kami susun ini dapat
memberikan referensi bagi pembaca dan penulis yang lain. Penyusun juga
berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.
Penyusun
DAFTAR ISI
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Waskita Karya yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1961
merupakan salah satu perusahaan negara yang terkemuka di
Indonesia yang berperan besar dalam pembangunan negara. Waskita
Karya pada awalnya berpartisipasi dalam pengembangan terkait air
termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.
Sejak 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah menjadi
"Persero PT. Waskita Karya, dengan panggilan yang lebih akrab
Waskita. Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan bisnisnya
sebagai kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan
konstruksi yang lebih luas termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan,
bandara, bangunan, pabrik limbah, pabrik semen, dan fasilitas industri
lainnya.
Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek
yang melibatkan teknologi maju. Pengalihan teknologi dilakukan
melalui aliansi bisnis berupa joint operation dan joint venture dengan
perusahaan asing terkemuka. Prestasi signifikan dan menonjol yang
menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Sukarno Hatta, Reaktor
Serbaguna Siwabessy, dan PLTU Muara Karang di Jakarta. Saat ini,
PT. Waskita Karya juga sedang menangani pembangunan Jalan Tol
Jakarta – Cikampek II Elevated yang berfungsi untuk menambah
kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, sehingga kemacetan bisa
diminimalisir.
Jalan Tol Jakarta-Cikampek melewati Bekasi dan Kawasan
Industri di Karawang, sejak saat itu membentang dari barat kearah
timur dengan total panjang 83 km dari DKI Jakarta dan ruas Jalan
Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR). Pada kondisi eksisting saat
ini, kepadatan lalu lintas telah terjadi sehingga melebihi rencana
kapasitas ruas jalan tersebut.
Dalam meningkatkan kapasitas lalu lintas tersebut, PT Jasa
Marga (Persero) Tbk merencanakan membangun ruas baru di atas
jalan tol eksisting, yaitu pembangunan Ruas Jalan Tol Jakarta-
Cikampek II di atas (Elevated) sepanjang 36,84 km.
Hingga saat ini pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated yang dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya telah mencapai
kurang lebih 98%. Sisa pekerjaan yang dilakukan adalah pengerjaan
pembatas jalan, rambu-rambu, gerbang tol, kantor tol, dan lain-lain.
Diharapkan pada akhir tahun 2019 Jalan Tol Jakarta – Cikampek telah
rampung dan dapat dioperasikan.
Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam
pembangunan. Kegiatan konstruksi juga dapat menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan, antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Apabila dalam suatu
pembangunan konstruksi tidak dilakukan dengan penerapan K3 yang
baik maka dapat menimbulkan resiko yang besar. Pekerjaan
konstruksi memungkinkan resiko terjadinya kecelakaan kerja,
termasuk pekerjaan jalan tol elevated yang harus dibangun diatas
jalan yang beroperasi.
Pelaksanaan konstruksi proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated ini dikerjakan diatas jalan tol yang sudah ada dan sedang
beroperasi dengan potensi hambatan yang dihadapi antara lain
bekerja di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari,
penggunaan bahan material yang mengandung bahan kimia, dan lain
– lain. Di samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan resiko
pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti terkena alat kerja manual,
jatuh dari ketinggian, terpapar debu sisa material dan asap buangan
alat berat atau mesin, paparan debu dari tanah, kontak langsung
dengan material, dan lain-lain.
Terkait dengan potensi resiko kecelakaan kerja pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada
suatu proyek konstruksi saat ini telah menjadi kebutuhan mendasar.
Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti seharusnya tanpa adanya
intervensi dari manajamen berupa upaya terencana yang sering
disebut Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Standar keselamatan kerja yang belum memadahi dan masih
tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia merupakan bukti
lemahnya perhatian aspek K3 pada pekerjaan konstruksi.
Dalam proses pembangunan konstruksi jalan tentunya tidak
lepas dari material, alat berat, metode kerja, tenaga kerja , dan
lingkungan. Terutama material yang digunakan seperti beton, semen,
pasir, dan bahan – bahan yang lain. Meskipun terlihat sepele namun
material ini mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya
bagi tubuh. Apabila material tersebut tidak disimpan dengan baik dan
digunakan sesuai dengan standar maka dapat memiliki resiko yang
besar. Selain itu, mesin atau alat berat yang digunakan dalam proyek
pembangunan ini juga menggunakan bahan kimia sebagai bahan
bakar dan sisa pembuangan dari mesin-mesin tersebut juga
menghasilkan bahan kimia yang juga dapat beresiko apabila tidak
dilakukan penerapan K3 yang baik.
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka penyusun akan
fokus membahas mengenai faktor bahaya kimia yang dapat ditemui
pada pekerjaan konstruksi jalan tol. Hal ini dikarenakan faktor bahaya
kimia juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan akan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembangunan Jalan Tol Jakarta –
Cikampek II Elevated?
2. Apa saja potensi bahaya kimia yang dapat ditemui dalam setiap
proses pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?
3. Bagaimanakah resiko bahaya yang dapat timbul dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?
4. Bagaimanakah pengendalian dan saran pengendalian yang dapat
dilakukan akibat adanya faktor bahaya kimia dalam pembangunan
Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui proses pembangunan Jalan Tol Jakarta –
Cikampek II Elevated.
2. Untuk mengetahui potensi bahaya kimia yang dapat ditemui dalam
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated.
3. Untuk mengetahui resiko bahaya yang dapat timbul dalam proses
pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated.
4. Untuk mengetahui dan memberikan saran pengendalian yang
dapat dilaksanaan guna mengurangi resiko bahaya kimia yang
timbul dalam pembangunan Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Elevated.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh setelah dilaksanakannya
kunjungan ke proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Elevated oleh
PT. Waskita Karya dan manfaat penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat menerapkan/mengaplikasikan ilmu yang
telah dipelajari di kelas ke lapangan.
2) Mahasiswa dapat memahami sistematika bekerja di
perusahaan (Praktisi).
3) Mahasiswa dapat menganalisis potensi bahaya secara
langsung.
4) Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan para pekerja.
5) Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa.
2. Bagi Politeknik Ketenagakerjaan
1) Nama Kampus politeknik ketenagakerjaan semakin dikenal
khalayak umum.
2) Mendapat kerjasama dengan pihak perusahaan.
3) Meningkatkan kompetensi civitas akademika.
4) Mengenalkan potensi mahasiswanya.
3. Bagi Perusahaan (PT. Waskita Karya)
1) Menambah kepercayaan (Kredibilitas) masyarakat mengenai
kinerja perusahaan.
2) Mengetahui keunggulan dan kekurangan perusahaan lewat
masukan analisis mahasiswa.
3) Menambah kerjasama atau relasi.
4) Memperkenalkan program-program perusahaan.
5) Menarik minat mahasiswa untuk bergabung sehingga tingkat
kompetisi semakin mengingkat dan dapat meningkatkan
produktivitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. K3 Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana
maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil,
sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan
infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara
ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan
yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yaitu mewakili
suatu bidang yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan
setiap orang yang bekerja di lokasi kerja pada suatu proyek. Pada
pekerjaan konstruksi K3 sangatlah penting karena pekerjaan
konstruksi menupakan salah satu pekerjaan yang sangat berbahaya di
seluruh dunia, apabila terjadi kelalain pada pekerjaan konstruksi bisa
menyebabkan kematian yang tidak diinginkan oleh setiap pekerja.
Pada konstruksi ada beberapa hal terkait faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja pada sebuah konstruksi di bangunan,
misalnya, pekerja sangat terpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
konstruksi. pekerja harus mengetahui mengenai K3, dan jika pekerja
masih sedikit yang mengetahui tentang K3 maka perlu pelatihan
khusus untuk pekerja tersebut.
C. Higiene Industri
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
(1998), higiene industri adalah ilmu tentang antisipiasi,
rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi tempat kerja
yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja
dan atau penyakit akibat kerja. Higene industri menggunakan metode
pemantauan dan analisis lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga
kerja yang terpapar. Higene industri juga menggunakan pendekatan
teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti penggunaan
alat pelindung diri, desain cara kerja yang aman untuk mencegah
paparan berbagai bahaya di tempat kerja.
Di Indonesia, Higene industri didefinisikan sebagai spesialisasi
dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan
penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran
yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat
kerja (Suma’mur, 1999). Sedangkan menurut UU no. 14 tahun 1969
Higene perusahaan adalah Lapangan kesehatan yang ditunjukan
kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga
kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan
tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat
ntuk pencegahan penyakit baik akibat kerja maupun umum serta
menetapkan syarat-syarat kesehatan perumahan tenaga kerja.
Higiene industri merupakan ilmu dan seni yang mampu
mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya
faktor-faktor yang timbul didalam lingkungan kerja yang dapat
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dan
ketidaknyamanan serta ketidak effisienan kepada masyarakat yang
berada di lingkungan kerja maupun masyarakat yang berada di luar
industry (Moeljosoedarmo, 2008:9).
Moeljosoedarmo (2008:9) memandang untuk penerapan
higiene industry ditempat kerja suatu industri akan diperlukan
pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu:
1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan
kerja.
2. Penilaian/Evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor
lingkungan kerja.
3. Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan
kerja.
Agar dapat memahami dasar gambaran higiene industri tidak
perlu menjadi seorang ahli dalam bidang higiene industri, namun perlu
mengetahui garis besar dasar pemikiran tentang ketiga prinsip dasar
penerapan higiene industri di tempat kerja (didalam lingkungan kerja)
suatu industri.
Tujuan utama dari higiene Industri ialah pencegahan ,
pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja. Pemberantasan kelelahaan ,penglipat gandaan
kegairahan dan kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat
sekitar industri, serta perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh produk industri.
A. Perencanaan
a) Komitmen perusahaan
Komitmen suatu perusahaan sangat diperlukan mengingat
betapa pentingnya menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ditempat kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat kerja, terutama
dari pihak pengurus dan tenaga kerja, serta pihak-pihak lain yang
juga diwajibkan untuk berperan serta dalam menerapkan K3 di
perusahaan.
PT. Waskita Karya sebagai salah satu perusahaan yang besar
dan bergerak dibidang konstruksi tentunya juga memiliki komitmen
perusahaan mengenai K3. PT. Waskita Karya berkomitmen untuk
menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dan
prosedur Waskita yang berlaku dengan sungguh-sungguh dan
sebaik-baiknya, melalui penyediaan sumber daya yang cukup
untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman
terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan
sasaran Zero Accident, sebagai syarat tercapainya proses kerja
yang efisien, efektif, dan produktif. Selain itu, PT. Waskita Karya
tidak akan melakukan kelalaian dalam bentuk apapun, dimana hal
tersebut dapat membahayakan pekerja bahkan menyebabkan
kecelakaan kerja. PT. Waskita Karya juga bersedia untuk
diberhentikan apabila tidak menaati komitmen yang telah dibuat.
b) Kebijakan Perusahaan
Untuk benar-benar menunjukkan kesungguhan dari komitmen
yang dimiliki, maka komitmen yang dibuat oleh PT. Waskita Karya
tersebut harus ditandatangani oleh pengurus tertinggi yang ada di
tempat kerja. Komitmen tertulis tersebut selanjutnya disebut
kebijakan perusahaan dalam hal ini PT. Waskita Karya. Kebijakan
ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
pekerja dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja. Kebijakan ini
juga harus bersifat dinamis artinya sering ditinjau ulang agar sesuai
dengan kondisi yang ada.
B. Penerapan
C. Pengukuran dan Evaluasi
D. Peninjauan Ulang
BAB IV
PEMBAHASAN
d) Bahan (Material)
1) Penggunaan beton sebagai bahan baku utama yang merupakan
campuran dari pasir dan semen yang ditambahkan air. Dalam
melakukan pekerjaan ada kemungkinan pekerja menghirup debu
dari campuran tersebut yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan
gangguan pernapasan.
2) Aspal yang digunakan sebagai pelapis jalan tol yang dalam
keadaan panas dapat menyebabkan pekerja merasakan panas
seperti terbakar apabila kontak langsung dengan kulit dan mata.
3) Semen
4) Sika sebagai yang digunakan untuk menghaluskan pembatas
jalan yang bersifat iritan dan dapat menyebabkan iritasi mata
dan kulit
5) Bensin sebagai bahan bakar alat stamper yang digunakan untuk
meratakan aspal
6) Solar
e) Lingkungan (Environment)
1) Lingkungan Kerja
1. Debu yang dihasilkan oleh proses penggerindaan pada
beton, yang mana debu tersebut dapat menimbulkan resiko
kepada pekerja yang dapat menyebabkan ISPA, iritasi mata,
dan sesak nafas.
2. Uap logam sebagai bahan yang ditimbulkan akibat adanya
pekerjaan pengelasan.
3.