Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Inhibitor

PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti, MT.

Disusun oleh :

Kelompok 5

Marissa Silvi Dwi Lestari NIM 171424018

Muhammad Azman Hizburrohman NIM 171424020

Muhammad Fikri Rahmadillah NIM 171424021

Muhammad Helldy Rivaldy NIM 171424022

2A - TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
I. TUJUAN
 Mahasiswa dapat menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl
 Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor K2Cr2O7, CaO, dan borax
terhadap laju korosi baja dalam larutan NaCl
 Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl dan
K2Cr2O7, NaCl dan CaO, serta NaCl dan borax.

II. DASAR TEORI


Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkunganyang korosif. Korosi juga diartikan sebagai serangan yang merusak
logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.
(Putri dkk, 2012)
Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, di antaranya dengan pelapisan
pada permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan
lain-lain. Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mencegah korosi, karena biayanya yang relatif murah dan proses yang
sederhana.
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke
dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam. Umumnya inhibitor berasal dari senyawa-senyawa organik
dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron
bebas, seperti nitrit, pospat, dan lain-lain.
(Anonim, 2012)
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena
dapat menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang
fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang
agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah
diaplikasikan (tinggal tetes), dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena
lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu
memberikan perlindungan yang luas pada logam. Inhibitor yang saat ini biasa
digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng.
(Putri dkk, 2012)
Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas
terhadap permukaan logam. Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang
permukaan logam baja adalah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk
menghambat ion-ion agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga
dapat mengurangi laju korosi pada permukaan logam.

Berdasarkan Bahan Dasarnya :


 Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada
permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan
organik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa
dipakai di sistem boiler.
 Inhibitor Inorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.

Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi :

1) Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di


katoda (reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH)
yang sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga
menghambat laju korosi. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju
permukaan elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga
menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Dan
karena adanya inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke arah negative.
Inhibitor katodik merupakan kation yang bermigrasi ke permukaan katodik dan
diendapkan secara kimia atau elektrokimia dan mengisolasi permukaan ini,
sehingga menghalangi pembebasan gas hydrogen di permukaan katodik. Reaksi
yang terjadi pada lingkungan netral adalah
-
2H2O + O2 + 4e → 4OH
Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini
adalah larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut,
kalsium yang menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan
asam:
+
2H + 2e → H2
Pembentukan gas hidrogen dapat dikendalikan oleh peningkatan sistem seperti
yang ditunjukkan gambar di bawah ini.
Gambar 1. Polarisasi Katodik

+3 +3
Contoh: Arsen (AS ), antimon (Sb ), fosfor (P), kation positif dari logam divalent
+2 +2 +2
(seperti Zn , Pb , dan Fe ), air sadah yang mengandung kalsium bikarbonat, soda,
dan polifosfat.

Inhibitor katodik dibedakan menjadi:


Inhibitor racun : Contohnya As2O3, Sb2O3.
o menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas H2 di permukaan
logam
o dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen pada baja kekuatan tinggi
o Bersifat racun bagi lingkungan

Inhibitor presipitasi katodik :


o mengendapkan CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air
Contoh : ZnSO4 + dispersan.

Oxygen scavenger :
o mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 →N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB (Waste Heat
Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun Utilitas.

2) Inhibitor anodic adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga


mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor ini berakibat potensial
korosi bergerak ke arah positif.
Contoh : kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif hanya dengan
adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.

Inhibitor anodik ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara luas
digunakan, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak diinginkan, yaitu
bila kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak cukup melapisi semua permukaan
anodik, sehingga mengakibatkan terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan
demikian, inhibitor anodik sering ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya.
Pengaruh konsentrasi inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti
gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik


Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH- FeOHad + e-
FeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2e-
Molekul organik teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad
berkurang akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodik adalah molibdat,
silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai /
ditambahkan pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.

3) Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodic


Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic dan inhibitor
katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran mengandung salah satu bahan
oksidator seperti kromat, nitrit, dan bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari
inhibitor campuran adalah senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam,
senyawa kromat dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.

“The Potassium Chromates is known to be an effective oxidizing anodic


inhibitors which protect the carbon steel from the HCl corrosive media by making
it in passive state thus preventing breakdown of the passive oxide which can lead
to uniform corrosion.
Potassium Chromates may be acts as cathodic inhibitors by accelerates the
cathodic reaction which produce some catalytic action leading to evolution of
hydrogen instead of reduction of the Chromates ions to the trivalent state CrO3-3
which absorbs on the surface of the metal and reduce to some intermediate valence
and tetravalent stateCrO4-4 acts as mediator between the metal surface and corrosive
media as follow (Afolabi 2007).”

Berdasarkan Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi :


 Inhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi anodik
melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila
jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi. Inhibitor Pasivator terdiri dari :
Inhibitor Pasivator Oksidator, misalnya, Cr2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-. Cr2O72-
mempasivasi baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3,
dan menghasilkan lapisan pasif Cr2O3 dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non
oksidator, contohnya ion metalat (vanadat, ortovanadat, metavanadat), NO2-.
Inhibitor vanadium dipakai di Unit CO2 Removal Pabrik Ammonia, karena larutan
Benfield yang bersifat korosif. Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara
membentuk lapisan pelindung yang terdiri dari senyawa ferro-molybdat.
 Inhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau
lingkungan sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi anodik
dan katodik. Contoh : Na3PO4, Na2HPO4.
 Inhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom).
Gugus ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen,
senyawa sulfur, senyawa amine dan senyawa aldehid.
 Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :
Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan
dalam jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan
mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik,
contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.
Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga
kritis akan mengurangi daerah anodik, namun luas daerah katodik tidak
terpengaruh. Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah
hingga mencapai harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi
di anoda-anoda yang aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi
sumuran. Yang termasuk inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodik, contohnya
adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
(Choerunnisa dkk, 2012)

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
 Gelas kimia 100 mL (6 buah)
 Logam baja 2 x 10 cm (6 buah)
 Statif penyangga (3 buah)
 Motor yang dilengkapi batang pengaduk (3 buah)
3.2 Bahan
 Kertas ampelas
 Larutan NaCl 3,56 gpl @1000 mL (6 buah)
 Larutan K2Cr2O7 2% 50 mL
 Larutan CaO 1% 50 mL
 Larutan borax 1% 50 mL
IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Persiapan Benda Kerja

Siapkan 6 buah plat baja dengan ukuran 2 x 10 cm

Amplas semua plat baja dari grade 500 sampai 1000 hingga bersih
dari kotoran

Bersihkan lemak yang menempel di permukaan benda kerja


dengan mencelupkan dalam larutan etanol (3 menit)

Cuci dengan air mengalir sampai bersih

Keringkan dan timbang semua plat yang telah disiapkan

Ukur luas permukaan masing-masing logam

4.2 Persiapan Larutan


Membuat larutan proses NaCl 3,56 gpl sebanyak 6 buah

Membuat larutan K2Cr2O7 2 % sebanyak 50 mL

Membuat Larutan Borax 1% sebanyak 50 mL

Membuat larutan CaO 1% sebanyak 50 mL


4.3 Proses korosi
4.3.1 Tanpa Aerasi

4 buah logam kerja ampelas

Etanol 90% dan air

Keringkan

Isolasi dan hitung luas logam

Timbang dan catat berat dari ketiga


logam

Logam 1 Logam 2 Logam 3 Logam 4

Larutan
Larutan Larutan
Larutan NaCl NaCl+K2Cr2O
NaCl+CaO NaCl+Borax
7

Diamkan 7
hari

Timbang (bgr)
4.3.2 Dengan Aerasi

4 buah logam kerja ampelas

Etanol 90% dan air

Keringkan

Isolasi dan hitung luas logam

Timbang dan catat berat dari ketiga


logam

Logam 1 Logam 2 Logam 3 Logam 4

Larutan
Larutan Larutan
Larutan NaCl NaCl+K2Cr2O
NaCl+CaO NaCl+Borax
7

Pengadukan
180 rpm 1 jam

Diamkan 7
hari

Timbang (bgr)

V. KESELAMATAN KERJA DAN MSDS


 Mahasiswa harus menggunakan APD (jas lab, sarung tangan, masker)
 Mahasiswa harus hati-hati menimbang NaCl karena bersifat higroskopis
 Mahasiswa harus berhati-hati memipet larutan K2Cr2O7, borax karena beracun
MSDS NaCl
 Sifat fisik dan kimia
Keadaan fisik : bubuk kristal padat
Bau : sedikit
Rasa : garam/asin
Berat Molekul : 58,33 g/mol
Warna : putih
Titik didih : 1413oC (2575,4oF)
Kelarutan : mudah larut dalam air dingin dan air panas, larut dalam
gliserol dan ammonia serta tidak larut dalam asam klorida
Kepadatan : 2,165
 Penanganan
1. Kontak kulit: basuh dengan banyak air minimal 15 menit dengan melepaskan
pakaian dan sepatu yang terkontaminasi
2. Kulit serius: cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi
dengan krim anti bakteri
3. Inhalasi: jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
4. Mata: basuh mata dengan banyak air minimal 15 menit, sesekali mengangkat
kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis
5. Tertelan: jika korban sadar, beri 2-4 cup susu atau air. Dapatkan bantuan
medis
MSDS K2Cr2O7
 Sifat fisik dan kimia
Wujud : padat
Warna : jingga
Bau : tidak berbau
pH : 3,6 (pada 100g/L)
Titik lebur : 398oC
Titik didih : > 500oC (pada 1.013 hPa)
Sifat oksidator: pengoksidasi
Densitas : 2,69 g/cm3 (pada 20oC)
Densitas curah: 1,25 g/cm3
Kelarutan dalam air: 130 g/L (pada 20oC)

 Penanganan
1. Setelah menghirup : Hirup udara segar. Jika napas terhenti, langsung berikan
napas buatan secara mekanik. Jika diperlukan berikan masker oksigen. Segera
menghubungi dokter
2. Setelah kontak pada kulit : Mencuci dengan air yang banyak. Melepaskan
pakaian yang terkontaminasi. Segera menghubungi dokter
3. Setelah kontak pada mata : Membilas dengan air yang banyak. Segera
menghubungi dokter mata
4. Jika tertelan : Memberi air minum (maksimal 2 gelas). Segera mencari
anjuran pengobatan. Hanya dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam, merangsang untuk muntah (jika korban tak sadarkan
diri). Konsultasi dengan dokter
5. Perawatan (catatan untuk dokter) : Bersihkan luka dengan hati-hati dan tutup
dengan bahan pembalut yang steril.

MSDS CaO
 Sifat fisik dan kimia
Keadaan fisik dan penampilan : Solid. (Kristal padat.)
Bau : Tidak berbau.
Rasa : Tidak tersedia.
Berat Molekul : 56,08 g / mol
Warna : Putih.
pH (1% soln / air) : 10 [Dasar.]
Titik didih : 2850 ° C (5162 ° F)
Melting Point : 2572 ° C (4661,6 ° F)
Berat Jenis : 3,33 (Air = 1)
 Penanganan
1. Kontak Mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak,
segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air dingin dapat
digunakan. Air hangat harus digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan
segera.
2. Kontak Kulit: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air
selama minimal 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan
sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg melunakkan. Cuci pakaian
sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perhatian medis segera.
3. Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi
dengan krim anti-bakteri. Cari bantuan medis.
4. Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan perhatian
medis.
5. Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman sesegera mungkin.
Kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang. Jika
sulit bernafas, berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, melakukan mulut ke
mulut resusitasi. PERINGATAN: Mungkin berbahaya bagi orang yang
memberikan bantuan untuk memberikan mulut ke mulut resusitasi bila bahan
dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Dapatkan pertolongan medis segera.
6. Tertelan:
JANGAN memancing muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh
tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada orang sadar.
Jika sejumlah besar bahan ini tertelan, panggil dokter segera. Kendurkan
pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.
MSDS Borax
 Sifat fisik dan kimia
Rumus Molekul : Na2B4O7
Keadaan fisik : padat
Bau : tidak berbau
Berat molekul : 201,22 g/mol
Warna : putih
Titik leleh : 741oC (1365,8oF)
Specific Gravity : 2,367 (water=1)
Kelarutan : larut dalam air, tidak larut dalam alkohol
 Penanganan
1. Terkena mata; basuh mata dengan air minimal 15 menit. Dapatkan bantuan
medis jika terjadi iritasi
2. Kontak kulit; cuci dengan sabun dan air. Dapatkan bantuan medis jika terjadi
iritasi
3. Inhalasi; jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan
medis
4. Tertelan: jangan memasukkan apapun ke dalam mulut korban yang tidak
sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah dan sabuk

VI. DATA PENGAMATAN


Tabel 6.1 Data Pengamatan
Berat Berat
Luas
No. logam logam
permukaan Lingkungan elektrolit Laju korosi (mdd)
logam awal akhir
(dm2)
(amg) (bmg)
1 0.214 10140 10290 NaCl dengan aerasi 100.13
2 0.214 9370 9450 NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40
3 0.214 7800 7920 NaCl+CaO dengan aerasi 80.11
4 0.214 9780 9840 NaCl+borax dengan aerasi 40.05
5 0.214 9950 10090 NaCl tanpa aerasi 93.46
6 0.214 9880 9970 NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08
7 0.214 9810 9910 NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76
8 0.214 8470 8580 NaCl+borax tanpa aerasi 73.43

VII. PENGOLAHAN DATA


7.1 Perhitungan Laju korosi
Contoh perhitungan laju korosi pada larutan NaCl dengan aerasi
(𝑏 − 𝑎)
𝑟=
𝐴. 𝑡
(10140 − 10250) 𝑚𝑔
𝑟= = 73,43 𝑚𝑑𝑑
0,214 𝑑𝑚2 . 7 ℎ𝑎𝑟𝑖
Tabel 7.1 Hasil Perhitungan Laju korosi

Berat Berat
Luas
No. logam logam b-a Laju korosi
permukaan t(hari) Lingkungan elektrolit
logam awal akhir (mg) (mdd)
(dm2)
(amg) (bmg)
1 0.214 10140 10290 150 7 NaCl dengan aerasi 100.13

2 0.214 9370 9450 80 7 NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40

3 0.214 7800 7920 120 7 NaCl+CaO dengan aerasi 80.11

4 0.214 9780 9850 60 7 NaCl+borax dengan aerasi 46.73

5 0.214 9950 10090 140 7 NaCl tanpa aerasi 93.46

6 0.214 9880 9970 90 7 NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08

7 0.214 9810 9910 100 7 NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76

8 0.214 8470 8580 110 7 NaCl+borax tanpa aerasi 73.43

7.2 Perhitungan Efisiensi Inhibitor


Contoh perhitungan efisiensi inhibitor larutan NaCl + K2Cr2O7 dengan aerasi
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙 − 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑡𝑜𝑟
𝜂= 𝑥 100%
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙 − 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7
𝜂= 𝑥 100%
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙
100,13 𝑚𝑑 − 53,40 𝑚𝑑𝑑
𝜂= 𝑥 100% = 46,67
100,13 𝑚𝑑𝑑
Tabel 7.2 Hasil Perhitungan efisiensi inhibitor
Laju
Laju korosi
Lingkungan elektrolit korosi η
NaCl (mdd)
(mdd)
NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40 100.13 46.67
NaCl+CaO dengan aerasi 80.11 100.13 20
NaCl+borax dengan aerasi 46.73 100.13 53.33
NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08 93.46 35.71
NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76 93.46 28.57
NaCl+borax tanpa aerasi 73.43 93.46 21.43
7.3 Grafik laju korosi dan efisiensi terhadap lingkungan

Gambar 7.1 Grafik laju korosi terhadap lingkungan elektrolit

Gambar 7.2 Grafik efisiensi terhadap lingkungan elektrolit


VIII. PEMBAHASAN
8.1 Marissa Silvi Dwi Lestari (171424018)
Inhibitor merupakan zat yang ditambahkan ke dalam lingkungan elektrolit
untuk mencegah atau menghambat proses korosi. Pada praktikum ini, inhibitor yang
digunakan adalah inhibitor anodic dan katodik. Prinsip dasar dari inhibitor anodic
adalah mempertahankan lapisan pasif pada logam. Korosi terjadi pada selaput
oksida yang terkelupas. Anion dari inhibitor anodic akan bereaksi dengan ion logam
dan menutup lapisan yang telah terkelupas sehingga dapat mengurangi laju korosi.

Berdasarkan data pengamatan, inhibitor boraks menurunkan laju korosi


sebesar 53.4mdd dengan efisiensi sebesar 53.33. Efisiensi inhibitor boraks lebih
besar dibandingkan dengan inhibitor CaO dan kalium dikromat. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa boraks yang termasuk inhibitor anodic non oksidator akan
bereaksi lebih efektif dengan adanya oksigen.

Dalam lingkungan tanpa aerasi, inhibitor kalium dikromat menurunkan laju


korosi sebesar 33,38 mdd dengan efisiensi sebesar 35,71. Lebih besar dibandingkan
dengan CaO dan boraks. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa kalium dikromat
termasuk inhibitor anodic oksidator yang akan bereaksi lebih efektif jika tanpa
oksigen. Mekanisme kerja dari inhibitor kalium dikromat adalah sebagai berikut :

Oksidasi : 2Fe + 2H2O Fe2O3 + 6H+ + 6e


Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e Cr2O3 + 7H2O
2Fe + Cr2O72- + 6H+ Fe2O3 + Cr2O3 + 4H2O
Lapisan atau endapan Fe2O3 dan Cr2O3 inilah yang berperan sebagai pelindung bagi
logam dari zat-zat agresif.

Inhibitor CaO sebagai inhibitor katodik berperan membentuk logam


hidroksida yang menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat laju
korosi. Mekanisme kerja dari inhibitor CaO adalah sebagai berikut :

CaO + H2O Ca(OH)2


Ca(OH)2 + H2CO3 Ca(HCO3)2 +2H2O
Berdasarkan data pengamatan, inhibitor CaO bereaksi lebih efektif pada
lingkungan tanpa aerasi.
8.2 Muhammad Fikri Rahmadillah (171424021)

Inhibitor merupakan salah satu metode pencegahan atau pengendalian korosi,


inhibitor yang ditambahkan pada praktikum kali ini yaitu larutan K2CrO7, Cao, dan
Boraks. Prinsip inhibitor pada pengendalian korosi yaitu dengan cara membentuk
lapisan pasif pada permukaan logam.

Pada percoban yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Laju korosi
Lingkungan elektrolit
(mdd)
NaCl dengan aerasi 100.13

NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40

NaCl+CaO dengan aerasi 80.11

NaCl+borax dengan aerasi 46.73

NaCl tanpa aerasi 93.46

NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08

NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76

NaCl+borax tanpa aerasi 73.43

Dari data tersebut larutan yang memiliki laju korosi paling besar yaitu larutan
NaCl dengan aerasi , hal ini disebabkan oleh ion Cl- yang ada pada NaCL, sehingga
memperbesar laju korosi. Keberadaan oksigen pun mempengaruhi nilai laju korosi,
karena semakin banyak oksigen terlarut dalam suatu larutan maka laju korosinya
akan semakin besar. Hal ini terbukti pada larutan NaCl dengan keadaan tanpa aerasi
dimana nilai laju korosinya lebih kecil dari larutan NaCl dengan Aerasi.

Pada penambahan inhibitor ke dalam larutan diperoleh data efisiensi sebagai


berikut :

Laju
Laju korosi
Lingkungan elektrolit korosi η
NaCl (mdd)
(mdd)
NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40 100.13 46.67
NaCl+CaO dengan aerasi 80.11 100.13 20
NaCl+borax dengan aerasi 46.73 100.13 53.33
NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08 93.46 35.71
NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76 93.46 28.57
NaCl+borax tanpa aerasi 73.43 93.46 21.43

Dari data yang diperoleh diatas, terlihat bahwa Borax memiliki efisiensi yang
besar pada kondisi dengan Aerasi. Hal ini sesuai dengan literatur, dimanaBorax
sangat efektif pada kondisi atau lingjungan yang memilik banyak oksigen. Sehingga
dari percobaan ini dapat disimpukan bahwa oksigen berperan penting dalam
terjadinya pengkorosian logam, terbukti dengan banyaknya oksigen terlaut dalam
suatu larutan maka laju korosi dari logam tersebut akan semakin besar, selain itu
nilai efisiensinya pun akan semakin besar pula.

8.3 Muhammad Helldy Rivaldy (171424022)


Inhibitor korosi merupakan suatu metode dalam mengendalikan gejala korosi
yang terjadi pada sebuah logam atau benda kerja. Larutan yang digunakan adalah
Kalium dikromat, Kalsium oksida, dan Boraks.

Dari hasil praktikum data pengamatan dengan menggunakan aerasi dan tanpa
aerasi maka didapatkan sebagai berikut:

Laju korosi
Lingkungan elektrolit
(mdd)
NaCl dengan aerasi 100.13

NaCl+K2Cr2O7 dengan aerasi 53.40

NaCl+CaO dengan aerasi 80.11

NaCl+borax dengan aerasi 46.73

NaCl tanpa aerasi 93.46

NaCl+K2Cr2O7 tanpa aerasi 60.08

NaCl+CaO tanpa aerasi 66.76

NaCl+borax tanpa aerasi 73.43

Pada NaCl dengan aerasi didapatkan laju korosi sebesar 100,13 mdd sedangkan
tanpa aerasi didapatkan sebesar 93,46 mdd. Pada kalium dikromat didapatkan pada
kondisi aerasi sebesar 53,40 mdd dan pada kondisi tanpa aerasi sebesar 60,08.
Secara keseluruhan larutan yang digunakan terdapat penghambatan pada daerah
yang dilingkungan aerasi.

Pada dasarnya lingkungan yang memiliki asupan oksigen yang baik akan
memengaruhi pada keadaan benda kerja yang terkorosi, akibatnya laju korosi lebih
kecil dibandingkan dengan lingkungan tanpa aerasi. Secara keseluruhan teori
dengan hasil praktikum sudah sesuai.
IX. SIMPULAN
 Inhibitor adalah zat organic maupun anorganik yang ditambahkan ke dalam
suatu lingkungan untuk mengendalikan proses korosi. Inhibitor anodic seperti
kalium dikromat dan boraks akan menghasilkan selaput tipis pada anoda
sehingga menghambat laju korosi. Sedangkan inhibitor katodik seperti CaO
adalah zat yang dapat menghambat reaksi di katoda karena pada daerah katodik
terbentuk logam hidroksida yang sukar larut dan menempel kuat pada
permukaan logam sehingga menghambat laju korosi.
 Inhibitor kalium dikromat efektif dalam lingkungan tanpa aerasi sedangkan
inhibitor boraks efektif dalam lingkungan dengan aerasi.
 Nilai laju korosi dan efisiensi

Lingkungan Laju Korosi Efisiensi


Aerasi Tanpa aerasi Aerasi Tanpa aerasi
NaCl 100.13 93.46 - -
NaCl+K2Cr2O7 53.40 60.08 46.67 35.71
NaCl+CaO 80.11 66.76 20 28.57
NaCl+borax 46.73 73.43 53.33 21.43

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengkorosian Besi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Choerunnisa, Ghea, dkk. 2012. Laporan Praktikum Pencegahan Korosi. Inhibitor.


Bandung: Polban.
Indarti, Retno. Jobsheet Praktikum Pengendalian Korosi: Inhibitor. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Putri, Nur Azizah, dkk. 2012. Laporan Praktikum Mandiri Kimia Dasar III Inhibitor Alami.
Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Roberge, Pierre R., 2000. Handbook of Corrosion Engineering. United State of Amerika:
McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai