Pembahasan
c. ileum: Ileum merupakan bagian ketiga dari usus halus yang akan
berakhir pada ileocecal junction. 11 Dibandingkan dengan jejunum,
ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan-lipatan mukosa (plika
sirkularis) yang lebih sedikit dan kurang menonjol, vasa recta yang
lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak
arcade arteriae
Intestinum Crassum
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga divisi.
Rectum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang
12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal.
Anus
Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan, tempat dimana
feses keluar dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sfingter.
Duodenum sekitar 25 cm
Jejunum sekita 240 cm, dan
Ileum sekitar 360 cm
Ini adalah gambar peralihan dari gaster ke duodenum (gastroduodenal
junction)
Mikroskopik:
Mukosa:
Terdapat struktur:
o sel absorptif:
terdapat pada permukaan bebas usus halus
bentuk kolumnair dengan mikrovili
berfungsi untuk melindungi sel epitel dari proses
pencernaan oleh enzim dalam lumen, serta untuk
transport lemak
o sel goblet:
merupakan sel penghasil lendir
fungsi lendirnya adalah untuk menutupi mukosa usus
halus, pelindung terhadap isi sitolitik dalam lumen
sel goblet ini hanya sedikit pada duodenum
dibandingkan dengan jejunum dan ileum
o sel argentafin:
merupakan sel berukuran kecil yang tersebar di antar
sel-sel absorptif
sitoplasmanya mengandung granula halus yang padat
memproduksi hormon serotonin, sekretin
kolesistokinin, somatostatin, dan endorphin
o sel paneth
sel ini bereklompok pada dasar kripte usus
sel ini berbentuk seperti piramid dengan
sitoplasmanya mengandung granula asidophil besar,
RE kasar dan banyak, serta apparatus golginya besar
o sel kolumnair primitif = cell mesenchym undifferentiated
merupakan stem cell yang selalu membelah
ditemui pada kripta lieberkuhn
berdiferensiasi menjadi sel absorptif, sel goblet, sel
argentafin, dan mungkin jugas sel paneth.
Muskularis mukosa
Submukosa
Tunika muskularis
terdiri dari 2 lapis otot polos, yang lapisan dalamnya sirkuler, dan
bagian luarnya longitudinalis
mengandung pleksus aurbach
Tunika serosa
Appendix:
Tunica Mucosa:
o Bagian proksimal:
mucosa mirip colon / rectum
terlihat lapisan vertikal, yaitu columna
analis(Columna Rectalis Morgagni)
o Bagian distal:
mukosanya terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk
o Lamina Propria:
Terdapat banyak sekali pleksus vena besar,
yaitu plexus venosus hemoroidalis
Tunica Submucosa:
o Terdapat anyaman penyambung kapiler dan darah
Tunica Muscularis:
o Sepertiga proksimalnya terdapat 2 lapisan otot plos:
Bagian dalam bentuknya sirkuler dan tebal, terdiri
dari otot polos (m. sphincter ani internum)
Bagian luar bentuknya longitudinal
o Bagian distalnya dibentuk oleh kanalis, terdapat m.
sphincter ani externum yang volunter, dibentuk oleh otot
polos
2.Fisiologi Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan .
Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar
(contohnya buang air besar saat melakukan proses persalinan).
Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera
pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang
kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).
Untuk konsistensi feses yang normal saat buang air besar adalah
berbentuk sosis dan agak lunak. Pada diare konsistensi menjadi sangat
lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat tinja dengan
konsistensi keras.
Untuk warna feses yang normal saat buang air besar adalah
berwarna kuning cokelat/ cokelat muda/ cokelat tua. Warna tinja yang
dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih
banyak urobilin dari urobilinogen yang dieksresikan lewat usus.
Selain urobilin yang normal ada, warna tinja dipengaruhi oleh jenis
makanan, kelainan dalam saluran cerna, dan oleh obat-obat yang
diberikan.
Untuk bau feses yang normal saat buang air besar adalah sama
dengan bau kentut. Bau khas dari feses disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indol, skatol, dan thiol
(senyawa yang mengandung belerang) dan juga gas hidrogen sulfide.
Bau busuk disebabkan proses pembusukan protein yang tidak dicerna
oleh bakteri, bau asam menunjukkan pembentukan gas dan fermentasi
karbohidrat yang tidak dicerna atau diabsorbsi sempurna/lemak yang
tidak diabsorbsi.
a. Usia
b. Asupan cairan
Fisiologi Flatus
Kentut atau flatus berasal dari gas dalam usus. Gas dalam usus
berasal dari udara yang kita telan, yang menerobos ke usus dari darah,
gas dari reaksi kimia & gas dari bakteri dalam perut.
• Hidrogen
Hidrogen biasanya dihasilkan dari metabolisme karbohidrat makanan
dan glikoprotein endogen dari enterosit.
• Metan
• Karbon dioksida
• Sulfur
• Nitrogen
Makin banyak udara yang kita telan, makin banyak kadar nitrogen
dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum
sampai di usus. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang kita
makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa
lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar
proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui
dinding usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam
kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi
oksigen.
Mekanisme Kentut
Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, kurang olahraga.
2. Kurang cairan/minum
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buar air besar
karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang
tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam
konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah
membiasakan BAB teratur dalam kehidupan.
4. Obat – obatan
1. Adenokarsinoma
rektum.
2. Karsinoid tumor
Tumor ini terbentuk dari sel spesifik pada dinding kolon disebut
intestinal cells of Cajal. Tumor ini adalah tumor mesenkim yang
menyerang traktus digestivus yang berasal dari sel ganglion myenteric.
Terdapat jenis benigna dan malignana. Tumor ini sering ditemukan di
bagian traktus digestivus atas, namun pada kolon hanya sekitar 5%.
Ahli Patologi mendeskripsikan tipe GISTs ini sebagai spindle,
epitheloid, dan campuran. Sekitar 70% GISTs merupakan tipe spindle,
20% merupakan tipe epitheloid, dan 10% merupakan tipe campuran.
Tanda dan gejala dari kanker kolon bervariasi dan tidak spesifik
dan sering kali tidak didapatkan gejala dan tanda dini dari kanker
kolorektal. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal
berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor dan ada tidaknya
metastasis. Gejala muncul pada kanker kolorektal yang terjadi sudah
lama dan berprognosis buruk.16 Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau
akibat penyebaran.1
7.Diagnosa banding
Gejala dari kanker usus besar dapat menyerupai beberapa penyakit
seperti:
1. Divertikulitis
2. Colitis ulcerativa
Pada colitis ulcerativa juga ditemuka feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulceravita terdapat
diare sedangkan pada kanker usus besar biasanya feces berbentuk
kecil-kecil seperti kotoran kambing.
3. Appendicitis inflitrat
Pada appendicitis inflitrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan
tumor caecum stadium lanjut (tumor caecum pada stadium awal
bersifat mobile).
4. Haemoroid
8.Penatalaksanaan
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah
biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
3. Kemoterapi
Penatalaksanaan medis
Pencegahan
9.Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial
atau lengkap. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen
dan penyebaran langsung. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga
menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan
syok, pembentukan abses. Pembentukan fistula pada urinari bladder
atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan
sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam
usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada
akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan
mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya (Uterus, urinary
bladder,dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh
kanker.
Prognosis
Step 3.Hipotesis
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKKolorektal.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56719/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y
Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9. Alih Bahasa :
Tambayong Jan. Jakarta: EGC
Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi
V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
LOGBOOK
SKENARIO I
61117107
BLOK GASTROINTESTINAL
SEMESTER V