Anda di halaman 1dari 39

Step 6.

Pembahasan

1. Anatomi Intestinum Tenue

Intestinum tenue atau usus halus adalah tempat sebagian besar


pencernaan dan penyerapan berlangsung. Usus halus terbagi menjadi
tiga segmen yaitu, duodenum, jejenum dan ileum.

a. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada


lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum
merupakan tempat bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus)
dan saluran pankreas (duktus pankreatikus),

tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai


lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner untuk
memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum sekitar 25 cm,
mulai dari pilorus sampai jejunum.

b. Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di


sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan keluar
masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe, dan
saraf ke ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum lebih
lebar, dindingnya lebih tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah.

c. ileum: Ileum merupakan bagian ketiga dari usus halus yang akan
berakhir pada ileocecal junction. 11 Dibandingkan dengan jejunum,
ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan-lipatan mukosa (plika
sirkularis) yang lebih sedikit dan kurang menonjol, vasa recta yang
lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak
arcade arteriae

Intestinum Crassum

Intestinum crassum atau usus besar terdiri dari colon ( ascendens,


transversum, dan descendens), caecum, appendix, dan rectum
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :

a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area


katup ileosekal

apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang


melekat pada

ujung sekum.Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit


yang berisi

jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.

b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga divisi.

Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di

sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada


fleksura hepatika.

Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan

lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya

memutar ke bawah fleksura splenik.

Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan


menjadi

kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum

Rectum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang
12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal.
Anus
Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan, tempat dimana
feses keluar dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sfingter.

Histologi Intestinum Tenue


Panjang Intestinum tenue sekitar 6 meter, dengan perincian:

 Duodenum sekitar 25 cm
 Jejunum sekita 240 cm, dan
 Ileum sekitar 360 cm
Ini adalah gambar peralihan dari gaster ke duodenum (gastroduodenal
junction)

Mikroskopik:
Mukosa:
Terdapat struktur:

 Vili, dengan ciri-ciri:


o lipatan mukosanya seperti jari-jari
o mulai tampak pada duodenum dengan ciri panjang, lebar,
dan banyak
o makin ke distal semakin kurang, semakin pendek, dan
semakin halus
o dilapisi oleh sel epitel selapis torak
 Kripta Lieberkuhn
o merupakan invaginasi kelenjar-kelenjar kecil di antara vili
o merupakan kelenjar tubuler
 Plica Circularis Kerckringi:
o merupakan lipatan berbentuk sirkuler
o plica circularis kerckringi ini tidak seperti rugae karena
submukosa-nya juga membentuk lipatan
o sifatnya permanen
o fungsinya adalah memperluas permukaan absorpsi usus dan
memperlambat pergerakan isi usus
o mulai terlihat pada duodenum dan menghilang pada ujung
akhir ileum
o merupakan ciri khas untuk jejunum
 Penjelasan dalam bentuk gambar:
 Sel-sel yang membentuk epitel mukosa usus halus, antara lain:
o sel absorptif
o sel goblet
o sel argentafin
o sel paneth
o sel kolumnair primitif (cell mesenchym undifferentiated)

o sel absorptif:
 terdapat pada permukaan bebas usus halus
 bentuk kolumnair dengan mikrovili
 berfungsi untuk melindungi sel epitel dari proses
pencernaan oleh enzim dalam lumen, serta untuk
transport lemak

o sel goblet:
 merupakan sel penghasil lendir
 fungsi lendirnya adalah untuk menutupi mukosa usus
halus, pelindung terhadap isi sitolitik dalam lumen
 sel goblet ini hanya sedikit pada duodenum
dibandingkan dengan jejunum dan ileum
o sel argentafin:
 merupakan sel berukuran kecil yang tersebar di antar
sel-sel absorptif
 sitoplasmanya mengandung granula halus yang padat
 memproduksi hormon serotonin, sekretin
kolesistokinin, somatostatin, dan endorphin
o sel paneth
 sel ini bereklompok pada dasar kripte usus
 sel ini berbentuk seperti piramid dengan
sitoplasmanya mengandung granula asidophil besar,
RE kasar dan banyak, serta apparatus golginya besar
o sel kolumnair primitif = cell mesenchym undifferentiated
 merupakan stem cell yang selalu membelah
 ditemui pada kripta lieberkuhn
 berdiferensiasi menjadi sel absorptif, sel goblet, sel
argentafin, dan mungkin jugas sel paneth.

 Lamina Propria, mikroskopik:


o merupakan anyaman penyambung longgar
o terdapat sel limfosit, makrofag, sel plasma, dan eosinofil
o terdapat pembuluh darah
o terdapat nodus limfatikus (khusus pada ileum, nodus
limfatikusnya besar dan banyak, mencapai muskularis
mukosa dan kadang menembus submukosa, disebut plaque
peyeri/peyer's patch)

 Muskularis mukosa

Submukosa

 terdapat pleksus meissner


 terdapat kelenjar brunner (duodenum)

Tunika muskularis

 terdiri dari 2 lapis otot polos, yang lapisan dalamnya sirkuler, dan
bagian luarnya longitudinalis
 mengandung pleksus aurbach

Tunika serosa

 terdiri dari anyaman penyambung jarang dilapisi mesotel

Histologi Intestinum Crassum


Perbedaan intestinum tenue dan intestinum crassum:

 Tunica Mucosa Intestinum Crassum:


o Tidak memiliki vili
o Tidak ada Plica circularis kerckringi
o mucosanya tebal
o Terdapat banyak sekali nodulus limfatisi
 Tunica Muscularis Intestinum Crassum:
o Terdapat 3 pita otot polos yang pada daerah rectum
menghilang, disebut taenia coli
o Terdapat haustra, yaitu kantong-kantong padaColon
 Tunica Serosa
o Appendices Epiploicae, yaitu timbunan lemak berupa
globus besar yang menggantung ke bawah.

Appendix:

 Merupakan diverticulum (cabang) dari caecum


 Bentuknya seperti cacing dan mengandung banyak sekali
jaringan limfatis
 Panjangnya sekitar 8 sampai 13 cm
 Memiliki 4 lapisan, yaitu:
o Tunica Mucosa, sama dengan mucosa caecum / colon,
yaitu lamina propria yang penuh dengan jaringan limfatis
o Tunica submucosa
o Tunica muscularis, tidak ditemukan taenia coli
o Tunica serosa dilapisi mesotel
Anus:
Mikroskopik:

 Tunica Mucosa:
o Bagian proksimal:
 mucosa mirip colon / rectum
 terlihat lapisan vertikal, yaitu columna
analis(Columna Rectalis Morgagni)
o Bagian distal:
 mukosanya terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk
o Lamina Propria:
 Terdapat banyak sekali pleksus vena besar,
yaitu plexus venosus hemoroidalis
 Tunica Submucosa:
o Terdapat anyaman penyambung kapiler dan darah
 Tunica Muscularis:
o Sepertiga proksimalnya terdapat 2 lapisan otot plos:
 Bagian dalam bentuknya sirkuler dan tebal, terdiri
dari otot polos (m. sphincter ani internum)
 Bagian luar bentuknya longitudinal
o Bagian distalnya dibentuk oleh kanalis, terdapat m.
sphincter ani externum yang volunter, dibentuk oleh otot
polos

2.Fisiologi Defekasi

Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan .

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa


metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran
pencernaan melalui anus. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks
untuk defekasi, yaitu terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam
akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar
diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain membantu proses
tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar
pelvis.

Defekasi bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sfingter ani.


Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis.
Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur,
gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan massa kolon ini
dengan cepat mendorong feses makanan yang tidak dicerna (feses) dari
kolon ke rektum.

Pengaturan buang air besar

Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar
(contohnya buang air besar saat melakukan proses persalinan).
Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera
pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang
kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).

Pada dasarnya, frekuensi buang air besar pada setiap orang


bervariasi. Meski begitu, ada masanya ketika orang yang biasanya
buang air besar hanya 3 hari sekali pun tidak mampu mengeluarkan
setelah 4 atau 5 hari, bahkan seminggu. Atau, yang biasanya buang
air besar tiap hari tidak mampu mengeluarkan feses setelah lebih
dari 2 hari.

Untuk konsistensi feses yang normal saat buang air besar adalah
berbentuk sosis dan agak lunak. Pada diare konsistensi menjadi sangat
lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat tinja dengan
konsistensi keras.

Untuk warna feses yang normal saat buang air besar adalah
berwarna kuning cokelat/ cokelat muda/ cokelat tua. Warna tinja yang
dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih
banyak urobilin dari urobilinogen yang dieksresikan lewat usus.
Selain urobilin yang normal ada, warna tinja dipengaruhi oleh jenis
makanan, kelainan dalam saluran cerna, dan oleh obat-obat yang
diberikan.

Untuk bau feses yang normal saat buang air besar adalah sama
dengan bau kentut. Bau khas dari feses disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indol, skatol, dan thiol
(senyawa yang mengandung belerang) dan juga gas hidrogen sulfide.
Bau busuk disebabkan proses pembusukan protein yang tidak dicerna
oleh bakteri, bau asam menunjukkan pembentukan gas dan fermentasi
karbohidrat yang tidak dicerna atau diabsorbsi sempurna/lemak yang
tidak diabsorbsi.

Bau feses sangat mempengaruhi dengan apa yang kita makan.


Terlalu banyak mengonsumsi [lemak dapat menyebabkan bau feses
yang busuk. Obatobatan juga dapat mempengaruhi bau feses menjadi
seperti bau obat. Bau asam pada feses yang cair sering disebabkan
karena infeksi rota virus. Bau feses yang mengandung darah pada
umumnya tercium bau amis.

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses defekasi

a. Usia

Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan


mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan
mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang
dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, dan
pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

b. Asupan cairan

Pemasukan cairan yang kurang akan menyebabkan feses


menjadi lebih keras, disebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat.
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (contoh: urine,
muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan
untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan
feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
c. Aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui


aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada
daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam
membantu proses kelancaran proses defekasi.

Fisiologi Flatus

Flatuensi adalah keluarnya gas melalui anus atau dubur akibat


akumulasi gas di dalam perut (terutama dari usus halus atau kolon).
Peristiwa keluarnya gas melalui anus atau dubur ini sering disebut
sebagai kentut atau dalam istilah kedokteran disebut Flatus. Kentut atau
sering disebut buang angin biasanya ditandai dengan rasa mulas di
perut.

Kentut atau flatus berasal dari gas dalam usus. Gas dalam usus
berasal dari udara yang kita telan, yang menerobos ke usus dari darah,
gas dari reaksi kimia & gas dari bakteri dalam perut.

Komposisi dari flatus biasanya adalah nitrogen, oksigen,


karbondioksida, hidrogen, sulfur, dan metan – bervariasi pada masing-
masing orang.

• Hidrogen
Hidrogen biasanya dihasilkan dari metabolisme karbohidrat makanan
dan glikoprotein endogen dari enterosit.

• Metan

40% Gas CH4 diproduksi pada metabolisme karbohidrat oleh bakteri.

• Karbon dioksida

CO2 berasal dari fermentasi karbohidrat, lemak, dan protein. Adanya


bakteri serta reaksi kimia antara asam perut & cairan usus juga
menghasilkan karbondioksida. 74 % dari flatus merupakan gas yang
diproduksi oleh koloni bakteri (hidrogen, metan, dan karbondioksida).

• Sulfur

Bau flatus berhubungan dengan konsentrasi hidrogen sulfida; gas lain


yang mengandung sulfur pada flatus adalah methanetrioldan
dimethylsulfida.

• Nitrogen

Makin banyak udara yang kita telan, makin banyak kadar nitrogen
dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum
sampai di usus. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang kita
makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa
lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar
proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui
dinding usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam
kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi
oksigen.
Mekanisme Kentut

Kentut keluar melalui lubang dubur karena kepadatannya lebih


ringan. Gerakan peristaltic usus mendorong isinya kearah bawah.
Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerakan peristaltik usus
menjadikan ruang bertekanan, sehingga memaksa isi usus, termasuk
gasnya bergerak ke kawasan yang bertekanan lebih rendah. Hal ini
sesuai dengan hukum fisika yang berbunyi: “Angin bergerak dari
daerah yang bertekanan udara lebih tinggi ke daerah yang bertekanan
udara lebih rendah”. Dalam perjalanan kearah anus, gelembung-
gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak ada
gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke atas lagi, tapi tidak
terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit dan berbelit-belit. Itulah
mengapa gas kentut tidak bergerak ke atas.

3.Etiologi Tidak Bisa Defekasi dan Flatus

Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, kurang olahraga.

1. Diet rendah serat

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses


sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti ;
beras, telur dan daging segar bergerak lambat di saluran cerna.

2. Kurang cairan/minum

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika


pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine,
muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan
untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang kolon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan
feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningktakan reabsorbsi dari chyme.

3. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur

Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi


adalah kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang
normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk
menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan
untuk defekasi habis. Anak pada masa bermain bisa mengabaikan
refleks-refleks ini; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan
waktu dan pekerjaan.

Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buar air besar
karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang
tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam
konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah
membiasakan BAB teratur dalam kehidupan.

4. Obat – obatan

Banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi.


Beberapa di antaranya seperti ; morfin, codein sama halnya dengan
obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan
dari kolon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian,
menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai
efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek
mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar,
2004).

5. Kelainan struktural kolon

Tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum, magakolon.

4.Patofisiologi Mata Cekung

Mata cekung dapat menunjukan keadaan kekurang cairan dan


elekrolit berlebih. Tubuh 70-80% disusun oleh air yang terbagi menjadi
cairan ekstrasel, intraseluler, dan intersel. Ketika cairan dalam tubuh
kurang maka tubuh akan merespon dengan mata terlihat cekung.
Patofisiologi Konjungtiva Anemis

Konjungtiva anemis dapat diisebabkan karena tubuh kekurangan


sel darah merah. Darah akan diproduksi kembali oleh tubuh setelah 90
hari. Untuk menghasilkan sel darah merah yang cukup diperlukan
asupan nutrisi yang baik dan apabila sel darah merah tidak terproduksi
dengan baik maka dapat menyebabkan anemia yang ditandai dengan
konjungtiva anemis.

Patofisiologi perut kembung

Perut kembung dapat disebabkan karena adanya penumpukan gas


secara berlebih didalam perut. Adanya gangguan pencernaan sepertj
buang air besar tidak teratur sehingga gas menumpuk dapat memicu
perut kembung.

5.Pengetian Kanker Kolorectal

Kanker kolorektal adalah kanker urutan ketiga yang banyak yang


menyerang pria dengan persentase 10,0% dan yang kedua terbanyak
pada wanita dengan persentase 9,2% dari seluruh penderita kanker di
seluruh dunia. Hampir 55 % kasus kanker kolorektal terjadi di negara
maju dengan budaya barat. Ada variasi geografis dalam insidensi di
seluruh dunia dimana insidensi tertinggi diperkirakan berada di
Australia dan Selandia Baru dengan Age Standardized Rate (ASR)
44,8 pada pria dan 32,2 pada wanita per 100.000. 2 Hal ini berkaitan
karena Australia dan Selandia Baru adalah negara tujuan migrasi,
terdapat hubungan peningkatan risiko kanker kolorektal dibandingkan
dengan populasi dari negara asal.

Jenis Kanker Kolorektal

1. Adenokarsinoma

Sebagian besar kanker kolorektal (98%) adalah tipe adenokarsinoma.


Kanker muncul dari sel epitel kelenjar di lapisan dalam usus yang dapat
menyebar ke dalam dinding kolon dan berpotensi untuk metastasis ke
kelenjar getah bening (KGB). Adenokarsinoma muncul dari lapisan
epitel kelenjar sehingga mensekresi mukus untuk melubrikasi bagian
dalam kolon dan

rektum.

2. Karsinoid tumor

Kurang dari 2% keganasan kolorektum adalah jenis karsinoid tumor,


tetapi hampir separuh dari tumor ganas usus halus adalah jenis
karsinoid tumor. Tumor ini terbentuk dari sel Kulchitsky yang
memproduksi hormon pada dinding usus yaitu 5-hidroksitriptamin.
Karsinoid tumor sering ditemukan pada rektum dan apendiks namun
biasanya asimptomatik dan jarang bermetastasis, walaupun mungkin
memperlihatkan penyebaran lokal yang ekstensif.

3. Gastrointestinal stromal tumor (GISTs)

Tumor ini terbentuk dari sel spesifik pada dinding kolon disebut
intestinal cells of Cajal. Tumor ini adalah tumor mesenkim yang
menyerang traktus digestivus yang berasal dari sel ganglion myenteric.
Terdapat jenis benigna dan malignana. Tumor ini sering ditemukan di
bagian traktus digestivus atas, namun pada kolon hanya sekitar 5%.
Ahli Patologi mendeskripsikan tipe GISTs ini sebagai spindle,
epitheloid, dan campuran. Sekitar 70% GISTs merupakan tipe spindle,
20% merupakan tipe epitheloid, dan 10% merupakan tipe campuran.

Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala dari kanker kolon bervariasi dan tidak spesifik
dan sering kali tidak didapatkan gejala dan tanda dini dari kanker
kolorektal. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal
berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor dan ada tidaknya
metastasis. Gejala muncul pada kanker kolorektal yang terjadi sudah
lama dan berprognosis buruk.16 Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau
akibat penyebaran.1

Gejala klinis kanker kolorektal pada lokasi tumor di kolon kiri


berbeda dengam kanan. Tumor di kolon kiri sering bersifat skirotik
sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi karena
feses sudah menjadi padat. Tumor pada kolon kiri dan rektum
menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi
dengan tenesmi, semakin distal letak tumor feses semakin menipis atau
seperti kotoran kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir. Pada
kanker kolon kanan jarang terjadi stenosis karena feses masih cair.
Gejala umumnya adalah dispepsia, kelemahan umum penurunan berat
badan dan anemia. Pada kanker di kolon kanan didapatkan masa di
perut kanan bawah.

6.Deteksi Dini dan Diagnosis

Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik yang


bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini
sehingga dapat dilakukan terapi kuratif. Deteksi dini dilakukan pada:

Deteksi dini dilakukan pada individu yang berusia di atas 40 tahun.

Deteksi dini dilakukan pada kelompok masyarakat yang :

 Penderita yang memiliki riwayat penyakit kolitis ulserativa atau


Crohn > 10 tahun,
 Penderita yang meiliki riwayat polipektomi pada adenoma
kolorektal,
 Individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker
kolorektal karena memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk terkena
kanker kolorektal.

Gejala dan tanda yang menunjukkan nilai prediksi tinggi kanker


kolorektal:

Keluhan utama dan pemeriksaan klinis;

 Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi


dan/atau diare selama minimal 6 minggu (semua umur)
 Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)
 Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6
minggu (di atas 60 tahun)
 Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
 Massa intra-luminal di dalam rektum
 Tanda-tanda obstruksi mekanik usus.
 Setiap penderita dengan anemia defisiensi Fe dengan hemoglobin
< 11 g% pada pria dan hemoglobin < 10 g% pada wanita pasca
menopause

Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:

 Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak


bagian terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian
atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis.
 Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat
keberhasilan terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya
masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada
lesi dalam yang sudah mengalami ulserasi umumnya terjadi
perlekatan dan fiksasi pada struktur ekstra-rektal.
 Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan
karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari
mobilitas atau fiksasi lesi.

7.Diagnosa banding
Gejala dari kanker usus besar dapat menyerupai beberapa penyakit
seperti:

1. Divertikulitis

Terutama divertikulitis yang juga terjadi di daerah sigmoid, dimana


pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang
bercampuran dengan darah dan lemdir.

2. Colitis ulcerativa

Pada colitis ulcerativa juga ditemuka feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulceravita terdapat
diare sedangkan pada kanker usus besar biasanya feces berbentuk
kecil-kecil seperti kotoran kambing.
3. Appendicitis inflitrat

Pada appendicitis inflitrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan
tumor caecum stadium lanjut (tumor caecum pada stadium awal
bersifat mobile).

4. Haemoroid

Pada haemoroid, feces juga bercamour darah namun pada haemoroid


darah keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampuran.
Sedangkan pada kanker usus besar darah keluar bersamaan dengan
feces.

8.Penatalaksanaan

Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan


adalah sebagai berikut :

1. Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah
biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi


misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah
yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara
alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.

3. Kemoterapi

Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke


dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat kemoterapi ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.

Penatalaksanaan medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan


pengisapan nasogastric. Apabila terjadi perdarahan yang cukup
bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.Pengobatan medis
untuk kanker usus besar paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi radiasi dan atau imunoterapi. Kemoterapi yang diberikan ialah
5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering di kombinasi dengan
leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan tiga macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan
leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan
sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

Pencegahan

Tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker


usus adalah dengan rajin mengkonsumsi serat (biji-bijian, buah-buahan
dan sayuran). Hindari makanan yang berbahan pewarna, pengawet,
alkohol dan rokok. Banyak minum air putih dan hindari stress. Selain
itu penting bagi anda yang berusia diatas 50 tahun untuk rajin
melakukan skrining kanker usus melalui teropong usus (kolonoskopi)
sbagai bagian dari periodic check up anda. Anda juga dapat meminum
supplemen vitamin dan herbal, seperti Typhonium Plus untuk
meningkatkan daya tahan anda.

9.Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial
atau lengkap. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen
dan penyebaran langsung. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga
menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan
syok, pembentukan abses. Pembentukan fistula pada urinari bladder
atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan
sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam
usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada
akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan
mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya (Uterus, urinary
bladder,dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh
kanker.

Prognosis

Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metasis jauh, yaitu


klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Untuk
tumor yang terbatas pada dinding usus besar tanpa penyebaran, angka
kelangsungan hidup 5 tahun adalah 80%, yang menembus dinding
tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan dengan
metastasis jauh 1%. Bila disertai dengan diferensiasi sel tumor buruk,
prognosisnya sangat buruk.
BAB BERCAMPUR DARAH

Tuan Budi laki-laki umur 60 tahun datang ke IGD dengan


keluhan sudah 3 hari tidak buang air besar dan kentut. Sejak 10 bukan
yang lalu sering buang air besar berdarah dan berlendir terus menerus.
Tuan Budi sudah berulang kali berobat tetapi tidak kunjung sembuh.
Adanya tanda-tanda darm contour dan darm steifung. Dari hasil
pemeriksaan rectum teraba tumor di ampula rekti dengan jarak 5 cm
darianokutaneusline.
Dokter IGD memberitahukan ke pasien bahwa akan dilakukan
rontgen abdomen 2-3 posisi dan dikonsulkan ke dokter spesialis bedah.
Dokter spesialis bedah memberikan informed consent kepada pasien
untuk dilakukan colostomy dan biopsy tumor rectum dan nanti akan
dilakukan operasi miles. Tuan Budi menanyakan kepada Dokter
apakah ada hubungam sakitnya sekrang dengan kecelakaan yang
mengenai perutnya pada 3 tahun lalu. Bagaimana anda menjelaskan
kondisi yang dialami oleh Tuan Budi.
STEP 1. Terminologi Asing

Colostomy : Pembentukan lubang secara bedah antara


colon dan tubuh

Darm Contour : Lekukan urus yang terlihat dari luar

Darm Steifung : Gerakan lurus yang terlihat dari luar

Ampula : Dilatasi struktur stubulus seperti botol

Ano Cotaneus Line : Batas antara anus dengan kulit luar

Operasi Miles :Pembedahan yang dilakukan dengan abdominal


reseksi pada rektun dilanjutkan reseksi
perineal karena suatu proses keganasan pada
rectum 1/3 distal

Step 2. Rumusan Masalah


1.Mengapa Tuan Budi tidak BAB dan kentut selama 3 hari?

2.Mengapa dokter mengajurkan untuk melakukan colostomy dan


biopsi?

3.Mengapa BAB tuan Budi berdarah dan berlendir?

4.Mengapa Tuan Budi tidak kunjung sembuh walaupun sudah berulang


kali berobat?

5.Bagaimana pengaruh usia Tuan Budi dengan kelainan yang


dideritanya?
6.Mengapa saat dilakukan pemfis di temukan mata cekung konjungtiva
anemis dan perut kembung?

7.Mengapa dilakukan rontgen abdomen 2-3 posisi?

8.Bagaimana hubungan sakit Tuan Budi sekarang dengan kecelakaan 3


tahun lalu?

Step 3.Hipotesis

1. Kemungkinan kostpasi terjadi karena adanya tumor, flaktus terjadi


karna penumpukan gas di perut yang tidak dikeluarkan. Biasanya
flaktus terjadi karena masalah usus dan infeksi tumor yang dialami
kurang lebih 10 bulan dan gas terjadi karena penumoukann makanan
yang tidak keluar.

2. Colostomy bertujuan untuk membantu mengeluarkan isi saluan


cerna pada berbagai kondisi dimana usus mengalami suatu masalah.
Biopsi dilakukan untuk menganalisis sel jaringan untuk mengetahui
suatu penyakit.

3. - Bisa disebabkan iritasi atau luka pada dinding anus


- Pendarahan pada lambung sehingga terjadi tukak lambung
-Ambeyen \atau wasil
- Infeksi usus/disentri
- Polif pada usus
4. Kemungkinan obat tidak sesuai dengan paomekanisme penyakit
pada pasian sehongga pada anamnesia tambahan perlu ditanyakan pbat
yang dikonsumsi

5. Resiko tumor kolorektal dapat meningkat seiring bertambahnya usia


tumor ini bisa terjadi pada anak muda dan dewasa tapi lebih dari 90%
tumor tersebut terjadi pada usia lanjut.

6. Mata cekung konjungtiva dan perut kembung itu karena dehidrasi,


kekurangan cairan kurang serat yang stenifuen lalu terjadi gangguan
sirkulasi darah di bawah mata. Terjadilah mata cekung dan konjungtiva
anemis, perut kembung. Karena banyaknya udara yang menumpuk di
abdomen.

7. Karena menudahkan interoretasi radiografi abdomen tiga posisi


seperti:
- Properitoneal fat line
- Distensi sebagian sistema usus halus&colon
- Gambaran air fluid level
- Udara pada bagian rectum

8. Kemungkina penanganan yang tidak tepat sehingga terjadi gangguan


pada sistem pencernaan.
Step 4. Skema

BAB BERCAMPUR DARAH

Pak Budi 60 Tahun

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penatalaksanaan


1. 3 hari tidak BAB 1. Konjungtiva penunjang 1. Colostomy
2. 10 bulan yang lalu anemis 1. Rontgen 2. Biopsi tumor
BAB dengan 2. Mata cekung abdomen rectum
bercacmpur 3. Perut kembung, 2-3 posisi 3. Operasi miles
dengan darm contour,
darah&lender darm steifung
3. Berobat tetapi 4. Rectum teraba
tidak sembuh- tumor dengan
sembuh jarak 5 cm dari
anokustaneus

Anatomi&Histologi Etiologi Pengeritan tumor Penyebab&tanda-tanda Diagnosis


metastase banding

Jenis-jenis tumor&faktor Penegakan diagnosis


Fisiologi Patofisiologi predisposisi Penatalaksaan
Komplikasi&prognosi
Step 5. Learning Objektif
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :

1. Anatomi dan Histologi intestinum, rectum, anus


2. Fisiologi defekasi dan flatus
3. Etiologi dari tidak bisa defikasi dan flatus
4. Patofisiologi mata cekung, konjungtiva anemis, perut kembung
5. Pengertian, jenis-jenis, factor prediposisi,dan penyebaran serta
tanda-tanda metastase tumor
6. Penegakan diagnosis dari tumor kolorektal
7. Diagnosis banding dari tumor kolorektal
8. Penatalaksanan dari tumor kolorektal
9. Komplikasi dan Progonosis tumor kolorektal
Daftar Pustaka

http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKKolorektal.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56719/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y

Bloom & Fawcett, 2002 Buku Ajar Histologi,edisi 12 , alihbahasa Jan


TamboyongPenerbitBukukedokteran. Jakarta: EGC

Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9. Alih Bahasa :
Tambayong Jan. Jakarta: EGC

Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi
V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
LOGBOOK

SKENARIO I

ANGGITA RIZKIA UTAMI

61117107

BLOK GASTROINTESTINAL

SEMESTER V

Anda mungkin juga menyukai