Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang universal, yang tidak hanya melingkupi dan mengatur
manusia dalam hubungannya dengan Allah, tetapi Islam juga mengatur hubungan
antar sesama manusia, keluarga, alam semesta dan termasuk didalamnya tentang
bekerja. Dalam dunia ekonomi, bekerja merupakan sendi utama produksi selain alam
modal. Hanya dengan bekerja secara disiplin dan etos yang tinggi, produktivitas,
semakin besar kemungkinannya bagi masyarakat itu untuk mencapai kesejahtreraan
dan kemakmuran. Bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia,
baik lewat gerak anggota badan ataupun akal untuk menambah kekayaan, baik
dilakukan secara perorangan ataupun kolektif, baik untuk pribadi ataupun untuk orang
lain (dengan menerima gaji). Manusia diciptakan Allah SWT sebagai mahluk yang
mempunyai kebutuhan berupa makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan
keturunan. Sementara itu Allah tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dalam
bentuknya yang siap dimakan, siap diminum, siap dipakai. Allah menyediakan semua
kebutuhan itu, tetapi manusia harus bekerja untuk mendapatkannya, tak terkecuali
para nabi.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-Furqan (25): 20

‫اْل َ أ‬
ۗ ‫س و َا ق ِ ِف ي‬ ‫نَ أ‬
َ ‫شو‬
ُ ‫م‬ َ ‫نَ الط َّعَ ا‬
‫مَ و َ ي َ أ‬ َ ‫مَ و‬
‫ه أ‬ ُ َّ ‫م أرَ مِ نََ إ ِ َّّلَ ل َ ي َأأ كُ ُُل ِ ن‬ُ ‫أ َ أر سَ ل أ ن َا ق َ بأ ل َ كََ سَ ل ِ يال أ‬
‫نَ ر َ ب ُّ كََ ب َ صِ ي ر ًا و َ مَ ا‬
َ ‫نَ َك َ ا‬ َ ‫ص ب ِ رُ و‬ ‫ةَ أ َ ت َ أ‬ ‫و َ جَ عَ ل أ ن َ ا ب َ أع ضَ كُ أ‬
ً َ ‫مَ ل ِ ب َ أع ضَ ف ِ أت ن‬

Artinya:”Danَkamiَtidakَmengutusَrasul-rasul sebelummu, melainkan mereka


sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan kami
jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah bersabar?; dan
adalahَTuhanmuَMahaَMelihat”.َ

1
Dalam Islam, bekerja merupakan sesuatu hal yang sangat dianjurkan, apalagi
jika dengan bekerja sesorang mukmin tidak hanya dapat menghindarkan dirinya
menjadi peminta-minta, tetapi juga dapat menafkahi orang tuanya yang sudah renta
maupun anak-anaknya yang masih kecil. Beberapa anjuran mengenai bekerja
terdapat dalam QS. Surat Az-Zumar (39) :

ُ َ ‫فَ ت َ أع ل‬
َ ‫مو‬
َ‫ن‬ َ ‫ع ا مِ لَ َۖف َ سَ أو‬ ‫ع مَ ل ُ وا إ ِ ن ِ مَ ك َ ا ن َ ت ِ كُ أ‬
َ ‫مَ ي‬ ‫ع ل َ ى ٰا أ‬ ‫قُ أ‬
ِ ‫لَ ي َا ق َ أو‬
َ َ‫م‬

Artinya:”Katakanlah:َ"Haiَkaumku,َBekerjalahَsesuaiَdenganَkeadaanmu,
Sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui”.

Bekerjaَmerupakanَsuatuَkewajibanَkemanusiaan.َDidalamَsyari’atَIslamَbanyakَ
memuat ajaran-ajaran yang mengatur manusia untuk bekerja dan mencari nafkah
dengan jalan halal. Sebuah keluarga bekerja dan mencari nafkah adalah suatu
kewajiban bagi lelaki (suami) yang tiada sebarang keeuzuran tubuh dan aqal bagi
menanggung istri dan keluarganya. Adapun yang dimaksud nafkah adalah semua
kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti
makanan, pakaian, rumah dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pekerja/buruh?
2. Bagaimana Hak dan Kewajiban pekerja/buruh menurut pandangan islam?
3. Bagaimana pekerja/buruh perempuan menurut pandangan islam?
4. Tingkat kesejahteraan buruh menurut pandangan islam?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pekerja/Buruh

Buruh menurut kamus bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja untuk
orang lain dengan mendapat upah. Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan dipadankannya istilah
pekerja dengan buruh merupakan kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat
panjang dua istilah tersebut bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat.
Pada jaman feodal atau jaman penjajahan Belanda dahulu yang dimaksudkan buruh
adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, tukang, dan lain-lain. Orang-orang ini
oleh pemerintah Belanda dahulu disebut dengan blue collar (berkerah biru),
sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan halus seperti pegawai
administrasi yang bisa duduk dimeja disebut dengan white collar (berkerah putih).
Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh
diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, karena istilah buruh kurang sesuai
dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang
selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain yakni majikan.
Istilah pekerja secara yuridis baru ditemukan dalam Undang-undang No 25
Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan. Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 Pasal 1 pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna mengahsilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan,
pengusaha badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga pekerja atau buruh
yang menjadi kepentingan pengusaha merupakan sesuatu yang sedemikian
melekatnya pada pribadi pekerja/buruh sehingga pekerja atau buruh itu selalu

3
mengikuti tenaganya ketempat dimana dipekerjakan, dan pengusaha kadangkala
seenaknya memutuskan hubungan kerja pekerja/buruh karena tenaganya sudah tidak
diperlukan lagi. Oleh karena itu, pemerintah dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan, turut serta melindungi pihak yang lemah (Pekerja/buruh) dari
kekuasaan pengusaha, guna menempatkan pada kedudukan yang layak sesuai
dengan harkat dan martabat manusia.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 1 angka 15 ditegaskan bahwa


hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur, upah, dan perintah. Undang-undang No 13 Tahun 2003 pasal
1 ayat 30 bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu kesepakatan.

Kalangan buruh itu terdiri dari dua jenis:


1. Para pekerja merdeka, yaitu orang-orang yang bekerja dengan bayaran khusus.
Mereka itu seperti para pengelola industry kerajinan yang memiliki tempat khusus,
juga pemilik bisnis atau profesi yang memiliki kantor sendiri.
2. Para pekerja skunder (lapisan kedua), yaitu orang-orang yang bekerja untuk
memperoleh upah atau gaji tertentu, seperti para buruh di lahan pertanian,
perindustrian, sektor perdagangan, serta berbagai layanan.

Kedua jenis pekerja ini merupakan sumber kekuatan kerja dalam Negara.
Pembahasan tentang hak-hak buruh dalam system ekonomi modern hanya lebih
difokuskan pada pekerja jenis kedua, yaitu mereka yang tidak bekerja dengan
memperoleh bayaran khusus. Islam memberikan perhatian pada pekerja jenis kedua
ini dengan menetapkan hak-hak yang adil bagi mereka sekaligus menjaminkan
mereka kehormatan dan kehidupan yang menyenangkan.

4
B. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh menurut pandangan Islam

a. Hak Pekerja/Buruh

 Dalam hadis Abu Dzar radhiallahuَ ‘anhu, Nabi shallallahuَ ‘alaihiَ waَ
sallam bersabda:

ْ ‫ه‬
‫م‬ ِ َ‫م َفأ‬
ُ ‫عي ُنو‬ ُ ‫ َف ِإ ْن َكل َّ ْف ُت‬،‫م‬
ُ ‫مو‬
ْ ‫ه‬ ْ ‫م مَا ي َْغ ِل ُب ُه‬ ُ ‫َوال َ تُ َك ِل ِّ ُفو‬
ْ ‫ه‬

“Janganlah kalian membebani mereka (budak), dan jika kalian memberikan tugas
kepada mereka, bantulah mereka.”َ(HR.َBukhariَno.َ30)

 Nabi shallallahuَ‘alaihiَwaَsallam mewajibkan para majikan untuk memberikan


gaji pegawainya tepat waktu, tanpa dikurangi sedikit pun. Dari Abdullah bin
Umar radhiallahuَ‘anhu Nabi shallallahuَ‘alaihiَwaَsallam bersabda:

َّ ِ‫ل أَ ْن يَج‬
‫ف َعر َُق ُه‬ ْ َ‫جي َر أ‬
َ ‫ج َر ُه َق ْب‬ ِ َ ‫أَ ْعطُوا األ‬

“Berikanlah upah pegawai (buruh), sebelum kering keringatnya.”َ(HR.َIbnَMajahَdanَ


dishahihkan al-Albani).

 Islam memberi peringatan keras kepada para majikan yang menzalimi


pembantunya atau pegawainya. Dalam hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, Nabi shallallahuَ‘alaihiَwaَsallam meriwayatkan, bahwa Allah berfirman:

ْ َ‫ط أ‬
‫ج َر ُه‬ ْ َ‫اس َت ْو َفى ِم ْن ُه وَل‬
ِ ‫م ُي ْع‬ ْ ‫جيرًا َف‬ َ ‫است َْأ‬
ِ َ‫ج َر أ‬ ْ ‫ل‬ٌ ‫ج‬ ِ ‫م ْال ِقيَا َم‬
ُ ‫ة… َو َر‬ ْ ‫م ُه‬
َ ‫م يَ ْو‬ ُ ‫ص‬ َ ‫ة أَنَا‬
ْ ‫خ‬ ٌ َ‫ثَالَث‬

“Ada tiga orang, yang akan menjadi musuh-Kuَ padaَ hariَ kiamat:َ …َ orangَ yangَ
mempekerjakan seorang buruh, si buruh memenuhi tugasnya, namun dia tidak
memberikan upahnya (yang sesuai).”َ(HR.َBukhari 2227 dan Ibn Majah 2442)

5
Bisa Anda bayangkan, di saat kita sangat butuh kepada ampunan Allah, tetapi justru
Allah menjadi musuhnya.

 Islam memotivasi para majikan agar meringankan beban pegawai dan


pembantunya. Dari Amr bin Huwairits, Nabi shallallahuَ‘alaihiَwaَsallam bersabda:

َ ِ‫َازين‬
‫ك‬ ْ َ‫ك أ‬
ِ ‫جرًا فِي َمو‬ َ َ‫ان ل‬
َ ‫ه َك‬ َ ‫ع‬
ِ ‫م ِل‬ ْ ‫ك ِم‬
َ ‫ن‬ َ ‫ن‬
َ ‫خا ِد ِم‬ َ ‫خ َّف ْف‬
ْ ‫ت َع‬ َ ‫مَا‬

“Keringanan yang kamu berikan kepada budakmu, maka itu menjadi pahala di
timbangan amalmu.”َ (HR.َ Ibnَ Hibbanَ dalamَ shahihnyaَ danَ sanadnyaَ dinyatakanَ
shahih oleh Syuaib al-Arnauth).

 Islam memotivasi agar para majikan dan atasan bersikap tawadhu yang
berwibawa dengan buruh dan pembantunya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihiَwaَsallam bersabda:

‫الشا َة َفحَلَبَهَا‬
َّ َ ‫َاع َت َق‬
‫ل‬ ْ َ ‫حمَا َر بِاأل‬
ْ ‫ و‬،ِ‫سوَاق‬ ِ ‫ َو َركِبَ ْال‬،‫خا ِد ُم ُه‬ َ ‫َن أَ َك‬
َ ‫ل َم َع ُه‬ ْ ‫است َْكبَ َر م‬
ْ ‫مَا‬

“Bukan orang yang sombong, majikan yang makan bersama budaknya, mau
mengendarai himar (kendaraan kelas bawah) di pasar, mau mengikat kambing dan
memerah susunya.”َ(HR.َBukhariَdalamَAdabulَMufradَ568,َBaihaqiَdalamَSyuabulَ
Iman 7839 dan dihasankan al-Albani).

 Islam menekan semaksiamal mungkin sikap kasar kepada bawahan. Seorang


utusan Allah, yang menguasai setengah dunia ketika itu, tidak pernah main tangan
dengan bawahannya. Aisyah menceritakan:

…‫خا ِد ًما‬ ْ َ ‫ش ْي ًئا َقط ُّ بِيَ ِد ِه َوال‬


َ َ ‫امرَأَ ًة َوال‬ ِ ‫ل‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫َسو‬
ُ ‫ض َربَ ر‬
َ ‫مَا‬

“Rasulullah shallallahuَ ‘alaihiَ waَ sallam tidak pernah memukul dengan tangannya
sedikitَ pun,َ tidakَ kepadaَ wanita,َ tidakَ pulaَ budak.”َ (HR.َ Muslimَ 2328,َ Abuَ Daudَ
4786).

6
b. Kewajiban Pekerja/Buruh

Maraknya demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh dalam menuntut


haknya perlu ditanggapi dengan bijak. Permasalahan ini harus dilihat dari dua sisi;
dari sisi pemilik usaha atau majikan dan dari sisi pegawai atau buruh. Dalam tulisan
sebelumnya kami telah membahas permasalahan ini dari sudut pandang kewajiban
para pelaku usaha terhadap para pekerja atau buruh mereka, berikut ini adalah
pembahasan dari sisi kewajiban para pegawai/buruh.

Kaidah baku yang menjadi acuan dalam hal ini adalah sebuah hadis
Nabi shallallahuَ‘alaihiَwaَsallam :

‫حرَا ًما‬
َ ‫ل‬ َ َ‫ وَأ‬،‫م ح ََال ًال‬
َّ ‫ح‬ َ ‫ح َّر‬ َ ‫م إ ِ َّال‬
َ ‫شرْطًا‬ ْ ‫ط ِه‬ ُ ‫ون َعلَى‬
ِ ‫ش ُرو‬ َ ‫م‬ُ ِ‫سل‬ ُ ‫ْال‬
ْ ‫م‬

“Setiap muslim harus menyesuaikan diri dengan kesepakatan yang dia setujui. Kecuali
kesepakatan yang mengharakan yang halal atau menghalalkan yang haram.”َ(HR.َat-
Thabrani dalam al-Mu’jamَal-Kabir).

Seorang mukmin dalam berinteraksi dengan sesama, tidak bisa lepas dari dua
aturan: aturan syariat dan aturan yang dibuat bersama. Keduanya mengikat, dan tidak
boleh saling bertentangan. Jika sampai terjadi pertentangan, maka aturan syariat,
lebih diunggulkan. Sebaliknya, ketika di sana tidak ada aturan syariat yang mengikat,
kedua belah pihak boleh membuat aturan lainnya sesuai dengan kesepakatan.

Terkait hak dan kewajiban dalam berinteraksi dengan orang lain, terkadang
ada model manusia yang hanya semangat dalam menuntut hak, tapi malas dalam
menunaikan kewajiban. Perbuatan ini diistilahkan dengan tathfif, orangnya
disebut muthaffif.

Model manusia semacam ini telah Allah SWT singgung dalam Al-Qur’an,َ melaluiَ
firman-Nya:

7
َ ‫س ُر‬
‫ون‬ ْ ‫م ُي‬
ِ ‫خ‬ ُ ‫م أَ ْو َو َزنُو‬
ْ ‫ه‬ ُ ‫) وَإِ َذا َكالُو‬2( ‫ون‬
ْ ‫ه‬ ْ ‫) ال َّ ِذينَ إِ َذا‬1( َ‫مطَ ِ ِّف ِفين‬
ْ ‫اكتَالُوا َعلَى ال َّناسِ ي‬
َ ‫َس َت ْو ُف‬ ُ ‫ل لِ ْل‬
ٌ ‫َو ْي‬

“Celakalah para muthaffif. Merekalah orang yang ketika membeli barang yang ditakar,
mereka minta dipenuhi. tapi apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.”َ(QS.َAl-Mutaffifin: 1 – 3).

Cerita ayat tidak sampai di sini. Setelah Allah menyebutkan sifat mereka,
selanjutnya Allah memberi ancaman keras kepada mereka. Allah ingatkan bahwa
mereka akan dibangkitkan di hari kiamat, dan dilakukan pembalasan setiap
kedzaliman.

Para ulama ahli tafsir menegaskan bahwa makna ayat ini bersifat muta’adi.
Artinya, hukum yang berlaku di ayat ini tidak hanya terbatas untuk kasus jual beli.
Tapi mencakup umum, untuk semua kasus yang melibatkan hak dan kewajiban. Setiap
orang yang hanya bersemangat dalam menuntut hak, namun melalaikan
kewajibannya, maka dia terkena ancaman tathfif di ayat ini. (Simak Tafsir As-Sa’di,
hal. 915).

Seorang atasan yang hanya bisa menuntut kewajiban pegawai atau buruhnya,
sementara malas dalam memberikan hak mereka, maka dia terkena ancaman tathfif.
Sebaliknya, pegawai atau buruh yang hanya semangat menuntut haknya, sementara
malas dalam menunaikan kewajibannya, maka dia terancam dengan ayat ini.

Mungkin Anda pernah atau bahkan sering menjumpai ada pegawai, buruh, dan
pekerja lainnya yang ketika bekerja nuansanya malas, datangnya telat, pulangnya
lebih cepat, banyak nganggur sementara pekerjaan menumpuk, mengulur waktu
istirahat, dan lain-lain. Namun di saat musim gaji, tidak boleh telat, harus tepat waktu,
tidak boleh ada yang kurang, harus penuh, harus ada bonus, harus ada tunjangan ini,
itu,َ harus…harus…َ danَ seterusnya…َ siapaَ pun dia, baik pegawai swasta, pns,
dimanapun berada, jika semangat semacam ini yang dia miliki, berhati-hatilah, bisa
jadi dia terkena ancaman tathfif.

8
Selanjutnya Anda bisa memahami bahwa disamping Anda berhak untuk
mendapatkan apa yang menjadi hak Anda, perlu juga Anda ingat bahwa Anda punya
kewajiban. Baik kewajiban terkait aturan kerja, kewajiban terkait kuantitas kerja,
maupun kualitas pekerjaan Anda. Semua aturan yang diterapkan di perusahaan Anda,
selama tidak melanggar aturan syariat, itulah kewajiban yang harus Anda penuhi.

C. Pekerja/Buruh Perempuan Menurut Pandangan Islam

Kekurangan yang ada pada diri perempuan tidak akan mengurangi derajatnya
untuk meraih posisi dan jabatan penting seperti kaum pria. Perempuan secara kodrati
memiliki kelemahan –kelemahan tertentu sehingga ia harus rela dipimpin oleh kaum
pria, terutama dalam konteks rumah tangga. Keutamaan yang Allah berikan bagi laki-
laki karena mereka mampu untuk bekerja keras, melawan rasa lelah, dan mengadu
nasib dengan kehidupan di dunia ini. Sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi semua kebutuhan kaum perempuan. Adapun tugas alami perempuan
adalah mengurus rumah tangga, menjadi seorang istri, menjadi ibu dari anak-
anaknya, serta menjadi pendidik, pengatur, dan pemelihara rumah tangganya. Salah
satu fungsi dan peran wanita yang paling besar adalah di dalam rumah tangga, yaitu
mencurahkan seluruh perhatian, kecintaan dan kasih sayangnya kepada suami dan
anak-anaknya.
Adapun peran wanita dalam perspektif Islam ialah:
1. Wanita sebagai ibu
Islam memandang dan memposisikan wanita di tempat yang luhur dan sangat
terhormat. Ibu adalah satu diantara dua orang tua yang mempunyai peran sangat
penting dalam kehidupan setiap individu. Di tangan ibu setiap individu dibesarkan
dengan kasih saying yang tak terhingga.
2. Wanita sebagai istri
Peran lain wanita dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai istri. Suami dan istri
adalah sepasang makhluk manusia atas dasar cinta kasih suci mengikat diri dalam
jalinan nikah.

9
3. Perempuan dalam aneka aktivitas
Islam memerintahkan orang tua untuk menafkahi wanita ketika dia masih kecil, lalu
memerintahkan suaminya untuk menafkahinya saat dia menjadi istri, selanjutnya
memerintahkan anak-anaknya untuk menafkahinya ketika dia sudah lanjut usia.

Dewasa ini kesadaran akan kesejajaran akan gender semakin meningkat.


Wanita telah banyak merambah kehidupan publik, yang selama ini di dominasi pria.
Wanita telah banyak yang bekerja diluar rumah dan banyak diantara mereka menjadi
wanita karir yaitu wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti dalam
bidang usaha, perkantoran dan sebagainya. Dengan dilandasi pendidikan keahlian
seperti ketrampilan, kejujuran, dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai
kemajuan.

Apabila kita lihat dalam sejarah Arab sebelum Islam, orang-orang Arab merasa
pesimis ketika melahirkan anak perempuan. Sebagian dari mereka malah mengubur
anak itu hidup-hidup karena takut terlihat cacatnya. Sebagian yang lain mengubur
anak hidup-hidup dan mengubur anak secara umum karena takut jatuh miskin. Tetapi
setelah Islam datang perempuan mulai diperhitungkan, pada masa Rasulullah SAW
kaum perempuan berperan penting dan ikut serta dalam berbagai kegiatan
keagamaan, sosial, pendidikan, ekonomi dan politik. Dalam bidang sosial dan politik ,
kaum wanita banyak yang ikut berperan penting dalam mendukung pihak pria.
Misalnya istri-istri Nabi SAW, selalu beliau undi untuk menyertainya dalam
pertempuran melawan musuh-musuh Islam. Bahkan, diantaranya mereka ada yang
kemudian gugur di medan juang seperti Ummu Salamah dan Shafiyyah. Dibidang
ekonomi, banyak suadagar-saudagar wanita yang sukses baik sebelum Islam maupun
sesudah Islam. Istri Nabi Saw Khadijah adalah seorang pedagang sukses, Zainab binti
Jahsyi, seorang penyamak kulit binatang, Ummu Salim perias pengantin, al-Syifa
seorang wanita (sekretaris) yang pernah ditugasi oleh Khalifah Umar untuk menangani
pasar kota Madinah.

10
Bahkan pada priode Turki Ustmani, perempuan tetap dapat memiliki kekayaan,
di mana suaminya tidak dapat menyentuh kekayaan mereka selama hidupnya. Kaum
perempuan membangun yayasan wakaf untuk mendukung pendidikan dan kegiatan-
kegiatan amal lainya. Hal ini menunjukkan kepemilikan mereka terhadap kekayaan.
Perempuan juga ada menjadi petani, pedagang, pengrajin, dan tuan tanah.

Sejarah di atas membuktikan bahwa keikutsertaan perempuan dalam kegiatan


ekonomi. Ekonomi Islam memerintahkan kita untuk bekerja keras, karena bekerja
adalah sebagai ibadah. Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia
untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera dan makmur dibumi ini. Islam
merupakan agama yang universal, tidak hanya mengatur masalah ekonomi , sosial
budaya, perdagangan dan lainnya, tetapi juga mengatur masalah manusia di dunia
dan akhirat, Islam tidak melarang penganutnya bekerja, asalkan tidak bertentangan
denganَsyari’atَIslam.َ
Sebagaimana yang terdapat di dalam QS. An-Nisaa (4) 32

‫َس ُبوا‬
َ ‫اكت‬‫ما أ‬ َّ ‫صيبَ ِم‬ ِ َ ‫لَ ن‬ ِ ‫لرجَا‬ِ ِ‫م َعلَى ب أَعضَ ل‬ َ‫ض ُك أ‬
َ ‫ه بَ أع‬ َُ َّ ‫ل‬
َِ ِ‫ّلل ب‬ ََ ‫ض‬ َّ ‫اف‬
َ ‫م َّن أوا مَا‬
َ ‫وَّل تَ َت‬
ً ‫يءَ َعلِي‬
‫ما‬ ‫ش أ‬ َ ‫ل‬َِ ‫ان بِ ُك‬ ََ َّ ‫ن‬
ََ ‫ّللا َك‬ ََّ ِ ‫ه إ‬
َِ ِ‫ضل‬ َ‫َاسأَلُوا ِم أ‬
ََ َّ ‫ن‬
‫ّللا َف أ‬ ‫َسبأنََ و أ‬ َ ‫اكت‬ ‫ما أ‬ َّ ‫صيبَ ِم‬ ِ َ ‫سا َِء ن‬ َ ِ‫َولِلن‬
Artinya:”Danَ janganlahَkamuَ iriَ hatiَ terhadapَ apaَ yangَ dikaruniakanَ Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-
laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun)
ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Bekerjanya perempuan menunjukkan keharusan, hanya saja semua keharusan


tadi diikat dengan syarat tertentu.
1. Terdapat keperluan, menyebabkan ia terpaksa keluar dari tanggung jawab
asalnya (yaitu peranan utama kepada rumah tangga) seperti:
a. Kematian suami dan memerlukan belanja kehidupan.

11
b. Memberi bantuan kepada dua ibu bapak yang sangat miskin atas suami yang
uzur tubunya.
c. Mempunyai keistimewaan yang hebat sehingga kemahiran ini sangat
diperlukan oleh masyarakat umumnya (spesialis).
2. Bekerja sesuai dengan fitrah seorang wanita dan kemampuan fisiknya.
3. Berangkat untuk bekerja dengan menutup aurat dan senantiasa menjauhi fitnah
ditempat kerjanya.
4. Mendapat izin wali atau suami
5. Bekerja tidak menyebabkan terganggu dan terhentinya tanggung jawab di rumah
terhadap anak serta suaminya.
6. Tujuan dan niat utama bekerja bukanlah karena keasyikan dan kegairahan.

Islam telah menetapkan sejumlah kaidah dalam batasan yang harus diikuti
serta dijalankan dalam berkarir dan meraih kesuksesan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Ikhlas dalam bekerja
2. Mengetahui status hukum pekerjaan
3. Pekerjaan harus halal
4. Jujur dalam bekerja
5. Profesional dalam bekerja
6. Tidak menerima suap.

Wanita bekerja atau melakukan aktivitas dibolehkan (jaiz). Bahkan kadang-


kadang ia dituntut dengan tuntunan sunnah atau wajib apabila ia membutuhkannya.
Misalnya, karena ia seorang janda atau diceraikan suaminya, sedangkan tidak ada
orang atau keluarga yang menanggung kebutuhan ekonominya, dan dia sendiri dapat
melakukan suatu usaha untuk mencukupi dirinya dari minta-minta atau menunggu
uluran tangan orang lain.

12
Diperbolehkannya wanita berkarir, maka haruslaah dengan beberapa syarat
dan ketentuan serta batasan-batasan, yaitu:
1.َ Pekerjaanَ tersebutَ memangَ disyari’atkan.َ Artinyaَ bukanَ pekerjaanَ haramَ atauَ
membawa kepada perkara haram. Seperti pelayan bar yang menyediakan minuman
keras.
2. Menjaga adab wanita muslimah saat keluar dari rumahnya
3. Pekerjaan tersebut tidak sampai melalaikan kewajiban utamanya, seperti kewajiban
mengurus suami dan anaknya.

D. Tingkat Kesejahteraan Pekerja/Buruh menurut pandangan islam

Islam menempatkan kaum buruh sedemikian tinggi, sebagaimana yang


diriwayatkan dalam suatu hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim,
AmsyuَbinَMaqruriَBinَSuwaid,َberkataَ:َ“kamiَmelewatiَAbuَDzarَdiَRabadzahَdanَ
iaَmengenakanَBurdunَ(bajuَrangkap)َbegituَjugaَbudaknya.َAbuَDzarَraَberkataَ:“َ
pernah terjadi kata-kata kasar antara saya dan saudara saya yang Ibunya bukan
bangsa Arab (Sahaya), saya hinakan ia dari segi Ibunya.
Lalu dia mengadu kepada Rasulullah SAW. Maka setelah saya berjumpa Rasulullah
SAW,َBeliauَberkataَ:َ“KamuَiniَorangَyangَmemilikiَsifatَJahiliyah,َhaiَAbuَDzarrَ”.َ
Kata Saya: Barang siapa yang memaki-maki orang tentu bapak dan ibunya akan
dimaki-makiَpula.َBerkataَBeliauَ:َ“Sesungguhnyaَkamuَiniَorangَyangَmemilikiَsifatَ
jahiliyah, sahaya-sahaya itu adalah saudara kamu pula yang kebetulan di bawah
tangan kamu. Maka berilah makan seperti kamu makan, berilah pakaian seperti kamu
pakai, dan janganlah mereka dipaksa bekerja lebih dari tenaga mereka, jika akan
dipaksakanَjugaَmerekaَharusَkamuَbantu”.
Dari hadist tersebut terkandung ajakan untuk memperlakukan para pekerja/buruh
sebagaimana memperlakukan diri kita sendiri. Selain itu terdapat juga ajakan untuk
lemah lembut dan tidak merasa mempunyai strata sosial dibandingkan para buruh.
Dengan demikian gap yang ada antara pimpinan/bos dengan buruh dapat
terminimalisir. Sehingga berlaku ayat al-ahqaf:19َ yangَ berarti,َ “Danَ bagiَ masing-

13
masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah
mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka
tiadaَdirugikan.”

Selanjutnya apabila sudah terjadi keharmonisan antara buruh dan pimpinannya,


dibutuhkan juga peran serta pemerintah untuk membuat regulasi yang mengatur
sistem honor di setiap perusahaan yang ada dalam suatu negara. Setidaknya ada
empat jenis tindakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengatur kehidupan
perekonomian industri yang berkaitan dengan para buruh dan pimpinannya, yaitu:
1. Membuat regulasi dan memastikan kesesuaiannya dengan penerapan di industri.
melalui edukasi dan sosialisasi, disertai dengan pemberian hukuman apabila ada yang
melanggar regulasi yang telah ditetapkan.
2. Pemeliharaan kondisi investasi yang aman dan sehat serta berfungsi dengan baik.
3. Memodifikasi alokasi sumber daya dan pendistribusian pendapatan.
4. Mengambil langkah-langkah strategis dalam bidang produksi dan pembentukan
modal guna mempercepat pertumbuhan.
Konsep pensejahteraan buruh dalam pandangan islam bertujuan guna
memenuhi kebutuhan dasar (makanan,pakaian,dan perumahan) dari setiap individu
tanpa adanya pembedaan untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia secara
bijaksana. Karena pemenuhan kebutuhan dasar membuat para buruh akan mampu
untuk melakukan kegiatan produksi secara maksimal dan bekerja dengan optimal.
Dengan demikian para pimpinan/bos juga dapat meraih keuntungan lebih di
perusahaannya, dan juga pemerintah akan merasakan kebermanfaatannya dengan
kemajuan perekonomian suatu negara. Sehingga benarlah pendapat Umar Chapra
salah seorang ekonomi Islamic Development Bank (IDB), bahwa tujuan Syariah islam
untuk merealisasikan kesejahteraan manusia tidak hanya terdapat pada kesejahteraan
secara ekonomi, tetapi juga persaudaraan dan keadilan serta keharmonisan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam memperhatikan hak dan kewajiban buruh. Islam menuntut agar buruh selalu
bertaqwa dalam setiap situasi dan kondisi, ketaqwaan ini akan mendorongnya dalam
melaksanakan tugasnnya dengan baik dan berusaha membersihkan dirinya dari
berbagai niat jahat. Islam melarang majikan (penguasa) membebani buruh diluar
batasَkemampuannya,َsebagaimanaَRasullulahَbersabdaَ“Janganlahَkamuَsekalinyaَ
membebaniَburuhَdenganَtugasَyangَdiaَtidakَkuatَmemikulnya”. Kesadaran akan
kesejajaran akan gender semakin meningkat. Wanita telah banyak merambah
kehidupan publik, yang selama ini di dominasi pria. Wanita telah banyak yang bekerja
diluar rumah dan banyak diantara mereka menjadi wanita karir yaitu wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti dalam bidang usaha, perkantoran dan
sebagainya. Dengan dilandasi pendidikan keahlian seperti ketrampilan, kejujuran, dan
sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai kemajuan. Islam menempatkan kaum
buruh sedemikian tinggi, sebagaimana yang diriwayatkan dalam suatu hadist nabi
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim, Amsyu bin Maqruri Bin Suwaid, berkata
:َ“kamiَmelewatiَAbuَDzarَdiَRabadzahَdanَiaَmengenakanَBurdunَ(bajuَrangkap)َ
begituَjugaَbudaknya.َAbuَDzarَraَberkataَ:“َpernahَterjadi kata-kata kasar antara
saya dan saudara saya yang Ibunya bukan bangsa Arab (Sahaya), saya hinakan ia
dari segi Ibunya. Dari hadist tersebut terkandung ajakan untuk memperlakukan para
pekerja/buruh sebagaimana memperlakukan diri kita sendiri. Selain itu terdapat juga
ajakan untuk lemah lembut dan tidak merasa mempunyai strata sosial dibandingkan
para buruh. Dengan demikian gap yang ada antara pimpinan/bos dengan buruh dapat
terminimalisir.

15
B. Saran
Sebagai pekerja/buruh harus bisa bekerja dengan baik melaksanakan
kewajibannya kepada perusahaan, begitupun perusahaan harus mampu memberikan
hak-hak para pekerja/buruh sepenuhnya. Jangan mendiskriminasi para pekerja
perempuan karna sekarang sudah terdapat kesetaraan gender. Selain itu, para
perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan para pekerja/buruhnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anَdanَhadistَdigital

https://www.academia.edu

https://www.tafsirqu.com

https://www.konsultasisyariah.com/14145-hak-buruh-dalam-islam.html

https://www.konsultasisyariah.com/14190-kewajiban-buruh-dalam-islam.html

https://www.dakwatuna.com/2013/05/13/33146/kesejahteraan-buruh-dalam-
pandangan-islam

17

Anda mungkin juga menyukai