Panduan Linen
Panduan Linen
1
1.2. Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Laundry adalah
tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan
mesin strika (menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai pasien atau yang telah
digunakan dalam dalam asuhan keperawatan.Linen infeksius adalah semua jenis
linen yang terkena cairan tubuh pasien, seperti darah, nanah, air seni, feses,
dll.Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang tidak terkena cairan tubuh
pasien/kotoran pasien.
1.3. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
2.1. Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi
Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah sakit.
2
b. Depkes RI th 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
c. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia th 1990.
3
air seni, feses.Linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong dengan dengan
segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan plastik berwarna
kuning dan diberi lebel infeksius.
b. Linen Non Infeksius
Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang telah dipakai pasien
dengan penyakit tidak menular atau yang tidak terkena cairan tubuh pasien
atau kotoran pasien.Linen non infeksius dimasukkan ke dalam plastik hitam.
4
Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh seseorang.
Orang akan terpaksa membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus kaki, jaket, dsb
jika yang lama sudah tidak layak dipakai lagi alias rusak. Jika baju-baju yang
lama dapat bertahan lebih lama maka kita pun bisa menghemat pengeluaran
sandang kita.
2.6.1 Cara Mencuci Pakaian / Baju
1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci
sendiri tidak digabung dengan pakaian yang lain dan tidak di mesin cuci
agar aman dari kasus kelunturan. Jika pencucian pertama dan kedua
tidak ada masalah maka selanjutnya bisa menggabungkan dengan
pakaian lain untuk pencucian selanjutnya.
2. Pilah-pilah pakaian sebelum mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya
dan tingkat terkontaminasinya terhadap kuman infeksius. Jangan
menggabung pakaian infeksius dan non infeksius karena baju dapat
terkontaminasi .
3. Jangan rendam kaos, celana, baju, dan lain-lain yang disablon terlalu
lama lebih dari satu jam di dalam larutan deterjen agar tidak rusak.
4. Apabila membeli atau mendapat baju bekas / second yang pernah
dipakai orang lain maka cuci pakaian tersebut dengan deterjen yang
dapat membunuh/disinfektan agar penyakit-penyakit yang menempel di
baju-baju tersebut dapat hilang.
5. Pada saat mencuci gunakan perasaan dan jangan emosi. Hati-hati pada
saat menyikat pakaian, memeras pakaian, mengucek pakaian,
membanting pakaian, dll jangan terlalu keras agar baju tidak cepat rusak
dan melar.
6. Bila menginginkan hasil yang lebih baik dan lebih bersih serta lebih
yakin maka sebaiknya cuci pakaian tersebut secara manual dengan
tangan anda sendiri. Mesin cuci yang pada saat mencuci diset tidak
sesuai dengan bahan pakaian atau sablon bisa membuat pakaian rusak.
7. Biasanya pada label pakaian yang terdapat di leher atau bagian pinggang
terdapat pesan-pesan dari pabrik mengenai perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada saat mencuci pakaian tersebut. Ada aturan tentang suhu
air, zat kimia untuk mencuci, cara menyetrika, dsb. Pelajari bahan-bahan
pakaian dan cara pencuciannya agar tidak salah metode / teknik
mencuci.
8. Zat pemutih pakaian yang terlalu kuat dapat menyebabkan sablon
5
mengelupas dan rusak serta membuat bahan pakaiannya menjadi lebih
tipis dan kasar.
9. Pakaian jenis tertentu dengan bahan khusus atau mudah rusak sebaiknya
cucilah di tempat cuci laundry profesional agar pakaian kita bisa awet
selalu.
10. Pada bilasan terakhir bisa menggunakan cairan pelembut dan pewangi
pakaian untuk hasil pencucian yang terbaik.
11. Jika ada baju yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya
sebaiknya lekas dibersihkan agar lebih mudah dihilangkan nodanya
daripada menunggu yang akhirnya malah sulit dibersihkan.
12. Hati-hati dengan pembersih noda / bleaching karena bisa mengubah
warna pakaian jadi belang. Tes dulu pada bagian bahan yang
tersembunyi sebelum mencoba membersihkannya.
2.6.2 Cara Menjemur Pakaian / Baju
1. Untuk bahan seperti kaos yang bisa melar sebaiknya pada saat dijemur
jangan digantung dengan hanger agar kerah atau bagian leher tidak
melar.
2. Pakaian yang ada sablon / sablonan seperti kaos / t-shirt sebaiknya
dijemur setelah baju dibalik. Jadi yang terkena matahari secara
langsung adalah baju bagian dalam agar warna baju tidak cepat pudar,
kusam dan mbladus.
3. Selain dengan cara menjemur pakaian pada sisi sebaliknya, bisa juga
menjemur pakaian dengan posisi miring terhadap cahaya matahari agar
tidak terlalu panas.
4. Dalam menjemur pakaian sebaiknya gunakan penjepit baju agar baju
tidak beterbangan tertiup angin kencang yang dapat membuat baju
kembali kotor jika jatuh ke tanah atau lantai yang kotor.
2.6.3 Cara Menyetrika Pakaian / Baju
1. Gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak
kusut dan harum baunya.
2. Untuk kaos dan pakaian lain yang ada sablonan sebaiknya disetrika
setelah dibalik di mana yang tersetrika adalah bagian sisi yang lainnya
agar sablonan awet tidak mengelupas, rusak atau luntur terkena suhu
panas.
3. Setrikalah baju sesuai aturan yang tertera pada label pesan perlakuan
pakaian yang biasanya ada di bagian leher atau pinggang. Pelajari
6
suhu-suhu yang perlu diset untuk setiap jenis bahan agar tidak salah
setrika.
4. Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan ketika pakaian benar-benar
kering habis dijemur di terik matahari cukup agar pakaian lebih awet
tidak rapuh.
2.6.4 Cara Menyimpan Pakaian
1. Simpanlah pakaian di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu dan
tertutup rapat. Bersihkan dulu dengan lap kering atau lap basah jika
kotor sekali.
2. Sebelum menyimpan pakaian pada lemari pakaian sebainya pastikan
terlebih dahulu tingkat kekeringan pakaian tersebut. Pastikan telah
kering benar agar tidak menimbulkan bau tidak sedap.
3. Jangan menyimpan pakaian di tempat yang penuh sesak agar mudah
diambil jika diperlukan dan tidak membuat pakaian menjadi kusut
tidak rapi.
4. Cuci dengan bersih pakaian sebelum disimpan dan keluarkan benda-
benda yang ada di dalam saku. Pakaian yang kotor atau mengandung
makanan bisa mengundang serangga yang akhirnya merusak pakaian.
5. Baju bisa digantung di hanger agar baju rapi tanpa bekas lipatan.
Untuk celana bisa digantung dan bisa juga dilipat untuk menghemat
ruangan penyimpanan pakaian.
6. Gunakan kamper dan alat penghilang kelembabab air untuk menjaga
pakaian tetap terjaga dalam kondisi yang prima dan baik serta
menghadang serangga perusak pakaian.
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
Pengeringan
Pelipatan Pemerasan
Pengepresan
(Setrika)
8
Penyimpanan Transportasi Penggunaan
a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang
mudah menularkan penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari
keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri - bakteri atau kuman –
kuman yang menempel pada linen – linen dari rumah sakit tidak
menular pada linen – linen lain.
b. Transportasi
Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian
penyortiran dengan berbagai cara dapat diangkut dengan menggunakan
trolley / kereta dorong, keranjang, tas atau yang lainnya. Ingat
harus hati – hati untuk mencegah terjadinya pengotoran lebih berat
atau kerusakan pada bahan. Misalnya jangan diseret / ditarik dengan
troly, untuk menjaga kesehatan jangan memakai troly yang sama untuk
membawa bahan yang bersih / kotor.
1. Membawa dengan tanganHindari membawa pakaian yang
terlalu berlebihan, tercecer.
2. Membawa trolyJangan melebihi muatan, jangan menggunakan
kantong yang rusak.
c. Penyotiran
Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi
waktu di cuci / laundri dan memberikan keuntungan misalnya: hemat
waktu, hemat deterjen.Bahan dari polyester / cotton hendaknya
dipisahkan ke dalam tinggkat pengotorannya berat atau sedang untuk
diproses. Tanpa penyotiran bahan yang tingkat pengotorannya berat
sering masih kurang bersih sedang yang tingkat pengotorannya biasa
akan kelebihan proses. Bahan yang bewarna harus di pisahkan dari
bahan yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan yang putih.
d. Pencucian
Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan /
dalam produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat – zat
protein lainnya atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air
kran yang mengalir deras untuk melepaskan partikel – partikel kotoran.
9
Pencucian harus dilakukan didalam air untuk mencegah
penguapan.Sebaiknya menggunakan detergen yang dapat
menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa, mudah
dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di
cucian supaya cucian cepat kering.
f. Pengeringan, pengepresan, setrika
Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian.
Pengeringan bisa juga dilakukan dengan pemanas steam atau listrik.
Pengeringan menggunakan sinar matahari sebaiknya tidak dilakukan
dibawah sinar matahari langsung untuk mencegah warna pudar.
g. Pelipatan
Pelipatan dapat dilakukan dengan tangan / mesin otomatis. Jika bahan
masih kotor pelipatan jangan diteruskan, simpanlah disamping untuk
dicuci kembali. Hal ini untuk menghindari komplain.
h. Penyimpanan
Setelah bahan dilipat biasanya disimpan digudang tersendiri untuk
dipakai hari berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya
disimpan dalam keadaan terlipat paling sedikit satu malam sehingga
tidak akan kusut bila digunakan. Disini adalah tempat yang paling
bagus untuk mengetahui standart pekerjaan secara umum. Sebagai
contoh tumpukan linen akan terlihat bervariasi tergantung dari
lamanya dan dari apa bahan di buat.
i. Transportasi
Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan –
ruangan. Hindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan atau
tercecer agar pakaian tidak jatuh dan terkena kotoran.
j. Penggunaan
Linen siap untuk digunakan.
1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen
a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk
memudahkan koordinasi selama pengoperasian.Tata letak dan
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaa teknik untuk
memudahkan penginstalan listrik, uap, air panas, dan penunjang
lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari :
10
1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah
antara kantung kuning untuk terinfeksi dan kantung
hitam untuk sampah tidak terinfeksi.
b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan
desinfeksi sesuai standart.
2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen
yang tidak terinfeksi dan lantai yang digunakan dalam
ruangan tidak boleh dari bahan yang licin.
3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat
pengering linen. Bagi rumah sakit yang belum memiliki
mesin cuci harus disiapkan bak pencuci yang terbagi tiga
yaitu perendaman non infeksius, bak infeksius dengan
tambahan desinfektan, dan bak untuk pembilasan serta harus
disediakan isntalasi air bersih dengan drainasenya. Lantai
tempat ini tidak boleh dibuat dari bahan yang licin dan perlu
diperhatikan kemiringannya.
Mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen
infeksius dan non infeksius harus dibedakan karena apabila
tercampur dapat mengkontaminasi linen non infeksius dan
akan menyebarkan bibit penyakit. Persyaratan mesin cuci
yang digunakan khusus linen dan laundry adalah :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg)
disarankan memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang
membedakan antara memasukkan linen infeksius dan
non infeksius dengan hasil pencucian linen bersih.
Antara 2 kompartemen dibatasi dengan partisi yang
kedap air, karena fungsi pemisahan tersebut adalah
menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen
bersih.
b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100
kg) tanpa penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung
dialirkan menuju IPAL.
d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu
proses pemanasan (Desinfeksi) :
1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.
11
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu
pada mesin cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk
mengukur jumlah air yang dibutuhkan pada saat
pengenceran bahan kimia pada saat desinfektan.
4) Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini terdiri dari alat penyetrikaan linen yang
dilengkapi dengan pemasangan fan dan exhaust fan.
5) Ruang penyimpanan linen.
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk
menyimpan linen serta meja administrasi. Ruangan ini harus
bebas dari debu dan pintu masuk dan pintu lemari harus
selalu tertutup
b) Prasarana Pengelolaan Linen
Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran
yang penting untuk pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana
yang digunakan utnuk pengelolaan linen adalah :
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya
listrik, adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi
Pencucian terbagi dua bagian antara instalasi penerangan dan
instalasi tenaga.Daya di instalasi pencucian cukup besar
terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering,
dan alat setrika.Untuk instalasi kotak kontak disarankan untuk
memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi daerah
yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya yang tertutup
agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung, dan
parallel yang melebihi kapasitas penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan
sedikitnya 40% dari kebutuhan air dirumah sakit atau
diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standart air bersih berdasarkan Permenkes No.416 tahun
1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya garam dan besi.
12
kontaminasi, tetapi dengan penyediaan kantong plastik untuk
mengumpulkan linen kotor akan sangat membantu dalam
mengurangi penyebaran kuman.
Alat pengangkut utama linen di rumah sakit adalah kereta
dorong, kereta dorong idealnya untuk linen kotor dan linen bersih
terpisah.Untuk membedakan biasanya kereta didesain berbeda baik
bentuk dan warnanya sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan.
Bila harus menggunakan kereta yang sama, maka perlu disediakan
pelapis plastic yang kuat untuk menghindari kontaminasi dan kereta
harus dicuci secara berkala. disarankan kereta tersebut terbuat dari
kerangka stainless steel yang dapat dan mudah dicuci setelah
digunakan untuk linen kotor.
6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar
dari segi warna dan bau.
4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat
mengakibatkan linen menerawang.
9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk
tekstil yang berada dirumah sakit yang meliputi linen diruang
perawatan maupun baju beda diruang operasi (OK), sedangkan baju
perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak
dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai
seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,
pembungkus, lap, dan sebagainya sehingga dalam perkembangan
manajemennya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian
di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan
yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan keterbatasan persediaan.
Untuk itu diperlukan standart linen, antara lan :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit
mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi
massal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas
tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya
dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga
secara ekonomi lebih optimum dibandingkan produk yang lebih
murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya
dari pada estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis,
dan unisex merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju
bedah dan baju pasien.Sizing system dengan membedakan
warna, diaplikasikan pada baju tertentu untuk
mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan
15
praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang
fitted selain yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah
pertimbangan pada waktu pemeliharaan, penggunaan kancing
dan sambungan baju lebih baik dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan, dan penampilan yang diharapkan. Beberapa standart
kain yang digunakan dirumah sakit adalah cotton 100%, poly-
cotton 65%-35%, dan polyester 100%.
d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya
operasional yang timbul.Makin luas dan berat maka makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran
tempat tidur yang standart, misalnya 90x200 cm, maka ukuran
linen bisa distandartkan menjadi :
Sprei/laken : 160x275 cm
Sarung bantal : 50x70 cm
Steek laken : 75x160 cm
Selimut lurik : 120x200 cm
Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi
3 par berputar di ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci,
stok 1 par cadangan dan 2 par disimpan di gudang : 1 par sudah
terjahit dan I par berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan
prosedur normal.Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan
standart kelaikan sebuah linen, dengan umur linen, kondisi fisik
atau dengan frekuensi cuci.
g. Standart penggantian linen
1. Setiap pengambilan linen kotor , linen langsung diganti
dengan yang bersih.
2. Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda
dan tidak sobek/cacat.
3. Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar
terkesan bersih dan baik.
4. Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya
agar kebersihan dan kesehatan pasien tetap terjaga dengan
kebersihan linen. Apabila pasien menolak untuk diganti
16
linennya maka harus memberikan tanda tangan tentang
penolakan penggantian linen.
5. Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien
wajib dibersihkan dengan disinfektan agar dapat memutus
mata rantai penyebaran penyakit infeksius.
17
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap
dimasukkan dan dikumpulkan ke troli linen kotor untuk
di bawa ke laundry.
18
pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan
kantung sejak dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.
Penimbangan sesuai dengan kapasitas yang dihasilkan dan kriteria untuk
menghitung kebutuhan bahan kimia dalam tahapan proses pencucian.
c. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkannoda(bersih), awet
(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari
mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya
terlebih dahulu dilakukan pemanasan/desinfektan untuk membunuh seluruh
mikroorganisme.Untuk dapat mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti
persyaratan teknis pencucian antara lain waktu, suhu, bahan kimia, dan
mesin.
d. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian slesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang memiliki
fungsi pemerasan/extractor, namun jika mesin cuci extractor terpisah, maka
diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari mesin cuci menuju
extractor.Troli diupayakan dipelihara kebersihannya dan pencucian dengan
desinfektan sebelum melakukan pekerjaan. Proses pemerasan dilakukan
dengan mesin pada putaran tinggi.
e. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunyai
suhu tinggi. Pada proses ini jika mikroorganisme ada yang belum mati atau
terjadi kontaminasi ulang diharapkan mikroorganisme tersebut dapat mati.
f. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika, tetapi harus
diperhatikan suhunya karena linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu.
g. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen, dimana tempat tidur kosong atau saat pasien di
atas tempat tidur.Linen yang perlu diperhatikan khusus pada pelipatannya
adalah sprei, steek laken, zeil, sarung bantal/sarung guling, dan selimut.
h. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan untuk melindungi linen dari kontaminasi
ulang, baik dari bahaya mikroorganisme ataupun vektor.Ada baiknya
lemari penyimpanandipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi
obat anti ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen
dibungkus dengan plastik transparan sebelum didistribusikan.
i. Pendistribusian.
19
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting untuk
pencatatan linen yang keluar.Linen tersimpan sebelumnya yang mengendap
di penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesai dicuci
disiapkan untuk yang berikutnya.Ada baiknya bagian inventaris ruangan
mengambil pada saat yang bersamaan linen yang akan dicuci ditukar
dengan linen bersih yang siap didistribusikan, sedangkan linen sisa yang
berada diruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap linen
yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen, nomor
berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan pencatatan
tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang
tidak digunakan.
j. Penggantian linen rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan karena umur linen yang terlalu lama
dan kesalahan pencucian. Dua kategori tersebut dapat diketahui dari sistem
pencatatan yang mengenai perputaran linen yang tercatat setiap harinya,
bahkan dapat diketahui ruangan yang menghilangkan atau merusak namun
dapat juga kerusakan terjadi pada saat proses pencucian akibat petugas
yang menangani laundry.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan kepenjahit)
dan ada yang memang harus mendapatkan penggantian.Jenis kerusakan
yang harus mendapatkan penggantian adalah linen terkena noda yang
sudah tidak dapat dihilangkan, kerapuhan beberapa bagian akibat bahan
kimia korosif, dan robek karena tersangkut.Penggantian segera dilakukan
oleh pihak laundry dengan mengirimkan formulir permintaan kerusakan
kepada pihak logistic.
3. Harus Tersedia di Laundry
1. Ada ruangan khusus untuk penimbangan linen kotor.
2. Ada timbangan untuk menimbang linen kotor.
3. Bak perendaman khusus untuk noda yang sulit dihilangkan.
4. Sarana cuci tangan dan alat perlindungan untuk pekerja.
4. Pengaturan ruang laundry
1. Ruang laundry diatur sedemikian rupa untuk membedakan cucian
linen kotor dengan linen bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.
2. Area laundry diberikan ventilasi yang cukup.
3. Tersedianya sarana cuci tangan dan alat pelindung diri bagi personal
laundry.
4. Ruang administrasi, dan ruang istirahat terpisah dari ruang produksi.
BAB IV
20
PANDUAN
DOKUMENTASI PENGELOLAAN
PENGELOLAAN UNIT
LINEN DAN LINEN
LAUNDRY
Dokumen yang dibutuhkan untuk penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga
didistribusikan terdiri dari :
1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.