Jurnal Pengendalian Hayati PDF
Jurnal Pengendalian Hayati PDF
Abstrak
Kajian penulisan tentang Pengendalian Hayati sebagai Salah Satu Komponen
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dilakukan di kabupaten Halamahera Utara dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat petani di kabupaten
Halmahera Utara tentang pentingnya pengendaliaan hayati, sebagai pengendalian yang
ramah lingkungan, Efektif dan Efisien. Didalan suatu ekosistem terjadi hubungan timbal
balik baik intra maupun antarspesies, yang disebut sebagai rantai makanan. Prinsip
pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu
dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya( agen pengendali biologi ), seperti
predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati memiliki keuntungan dan kelemahan.
Dilihat dari fungsinya musuh alami dapat dikelompokkan menjadi, Parasitoid, Predator
dan Patogen. Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan,
membunuh atau memangsa serangga lain. Patogen adalah golongan mikroorganisme atau
jasad renik yang menyebabkan serangga sakit dan akhirnya mati. Mikroorganisme yang
dapat menjadi patogen adalah virus, bakteri, protozoa, jamur, riketzia dan nenatoda.
Pengelolaan ekosistem dengan cara bercocok tanam, penggunaan varietas yang tahan
hama OPT, pengendalian secara fisik atau mekanik, Pengendalian secara genetik,
penggunaan pestisida secara selektif, Penggunaan OPT dengan peraturan atau karantina,
ini merupakan teknologi PHT.
Abstract
Studies on the Control of Biological writing as One Component Integrated Pest
Management (IPM). Conducted in the district of North Halamahera in order to provide
insight to the farmers in the district of North Halmahera about biological importance, as
an environmentally friendly control, Effective and Efficient. In the ecosystem occurs
interrelationships both intra-and interspecific, referred to as the food chain. The
principle of biological control is the control of insect pests by biological means, namely
by using their natural enemies (biological control agents), such as predators, parasites
and pathogens. Biological control has its advantages and disadvantages. Judging from
the function of natural enemies can be grouped into, parasitoids, predators and
pathogens. Predator is a free-living organism to take, kill or prey on other insects.
Pathogens are microorganisms or groups of microorganisms that cause insects sick and
eventually die. Pathogenic microorganisms that could be a virus, bacteria, protozoa,
fungi, and nenatoda riketzia. Ecosystem management by farming, the use of pest resistant
varieties, physical or mechanical control, genetic control, selective use of pesticides, use
of quarantine pests or regulations, this is the IPM technology.
Keywords: Biological Control. IPM
Pendahuluan sepanjang masa, antara herbivora
(pemakan tanaman) dan karnivora (musuh
A. Latar Belakang alami). Tanaman juga disebut dengan
produsen dan pemakan produsen disebut
Setiap makluh hidup menjadi
sebagai konsumen.
penyusun dan pelaku terbentuknya suatu
komonitas yang mampu mengatur dirinya PHT merupakan suatu cara
sendiri secara alami sehingga terjadi pendekatan atau cara berpikir tentang
keseimbangan numerik antara semua pengendalian OPT yang didasarkan pada
unsur penyusun komonitas. Setiap dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi
aktifitas organisme dalam komonitasnya ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-
selalu berinteraksi dengan aktifitas ekosistem yang berwawasan lingkungan
organisme lain dalam suatu keterikatan yang berkelanjutan. Sebagai sasaran
dan ketergantungan yang rumit yang teknologi PHT adalah : 1) produksi
menghasilkan komonitas yang stabil. pertanian mantap tinggi, 2) Penghasilan
Interaksi antar organisme tersebut dapat dan kesejahteraan petani meningkat, 3)
bersifat antagonistik, kompetitif, atau Populasi OPT dan kerusakan tanaman
bersifat positif seperti simbiotik. ( Untung, tetap pada aras secara ekonomi tidak
2006 ). merugikan dan 4) Pengurangan resiko
pencemaran Lingkungan akibat
Menurut Flint L. M dan Van den
penggunaan pestisida yang berlebihan
Bosch. R, (2000). Ekosistem adalah
(Anonim, 2004).
kesatuan komonitas bersama-sama dengan
sistem abiotik yang mendukungnya. Konsep PHT muncul dan
Sebagai contoh adalah ekosistem pertanian berkembang sebagai koreksi terhadap
sawah dibentuk oleh komonitas makluh kebijakan pengendalian hama secara
hidup bersama-sama dengan tanah, air, konvensional, yang sangat utama dalam
udara dan unsur-unsur fisik lain yang manggunakan pestisida. Kebijakan ini
terdapat di sawah tersebut. Konsep mengakibatkan penggunaan pestisida oleh
ekosistem, seperti konsep biofer petani yang tidak tepat dan berlebihan,
menekankan hubungan dan saling dengan cara ini dapat meningkatkan biaya
ketergantungan yang tetap antara faktor- produksi dan mengakibatkan dampak
faktor hidup dan tak hidup di setiap samping yang merugikan terhadap
lingkungan. lingkungan dan kesehatan petani itu
sendiri maupun masyarakat secara luas.
Dalam kurun waktu tertentu
ekosistem alami dapat menjaga sifat- Akhir-akhir ini disadari bahwa
sifatnya dengan cukup konstan, terutama pemakaian pestisida, khususnya pestisida
karena desakan-desakan yang dibuat oleh sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik
lingkungan fisik bersama sama dengan manfaatnya yang besar bagi peningkatan
lingkungan timbal balik baik intra maupun produksi pertanian, terselubung bahaya
antarspesies. Salah satu mekanisme yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri,
tersebut adalah predasi (peristiwa mangsa- bahaya pestisida semakin nyata dirasakan
memangsa). Sifat mangsa-memangsa masyarakat, terlebih akibat penggunaan
tersebut akan terus berlangsung dalam pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian
kehidupan dan dalam ekositem dan berupa timbulnya dampak buruk
disebut dengan rantai makanan. Rantai penggunaan pestisida, dapat
makanan tersebut akan berlansung
dikelompokkan atas 3 bagian: (1). Pembahasan
Pestisida berpengaruh negatip terhadap
kesehatan manusia, (2). Pestisida A. Prinsip Pengendalian Hayati
berpengaruh buruk terhadap kualitas
Anonim ( 2002), menyatakan
lingkungan, dan (3). Pestisida
bahwa pengendalian hayati adalah
meningkatkan perkembangan populasi
pengendalian serangga hama dengan cara
jasad penganggu tanaman.
biologi, yaitu dengan memanfaatkan
Di Daerah Kaupaten Halmahera musuh-musuh alaminya (agen pengendali
Utara, merupakan daerah yang masih biologi), seperti predator, parasit dan
banyak sekali terdapat beberapa jenis patogen. Pengendalian hayati adalah suatu
musuh alami yang diketahui dapat teknik pengelolaan hama dengan sengaja
menjaga keseimbangan ekosistem , akan dengan memanfaatkan/memanipulasikan
tetapi akhir-akhir ini musuh alami tersebut musuh alami untuk kepentingan
makin berkurang dan jarang untuk dapat pengendalian, biasanya pengendalian
ditemui lagi, sebagai misal ada beberapa hayati akan dilakukan perbanyakan musuh
jenis spesies burung, dan juga serangga alami yang dilakukan dilaboratorium.
yang dikenal sebagai pengendali alami Sedangkan Pengendalian alami
hama serangga , saat ini sulit diketemukan merupakan Proses pengendalian yang
dan mungkin saja sedang menuju berjalan sendiri tanpa campur tangan
kepunahan. Penyebab salah satunya adalah manusia, tidak ada proses perbanyakan
akibat pengaruh buruk pestisida terhadap musuh alami.
lingkungan, yang tercemar melalui rantai
Pengendalian hayati dalam
makanan.
pengertian ekologi didifinisikan sebagai
Dari uraian diatas maka penulis pengaturan populasi organisme dengan
tertarik untuk mengangkat judul penulisan musuh-musuh alam hingga kepadatan
dengan judul : ”Pengendalian Hayati ( populasi organisme tersebut berada
Biologi Control) sebagai Salah Satu dibawah rata-ratanya dibandingkan bila
Komponen Pengendalian Hama Terpadu tanpa pengendalian.
(PHT)” Penulisan ini merupakan salah
Menurut Untung (2006). Prinsip
satu bentuk penulisan ilmiah dan
pengaturan populasi organisme oleh
diharapkan dapat memberikan kontribusi
mekanisme saling berkaitan antar anggota
kepada pemerintah, akademisi dan
suatu komonitas pada jenjang tertentu juga
masyarakat khususnya petani di Daerah
terjadi didalam agroekosistem yang
Kabupaten Halmahera Utara, tentang
dirancang manusia. Musuh alami sebagai
pengendalian hayati yang ramah
bagian dari agroekosistem memiliki
lingkungan.efektif, dan efesien
peranan menentukan dalam pengaturan
B. Tujuan penulisan dan pengendalian populasi hama. Sebagai
faktor yang bekerjanya tergantung dari
Penulisan ini bertujuan untuk kepadatan yang tidak lengkap
memberikan pemahaman kepada (imperfectly density dependent) dalam
masyarakat petani di kabupaten kisaran tertentu, populasi musuh alami
Halmahera Utara tentang pentingnya dapat mempertahankan populasi musuh
pengendaliaan hayati, sebagai alami tetap berada disekitar batas
pengendalian yang ramah lingkungan, keseimbangan dan mekanisme umpan
Efektif dan Efisien balik negatif. Kisaran keseimbangan
tersebut dinamakan Planto Homeostatik. musuh alami tidak tentu merugikan
Diluar plato homeostatik musuh alami kehidupan serangga terserang. Hampir
menjadi kurang efektif dalam semua kelompok organisme berfungsi
mengembalikan populasi kearas sebagai musuh alami serangga hama
keseimbangan. Populasi hama dapat termasuk kelompok vertebrata, nematoda,
meningkat menjahui kisaran jasad renik, invertebrata diluar serangga.
keseimbangan akibat bekerjanya faktor Kelompok musuh alami yang paling
yang bebas kepadatan populasi seperti banyak adalah dari golongan serangga itu
cuaca dan akibat tindakan manusia dalam sendiri. Misalnya adalah Letmansia
mengelola lingkungan pertanian. bicolor merupakan musuh alami dari
serangga hama pada tanman kelapa
Menurut Jumar (2000). Secava sp, Serangga kumbang Koksinelid
Pengendalian hayati memiliki keuntungan ( Synkuharmonia octomaculata
yaitu : (1). Aman artinya tidak merupakan musuh alami dari hama
menimbulkan pencemaran lingkungan tanman padi yaitu serangga wereng hijau,
dan keracunan pada manusia dan ternak, wereng punggung putih dan wereng zig-
(2). tidak menyebabkan resistensi hama, zag. Anonim (2006).
(3). Musuh alami bekerja secara selektif
terhadap inangnya atau mangsanya, dan Dilihat dari fungsinya musuh alami
(4). Bersifat permanen untuk jangka waktu dapat dikelompokkan menjadi, Parasitoid,
panjang lebih murah, apabila keadaan Predator dan Patogen.
lingkungan telah setabil atau telah terjadi
keseimbangan antara hama dan musuh B.1. Parasitoid
alaminya.
Merupakan serangga yang
Selain keuntungan pengendalian memarasit serangga atau binatang
hayati juga terdapat kelemahan atau antropoda lainnya. Parasitoid bersifat
kekurangan seperti : (1). Hasilnya sulit parasit pada fase pradewasa, sedangkan
diramalkan dalam waktu yang singkat, (2). dewasanya hidup bebas dan tidak terikat
Diperlukan biaya yang cukup besar pada pada inangnya. Parasitoid hidup
tahap awal baik untuk penelitian maupun menumpang di luar atau didalam tubuh
untuk pengadaan sarana dan prasarana, inangnya dengan cara menghisap cairan
(3). Dalam hal pembiakan di laboratorium tubuh inangnya guna memenuhi
kadang-kadang menghadapi kendala kebutuhan hidupnya . Umumnya
karena musuh alami menghendaki kondisi parasitoid menyebabkan kematian pada
lingkungan yang kusus dan (4). Teknik inangnya secara perlahan-lahan dan
aplikasi dilapangan belum banyak parasitoid dapat menyerang setiap fase
dikuasai. hidup serangga, meskipun serangga
dewasa jarang terparasit.
B. Musuh Alami
Parasitoid menyedot energi dan
Sebagai bagian dari komonitas, memakan selagi inangnya masih hidup
setiap komonitas serangga termasuk dan membunuh atau melumpuhkan
serangga hama dapat diserang atau inangnya untuk kepentingan keturunanya.
menyerang organisme lain. Bagi serangga Kebanyakan parasitoid bersifat monofag
yang diserang organisme penyerang (memiliki inang spesifik), tetapi ada juga
disebut Musuh Alami. Secara ekolo\gi yang oligofag (inang tertentu). Selain itu
istilah tersebut kurang tepat karena adanya
parasitoid memiliki ukuran tubuh yang erionotae – larva pengulung daun
lebih kecil dari inangnya. pisang.
4. Parasitoid larva – pupa : parasit yang
Menurut Untung (2006). Faktor- berkembang mulai dari larva sampai
faktor yang mendukung efektifitas pupa. Cth. Thetrostichus brontispae –
pengendalian hama oleh parasitoid adalah: rontispa.
(1). Daya kelangsungan hidup (Survival) 5. Parasitoid pupa : parasit yang
baik, (2). Hanya satu atau sedikit individu menyerang inang yang berada pada fase
inang diperlukan untuk melengkapi daur pupa atau kepompong. Cth. Opius sp –
hidupnya, (3). Populasi parasitoid dapat kepompong lalat buah.
tetap bertahan meskipun pada aras 6. Parasitoid imago : parasit yang
populasi inang rendah, (4). Sebagian menyerang inang yang berada pada fase
parasitoid monofag, atau oligofag imago atau serangga dewasa. Cth.
sehingga memiliki kisaran inang sempit. Aphytis chrysomphali – Apidiotus
Sifat ini menyebabkan populasi parasitoid destruktor.
memiliki respon numerik yang baik
terhadap perubahan populasi inangnya. Fenomena parasitoid yang
menyerang parasitoid lainya dan
Berdasar posisi makannya, memanfaatkan sebagai inang disebut
parasitoid dapat digolongkan menjadi 2 hiperparasitasi, dan parasitoidnya
yaitu: (1). Ektoparasitoid adalah: dinamakan hiperparasitoid. Parasitoid
parasitoid yang seluruh siklus hidupnya yang menyerang inang utama disebut
ada diluar tubuh inangnya ( menempel sebagai pasarasitoid primer, parasitoid
pada tubuh inangnya ), contohnya: sekunder adalah parasitoid yang
Compsometris spp yang memarasit hama menyerang parasitoid primer, dan
Exopholis sp. (2). Endoparasitoid adalah: seterusnya parasitoid tersier, kuarter dan
parasitoid yang berkembang didalam sebagainya.
tubuh inang dan sebagian besar dari fase
hidupnya ada didalam tubuh inangnya,
contohnya: Letmansia bicolor yang
memarasit telur Sexava sp. B.2.Predator
Pustaka
Anonim, 2002. Model Budidaya tanaman Sehat ( Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Sehat Melalui Penerapan PHT), Dirjen Perlindungan Tanaman. Jakarta
______, 2004. Pedoman Peengendalian Penyakit Tugro Pada Tanaman Padi.
Direktorat Perlindungan Pangan, Dirjen Tanaman Pangan Deptan. Jakarta.
Flint L. M dan Van den Bosch. R, (2000). Pengendalian Hama Terpadu, Sebuah
Pengantar. Kanisius. Yogyakarta
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.
Rukmana.R. dan Sugandi. 2002. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliaanya,
Kanisius.Yogyakarta.
Untung, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Gajah Mada University Press.
Yoyakarta.