Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN KURETASE ET ABORTUS


INKOMPLETUS

PENYUSUN:
Diyah Arum Setiasih, S.ked J510185114
Lya Ermina, S.ked J510185129

PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
AGUSTUS 2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN KURETASE ET ABORTUS


INKOMPLETUS
Penyusun : Diyah Arum Setiasih J510185114
Lya Ermina J510185129
Pembimbing : dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

Surakarta, 2 September 2019

Penyusun Penyusun

Diyah Arum Setiasih, S.ked Lya Ermina, S.ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Ricka Lesmana Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN KURETASE ET ABORTUS
INKOMPLETUS : LAPORAN KASUS
SPINAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF ACUTE EXACERBATION OF A CHRONIC
APPENDICITIS : CASE REPORT

Diyah Arum Setiasih*, Lya Ermina**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Anestesi merupakan tindakan pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
ketika pembedahan, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun. Anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh tubuh
secara sentral yang reversible disebut anestesi umum sedangkan jenis yang hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu namun tetap sadar disebut anestesi regional.
Abortus inkomplit merupakan perdarahan pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang
tertinggal pada desidua atau plasenta.
Kami melaporkan kasus wanita usia 17 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 13 + 1
minggu, datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut dan keluar darah dari jalan lahir sejak
pukul 02.00 WIB. Darah yang keluar mrongkol-mrongkol. Tidak ada riwayat trauma maupun
riwayat keluar jaringan seperti gajih. Pasien pernah mondok sebelumnya di rumah sakit ini
dengan diagnosa abortus imminen. Pasien tidak memiliki riwayat sakit hipertensi, asma, DM
maupun alergi. Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Pemeriksaan penunjang USG ginekologi didapatkan “abortus inkompletus”.
Diberikan Intravena fluid drip (IVFD) RL 20 tpm menggunakan IV cath no 20. Premedikasi
Diberikan Diazepam oral 10 mg diberikan pada waktu malam hari sebelum pasien tidur.
Selama operasi diberikan drip fentanyl, ondansetrin dan ketorolac. Tidak ada komplikasi
pasca bedah hanya nyeri skala 6 diberikan drip fentanyl sebagai analgetik.

Kata Kunci: Anestesi, Anestesi Umum, Anestesi regional, Abortus Inkompletus

ABSTRACT
Anesthesia is the act of administering anesthesia, safeguarding the safety of the
patient during surgery, intensive treatment of serious patients condition, inhalation therapy
and chronic pain relief. Anesthesia that causes loss of consciousness without whole body
central pain that is reversible is called general anesthesia while the type that only removes
pain from certain parts of the body but remains conscious is called regional anesthesia.
Incomplete abortion is bleeding in pregnancy before 20 weeks in which a portion of the
results of the conception has come out of the cavity through the cervical canal that goes to the
decidua or placenta.
We report the case of a 17-year-old woman, G1P0A0 with a gestational age of 13 + 1
week, coming to the emergency room with complaints of abdominal pain and bleeding from
the birth canal since 02.00 WIB. The blood that came out swayed. There is no history of
trauma or history of tissue discharge such as lard. The patient was previously in this hospital
with a diagnosis of immediate abortion. The patient has no history of hypertension, asthma,
DM or allergies. The patient has never had surgery before. Physical examination within
normal limits. Supporting a gynecological ultrasound examination found "incomplete
abortion". Intravenous fluid drip (IVFD) RL 20 tpm using IV cath no 20. Premedication
Given oral Diazepam 10 mg given at night before the patient sleeps. During surgery, fentanyl
drops, ondansethrin and ketorolac are given. There were no postoperative complications,
only pain on a scale of 6 that was given fentanyl drops as analgesics.

Keywords: Anesthesia, General Anesthesia, Regional Anesthesia, Incomplete Abortion

1
PENDAHULUAN  Pada pemeriksaan fisik seperti
Abortus adalah suatu proses keadaan umum tampak lemah
berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin kesadaran menurun, tekanan darah
belum mampu hidup di luar rahin (belum normal atau menurun, denyut nadi
viable) dengan criteria usia kehamilan normal atau cepat dan kecil, suhu
kurang 20 minggu atau berat janin kurang badan normal atau meningkat.
dari 500 gram (WHO,2013)  Rasa mulas atau kram perut,
Abortus inkomplit merupakan didaerah atas simfisis, sering nyeri
perdarahan pada kehamilan sebelum 20 pingang akibat kontraksi uterus
minggu dimana sebagian dari hasil konsepsi Tatalaksana awal dengan melakukan
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis penilaian secara cepat mengenai keadaan
serviks yang tertinggal pada desidua atau umum pasien, termasuk tanda-tanda vital,
plasenta (Kurdi, 2014). pengawasan pernafasan, pemberian cairan
Faktor-faktor yang menyebabkan infus (D5% dan atau NaCl 0,9%),
kematian fetus adalah: Faktor dari janin pemeriksaan laboratorium, observasi tanda-
(fetal), yang terdiri dari: kelainan genetic tanda syok, aspirasi Vacum Manual (AVM)
(kromosom), faktor dari ibu (maternal), atau kuretase (Kurdi, 2014).
yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal, Anestesi merupakan cabang ilmu
merokok, penggunaan obat-obatan, kedokteran yang mendasari tindakan
konsumsi alkohol, faktor imunologis, defek meliputi pemberian anestesi, penjagaan
anatomis, inkompetensia serviks dan faktor keselamatan penderita ketika pembedahan,
dari ayah (paternal): kelainan sperma pengobatan intensif pasien gawat, terapi
Diagnosis abortus inkompletus adalah : inhalasi, dan penanggulangan nyeri

 Kanalis servikalis terbuka menahun. Anestesi yang menyebabkan

 Dapat diraba jaringan dalam rahim hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh

atau kanalis servikalis tubuh secara sentral yang reversible disebut


anestesi umum (Latief et al., 2009).
 Dengan pemeriksaan inspekulum
Sedangkan jenis anestesi yang hanya
perdarahan bertambah
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh
 Terlambat haid atau amenorhe
tertentu namun pemakainya tetap sadar
kurang dari 20 minggu
disebut anestesi regional. Anestesi regional

2
terbagi atas anestesi spinal (anestesi blok dating ke IGD dengan keluhan nyeri perut
subaraknoid), anestesi epidural dan blok dan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul
perifer. Anestesi spinal dan epidural telah 02.00 WIB. Darah yang keluar mrongkol-
digunakan secara luas di bidang ortopedi, mrongkol. Tidak ada riwayat trauma
obstetric dan ginekologi, operasi ekstremitas maupun riwayat keluar jaringan seperti
bawah serta operasi abdomen bagian bawah gajih. Pasien pernah mondok sebelumnya di
(Latiefet al., 2009). rumah sakit ini dengan diagnose abortus
Anestesi blok subaraknoid atau biasa imminen. Pasien tidak memiliki riwayat
disebut anestesi spinal adalah tindakan sakit hipertensi, asma, DM maupun alergi.
anestesi dengan memasukan obat analgetik Pasien belum pernah menjalani operasi
kedalam ruang subaraknoid di daerah sebelumnya.
vertebra lumbalis yang kemudian akan Pada pemeriksaan fisik didapatkan sbb :
terjadi hambatan rangsang sensoris mulai Kondisi umum baik, CM. BB 50 kg, TB
dari vertebra thorakal 4. Prinsip yang 155cm.
digunakan adalah menggunakan obat TD 120/80 mmHg. N 88 x/mnt, RR 18
analgetik local untuk menghambat hantaran x/mnt dan suhu 36,7 °C
saraf sensorik untuk sementara (reversible). K/L dbn
Fungsi motoric juga terhambat sebagian. Thorax dbn
Dan pada teknik anestesi ini, pasien tetap Abdomen didapatkan supel, tidak ada nyeri
sadar. Kelebihan utama tehnik ini adalah tekan, TFU teraba 2 jari diatas SOP.
kemudahan dalam tindakan, peralatan yang Pemeriksaan penunjang Lab darah rutin
minimal, memiliki efek minimal pada masih dbn. GDS 83 mg/dl.
biokimia darah, menjaga level optimal dari Pemeriksaan fungsi hepar dan ginjal masih
analisa gas darah, pasien tetap sadar selama dbn
operasi dan menjaga jalan nafas, serta USG ginekologi didapatkan gambaran
membutuhkan penanganan post operatif dan abortus inkompletus.
analgesia yang minimal (Said, 2002). Pasien ditegakkan dengan diagnose Abortus
inkompletus dan direncanakan tindakan
LAPORAN KASUS kuretase.

Seorang wanita usia 17 tahun, G1P0A0 Estimasi tindakan diperkirakan kurang lebih

dengan usia kehamilan 13 +1 minggu, 15-20 menit.

3
2) Riwayat diabetes mellitus :
A. PRE OPERATIF disangkal
1. IDENTITAS PASIEN 3) Riwayat penyakit paru kronis :
Nama : Ny. X tidak ada data
Jenis Kelamin : Wanita 4) Riwayat penyakit jantung : tidak
Usia : 17 tahun ada data
Diagnosispre-operatif : Abortus 5) Riwayat hipertensi : disangkal
inkompletus 6) Riwayat penyakit hati : tidak ada
Macam operasi : Kuretase data
2. ANAMNESIS 7) Riwayat penyakit ginjal : tidak
Anamnesis dilakukan secara ada data
autoanamnesis. 8) Riwayat asma : disangkal
a. Keluhan utama d. Riwayat penggunaan obat :
nyeri perut 1) Riwayat alergi obat : tidak ada
b. Riwayat penyakit sekarang 2) Riwayat pengobatan sebelumnya
Nyeri nyeri perut dan keluar darah : riwayat mondok dengan abortus
dari jalan lahir sejak pukul 02.00 imminens
WIB. Darah yang keluar mrongkol- e. Riwayat anestesi/operasi :
mrongkol. Tidak ada riwayat trauma 1) Riwayat anestesi sebelumnya :
maupun riwayat keluar jaringan disangkal
seperti gajih. Pasien pernah mondok 2) Riwayat operasi sebelumnya :
sebelumnya di rumah sakit ini dengan disangkal
diagnose abortus imminen. Pasien f. Riwayat kebiasaan
tidak memiliki riwayat sakit 1) Riwayat merokok : tidak ada data
hipertensi, asma, DM maupun alergi. 2) Riwayat minum alcohol : tidak
Pasien belum pernah menjalani ada data
operasi sebelumnya. 3) Riwayat konsumsi narkotika :
c. Riwayat penyakit dahulu atau tidak ada data
penyulit tindakan anestesi : g. Riwayat Keluarga
1) Riwayat alergi : disangkal 1) Riwayat asma : tidak ada
data

4
2) Riwayat diabetes mellitus : tidak 3) Leher : gerakan leher
ada data normal (fleksi dan
ekstensi), gangguan
III. PEMERIKSAAN FISIK menelan (-), peningkatan
1. Status Generalis (Saat JVP (-), pembesaran
Masuk Rumah Sakit) KGB (-), pembesaran
a. Keadaan Umum : Baik kelenjar tyroid (-),
b. Kesadaran : gerakan leher (-),
Compos mentis (GCS: gangguan bernapas (-),
E4V5M6) deviasi trakea (-)
c. Skala Nyeri :4 c. Respirasi
d. Tekanan Darah : 1) Paru-paru : simetris
120/80 mmHg (+/+), ketertinggalan
e. Nadi : 88 gerak (-/-), fremitus paru
kali/menit kanan sama dengan paru
f. Respirasi : 18 kiri, sonor di kedua
kali/menit lapang paru, sdv (+/+),
g. Suhu : rhonki (-/-), wheezing (-
36,7oC /-)
2. Pemeriksaan Fisik d. Kardiovaskular
a. Status Gizi 1) Jantung : ictus cordis
1) BB : 50 kg tidak tampak, ictus cordis
2) TB : 155 cm teraba namun tidak kuat
b. Jalan Napas angkat, batas jantung
1) Kepala : keterbatasan normal, BJ I/II murni
membuka mulut (-), regular, murmur (-)
receding mandible (-), e. Abdomen : supel,
gigi palsu (-) peristaltik (+), BU (+), nyeri
2) Mulut : terlihat faring, tekan (-), TFU teraba 2 jari
palatum molle dan uvula diatas SOP

5
f. Sistem Saraf : gangguan 4) Intravena fluid drip (IVFD) RL
menelan (-) 20 tpm dengan menggunakan IV
g. Sistem Muskuloskeletal cath no 20, dan dipasang dengan
1) Ekstremitas: Akral menggunakan three way.
hangat (+/+), jari tabuh (- Terapi Cairan Prabedah
/-), sianosis (-/-) Kebutuhan = kebutuhan cairan
2) Vertebra : Memar (-), Cairan dewasa x Berat
deformitas (-), bekas Basal badan
infeksi (-) = 2 ml/kgbb/jam
PEMERIKSAAN PENUNJANG = 2x 50 kg
USG ginekologi : Abortus inkompletus = 100 cc/jam
STATUS FISIK ASA
Perempuan 17 tahun menderita 4. MASUKAN ORAL
Abortus inkompletus usia gestasi 13 +1 Pasien dipuasakan selama 6-8 jam.
minggu dengan status fisik ASA I Makanan tidak berlemak diperbolehkan
(Pasien dengan penyakit sistemik ringan 5 jam sebelum induksi anestesi.
dan tidak ada keterbatasan fungsional) Minuman air putih diperbolehkan
(Latief et al, 2009). sampai 3 jam sebelum induksi. (Latief et
all, 2009).
3. PENATALAKSANAAN 5. PREMEDIKASI
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Diberikan Diazepam oral 10mg
fisik, maka : diberikan pada waktu malam hari
a. Diagnosis pre operatif: Abortus sebelum pasien tidur.
inkompletus 6. PRE ANESTESI
b. Status Operatif: ASA I, Mallampati I a. Persiapan peralatan anestesi
c. Jenis Operasi: Kuretase 1) Peralatan monitor anestesi
d. Jenis Anastesi : Spinal Anestesi (tekanan darah, denyut nadi ,
e. Penatalaksanaan yaitu : pulse oxymetri dan EKG).
1) Kuretase 2) Peralatan resusitasi
2) Informed Consent Operasi
3) Informed Consent Pembiusan

6
3) Jarum spinal dengan ujung Anti emetik : Inj Ondancetron 6
tajam (Quincke-Babcock) (Said mg IV yang diberikan 10 menit
et al,2002). sebelum operasi selesai
4) Lidokain 5 % (larutan Analgesik : Inj Ketorolac 30 mg
hiperbarik) IV yang diberikan 10 menit sebelum
5) Oksimeter/saturasi operasi selesai
6) Infuse set dan Inj Fentanyl 30 mcg IV yang
7) Kanul oksigen diberikan 10 menit sebelum operasi
b. Persiapan pasien selesai (Dosis profilaksis nyeri
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas pasca operasi = 0,5mcg/KgBB)
pasien
2) Konfirmasi jenis operasi dan 2. Infus
pemeriksaan lokasi operasi a. Ringer Laktat 20 tpm
3) Pemantauan peralatan yang Selama Operasi
menempel pada pasien Kebutuhan Cairan = Operasi ringan x BB
(sphygmomanometer digital, Operasi = 2 x 50 kg
oxymetri) = 100 cc/jam
4) Pemeriksaan akses IV = 3x50cc
c. Persiapan Obat : Kebutuhan =150 cc
1) Analgetik : Ketorolac, Fentanyl Pengganti Darah
2) Anti emetik : Ondansetron
3) Sedatif : Midazolam (Katzung, a. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
2011) - Pemantauan Tekanan Darah
7. INDUKSI ANESTESI - Pemantauan Nadi

Anestesi spinal : Lidokain 5 % - Pemantauan Pernapasan

(larutan hiperbarik) 100 mg - Pemantauan refleks-refleks


tubuh
1. Obat
b. Pemantauan Sistem
a. Inj. Midazolam 3 mg IV setelah
Kardiovaskular
induksi anestesi
- Pemantauan Warna Kulit
- Pemantauan Suhu Tubuh

7
- Pemantauan Produksi Urin Kebutuhan air Kebutuhan cairan pasien
- Pemantauan EKG dalam keadaan dalam sehari
basal = 50 cc/KgBB/hari
e. Pemantauan Perdarahan
= 50 cc x 50
- Perdarahan durante operasi : 50 = 2500 cc/hari
ml
PEMBAHASAN
f. Durasi operasi
A. PRE OPERATIF
: 15-20 menit
Pasien, Nn X, 17 tahun G1P0A0
g. Komplikasi selama pembedahan
dengan usia kehamilan 13 +1 minggu datang
: tidak ada
ke ruang operasi untuk menjalani kuretase
C. PASCA OPERASI dengan diagnosis pre operatif abortus
a. Posisi : Supine inkompletus. Dari anamnesis terdapat
b. Pemantauan : Tekanan Darah, Nadi, keluhan nyeri perut dan keluar darah dari
Suhu, RR, Saturasi O2 tiap 15 menit jalan lahir sejak pukul 02.00 WIB. Darah
selama 1 jam. yang keluar mrongkol-mrongkol. Tidak ada
c. Keadaan pasca operasi riwayat trauma maupun riwayat keluar
- Mual/ muntah : Ada jaringan seperti gajih. Pasien pernah
- Sianosis : Tidak Ada mondok sebelumnya di rumah sakit ini
- Skala nyeri : 6 dengan diagnose abortus imminen. Pasien
d. Obat-Obatan pasca operasi tidak memiliki riwayat sakit hipertensi,
- Anti emetik : Inj Ondancetron 6 asma, DM maupun alergi. Pasien belum
mg IV extra pernah menjalani operasi sebelumnya.
- Analgesik : Inj. Ketorolac 30 mg Pemeriksaan tanda vital pasien didapatkan
/ 8jam keadaan umum pasien baik, compos mentis,
e. Terapi Cairan : Infus RL + Fentanyl tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi : 88
120 mcg (Dosis continous infus 0,5-3 x/menit, S : 36,7˚C, frekuensi napas: 18
mcg/kgBB/jam) + Metamizole x/menit.
Sodium 1gr drip infus 20 tpm Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
supel, tidak ada nyeri tekan, TFU teraba 2
Pasca Bedah jari diatas SOP. Pemeriksaan penunjang Lab
darah rutin masih dbn. GDS 83 mg/dl. USG
ginekologi didapatkan gambaran abortus

8
inkompletus. Dari hasil anamnesis, ini tidak seperti pada teknik general anestesi
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan yang mengharuskan intubasi dan ketika obat
penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk anestesi dihentikan, kemudian pasien
dalam ASA I. diekstubasi maka pasien akan langsung
Pada pasien ini dilakukan operasi merasakan nyeri. Dengan demikian,
kuretase, maka dokter anestesi memilih pemilihan jenis anestesi pada kasus ini
menggunakan jenis anestesi spinal (blok sudah tepat.
subaraknoid). Hal ini sesuai dengan indikasi Penggunaan premedikasi pada pasien
anestesi blok subaraknoid yang digunakan ini bertujuan untuk menimbulkan rasa
pada bedah ekstremitas bawah, bedah nyaman pada pasien dengan pemberian
panggul, tindakan sekitar rektum perineum, analgesia dan mempermudah induksi dengan
bedah obstetrik-ginekologi, bedah urologi, menghilangkan rasa khawatir. Pada pasien
bedah abdomen bawah, pada bedah ini diberikan premedikasi ansiolitik yaitu
abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya Diazepam 10 mg oral sesuai dengan dosis
dikombinasikan dengan anesthesia umum dewasa untuk mengurangi kecemasan
ringan. Banyak keuntungan yang diperoleh karena pada pasien ini mengalami takikardi
dari teknik anestesi regional di antaranya yang mungkin disebabkan oleh rasa cemas
relatif lebih murah, pengaruh sistemik lebih atau rasa nyeri yang muncul. Diazepam
kecil, menghasilkan analgesi adekuat, bekerja pada reseptor Gamma Aminobutirik
mampu mencegah respons stres lebih Acid (GABA) yaitu inhibitor utama
sempurna, mengurangi perdarahan selama neurotransmitter di susunan saraf pusat
pembedahan, mengurangi lama perawatan di (SSP) melalui neuron-neuron modulasi
rumah sakit, di samping itu juga memiliki GABA ergik. Diazepam oral 10 mg
efek anti-inflamasi dan antikanker (Harbi et diberikan pada waktu malam hari sebelum
al, 2013). Penggunaan spinal anestesi pasien tidur. Dosis oral diazepam diserap
dianggap merupakan pilihan yang tepat cepat >90%, efek puncak dapat terjadi
karena mempunyai manfaat berupa analgesi setelah pemberian oral dalam waktu 0,5-1
yang adekuat pasca operasi dan tidak jam pada orang dewasa. Waktu paruh dari
memerlukan intubasi yang dapat diazepam adalah 21-37 jam pada orang
menyebabkan peningkatan respon simpatis normal.
dan mengakibatkan nyeri post intubasi. Hal

9
Untuk memberikan cairan pre lebih besar dari LCS disebut hiperbarik.
operasi diberikan terapi cairan basal yaitu Anastetik local dengan berat jenis lebih kecil
kebutuhan cairan dewasa/kgBB yaitu dari LCS disebut hipobarik. Sifat hambatan
2ml/kgBB = 2 ml x 50 kg = 100 cc/jam. sensoris lebih dominan dibandingkan
Sebelum dilakukan operasi pasien dengan hambatan motorisnya, ekskresi
dipuasakan selama 8 jam, tujuan puasa melalui ginjal sebagian kecil dalam bentuk
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi utuh, dan sebagian besar dalam bentuk
lambung karena regurgitasi atau muntah metabolitnya, konsentrasi 0,25 – 0,75 %.
pada saat dilakukannya tindakan anestesi Pada pasien digunakan obat anestesi
akibat efek samping dari obat- obat anastesi golongan amide yaitu lidocain (hiperbarik).
yang diberikan sehingga refleks laring Berdasarkan teori lidocain lama kerjanya 1-
mengalami penurunan selama anestesia. 2 jam, onset anestesinya juga lebih cepat (5
B. DURANTE OPERATIF menit). Pada pasien digunakan lidocain 5%

Ada dua golongan besar obat dengan dosis 100 mg untuk pembedahan

anestesi regional berdasarkan ikatan kimia, abdomen bagian bawah. Lamanya spinal

yaitu golongan ester dan golongan amide. anestesi tergantung dari obat yang

Keduanya hampir memiliki cara kerja yang digunakan dan adjuvantnya. Pada kasus ini

sama namun hanya berbeda pada struktur digunakan obat lidokain 5% hiperbarik.

ikatan kimianya. Mekanisme kerja anestesi Untuk pemeliharaan anestesi

lokal ini adalah menghambat pembentukan diberikan secara inhalasi. Zat yang diberikan

atau penghantaran impuls saraf. Tempat adalah O2 (Oksigen) 3 liter/menit nasal

utama kerja obat anestesi lokal adalah di canul. Pada pasien ini diberikan sedasi

membran sel. Kerjanya adalah mengubah midazolam 3 mg IV untuk menidurkan

permeabilitas membran pada kanal Na+ pasien selama operasi. Tujuan pemberian

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang sedasi ini untuk menghilangkan kecemasan

nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri pasien. Sedangkan untuk mengganti

(Samodro et al, 2011). Berat jenis cairan kehilangan cairan tubuh diberikan cairan

cerebrospinalis pada 37 derajat celcius kristaloid ringer lactat untuk menjaga

adalah 1.003-1.008. Anastetik local dengan keseimbangan cairan selama operasi.

berat jenis sama dengan LCS disebut Selama operasi tanda vital pasien juga

isobaric. Anastetik local dengan berat jenis dipantau setiap 5 menit. Pemberian

10
maintenance cairan sesuai dengan berat (5HT3) di otak dan juga aferen saraf vagal
badan pasien yaitu kebutuhan cairan operasi saluran cerna. Obat ini selektif dan
(operasi sedang) 6cc/kgBB/jam, sehingga kompetitif untuk mencegah mual dan
6cc x 50 kg = 300 cc/jam. Selama operasi muntah setelah operasi dan radioterapi. Obat
pasien kehilangan darah sebanyak 50 ml. anastesi akan menyebabkan pelepasan
Estimsi Blood Volume pasien tersebut yaitu serotonin dari sel-sel mukosa
65 cc/kgBB = 65 cc x 50 = 3250 cc. Nilai enterochromafin dan dengan melalui
20% dari EBV yaitu 20/100 x 3250 = 650 lintasan yang melibatkan 5HT3 dapat
cc. Dari nilai tersebut pasien hanya merangsang area post trema menimbulkan
kehilangan darah kurang dari 20% EBV muntah. Ondansetron memblok reseptor di
sehingga pasien tidak memerlukan transfusi gastrointestinal dan area postrema CNS.
darah tetapi cukup diganti dengan cairan Pelepasan serotonin akan diikat reseptor
infus yang komposisi elektrolitnya sama 5HT3 dan memicu aferen vagus untuk
dengan komposisi elektrolit serum, yaitu mengaktifkan refleks muntah. Serotonin
Ringer Lactat. Jumlah cairan pengganti juga diaktifkan akibat manipulasi
sesuai jumlah perdarahan yaitu Kebutuhan pembedahan atau iriasi usus yang
cairan x 3 = 3x50 = 150 cc. merangsang distensi gastrointestinal. Kerja
Obat yang dapat diberikan 10 menit obat ini adalah dengan memblokade sentral
sebelum operasi selesai adalah Ketorolac 0,5 pada area post trema dan nukleus traktus
mg/kgBB yaitu 0.5 x 50 = 25 mg IV yang solitorius melalui kompetitif selektif di
nantinya akan dikombinasikan dengan reseptor 5HT3. Ondansetron juga
opioid kuat dan obat analgesik adjuvan yang memblokade reseptor perifer pada ujung
bermanfaat untuk mengurangi nyeri pasca saraf vagus yaitu dengan menghambat
operasi. Selain itu dapat diberikan ikatan serotonin dan reseptor pada ujung
Ondancetron 0,1mg/kgBB, sehingga saraf vagus (Samodro et al,2011)
dosisnya pada pasien BB: 50 kg, yaitu 0,1 C. PASCA OPERASI
mg x 50 kg menjadi 5 mg IV sebagai Setelah pembedahan selesai
antiemetik, untuk mencegah efek samping dilakukan, dilakukan pemantauan akhir
dari obat anestesi yaitu mual dan muntah. TD, Nadi, dan SpO2. Pembedahan
Ondansetron merupakan obat selektif pada dilakukan selama 60 menit dengan
reseptor antagonis 5 hidroksi triptamin perdarahan ± 50cc. Pasien kemudian

11
dibawa ke ruang pemulihan (Recovery yaitu termasuk dalam skala nyeri berat
Room). Selama di ruang pemulihan, jalan sehingga dalam pengelolaan nyerinya
nafas dalam keadaan baik, pernafasan menurut “Three Step Analgesic Ladder
spontan dan adekuat serta kesadaran WHO” sehingga pasien diberikan
somnolen. kombinasi opioid kuat ditambah NSAID
Pasien diperbolehkan pindah ke ditambah analgesik adjuvan. Injeksi
bangsal apabila Score Bromage <2, Fentanyl untuk post operasi 1-2
dengan Bromage score sebagai berikut mcg/kgBB yaitu (0,5-2)mcg x 50 kg =
(Latief et al, 2009): 25-100 mcg sebagai analgetik opioid kuat
untuk mengatasi nyeri berat dan
No Kriteria Score
diperkuat dengan injeksi Ketorolac 0,5
1. Dapat mengangkat 0 mg/kgBB yaitu 0.5 x 50 = 25 mg IV yang
tungkai bawah
diberikan terlebih dulu 10 menit sebelum
2. Tidak dapat menekuk 1 operasi selesai.
lutut tetapi dapat
Pengelolaan nyeri pada pasien ini
mengangkat kaki
pada 24 jam pertama yaitu diberikan
3. Tidak dapat mengangkat 2
Infus RL+ Fentanyl 120mcg +
tungkai bawah tetapi
masih dapat menekuk Metamizole Sodium 1gr drip infus 20
lutut tpm. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

4. Tidak dapat mengangkat 3 nyeri pasca operasi pada 24 jam pertama


kaku sama sekali sampai dengan kurang dari 3 hari atau

Setelah selesai operasi pasien sebagai pengelolaan nyeri akut pasca

masih mengalami mual dan muntah operasi. Selain itu kebutuhan cairan

sehingga diberikan tambahan pasien harus tetap diperhatikan untuk

Ondancetron 0,1mg/kgBB, sehingga memenuhi kebutuhan cairan pasien pasca

dosisnya pada pasien BB: 50 kg, yaitu 0,1 operasi dalam sehari yaitu sebagai berikut

mgx 50 kg menjadi 5 mg IV sebagai 50 cc/KgBB/hari, 50 cc x 50 = 2500

antiemetik. cc/hari.

Pasien juga mengalami nyeri KESIMPULAN


pasca operasi dengan skala nyeri VAS 6 Pada kasus ini, pasien
terdiagnosa Abortus inkompletus. Pada

12
pasien ini dilakukan operasi kuretase, Infus RL+ Fentanyl 120mcg +
maka dokter anestesi memilih Metamizole Sodium 1gr drip infus
menggunakan jenis anestesi spinal (blok 20tpm. Hal ini bertujuan untuk
subaraknoid). Hal ini sesuai dengan mengurangi nyeri pasca operasi pada 24
indikasi anestesi blok subaraknoid yang jam pertama sampai dengan kurang dari 3
digunakan pada: bedah ekstremitas hari atau sebagai pengelolaan nyeri akut
bawah, bedah panggul, tindakan sekitar pasca operasi.
rektum perineum, bedah obstetrik-
Selain itu kebutuhan cairan pasien
ginekologi, bedah urologi, bedah
harus tetap diperhatikan untuk memenuhi
abdomen bawah, pada bedah abdomen
kebutuhan cairan pasien pasca operasi
atas dan bawah pediatrik biasanya
dalam sehari yaitu sebagai berikut 50
dikombinasikan dengan anesthesia umum
cc/KgBB/hari, 50 cc x 50 = 2500 cc/hari.
ringan. Pada pasien digunakan obat
anestesi golongan amide yaitu lidocain Secara umum pelaksanaan operasi
(hiperbarik). Berdasarkan teori lidocain dan penanganan anestesi berlangsung
lama kerjanya 1-2 jam, onset anestesinya dengan baik meskipun ada hal-hal yang
juga lebih cepat (5 menit). Pada pasien perlu mendapat perhatian.
digunakan lidocain 5% dengan dosis 75-
DAFTAR PUSTAKA
100mg untuk pembedahan abdomen
Kurdi MS. 2014 Ketamine:current
bagian bawah (1-2ml). applications in anesthesia. Diunduh
dari www.ncbi.nlm.nih.gov, 1
Setelah operasi pasien diberikan september 2019.
yang diberikan injeksi Ondancetron 6 mg WHO. Buku saku pelayanan kesehatan ibu
IV setelah pasien mengalami mual dan di fasilitas kesehatan daasar dan
rujukan. Jakarta: Kemenkes;2013.h.84-
muntah post operasi, serta mendapatkan, 7.
fentanyl 120mcg drip infus RL 20 tpm, Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk
injeksi Ketorolac 30 mg IV/8 jam karena praktis anestesiologi: anestetik lokal
dan anestesia regional. Edisi ke-2.
mengalami nyeri dengan skala nyeri VAS
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2002.
6. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH.
Mekanisme kerja obat anestesi lokal.
Pengelolaan nyeri pada pasien ini Dalam: Jurnal Anestesiologi
pada 24 jam pertama yaitu diberikan Indonesia. Bagian anestesiologi dan

13
terapi intensif FK UNDIP/RSUP
Dr.Kariadi. 2011; 3(1): 48-59.
Latief, S. A., Suraydi, K. A. & Dachlan, M.
R., 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. 2 ed. Jakarta: Bagian
Anestesi dan Terapi Inensif FK UI.
Handoko, Tony.Anestetik Umum. Dalam
:Farmakologi dan Terapi FKUI, edisi
ke- 4. Jakarta:Gaya baru. 1995.

14

Anda mungkin juga menyukai