Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI

“Emosi”

Oleh:

Tingkat: 1.C

DOSEN PEMBIMBING:

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan kasihNya, sehingga
akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DIRI” makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “PSIKOLOGI”. saya menyadari banyak kekurangan dan
hal-hal yang perlu ditambahkan pada tugas makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang
Maha Esa, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini dan besar harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan tentang pembahasan konsep diri ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama
kita amin.

Padang , 15 September 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PEMBUKAAN

A. Latar Belakang.........................................................................................3

B. Rumusan Masalah....................................................................................3

C.Tujuan.......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Emosi
B. Macam-macam emosi
C. Fungsi emosi
D. Komponen emosi
E. Teori emosi
F. Afek dan emosi
G. Jenis-jenis gangguan afek dan emosi
H. Sakit mental akibat gangguan

BAB III PENUTUP


BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang

Salah satu materi psikologi yang akrab sekali dengan kehidupan sehari-hari kita adalah munculnya
emosi, banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah sesuatu hal yang buruk, sesuatu
yang diidentikan dengan amarah.Namun pada kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah,
emosi juga bisa dalam hal kebaikan.Lalu dari mana emosi itu muncul, apakah timbul dari pikiran atau
dari tubuh, agaknya tak seorangpun dapat menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan itu
merupakan tindakan dahulu (tubuh), baru muncul emosi, ada yang mengemukakan emosi dulu(pikiran),
baru timbul tindakan.
Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang sudah dimiliki oleh
manusia sejak lahir. Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi psikologi tentang psikologi agar kita
dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri sehingga kita dapat mengendalikan dan mengembangkan
emosi kita dengan baik.
Pandangan umum tentang emosi adalah ketika seseorang mengalami suatu kejadian di
lingkungannya dan kejadian tersebutlah yang membentuk emosi dalam diri kita. Awalnya dari
lingkungan lalu tubuh bereaksi sebagai respon, berikutnya perubahan fisiologis ini memunculkan
emosi. Bukan sebaliknya, emosi memunculkan reaksi, emosi yang berbeda diasosiasikan dengan
keadaan identik psikofisiologis yang terjadi dalam tubuh, organ dalam tubuh tidaklah sangat sensitif.
Karena tidak selalu bisa memilah informasi yang berbeda ketika seseorang butuh pengalaman untuk
mendapatkan suatu emosi, contohnya rasa takut dan tegang. Perkembangan perubahan dalam tubuh
diasosiasikan dengan pembentukan emosi, jika tidak terjadi stimulus normal yang terbangkitkan,
individu takkan mengalami suatu emosi yang mekorespondasi reaksi fisik. Terkait dengan uraian
tersebut dalam kalah ini akan dibahas mengenai emosi khususnya tentang bentuk reaksi emosi dan
perkembangan emosi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud denganemosi?
2. Apa saja macam-macam dan ciri-ciriemosi?
3. Apa saja faktor penyebab emosi ?
4. Apa saja teori – teori emosi?
5. Apa saja komponen dan fungsi emosi?
6. Apa itu afek dan emosi?
7. Apa saja gangguan afek?
8. Apa saja sakit mental akibat afek?
9. Apa saja perubahan – perubahan pada tubuh saat terjadi emosi ?
C. Tujuan
1. Untukmengetahui apa yang dimaksut dengan emosi
2. Untuk mengetahui macam-macam emosi
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktaor yang menyebabkan emosi
4. Untuk mengetahui apa saja teori – teori tentang emosi
5. Untuk mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada tubuh saat terjadi emosi

A. Pengertian Emosi

Emosi dan motif merupakan perasaan yang mendasar, memiliki hubungan yang erat dan
keduanya dia alami individu. Emosi dapat mengarahkan prilaku individu, seperti halnya motif dasar
dan dapat menyertai prilaku termotivasi. Emosi dan motif memiliki perbedaan. Emosi dibangkitkan
oleh peristiwa eksternal, sedangkan motif dibangkitkan oelh peristiwa internal. Selanjutnya, emosi
dibangkitkan oleh beberapa stimulus, sedangkan motif dibangkitkan oleh stimulus yang spesifik.

Emosi, sebagai gejala kejiwaan, berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu
mngalami emosi, dalam diri individu tersebut akan terdapat perubahan-perubahan dalam
kejasmaniannya. Contohnya, individu yang mengalami ketakutan akan menampilkan beberapa gejala
kejasmanian, yaitu wajah pucat dan jantung berdebar-debar.

Selain berhubungan dengan gejala kejasmanian, status emosi yang kuat dapat mempengaruhi
perubahan fisiologis individu. Seseorang yang sedang marah atau ketakutan dapat memengarahui
debaran jantung, pernapasan, kelenjer keringat (meningkat), bulu kuduk (merinding), sekresi air liur
(meningkat), dan kadar gula darah (meningkat).

Definisi Emosi

a. Maramis (1999) mengungkapkan bahwa emosi adalah manifestasi perasaan atau efek keluar
yang disertai banyak komponen fisiologis, dan biasanya berlangsung tidak lama.

b. Walgito (1989) mengungkapkan bahwa emosi adalah suatu keadaan perasaan yang melampaui
batas sehingga dapat mengganggu hubungan seseorang dengan lingkungan sekitarnya,
misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan.

B. Macam-macam emosi inti


1. Marah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan.
2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian ditolak,
putus asa dan kalau menjadi patologis: depresi berat.
3. Rasa takut: cemas takut, gugup, khawatir, waswas, wasapada, kalau menjadi patologi:
fobia dan panik.
4. Bahagia/senang/kenikmatan: gembira, riang, puas, terhibur, banga, takjub, rasa
terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, senang sekali, patologi: maniak.
5. Cinta: penerimanaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasih, dan kasmaran.
6. Malu: rasa salah, malu hati, hina, dan aib.
7. Jijik: muak, mual, mau muntah, benci, tidak suka.
C. Fungsi Emosi
a. Sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia
untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguang atau rintangan.
Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat
menikmati dalam kebersamaan dengan manusia lain.
b. Sebagai pembangkit energi, emosi positif seperti cinta dan sayang memberikan pada kita
semangat bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Emosi negatif, seperti sedih dan
benci, membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah untuk
hidup.
c. Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang
berada di sekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita
dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut.
D. Faktor Penyebab Emosi
a. Faktor Internal

Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara
individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan
emosi yang mereka alami antara lain adalah:

1. Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan,
kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
2. Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang
tua mereka.
3. Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong, disayangi
dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
4. Merasa tidak mampu atau bodoh.
5. Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering
bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
6. Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil.
b. Faktor eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi negatif adalah berikut ini.

1. Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri
mereka dilecehkan.
2. Apabila dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan jenis.
3. Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan,
dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan mengekspresikannya
dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki guru, atau masuk geng dan
bertindak merusak (destruktif).
4. Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan
saudaranya yang lebih berprestasi dan lainnya.
5. Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
6. Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina

E. Komponen Emosi

Emosi memiliki beberapa komponen sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson,


Atkinson, Smith dan bem (1996). Komponen emosi tersebut terdiri dari respons atau reaksi tubuh
internal, keyakinan atau penilaian kognitif, ekspresi wajah dan reaksi terhadap emosi. Respons atau
reaksi tubuh internal terutama melibatkan sistem otomatik. Misalnya, apabila sedang marah, suara
individu menjadi tinggi dan gemetar.

Selanjutnya, keyakinan atau penilaian kognitif dapat terjadi pada keaadan yang positif atau
negatif. Misalnya, saya sangat gembira dapat diterima di Fakultas Kedokteran; saya sedih mengikuti
berbagai tes untuk masuk ke Perguruan Tinggi, namun tidak satu pun yang diterima. Sementara itu,
contoh ekspresi wajah adalah apabila merasa benci pada seseorang. Anda akan mengerutkan dahi atau
sedikit menutup kelopak mata. Terakhir, contoh reaksi terhadap emosi adalah marah-marah yang
berubah menjadi agresi atau gembira hingga meneteskan air mata.

F. Teori Emosi

Teori emosi ini bertujuan mannjawab pertanyaan hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.
Teori ini menegaskan apakah emosi menimbulkan gejala kejasmanian atau tidak. Menurut Walgito
(2001), teori emosi sebagai berikut:

a. Teori Sentral. Teori ini dikemukakan oleh Cannon (1927). Menurut teori ini, gejala
kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu. Misalnya, gejala kejasmanian
pada orang yang marah meliputi jantung berdebat, penapasan cepat, dan mata merah.
b. Teori perifer. Teori ini kemukakan oleh James-Lange (1894-1895) dalam Walgito (2001),
dan merupakan kebalikan teori sentral. Gejala kejasmanian bukan akibat dari emosi yang
dialami individu, namun emosilah yang merupakan akibat dari gejala kejasmanian. Menurut
teori ini, orang tidak menangis karena susah, namun ia susah karena menangis. Selanjutnya,
berdasarkan penelitaan Sherrington & Cannon (1927) dalam Atkinson, Atkinson , Smith dan
Beth (1996), dikatakan bahwa pada umumnya teori perifer tidak tepat dan menitikberatkan pada
hal-hal yang bersifat perifer, bukan bersifat sentral.

c. Teori kepribadian. Teori ini dikemukakan oleh Linchoten & Kouwer (1950). Teori ini
mengatakan bahwa emosi merupakan suatu akitivitas pribadi, ketika pribadi tidak dapat
dipisah-pisahkan, antara jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah.

G. Afek dan Emosi

Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa, tidak dapat dikontrol, dan dikuasai
oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmania, yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan
pernafasan yang dapat berfrekuensi cepat atau lemah. Sementara itu emosi adalah gejala kejiwaan
yang berhubungan dengan gejala kejasmanian.

Contoh:

Individu yang sedang marah dapat mengambil, melempar, dan membanting benda-benda yang
ada disekitarnya. Selain itu, wajah dapat menjadi merah, tekanan darah meningkat, dan tubuh
gemetar.

H. Jenis Gangguan Afek dan Emosi

Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian sehingga aspek lain yang terdapat pada
manusia (proses berfikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan tingkat
fungsi manusia itu pada suatu waktu. Jenis gangguan afek dan emosi adalah depresi atau melankolis
dan kecemasan (ansietas)

1. Depresi atau Melankolis

Depresi atau Melankolis memiliki ciri psikologis dan somatik.

Ciri Psikologis:

a) Sedih

b) Susah
c) Rasa tidak berguna

d) Gagal

e) Kehilangan

f) Tidak ada harapan

g) Putus asa

h) Penyesalan yang patalogis

Ciri Somatik:

a) Anoreksia

b) Konstipasi

c) Kulit lembab atau dingin

d) Rasa tidak aman

e) Takut

f) Cepat terkejut

Sementara itu ciri somatik meliputi palpitasi (debaran jantung yang cepat/keras), keringat dingin
pada telapak tangan, tekanan darah meningkat, dan peristaltik bertambah.

Kecemasan dapat berupa:

a. Kecemasan yang mengambang(free floating anxiety) yakni tidak ada hubungannya dengan
pikiran.

b. Agitasi yaitu kecemasanyang disertai kegelisahan motorik yang hebat.

c. Panik yaitu serangan kecemasan yang hebat dan disertai kegelisahan, kebingungan, serta
hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.

d. Kesepian yaitu merasa dirinya ditinggalkan.

e. Apatis yaitu berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal, yang disertai rasa terpencil
dan tidak peduli. Dan dapat diartikan juga sebagai keadaan menurunnya kesadaran.

f. Amarah yaitu kemurkaan atau permusuhan yang ditandai sifat agresif.


I. Sakit Mental Akibat Gangguan Emosi

Sakit mental akibat gangguan emosi biasanya terkait dengan neorosis, yaitu adanya kesalahan
peyesuaian diri secara emosional karena konflik tidak sadar yang tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Sakit mental karena gangguan emosi ini terdiri dari:

1) Neorosis cemas artinya kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu. Gejalanya dapat
berupa faktor somatik (nafas sesak, dada tertekan, kepala seperti mengambang, cepat capek,
keringat dingin, dan palpitasi) dan psikologis (perasaan waswas, khawatir, dan bicara cepat
terputus-putus).

2) Neorosis histeris artinya fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya:
kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, tuli, buta, dan twilight state.

3) Neorosis fobik artinya terdapat perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau keadaan,
yang tidak disadari individu sebagai ancaman.

4) Neorosis depresi artinya gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri
rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Neorosis depresi biasanya berakar
pada rasa bersalah yang tidak disadari. Gejalanya berupa somatik (perasaan tidak senang, tidak
bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan) dan psikologis (pendiam, sedih, pesimis, malas
bergaul, tidak mampu mengambil keputusan, cepat lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri).

J. Kecerdasan emosi

Suatu terobosan teori tentang emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman dalam bukunya The
Emotional Intelligence. Golemen melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah
berlangsung sejak 1970-1980-an termasuk yang dilakukan oleh Howard Gardener(tentang multiple
intelegence), Peter Salovey, dan Jhon Mayer.

Dalam bukunya, Golemen menyatakan tiga hal yang sangat penting sehingga teorinya bisa
dianggap sebagai terobosan. Yang pertama, emosi itu bukan bakat, melainkan bisa dibuat dilatih dan
dikembangkan, dipertahankan dan yang kurang baik dikurangi atau dibuang sama sekali. Kedua, emosi
itu bisa diukur seperti intelegensi. Hasil pengukurannya disebut EQ (emotional Quotient). Dengan
demikian, kita tetap dapat memonitor kondisi kecerdasan emosi kita. Ketiga, dan ini yang terpenting,
EQ memegang peranan lebih penting daripada IQ. Sudah terbukti banyak rang dengan IQ tinggi, yang
di masa lalu dunia psikologi dianggap sebagai jaminan keberhasilan seseorang, justru mengalami
kegagalan. Mereka kalah dari orang-orang dengan IQ rata-rata saja, tetapi memiliki EQ yang tinggi.
Menurut Goleman, sumbangan IQ dalam menentukan keberhasilan seseorang hana sekitar 20-30% saj,
selebihnya ditentukan oleh EQ yang tinggi.
Adapun orang yang dikatakan mempunyai EQ yang tinggi adalah jika ia memenuhi kriteria berikut,
yaitu sebagai berikut:

1. Mampu mengenali emosinya sendiri.


2. Mampu mengendalikan emosinya dengan situasi dan kondisi.
3. Mampu menggunakan emosinya untuk meningktakan motivasinya sendiri(bukan malah
membuat diri putus asa atau bersikap negatif pada orang lain).
4. Mampu berinteraksi positif dengan orang lain.

Daftar pustaka

https://yogacintaindonesia.wordpress.com/2014/02/19/makalah-emosi-psikologi-umum/

https://nurlathifah14.wordpress.com/2015/06/22/makalah-emosi/

Anda mungkin juga menyukai