Makalah Modul 3 Fix 1 1 151217030203 PDF
Makalah Modul 3 Fix 1 1 151217030203 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai masyarakat, baik
karena penyakit periodontal, maupun masalah-masalah yang lainnya. Kehilangan gigi
menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik, fonetik, maupun mastikasi
seseorang. Hal ini yang menyebabkan penggunaan gigitiruan merupakan hal yang sangat
penting. Dalam makalah ini, akan dibawakan modul tiga tentang Gigi Tiruan Penuh dan
reparasi gigi tiruan.
Kehilangan gigi bukan tidak mungkin terjadi pada semua gigi dalam satu rahang. Hal ini
menunjukkan bahwa, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tidak lagi di indikasikan untuk
pasien dengan keluhan seperti itu. Untuk itulah, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
lanjut mengenai penggunaan Gigi Tiruan Penuh.
Selain itu, pada scenario dua modul ini, ada dijelaskan mengenai pasien yang memiliki
keluhan bahwa gigi tiruannya longgar dan menimbulkan rasa nyaman. Hal ini
menunjukkan adanya permasalahan, bahkan setelah insersi gigi tiruan yang harus mampu
ditangani dokter.
Pada makalah ini dijelaskan bahwa seorang dokter gigi tidak hanya dituntut untuk
mengerti mengenai pemasangan gigi tiruan, tetapi juga harus mengerti tentang instruksi
pada pasien pasca insersi GT, reparasi apabila terjadi masalah pada gigi tiruan, dan
sebagainya.
Di makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang lebih lanjut tentang
gigi tiruan, khususnya gigi tiruan penuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menyebabkan pasien sering merasakan sakit pada uluhati dan bagaimana
pertimbangan prostodonsi nya?
2. Apa diagnose pada kasus?
3. Apakah rencana perawatan berdasarkan kasus pada scenario 1!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan penyakit ulu hati yang terjadi pada pasien dan masalah
prostodonsia.
2. Untuk mengetahui diagnose pada kasus yang ada di scenario.
3. Untuk mengetahui rencana perawatan pada kasus scenario 1.
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi perawatan pada kasus, kekurangan dan
kelebihan perawatan pada kasus.
5. Untuk mengetahui desain perawatan pada kasus.
6. Untuk mengetahui persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembuatan GT.
7. Untuk mengetahui retensi dan stabilitas pada gigi tiruan.
8. Untuk mengetahui prosedur mencetak anatomis dan fisiologis pada GTP.
PEMBAHASAN
2. Diagnosis
Pemeriksaan Subjektif
Anamnesis:
Pasien perempuan
Usia 49 tahun
Keluhan Utama:
Skenario 1 (Gigitiruan penuh)
• sulit mengunyah
• merasa minder dalam pergaulan
3. Rencana Perawatan
Kondisi sistemik, “sakit pada ulu hati”
Konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan
Gigi 35, 31 dan 44 mobile derajat 3
Rujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut sebab
gigi yang mobile derajat 3 sulit untuk dipertahannkan apalagi untuk dijadikan retensi
perawatan prostodontik. Setelah pencabutan di lakukan maka pada rahang bawah akan
menjadi edentulous totalis, dan diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
SKENARIO 2
Gigi tiruan longgar
Pada gigitiruan yang mengalami kelonggaran, kita bisa melakukan relining untuk fungsi
mengembalikan gigi tiruan.
Pada scenario 2, akan diberikan pembahasan mengenai reparasi pada gigi tiruan.
Dalam hal ini, ada indikasi dan kontra indikasi relining dan rebasing.
INDIKASI RELINE :
INDIKASI REBASE :
Under extended basis GT
Untuk membuat post dam
Terjadi resorpsi tulang alveolar yang local atau menyeluruh
INDIKASI REPARASI :
GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik.
Basis akrilik GT retak atau patah
Clasp GTS patah
Penambahan clasp GTSL
Penambahan anasir GT baru karena ada pencabutan gigi
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan terhadap pengungkitan
gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain:
Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau
hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigitiruan lawan atau gigi asli.
Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari
tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi
tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi,
dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke
permukaan poles.
Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot dan
tekanan fisik. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan
GTP. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTP, terutama GTP rahang atas:
1) Faktor fisis:
Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan
yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi
tiruan bawah.
Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat
fovea palatine.
2) Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara
basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari
adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.
3) Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).Retensi gigi
tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi olehbasis gigi tiruan.
4) Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagaipegangan
terutama pada rahang atas.
Prosedur mencetak:
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Instruksi pada pasien
Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan control pasien
hipersensitif
Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang kanan pasien,
kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi siku operator, dan kalau
rahang bawah operator berada sebelah kanan depan pasien, mulut pasien setinggi antara
bahu dan siku operator
Try in sendok cetak ke mulut pasien
Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan mengkilat)
Masukkan bahan ke sendok cetak
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien
Mengisi daerah undercut
Sentering
Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah
Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan mengalir secara
merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior
tonjol mesio-bukal
KUNJUNGAN VI
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan
pengamatan pada :
Oklusinya
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak ada
gangguan
KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dandiperhatikan
retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada pasien mengeni
pemeliharaan dan penggunaan protesa.
KUNJUNGAN VIII
Setelah pemasangan GTP selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu
diperhatikan pada saat kontrol adalah:
a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak,ditanyakan apakah ada
gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah adarasa sakit.
15.Reparasi
Reparasi gigi tiruan terdiri atas:
a. Relining/pelapisan kembali
Melapik (relining) suatu gigi tiruan adalah menempatka bahan baru pada permukaan
basis gigi tiruan tanpa mengambil bahan basis gigi tiruan dalam jumlah yang berarti.
b. Rebasing/Penggantian basis
Pada kasus, dilakukan relining untuk memperbaiki gigi tiruan yang longgar.
Berbagai daerah ceruk pada permukaan dalam basis gigi tiruan diambil dan dibuat
cetakan pada bagian dalam gigi tiruan. Untuk ini digunakan bahan cetak fungsional, yang
didiamkan di dalam mulut selama satu atau dua hari; atau cetakan dibuat dengan
menggunakan compound cetak (tracing stick) dan pasta cetak. Sejumlah bahan pelapik
dapat digunakan langsung di dalam mulut. Bahan-bahan ini tidak membutuhkan
pekerjaan laboratorium selain pemolesan atau pengasahan tepi-tepinya, tetapi sebagian
besar dari bahan ini memburuk atau berubah warna setelah beberapa bulan, dan biasanya
kurang memuaskan dibandingkan dengan bahan-bahan yang diproses di laboratorium.
Teknik Mencetak
Langkah Pertama :
a. Terlepas dari macam bahan cetak yang digunakan , langkah pertama pada setiap pelapikan
adalah mempersiapkan gigi tiruan agar mudah dilepas dari model.
b. Sayap gigi tiruan yang terlalu panjang dikurangi, dan daerah ceruk diambil dari permukaan
basis gigi tiruan tanpa mengurangi kelebihan sayap secara berlebihan.
c. Kemudian bentuk tepid an postdam gigi tiruan disesuaikan dengan menggunakan kompoun
batang hingga retensinya baik.
d. Setelah memperbaiki bentuk perifer, dibuat sebuah lubang dengan diameter 3 mm di
lengkung langit-langit gigi tiruan, dan setelah dikeringkan ditempatkan selapis tipis pasta
cetak pada seluruh permukaan basis. Gigi tiruan dimasukkan ke dalam mulut sambil ditekan
kuat-kuat sampai bahan cetak mengeras.
e. Bila kedua gigi tiruan harus dilapik, cetakan rahang bawah dibuat lebih dahulu. Bahan cetak
akan membuat gigi tiruan bawah stabil sementara cetakan rahang atas dibuat.
f. Waktu mencetak rahang bawah, gigi tiruan bawah ditahan dengan jari kita di region
premolar, dan pasien diminta untuk mengangkat dan menjulurkan lidahnya sehingga ujung
lidah menyentuh bibir atas, dan punggung lidah menyentuh palatum saat mulut dalam
keadaan setengah tertutup. Hendaknya lidah tidak diberi kesempatan untuk melakukan
gerakan-gerakan, karena gerakan-gerakan ini akan menimbulkan lipatan-lipatan pada bahan
cetak di lingualis.
g.Gigi tiruan atas dipasang dengan menekannya kuat-kuat ke atas dan ke belakang.
h.Pasien diminta untuk menekuk lidahnya kebelakang sambil mengatupkan gigi pada relasi
sentrik sampai gigi tiruan menduduki tempatnya. Perhatikan benar-benar agar pasien tidak
memajukan rahang bawahnya, karena hal ini dapat mendorong gigi tiruan atas ke depan dan
gigi tiruan bawah ke belakang, dan menghasilkan oklusi yang salah.
i. Bila sudah puas bahwa oklusi sudah benar, sebaiknya gigitiruan atas di tahan di tengah-
tengah palatum dengan jari daripada percaya pada kemampuan pasien untuk
mempertahankan hubungan kedua rahang dalam relasi sentrik.
Bila gigitiruan akan diganti basisnya, sebaiknya digunakan cara yang tidak langsung.
Pada cara tidak langsung, sendok cetak digunakan untuk membuat cetakan, dan gigi tiruannya
dipasang pada model, yang kemudian dipasang pada articulator. Kemungkinan kesalahan disini
sudah tentu lebih besar, tetapi kesalahan-kesalahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan
bahan-bahan cetak fungsional pada permukaan dalam gigi tiruan selama satu atau dua hari
sebelum menggunakan cara yang tidak langsung. Gigi tiruan akan ditempatkan pada model
dengan lebih tepat.
Bila basis kedua gigi tiruan akan diganti, kesalahan dapat diperkecil lagi dengan membuat
catatan lilin di antara gigi atas dan bawah setelah pembuatan cetakan. Bila dimensi vertical perlu
dinaikkan, tanda untuk bidang median dan bidang oklusal dapat diberikan pada catatan lilin.
Setelah model dibuat, bagian palatum dan sayap gigi tiruan dikurangi atau dibuang agar gigi
Akrilik berbentuk tapal kuda dengan gigi-gigi diatasnya ditempelkan dengan lilin pada model
sehingga titik mesio-insisal dan bidang oklusal berimpit dengan cetakan lilin. Lilin kemudian
digunakan untuk membentuk basis gigi tiruan atas yang baru. Kemudian gigi tiruan bawah yang
sudah dikurangi dioklusikan dengan yang atas, dan basisnya disselesaikan seperti pada rahang
atas. Gigi tiruan kemudian dicobakan di dalam mulut untuk memeriksa oklusinya sebelum
diproses.
Pasien harus diingatkan bahwa keadaan fisik, mental dan oralnya bersifat sangat
pribadi, sehingga mereka tidak dapat memperbandingkan kemajuan yang dicapainya
degan gigi tiruannya yang baru dengan pengalaman orang lain.
Pasien harus mengerti bahwa penampilannya dengan gigi tiruan baru secara
berangsur-angsur akan menjadi lebih alami (wajar). Saat pertama kali gigitiruan
dipasang, ia akan merasa aneh dan terasa seolah-olah mulutnya penuh, dan pipi serta
biibirnya terasa membengkak. Hal ini akan seccara bertahap membaik setelah pasien
kehilangan ketegangan dan lebih percaya diri.
Belajar mengunyah secara memuaskan dengan gigi tiruan baru biasanya memerlukan
paling sedikit 6-8 minggu. Pasien akan menjadi bosan kecuali jika mereka menyadari
bahwa periode belajar ini harus dijalani. Pasien dapat diberitahu bahwa “otot-otot ini
harus mempelajari apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan.”
Tulang alveolar tidak diciptakan untuk menerima beban kunyah yang ditimbulkan
oleh gigi tiruan lengkap. Karena itu pasien, khususnya jika kesehatan umumnya
agak terganggu, mungkin akan mengalami iritasi pada jaringan atau rasa tidak
enak pada mukosa mulutnya, pasien disarankan untuk melepas gigi tiruannya dan
mengistirahatkan mulutnya untuk sementara waktu untuk menghindari semakin
memburuknya jaringan yang teriritasi. Namun, pasien disarankan untuk
menggunakan beberapa jam sebelum berangkat ke klinik, sehingga titik-titik yang
menimbulkan sakit dapat terlihat dengan jelas,dan perbaikan dapat dilakukan
secara tepat. Yakinkan pasien bahwa hanya dokter gigilah yang bisa memperbaiki
gigitiruan yang rusak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbaikan sendiri oleh
pasien tersebut.
Pasien juga disarankan untuk melepas gigitiruan pada malam hari agar jaringan
pendukung dapat beristirahat dari tekanan yang jatuh pada tulang alveolar.
Bubungan alveolar dapat rusak karena pemakaian lem adhesive gigi tiruan dan
bahan pelapis yang dipasang sendiri.
Sebaiknya dokter juga menyiapkan instruksi tertulis atau bahan penyluhan formal
yang lain untuk pasien.
18.Prognosis Perawatan
Prognosis adalah suatu perdiksi terhadap kemungkinan keberhasilan
dalam suatu perawatan yang dibuat berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis penyakit
dan faktor-faktor resikonya. Prognosis ditentukan sesudah diagnosis ditetapkan dan sebelum
perawatan dilakukan. Dalam menentukan prognosis, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, antaralain:
a. Faktor klinis, seperti usia pasien, keparahan penyakit dan kerja sama pasien.
b. Faktor sistemik, seperti penyakit diabetes dan faktor genetik.
c. Faktor lokal seperti oral hygiene, faktor anantomis dan faktor prostetik.
Menurut M.M. House (1937), prognosis perawatan di tentukan oleh karakter pasien :
Indifferent Mind
o Cuek terhadap penampilan dan mastikasinya.
o Tidak mau merepotkan diri terhadap pemasangan protesa.
o PROGNOSIS : Buruk, kecuali jika penerangan dan instruksi berhasil
dengan baik.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa akibat yang timbul dalam RM pada pasien yang memakai
GTP yang kurang memadai.
Iritasi Mukosa
Iritasi pada “ridge” bisa disebabkan oleh beberapa factor, misalnya vertical dimensi yang
berlebihan, free way space yang hilang, bisa pula oleh relasi horizontal yang tidak benar pada
protesa rahang atas dan rahang bawah yang bisa menyebabkan protesa tidak stabil, oleh kontak
premature dalam oklusi sentrik, atau karena penyusunan gigi posterior di luar dukungan tulang.
Semua kemungkinan ini harus diperiksa bila pasien mengeluhkan rasa sakit pada “ridge”nya.
Kesimpulan :
Dari pembahasan yang sudah disampaikan di atas, kita bisa menarik beberapa kesimpulan yang
berdasarkan pembahasan.
1. Keluhan: Rasa sakit pada uluhati :Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan
pengunyahan dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizi seseorang. Efisiensi
pengunyahan sangat dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga mulut.
Kemampuan penurunan fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di
dalam tubuh.
2. Diagnosis
Kondisi sistemik: Pencernaan terganggu “Maag”
Kondisi dental: Edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah et causa ekstraksi
3. Rencana Perawatan
Kondisi sistemik, “sakit pada ulu hati”
Konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan
Gigi 35, 31 dan 44 mobile derajat 3
Rujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut sebab
gigi yang mobile derajat 3 sulit untuk dipertahannkan apalagi untuk dijadikan retensi
perawatan prostodontik. Setelah pencabutan di lakukan maka pada rahang bawah akan
menjadi edentulous totalis, dan diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
Tonjolan pada ridge regio anterior RA
Perawatan flabby mukosa sebelum pembuatan gigi tiruan mutlak diperlukan agar
dihasilkan fungsi yang baik ketika pasien menggunakan gigi tiruan. Manajemen pada
kondisi ini masih sesuatu yang kontroversial, pendapat yang ada terbagi atas dua. Pendapat
pertama dengan tindakan bedah, yaitu membuang jaringan fibrous linggir flabby yang sangat
ekstrim dan daerah ridge yang bergerak saja secara hati-hati pada setiap kasus, dimana
kondisi kesehatan pasien juga harus diperhatikan. Mengurangi linggir yang atrofi dengan
SKENARIO 2
Gigi tiruan longgar
Pada gigitiruan yang mengalami kelonggaran, kita bisa melakukan relining untuk fungsi
mengembalikan gigi tiruan.
INDIKASI REBASE :
Under extended basis GT
Untuk membuat post dam
Terjadi resorpsi tulang alveolar yang local atau menyeluruh
INDIKASI REPARASI :
GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik.
Basis akrilik GT retak atau patah
Clasp GTS patah
Penambahan clasp GTSL
Penambahan anasir GT baru karena ada pencabutan gigi
Kelebihan dan KekuranganGigitiruan Penuh berdasarkan material yang digunakan
“Akrilik”
Kelebihan
Warna menyerupai gigi
tonjol mesio-bukal
Pada cara tidak langsung, sendok cetak digunakan untuk membuat cetakan, dan gigi
tiruannya dipasang pada model, yang kemudian dipasang pada articulator.
Kemungkinan kesalahan disini sudah tentu lebih besar, tetapi kesalahan-kesalahan ini
dapat dikurangi dengan menggunakan bahan-bahan cetak fungsional pada permukaan
dalam gigi tiruan selama satu atau dua hari sebelum menggunakan cara yang tidak
langsung. Gigi tiruan akan ditempatkan pada model dengan lebih tepat.