Anda di halaman 1dari 22

ANGGARAN LABA

I. Pengertian
Secara umum tujuan didirikannya setiap perusahaan adala untuk menghasilkan laba.
Untuk dapat menghasilkan laba usaha setiap perusahaan harus memiliki produk yang dapat
dijual kepada masyarakat. Produk perusahaan adalah segala sesuatu yang menjadi sumber
penapatan perusahaan. Produk tersebut dapat berupa barang atau jasa.
Karena laba merupakan tujuan umum keberadaan setiap perusahaan, maka laba usaha
adalah elemen penting yang menggerakan seluruh aktivitas produktif di dalam suatu
perusahaan. Kebutuhan untuk menghasilkan laba usha tersebut menjadi faktor penggerak
utama seluruh aktivitas ekonomi yang dilakukan setiap perusahaan. Mulai dari menentukan
produk yang akan dihasilkan perusahaan, mencari dan mengumpulkan sumber daya yang
diperlukan hingga menggerakan dan mengarahkan setiap dumber daya yang dimiliki tersebut
untuk mencapai tujuan umum perusahaan. Jadi anggaran laba adalah jumlah laba yang inign
diperoleh peruashaan melalui berbagai aktivitas operasional yang mencakup kegiatan
produksi dan penjualan di dalam satu periode tertentu.

II. Metode
Secara umum, terdapat tiga metode yang dapat digunakan di dalam menyusun anaran
laba suatu perusahaan:
1. Metode a posteriori
Adalah metode penyusunan anggaran laba diman ajumlah laba ditetapkan sesudah proses
perencanaan (planning) secara keseluruhan, termasuk penyusunan angaran operasional.
Metode ini menggunakan anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan anggaran
operasional.
2. Metode a priori
Adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditentukan terlebih dahulu
pada awal proses perencanaan (planning) secara keseluruhan. Bedasarkan jumlah laba
yang telah ditentukan tersebut, perusahaan membuat anggaran komprehensif. Metode ini
menggunakan anggaran laba sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional.
3. Metode Pragmatis
Adalah metode penyusunan anggaran laba, dimana jumlah laba yang direncanakan
ditetapkan bedasarkan suatu standar tertentu yang telah teruji secara empiris dan
didukung oleh pengalaman. Dengan menggunakan suatu tingkat taget laba yang
diperoleh dari pengalaman, pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen
menetapkan standar laba relatif yang dianggap memadai bagi perusahaannya.

III. Format Dasar

Anggaran laba sebenarnya merupakan gabungan dari anggaran pendapatan dan anggaran
biaya. Anggaran laba merupakan rangkuman dari keseluruhan anggaran pendapatan dan
anggaran biaya.
Dalam proses penyusunan anggaran laba, perlu di lihat lagi tentang susunan dan struktur
biaya serta jenis persediaan didalam perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur
memiliki struktur biaya dan jenis dan jenis persediaan seperti terlihat berikut ini:
A. Biaya Produksi
1. Biaya Bahan Baku Langsung
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead
Gabungan dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik membentuk biaya produksi. Itu berarti biaya produksi adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk
yang siap dijual
B. Biaya Operasional/Komersial
1. Biaya Pemasaran
2. Biaya Administrasi dan Umum

C. Persediaan
Jenis persediaan yang dimiliki perusahaan manufaktur terdiri dari 3 jenis persediaan,
yaitu:
1. Persediaan Bahan Baku
2. Persediaan Barang dalam Proses
3. Persediaan Barang Jadi

Setelah mengetahui dan memahami klasifikasi biaya di dalam perusahaan manufaktur,


langkah berikutnya adalah melihat hubungan antara setiap jenis biaya, persediaan dan
penjualan. Hubungan antara ketiganya membentuk format dasar anggaran laba. Format
anggaran laba tersebut adalah format dasar dan paling sederhana dari anggaran laba.

Format Dasar Anggaran Laba


Penjualan Rp. ...................
Biaya bahan baku Rp. ...................
Biaya tenaga kerja Rp. ...................
Biaya overhead Rp. ...................
Biaya Produksi Rp. ..................
Persediaan awal barang jadi Rp. ..................
Persediaan total barang jadi Rp. ..................
Persediaan akhir barang jadi (Rp. ..................)
Harga pokok penjualan (Rp. ...................)
Laba kotor Rp. ...................
Biaya operasional (Rp. ...................)
Laba usaha sebelum pajak (EBT) Rp. ...................

Format dasar dari anggaran laba tersebut tetap menjadi dasar untuk memahami hubungan
antara anggaran penjualan, biaya produksi dan biaya operasional serta laba usaha.

Format Anggaran Laba Lengkap


• Penjualan Rp. ............
• Harga Pokok Penjualan
+ Persediaan bahan baku awal Rp. ............
+ Persediaan bahan baku Rp. ............
+ Persediaan total bahan baku Rp. ............
+ Persediaan bahan baku akhir (Rp. ...........)
- Biaya bahan baku langsung Rp. ............
- Biaya tenaga kerja langsung Rp. ............
- Biaya pabrikase lain
+ Biaya bahan penolong Rp. ............
+ Biaya tenaga kerja penolong Rp. ............
+ Biaya lain-lain Rp. ............ Rp. ............
- Biaya pabrikase total Rp. ............
+ Persediaan barang dalam proses, awal Rp. ............
+ Persediaan barang dalam proses, total Rp. ............
+ Persediaan barang dalam proses, akhir (Rp. ...........)
- Harga Pokok Produksi Rp. ............
+ Persediaan barang jadi, awal Rp. ............
+ Persediaan barang jadi, total Rp. ............
+ Persediaan barang jadi, akhir (Rp. ...........)
• Harga Pokok Penjualan (Rp. ...........)
• Laba Kotor Rp. ............
• Biaya Operasional:
- Biaya Pemasaran Rp. ............
- Biaya Administrasi & umum Rp. ............
- Biaya Operasional Total (Rp. ...........)
• Laba usaha sebelum pajak Rp. ............

Dalam menyusun anggaran maupun laporan rugi laba, perusahaan manufaktur memiliki
perbedaan dengan perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Untuk menghitung anggaran laba
di dalam perusahaan manufaktur, peruashaan harus mengetahui besarnya anggaran penjualan,
anggaran biaya produksi dan anggaran biaya komersial. Untuk mengetahui anggaran biaya
produksi, harus dihitung terlebih dahulu besarnya anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya
tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead.

1. METODE A POSTERIORI
Adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba di tetapkan sesudah
proses perencanaan (planning) secara keseluruhan, termasuk penyusunan anggaran
operasional. Anggaran laba merupakan bagian dari keseluruhan perencanaan itu sendiri.
Laba usaha akan diketahui dengan sendirinya setelah anggaran operasional disusun
perusahaan. Metode ini menggunakan anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan
anggaran operasional.

Ilustrasi 1:
PT. Rakindo sebuah perusahaan rak buku pada akhir 2016, perusahaan ini menyusun
anggaran operasional untuk tahun 2017. dari anggaran operasional yang telah disusun,
dapat diringkas beberapa hal penting sebagai berikut:
Perusahaan merencanakan menjual sebanyak 5.300 unit rak dengan harga Rp. 300.000
per unit, biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp. 776.500.000, biaya tenaga kerja
langsung dianggarkan Rp. 152.000.000, & biaya overhead dianggarkan Rp. 148.000.000.
Sedangkan untuk biaya operasional dianggarkan Rp. 198.000.000 untuk biaya pemasaran
& administrasi & umum Rp. 70.500.000. Pada akhir tahun 2017 diperkirakan nilai
persediaan yg ada sebesar Rp. 125.000.000 dan pada awal tahun 2017 nilai persediaan
diperkirakan sebesar Rp. 73.500.000

Jawab:
Biaya produksi sebesar Rp. 1.076.500.000 merupakan gabungan B. Bahan baku, B. TK,
B.Overhead.
(B.Produksi tsb + nilai persediaan barang jadi pada awal tahun) – nilai persediaan pada
akhir tahun = Harga pokok penjualan (HPP)
(Rp. 1.076.500.000 + Rp. 73.500.000) – Rp 125.000.000 = Rp. 1.025.000.000
Dari nilai penjualan – HPP = Laba kotor
Rp. 1.590.000.000 – Rp.1.025.000.000 = Rp. 565.000.000
Laba kotor – Biaya operasional = Laba usaha dianggarakan
Rp. 565.000.000 – Rp. 268.500.000 = Rp. 296.500.000

Anggaran Laba Tahun 2017


• Penjualan 1.590.000.000
• Harga Pokok Penjualan
Biaya Bahan Baku Langsung 776.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 152.000.000
Biaya Overhead 148.000.000
- Biaya produksi 1.076.500.000
- Persediaan awal barang jadi 73.500.000
- Persediaan total barang jadi 1.150.000.000
- Persediaan akhir barang jadi (125.000.000)
- Harga Pokok Penjualan (1.025.000.000)
• Laba Kotor 565.000.000
- Biaya Komersial/operasional (268.500.000)
• Laba Usaha Sebelum Pajak 296.500.000

Data yang disajikan tersebut adalah data ringkas, jika rincian data yang lebihlengkap
disajikan dalam bentuk berikut ini:

Anggaran Parsial Jumlah Anggaran Parsial Jumlah


B. Iklan 42.000.000 B. Peny gedung pmsrn 24.000.000
Gaji Wiraniaga 12.000.000 B. Peny gedung kntr admn 30.000.000
Gaji karyawan admntrsi 18.000.000 B. Peny kend pmsrn 20.000.000
B. tenaga kerja lsg 152.000.000 B. Peny kend admn 15.000.000
B. Overhead 148.000.000 Penjualan 1.590.000.000
Komis Wiraniaga 28.000.000 Biaya Bunga 15.000.000
B. Angkut penjualan 34.000.000 Pers. Brg jadi, 1/1/17 73.500.000
Pembelian b. baku 906.500.000 Pers. Brg jadi. 31/12/17 125.000.000
B. Daya & jasa kntr admn 12.500.000 Pers. Bhn baku, 1/1/17 220.000.000
B. Daya & jasa kntr pmsrn 18.000.000 Pers. Bhn baku, 31/12/17 350.000.000

Bedasarkan data diatas, maka penyusunan angaran laba sebagai berikut:


Diketahui persediaan bahan baku awal tahun 2010 Rp. 220.000.000 & Pembelian bahan
baku yg dianggarkan Rp. 906.500.000, sedangkan persediaan bahan baku akhir tahun Rp.
350.000.000
B. Bhn bku = (220.000.000 + 906.000.000) - 350.000.000
= Rp. 776.500.000
B.Prod = B. Bhn bku + B.T.kerja + B. Overhead
= 776.500.000 +152.000.000 + 148.000.000 = Rp.1.076.500.000
HPP = (B.Prod + Pers.awl brg jdi) - Pers.akhr brg jdi
= (73.500.000+73.500.000) - 125.000.000 = Rp. 1.025.000.000
Laba Kotor = Penjualan – HPP = (1.590.000.000 - 1.025.000.000)
= Rp. 565.000.000
Laba usaha = Laba kotor – total biaya operasional
= 565.000.000 – 268.500.000
= Rp. 296.500.000

• Penjualan 1.590.000.000
• Harga Pokok Penjualan
- Persediaan bhn baku, 1/1/17 (awal) 220.000.000
- Pembelian 906.500.000
- Persedian bahan total 1.126.500.000
- Persedian bahan baku, 31/12/17 (akhir) (350.000.000)
> Biaya bahan baku 776.500.000
> Biaya tenaga kerja langsung 152.000.000
> Biaya overhead 148.000.000
= Biaya Produksi 1.076.500.000
- Persediaan brg jadi, 1/1/17 (awal)
73.500.000
- Persediaan brg jadi total 1.150.000.000
- Persediaan brg jadi 31/12/17 (akhir) (125.000.000)
= Harga Pokok Penjualan (1.025.000.000)
• Laba Kotor 565.000.000
• Biaya Operasional
> Biaya Pemasaran 42.000.000
- Biaya iklan 12.000.000
- Gaji wiraniaga 28.000.000
- Komisi wiraniaga 34.000.000
- Biaya angkut penjualan 18.000.000
- Biaya peny gedung 24.000.000
- Biaya peny kendaraan 20.000.000
= Biaya Pemasaran Total (178.000.000)
> Biaya admn & umum
- Gaji pegawai 18.000.000
- Biaya listrik, air & telepon 12.500.000
- Biaya peny. Gedung 30.000.000
- Biaya peny. Kendaraan 15.000.000
- Biaya bunga 15.000.000
= Biaya admn & umum total 90.500.000 (90.500.000)
• Laba Usaha 296.500.000

Ilustrasi 2
PT. Scluptor sebuah perusahaan sepatu berlokasi di Jakarta yang menghasilkan 3 jenis
sepatu dengan kode A1, A2, dan A3. ketiga sepatu tersebut menggunakan bahanbaku
yang sama yaitu kain, plastik, dan karet. Akhir tahun 2016 perusahaan telah menyusun
anggaran untuk tahun 2017 sbb:

Anggaran Penjualan

Produk Volume Harga Jumlah

A1 20.000 35.000 700.000.000


A2 40.000 32.000 1.280.000.000
A3 60.000 30.000 1.800.000.000
Total 3.780.000.000

Anggaran Produksi
Volume Persediaan Volume
Produk
Penjualan 1/1/2010 31/12/2010 Produksi
A1 20.000 2.000 3.500 21.500
A2 40.000 4.000 6.000 42.000
A3 60.000 7.000 6.000 59.000
Anggaran Bahan Baku
A1 A2 A3
Jumlah
Bahan Per Per Per
Produksi Produksi Produksi Produksi
Unit Unit Unit
Kain 0,5 10.750 0,5 21.000 0,5 29.500 61.250

Plastik 0,4 8.600 0,5 21.000 0,6 35.400 65.000

Karet 0,7 15.050 0,8 33.600 0,9 53.100 101.750

Anggaran Pembelian Bahan


Persediaan bahan
Kebutuhan Pembelian
Bahan baku Jumlah
Produksi
1/1/2010 31/12/2010 Volume Harga
Kain 61.250 2.250 6.000 65.000 2.000 130.000.000

Plastik 65.000 5.000 8.000 68.000 3.000 204.000.000

Karet 101.750 9.000 7.250 100.000 4.000 400.000.000


Total 734.000.000

Anggaran Tenaga Kerja


Jem Kerja
Produk Tarif per jam kerja Nilai
Per unit Total
A1 4 86.000 1.000 86.000.000

A2 3 126.000 1.000 126.000.000

A3 2 118.000 1.000 118.000.000

Total 330.000.000

Anggaran Overhead
Jem Kerja
Produk Tarif per jam kerja Nilai
Per unit Total
A1 4 86.000 600 51.600.000

A2 3 126.000 600 75.600.000

A3 2 118.000 600 70.800.000

Total 198.000.000
Anggaran Biaya komersial
Jumlah
Jenis Biaya
Parsial Total
Iklan 64.000.000
Gaji & komisi Wiraniaga 124.000.000
Angkut penjualan 48.000.000
Total Biaya Pemasaran 236.000.000
Gaji direksi 120.000.000
Gaji pegawai admin 60.000.000
Listrik, air, telpon 36.000.000
Penyusutan 25.000.000
Total Biaya Administrasi & Umum 241.000.000
Total Biaya 477.000.000

Jawab:
1. Menentukan nilai persediaan awal dan akhir bahan baku yang dianggarkan.
Jmlh persediaan awal bahan baku dikali harga per meter bahan
Kain : 2.250 m x Rp. 2.000 = 4.500.000
Untuk bahan baku yg lain dan persediaan akhir bahan baku dihitung dengan
perhitungan yg sama

Nilai persediaan awal bahan baku yang dianggarkan


Bahan Volume Hraga Nilai
kain 2.250 2.000 4.500.000
Plastik 5.000 3.000 15.000.000
Karet 9.000 4.000 36.000.000
55.500.000

Nilai persediaan akhir bahan baku yang dianggarkan


Bahan Volume Hraga Nilai
kain 6.000 2.000 12.000.000
Plastik 8.000 3.000 24.000.000
Karet 7.250 4.000 29.000.000
65.000.000

2. Menentukan biaya bahan baku per unit produk dari anggaran kebutuhan bahan baku
dan anggaran pembelian bahan.
Biaya bahan per unit produk
Kain Plastik Karet
Biaya
Produk Per Per Per
Harga Biaya Harga Biaya Harga Biaya lain
unit unit unit
A1 0,5 2.000 1.000 0,4 3.000 1.200 0,7 4.000 2.800 5.000
A2 0,5 2.000 1.000 0,5 3.000 1.500 0,8 4.000 3.200 5.700
A3 0,5 2.000 1.000 0,6 3.000 1.800 0,9 4.000 3.600 6.400

3. Menyusun biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang dibutuhkan untuk setiap unit
produk yang dihasilkan
Biaya Tenga Kerja per Unit Produk Biaya overhead per Unit Produk

Tarif Biaya Tarif


Jam Jam Biaya
Produk per tenaga Produk per
Kerja Kerja overhead
jam kerja jam
A1 4 1.000 4.000 A1 4 1.000 4.000
A2 3 1.000 3.000 A2 3 1.000 3.000
A3 2 1.000 2.000 A3 2 1.000 2.000

4. Menghitung biaya produksi dari ketiga produk tersebut dengan menjulmlahkan ketiga
jenis biaya tersebut
Biaya produksi per unit produk
Jenis biaya Biaya
Produk
Bahan baku Tenaga Kerja Overhead produksi
A1 5.000 4.000 4.000 11.400
A2 5.700 3.000 3.000 10.5000
A3 6.400 2.000 2.000 9.600

5. Menghitung nilai persediaan awal dan persediaan akhir dari barang jadi pada periode
tersebut
Persediaan barang jadi, awal dan akhir periode
Persediaan
Produk keterangan
Awal Akhir
Biaya 11.400 11.400
A1 Volume 2.000 3.500
Nilai 22.800.000 39.900.000
Biaya 10.500 10.500
A2 Volume 4.000 6.000
Nilai 42.000.000 63.000.000
Biaya 9.600 9.600
A3 Volume 7.000 6.000
Nilai 67.200.000 57.600.000
Total 132.000.000 160.500.000
6. Menyusun anggaran laba
Anggaran penjualan yang telah disusun sebesar Rp. 2.789.000.000. Data persediaan
awal dan akhir bahan baku masing-masing Rp. 55.500.000 dan Rp. 65.000.000,
sedangkan persediaan awal barang jadi pada awal dan akhir masing-masing sebesar
Rp. 132.000.000 dan Rp. 160.500.000. maka dapat disusun anggaran laba sbb:

Anggaran Laba
Penjualan 2.780.000.000
Persediaan bahan baku awal 55.500.000
Pembelian bahan baku 734.000.000
Persediaan bahan baku total 789.500.000
Persediaan bahan baku akhir (65.000.000)
Biaya bahan baku 724.500.000
Biaya tenaga kerja 330.000.000
Biaya overhead 198.000.000
Biaya Produksi 1.252.500.000
Persediaan awal barang jadi 132.000.000
Persediaan total barang jadi 1.384.500.000
Persediaan akhir barang jadi (160.500.000)
Harga pokok penjualan (1.224.000.000)
Laba kotor 1.556.000.000
Biaya operasional (477.000.000)
Laba usaha sebelum pajak (EBT) 1.079.000.000

2. METODE A PRIORI
Metode a priori adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba
ditentukan pada awal tahap proses perencanaan secara keseluruhan. Bedasarkan jumlah
laba yang telah ditentukan tersebut, perusahaanmembuat anggaran komprehensif. Pada
dasarnya komponen dari anggaran laba adalah anggaran penjualan dan anggaran biaya,
maka untuk mengubah anggaran laba agar sesuai dengan laba yang ditargetkan,
perusahaan memiliki beberapa pilihan dan semuanya terkait dengan kedua komponen
anggaran tersebut. Yaitu:
1. Mengubah anggaran penjualan
Anggaran penjualan terdiri dari dua elemen utama, yaitu volume penjualan dan
harga jual per unit produk. Untuk mengubah anggaran penjualan, maka kedua elemen
tersebut dapat diubah salah satunya atau kedua sekaligus.
2. Mengubah anggaran biaya
Biaya pada dasarnya perusahaan menyusun anggaran biaya, mulai anggaran biaya
bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overheat dan
anggaran biaya operasional, perusahaan sudah berusaha menekan biaya seefisien
mingkin. Anggaran biaya bahan baku dipengaruhi oleh dua elemen utama, yaitu
kebutuhan bahan per unit produk dan harga beli per unit bahan baku.
3. Mengubah anggaran penjualan dan anggaran biaya sekaligus
Perubahan volume penjualan akan berpengaruh langsung terhadap volume produksi.
Jika volume produksi berubah, maka biaya produksi total akan berubah, dan biaya
produksi per unit juga dapat berubah.

Ilustrasi 3
PT. Rakindo pada akhir tahun 2016 ingin menyusun anggaran operasional untuk tahun
2017. Dari anggaran operasional yg telah disusun dapat diringkas sbb:
Perusahaan berencana menjual sebanyak 5.300 unit rak dgn hrga jual Rp. 300.000 per
unit, sehingga nilai penjualan sianggarkan sebesar Rp. 1.590.000.000. biaya bahan baku
dianggarkan Rp. 776.500.000, biaya tenaga kerja langsung dianggarkan Rp. 152.000.000
dan biaya overhead Rp. 148.000.000. sedangkan untuk biaya administrasi & umum Rp.
90.500.000. biaya pemasaran Rp. 198.000.000
Pada akhir tahun 2017 diperkirakan nilai persediaan sebesar Rp. 125.000.000 dan pada
awal tahun 2017 nilai persediaan diperkirakan sebesar RP. 73.500.000
Jika perusahaan menyusun anggaran laba denganmenggunakan metode a posteriori akan
menghasilkan laba sebesar Rp. 296.500.000

Jawab:
Jika perusahaan perusahaan menyusun anggaran laba untuk tahun 2017 dengan
menggunakan metode a posteriori maka akan menghasilkan laba sebesar Rp.
296.500.000. seperti berikut ini:
• Penjualan 1.590.000.000
• Harga Pokok Penjualan
Biaya Bahan Baku Langsung 776.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 152.000.000
Biaya Overhead 148.000.000
- Biaya produksi 1.076.500.000
- Persediaan awal barang jadi 73.500.000
- Persediaan total barang jadi 1.150.000.000
- Persediaan akhir barang jadi (125.000.000)
- Harga Pokok Penjualan (1.025.000.000)
• Laba Kotor 565.000.000
- Biaya Komersial/operasional (268.500.000)
• Laba Usaha Sebelum Pajak 296.500.000

Jika dengan mengunakan metode a priori dimana perusahaan menetapkan laba diawal
yaitu sebesar Rp. 400.000.000, maka komponen di dalam anggaran laba tersebut harus
dirubah supaya laba yang ditargetkan tercapai. Jika seandainya seluruh biaya sudah
mencapai tingkat yang efisien, maka pilihannya adalah merubah harga jual per unit
produk. Seperti terlihat dalam tabel berikut:

Keterangan Anggaran Lama Angaran Baru


Penjualan 1.590.000.000 ?
HPP (1.025.000.000) (1.025.000.000)
Biaya Operasional (268.500.000) (268.500.000)
Laba Usaha 296.500.000 400.000.000

Untuk emmperoleh nilai penjualan yang baru dengan target laba sebesar Rp.
400.000.000.

Nilai Penjualan = 1.025.000.000 + 268.500.000 + 400.000.000


= Rp. 1.693.500.000

Dengan nilai penjualan yang dianggarkan sebesar Rp. 1.693.500.000 dan jumlah produk
yang dijual sebesar 5.300 unit. Maka harga jual produk yang baru adalah sebesar :
= Rp. 1.693.500.000 / 5.300 unit
= Rp. 319.528,3 dibulatkan Rp. 320.000
Kenaikan sebesar Rp. 20.000 diangap tidak berpengaruh negatif terhadap permintaan
konsumen. Bedsarkan pertimbangan tersebut maka nilai penjualan yang baru adalh
sebesar:
Nilai penjualan = Rp. 320.000 x 5.300 unit
= RP. 1.696.000.000
Maka anggaran laba dapat dibuat sbb

Anggaran Laba
• Penjualan 1.696.000.000
• Harga Pokok Penjualan
Biaya Bahan Baku Langsung 776.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 152.000.000
Biaya Overhead 148.000.000
- Biaya produksi 1.076.500.000
- Persediaan awal barang jadi 73.500.000
- Persediaan total barang jadi 1.150.000.000
- Persediaan akhir barang jadi (125.000.000)
- Harga Pokok Penjualan (1.025.000.000)
• Laba Kotor 671.000.000
- Biaya Komersial/operasional (268.500.000)
• Laba Usaha Sebelum Pajak 402.500.000

Laba usaha yang dihasilkan sebesar Rp. 402.500.000, berarti target laba yang ditetapkan
diawal Rp. 400.000.000 telah tercapai

4. Alternatif Lain
Jika perusahaan menyusun anggaran laba dengan metode a priori, dimana laba telah di
tentukan terlebih dahulu dan anggaran operasional belum di susun. Maka metode untuk
menentukan volume penjualan dan nilai penjualan, dimana jumlah laba yang di inginkan
di tentukan terlebih dahulu adalah dengan serangkaian langkah berikut:
1. Menentukan laba yang di inginkan perusahaan
2. Membuat proyeksi biaya tetap total yang di perlukan untuk menghasilkan produk
dalam kapasitas produksi perusahaan
3. Membuat proyeksi biaya variable per unit produk
4. Menghitung volume penjualan untuk mencapai jumlah laba yang telah di tetapkan,
dengan formula berikut:
Ilustrasi 4:
Sebuah perusahaan meja untuk periode tahun 2017, perusahaan memasang target laba
sebesar RP. 1.000.000.000. kapasitas produksi perusahaan ini dlam satu tahun sebesar
1.200 unit meja.
Untuk menghasilkan produk dengna volume tersebut, biaya tetap yang dikeluarkan
terdiri dari:
- Biaya overhead tetap Rp. 160.000.000
- Biaya pemasaran tetap sebesar Rp. 55.000.000
- Biaya administrasi & umum sebesar Rp. 145.000.000
Sedangkan biaya variabel yg dibutuhkan utk setiap produk terdiri dari:
- Biaya bahanbaku sebesar Rp. 550.000
- Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 200.000
- Biaya overhead variable Rp. 100.000
- Biaya pemasaran variabel sebesar Rp. 50.000
Tahun 2016 perusahaan menjual produknya dengan harga Rp. 2.500.000 & tahun 2017
tidak berencana menaikan harga jualnya. Perusahaan menargetkan laba sebesar Rp.
100.000.000

Jawab:
Terget laba perusahaan Rp. 100.000.000 dengan harga jual Rp. 2.500.000, maka:

= Rp. 2.125.000.000
Untuk memperoleh laba sebesar yang telah ditargetkan, harus dihitung dengan membagi
nilai penjualan tersebut dengan harga jual setiap unit produk:
Volume penjualan = Nilai penjualan / Harga jual unit produk
= 2.125.000.000 / 2.500.000
= 850 unit
Dengan rincian sbb:
Penjualan = 2.500.000 x 850 unit
= Rp. 2.125.000.000
Biaya bahan baku = 550.000 x 850 unit
= Rp. 467.500.000
Biaya tenaga kerja = 200.000 x 850 unit
= Rp. 170.000.000
Biaya overhead = Biaya OH tetap x Biaya OH variabel
= 60.000.000 + (850 unit x 100.000)
= Rp. 245.000.000
Biaya pemasaran = Pemasaran tetap + Pemasaran Variabel
= 55.000.000 + (850 x 50.000)
= Rp. 97.500.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000

Anggaran Laba
• Penjualan 2.125.000.000
• Harga Pokok Penjualan
Biaya Bahan Baku Langsung 467.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 170.000.000
Biaya Overhead 245.000.000
- Biaya produksi 882.500.000
- Persediaan awal barang jadi -
- Persediaan total barang jadi 882.500.000
- Persediaan akhir barang jadi -
• Harga Pokok Penjualan (882.500.000)
• Laba Kotor 1.242.500.000
- Biaya Operasional
Biaya Pemasaran 97.500.000
Biaya administrasi & umum 145.000.000
(242.500.000)
• Laba Usaha Dianggarkan 1.000.000.000
3. METODE PRAGMATIS
Metode pragmatis adalah metode penyusun anggaran laba, dimana jumlah laba yang
direncanakan di tetapkan bedasarkan suatu standar tertentu yang telah teruji secara empiris
dan di dukung oleh pengalaman. Dengan menggunakan suatu tingkat target laba yang di
peroleh dari pengalaman, pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen menetapkan
standar laba relative yang di anggap memandai bagi perusahaannya.
Menyusun anggaran laba dengan motode pragmatis dapat dimulai dengan menetapkan
laba yang ingin di raih terlebih dahulu, dan kemudian diikuti dengan menyusun anggaran
operasional, atau dimulai dengan menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu dan di ikuti
anggaran operasional lainnya, yang akan berujung pada anggaran laba. Titik tolak
penyusunan anggaran di dasarkan pada pengalaman, perbanding atau atau suatu standar
tertentu yang di anggap layak bagi perusahaan
Jika titik tolak anggaran laba dengan dengan metode a posteriori dimulai dengan volume
penjualan yang disusul dengan anggaran operasional lainnya maka metode pragmatis
memiliki kesamaan dengan metode a posteriori. Jika titik tolak anggaran laba dengan metode
a priori dimaulai dengan laba yang ditergetkan lebih dulu maka metode pragmatis ini
memiliki kesamaan dengan metode a priori.
Metode pragmatis menetapkan laba yang ditargetkan untuk dicapai bedasarkan
pengalaman masa sebelumnya, atau dari laba rata-rata industri.
Metode aposteriori dan a priori digunakan perusahaan yang baru berdiri sehingga tidak
memiliki pengalaman empiris dan data historis, atau digunakan oleh perusahaan yang sudah
lama berdiri tetapi tidak memiliki data historis atau tidak mau mempergunakan data historis
yang dimiliki.

Ilustrasi 5:
Dalam kasus sebelumnya, dimana kapasitas produksi perusahaan ini dlam satu tahun sebesar
1.200 unit meja.
Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut, biaya tetap yang dikeluarkan terdiri
dari:
- Biaya overhead tetap Rp. 160.000.000
- Biaya pemasaran tetap sebesar Rp. 55.000.000
- Biaya administrasi & umum sebesar Rp. 145.000.000
Sedangkan biaya variabel yg dibutuhkan utk setiap produk terdiri dari:
- Biaya bahanbaku sebesar Rp. 550.000
- Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 200.000
- Biaya overhead variable Rp. 100.000
- Biaya pemasaran variabel sebesar Rp. 50.000
Tahun 2016 perusahaan menjual produknya dengan harga sebesar Rp. 2.500.000 per unit.
Dan tahun 2017 tidak merencanakan kenaikan harga jual produknya. Dan perolehan laba
usaha tahun2 sebelumnya adalah sbb:

Vol
Tahun Laba Usaha
Penjualan
2012 507 548.000.000
2013 596 762.000.000
2014 642 795.000.000
2015 705 875.000.000
2016 785 940.000.000

Jawab:

1. Jika perusahaan ingin menggunakan volume penjualan sebagai titik awal penyusunan
anggaran, dan dengan menggunakan metode least square untuk menetapkan volume
penjualan tahun 2017, maka akan menghasilkan volume penjualan sebagi berikut:

Volume
Tahun Tahun ke Xi Xi . Yi Xi2
penjualan
2012 0 507 -2 -1.014 4
2013 1 596 -1 -596 1
2014 2 642 0 0 0
2015 3 705 1 705 1
2016 4 785 2 1.570 4
Total 3.235 665 10

y = a + bx
a = ∑y / n b = ∑x.y / ∑x2
a = 3.235 / 5 b = 665 / 10
= 647 = 66,5
x=3
Penjualan tahun 2017 :
= 647 + 66,5 (3)
= 846,5 = 847 unit

Dengan rincian sbb:


Penjualan = Rp. 2.500.000 x 847 unit
= Rp. 2.117.500.000
Biaya bahan baku = Rp. 550.000 x 847 unit
= Rp. 465.850.000
Biaya tenaga kerja = Rp. 200.000 x 847 unit
= Rp. 169.400.000
Biaya overhead = BO tetap + Biaya OH Variabel
= Rp. 160.000 000 + (847 unit x 100.000)
= Rp. 244.700.000
Biaya pemasaran = B. Pmsrn tetap + B. Pmsrn var
= Rp. 55.000.000 + (50.000 x 847 unit)
= Rp. 97.350.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000

Anggaran Laba

Penjualan 2.117.500.000
Harga Bahan Baku 465.850.000
Biaya tenaga kerja langsung 169.400.000
Biaya overhead 244.700.000
- Biaya produksi 879.950.000
- Persediaan awal barang jadi 0
- Persediaan total barang jadi 879.950.000
- Persediaan akhir barang jadi 0
Harga Pokok Penjualan (879.950.000)
Laba Kotor 1.237.550.000
Biaya Operasional
- Biaya Pemasaran 97.350.000
- Biaya Administrasi & umum 145.000.000
(242.350.000)
Laba Usaha Dianggarkan 995.200.000
2. Jika perusahaan ingin menggunakan Jumlah perolehan laba sebagai titik awal
penyusunan anggaran, dan dengan menggunakan metode least square untuk menetapkan
volume penjualan tahun 2017, maka akan menghasilkan volume penjualan sebagi berikut

Tahun
Tahun Laba Usaha Xi Xi . Yi Xi2
ke
2012 0 548.000.000 -2 (1.096.000.000) 4
2013 1 762.000.000 -1 (762.000.000) 1
2014 2 795.000.000 0 0 0
2015 3 875.000.000 1 875.000.000 1
2016 4 940.000.000 2 1.880.000.000 4
Total 3.920.000.000 897.000.000 10

y = a + bx
a = ∑y / n b = ∑x.y / ∑x2
a = 3.920.000.000 / 5 b = 665 / 10
= 784.000.000 = 89.700.000
x=3
target laba 2017 :
= 784.000.000 + 89.700.000 (3)
= Rp. 1.053.100.000

Untuk memperoleh laba usaha sebesar Rp. 1.053.100.000 tersebut, perusahaan harus
melakukan penjualan sebesar

Nilai penjualan = 360.000.000 + 1.053.100.000


1– 900.000
2.500.000

Nilai penjualan = Rp. 2.207.968.750


Angka Rp. 2.207.968.750 merupakan nilai penjualan agar perusahaan memperoleh laba
sebesar Rp. 1.053.100.000. untuk mengetahui vol penjualan agar peruashaan
memperoleh laba usaha tersebut, harus dihitung dengan membagi nilai penjualan tersebut
dengan harga jual tiap unit.

Volume penjualan = Nilai penjualan / Harga jual unit produk


= Rp. 2.207.968.750 / 2.500.000
= 884 unit

Dengan rincian sbb:


Penjualan = Rp. 2.500.000 x 884 unit
= Rp. 2.210.000.000
Biaya bahan baku = Rp. 550.000 x 884 unit
= Rp. 169.400.000
Biaya tenaga kerja = Rp. 200.000 x 884 unit
= 486.200.000
Biaya overhead = BO tetap + Biaya OH Variabel
= Rp. 160.000 000 + (884 unit x 100.000)
= Rp. 176.800.000
Biaya pemasaran = B. Pmsrn tetap + B. Pmsrn var
= Rp. 55.000.000 + (50.000 x 884 unit)
= Rp. 99.200.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000
Anggaran Laba
Penjualan 2.210.000.000
Harga Bahan Baku 486.200.000
Biaya tenaga kerja langsung 176.800.000
Biaya overhead 248.400.000
- Biaya produksi 911.400.000
- Persediaan awal barang jadi 0
- Persediaan total barang jadi 911.400.000
- Persediaan akhir barang jadi 0
Harga Pokok Penjualan (911.400.000)
Laba Kotor 1.298.600.000
Biaya Operasional
- Biaya Pemasaran 99.200.000
- Biaya Administrasi & umum 145.000.000
(244.200.000)
Laba Usaha Dianggarkan 1.054.400.000

Anda mungkin juga menyukai