Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting
untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang
sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga
membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada
puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai
yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati
beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi. Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi, karena para akuntan membuat asumsi
mengenai bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan
menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan
kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.

Berdasarkan pengalaman, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu


pemahaman yang lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun
harus diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan
manusia yang tidak terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi
terkadang dapat menjadi meragukan. Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan
dilakukan atas dasar sudut pandang hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi
mereka yang lebih luas terhadap efektivitas organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat
menimbulkan pembatasan yang tidak diinginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat
menjadi tujuan akhir itu sendiri jika semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi
yang lebih luas. Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan
dalam mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi
tanggung jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung

1
jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam
organisasi, masing-masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu
memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.Akuntansi
keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan,
mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan.

Dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga
dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien.
Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan
system akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu
riset ilmiah yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini
menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan mempunyai kaitan
dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia.

Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan


akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu social, sedangkan akuntansi
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Namun
ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan
psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi. Akuntansi keperilakuan,
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi,
mencerminkan dimensi social dan budaya manusia dalam suatu organisasi.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang


mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi yang mempelajari
hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah
system akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang uas yang meliputi system
pengendalian, system penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain
organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian
kinerja serta serta pelaporan keuangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek,
gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek
yang mengarah pada reaksi seseorang. Ketiga komponen sikap: pengertian (cognition),
pengaruh (affect), dan perilaku (behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga
komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial
antara sikap dan perilaku.

 Komponen Sikap
Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri
atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap.
Komponen emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah
pada objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan
bereaksi terhadap objek/sikap.

 Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif
ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu
seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru.
Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang
memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan
pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan
kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani
fungsi nilai ekspresi.

3
 Sikap dan Konsistensi
Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan
perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan
sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka
sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

 Formasi Sikap dan Perubahan


Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu
objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap
baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan
karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental
mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan
pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangka
maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu yang
mengarah pada gambaran hidup baru.

2.2 Teori

Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan


yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

 Teori Pertimbangan Sosial


Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai
bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan
dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat
menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang
menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat
mengubah ancaman.

4
 Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam
ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan
adalah suatu variasi dari teori konsistensi.

 Teori Disonansi Kognitif


Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori
ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti
adanya suatu inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi
disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi
itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu,
dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu
kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.

 Teori Persepsi Diri


Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap
berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku
mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan
perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap
yang konsisten dengan perilaku.

 Teori Motivasi dan Aplikasinya


Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk
berbuat sesuatu.

 Teori Motivasi Awal


Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini
adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori
ini bersifat awal karena:
1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer
berkembang, dan

5
2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk
menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.

 Teori Kebutuhan dan Kepuasan


Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-
masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi
perilaku mereka.Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis (physiologis needs), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa
lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
2) Kebutuhan akan keamanan (safety needs), yaitu akan kebutuhan keselamatan
dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
3) Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan
kepuasan dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan
kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa
kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan akan status
atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu kebutuhan
pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan
apa yang paling sesuai dengan dirinya.

 Teori Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori
McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam
kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang
dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga karakreristik dari orang
yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
1) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi
atas suatu permasalahan.
2) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan
tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.

6
3) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan
yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas
pelaksanaan tugasnya.

 Teori Motivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di
bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah
factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan
perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini
meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan,
keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan
pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.

 Teori Keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori
keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
individu adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.

 Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan akan
manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi
(existence needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan
akan pertumbuhan (growth needs).

 Teori Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman.
Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini
adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh
seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori
harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy), instrumen-
instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan
hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi,

7
serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu.

 Teori penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :
1) Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang
dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi,
dan sebagainya.
2) Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan
dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari
perilaku yang ditimbulkan.
3) Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan
(misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka
semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.

 Teori Penetapan Tujuan


Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah
bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.

 Teori Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha,
dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar
seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.

 Teori Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum
mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen
bersikap menolak usaha dan risiko.

8
 Pendekatan Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan
bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan
ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan
bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan
karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.

2.3 Persepsi
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan
peristiwa, objek, serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa
hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu
proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi presepsi dalam situasi yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), dan
keadaan sosial.

 Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu


Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti
pegelihatan dan sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an,
kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar
orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi
dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat factor lain
yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan,
arti penting dan emosi.

 Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan


Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak
aktifitas organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang
mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian
mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga
karyawan mrasa tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para

9
penyelia perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu
dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber
penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah
ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu
yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya
peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

 Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain


Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang
lain, hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari
penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara berlainan,bergantung pada makna
apa yang dihubungkan ke suatu prilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini
menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang individu, orang
tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor
berikut:
1) Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu
memperlihatkan prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
2) Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa
bereaksi dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat
akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang
sama ke tempat kerja juga terlambat.
3) Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang
tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila
seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan
dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus
yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).

10
2.4 Nilai

Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan
akhir dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan
dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.

 Arti Penting Nilai


Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai
meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai
memengaruhi sikap manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang
dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak
seharusnya.

 Nilai dan Dilema Etika


Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah
kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya
menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat
kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih
baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan
Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan
menjadi gempar. Ihksan menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan
mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan
yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di
dalamnya.

2.5 Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran
terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi
dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran
sosial.

11
 Pengondisian Keadaan Klasik
Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses
pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan
menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa yang lain netral,
rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi yang kemudian
meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.

 Pengondisian Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari
konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela
atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang
dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

 Pembelajaran Sosial
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari
pengondisian operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu
fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi
pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam
belajar.

2.6 Kepribadian

Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah


memprediksikan perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas
dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng
pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa
yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk
pemahamaan atau kepribadian.

12
 Penentu Kepribadian
Kepribadian seorang dewasa umumnya dianggap terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
1) Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang
terletak dalam kromosom.
2) Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian
adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-
norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social,
serta pengaruh lain yang dialmi.
3) Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan
konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada bab ini kita telah menelaah mengenai beberapa bidang utama dari konsep-
konsep yang ada pada wilayah psikologi dan psikologi psikologi social. Juga telah dijelaskan
konsep-konsep utama yang terdapat di dalamnya, di mana sikap, perunahan sikap, motivasi,
presepsi, pembelajaran, dan kepribadian dibicarakan. Kemudian, dilihat bagaimana hal
tersebut diterapkan terhadap system secara teoretis pada akuntansi keperilakuan, kemudian
membandingkan perilaku-perilaku lain dalam organisasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta. Salemba Empat. 2017

15

Anda mungkin juga menyukai