Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

IPA MASA DEPAN


MIND MAP, RINGKASAN, DAN PERTANYAAN
MAKALAH BIOSENSOR MENDETEKSI KANKER PAYUDARA

OLEH :
I GUSTI AYU KARLA KOMALA DEWI
NIM: 1923071005

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2019
1
2
RINGKASAN BIOSENSOR UNTUK MENDETEKSI KANKER PAYUDARA

Menurut Ratners & Ratners (2003), biosensors adalah sensor untuk penyakit biologis
termasuk protein, obat-obatan, dan bahkan virus spesifik. Biosensor yang dibuat dari polimer
dan enzim konduksi dapat digunakan di berbagai bidang, seperti dalam diagnosis medis dan
analisis makanan untuk mendeteksi glukosa, fruktosa, laktat, urea, kolesterol, asam askorbat,
dan lain-lain. Biosensor memiliki fungsi untuk mendeteksi atau memonitor kondisi hal seperti
mengukur tingkat keasaman (pH), kontrol polusi, mendeteksi dan mengukur kadar mikroba
atau zat kimia berbahaya, mengontrol kualitas makanan (mendeteksi kontaminasi mikroba,
menentukan kesegaran, analisis lemak, protein, dan karbohidrat), penentuan parameter kualitas
pada susu, mendeteksi dan mengukur kadar glukosa, kolesterol, tekanan darah, flu, diagnosis
untuk obat, metabolit, enzim, vitamin; penyakit infeksi dan alergi, serta studi efisiensi obat.
Penyakit kanker penyakit berat dan bersifat kronis yang ditandai dengan pertumbuhan sel
tubuh tidak normal, berkembang cepat, menyebar, dan menekan organ atau saraf sekitar.
Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan deoxyribose nucleic acid
(DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa
mutasi dapat mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut diakibatkan
agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen.
Sel-sel kanker sebenarnya dibentuk dari sel normal melalui proses transformasi terdiri dari
dua tahap yaitu tahap iniasi dan promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis
sel yang memancing sel menjadi ganas. Pada tahap promosi, sel menjadi ganas disebabkan
gabungan antara sel yang peka dengan karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan
tubuh berusaha merusak sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker.
Jenis-jenis kanker antara lain karsinoma duktal, karsinoma bular, kanker invasive, dan
karsinoma in situ. Beberapa metode untuk mendiagnosa kanker payudara, diantaranya: 1)
SADARI, 2)USG payudara, 3) Termografi, 4) Inframerah dekat, 5) CT-scan, 6) Tumor marker,
7) Biopsi, Mamografi.
Dalam dunia kedokteran dilakukan berbagai penelitian untuk memudahkan dalam
mendeteksi kanker . Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mohanty dkk (2011)
tentang penggunaan Field Effect Transistor (FET) Nanosensor untuk mendiagnosa kanker.
Konfigurasi biosensor, FET terdiri dari saluran nanowire antara terminal sumber dan saluran
pembuangan. Permukaan nanowire dapat difungsikan secara bio sehingga peristiwa pengikatan
biomolekuler dapat menciptakan medan listrik, serupa dengan medan listrik kontrol yang
diterapkan pada FET konvensional. Biosensor FET disesuaikan untuk pengukuran biomolekul
yang berinteraksi dengan permukaan sensor. Permukaan biosensor FET dimodifikasi untuk
secara selektif mengenali analit spesifik.
Selain FET, terdapat beberapa teknologi masa depan yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kanker, seperti Deteksi Kanker Payudara Menggunakan Biosensor Resonansi
Berbasis Permukaan Plasmon, dan Pengembangan biosensor elektrokimia untuk deteksi kanker
payudara menggunakan injeksi partikel 15 mg antibodi dan antigen emas nanopartikel.
Teknik masa kini yang digunakan untuk mengobati kanker payudara, antara lain
masketomi radikal modifikasi – mrm (metode operasi), rekonstruksi payudara, intervensi,
cryousurgery, penanaman biji partikel, dan imunoterapi.

3
Pertanyaan dan Jawaban Biosenseor Untuk Mendeteksi Kanker

1. Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker
berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang seharusnya dapat dicegah. Sebutkan
faktor yang termasuk perilaku dan pola makan!
Jawaban:
Faktor risiko kanker yang terdiri dari faktor risiko perilaku dan pola makan, di antaranya
adalah:
Indeks massa tubuh tinggi;
Kurang konsumsi buah dan sayur;
Kurang aktivitas fisik;
Penggunaan rokok;
Konsumsi alkohol berlebihan.

2. Kanker tidak mengenal siapapun dan negara manapun, entah itu negara
berpenghasilan rendahenengah maupun negara berpenghasian tinggi. Sebutkan
penyebab kanker di masing-masing negara tersebut, dan faktor resiko terbesar
penyebab kanker di kedua negara tersebut.
Jawaban:
Merokok merupakan faktor risiko terbesar penyebab kematian akibat kanker di dunia,
negara berpenghasilan rendah-menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada
penduduk di negara berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya
konsumsi buah dan sayur, serta infeksi virus human papilloma (HPV) menyebabkan lebih
banyak kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan
tinggi. Namun, merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko
yang lebih dominan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi.

3. Sebutkan alasan mengapa deteksi dini sangat penting dalam proses mengetahui
kanker?
Jawaban:
Alasan pentingnya Deteksi Dini Kanker adalah
Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, tetapi
juga meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Selain itu, alasan lainnya adalah:
a. Insidens dan prevalensi cukup tinggi di masyarakat;
b. Perkembangan penyakit cukup lama;
c. Ada teknik pemeriksaan yang sensitif dan spesifik;
d. Ada cara pengobatan yang efektif;
e. Pemeriksaan tidak invasif.

4. Sebutkan minimal 4 biosensor yang mampu mendeteksi kanker, terutama kanker


payudara!
Jawaban:
a. Penanda HER2 Protein Berbasis Sistem Sensor
b. Biosensor elektrokimia untuk deteksi kanker payudara menggunakan interaksi antara
injeksi nanopartikel emas CA 15-3 antibodi dan antigen

4
c. Deteksi Kanker Payudara Menggunakan Biosensor Resonansi Berbasis Permukaan
Plasmon
d. Field Effect Transistor (FET) Nanosensor

5. Sensitivitas sensor berbasis SPR yang luar biasa membuka kemungkinan untuk
memfasilitasi deteksi kanker payudara dini dan pengobatan penyakit ini.
Penggunaan sensor SPR untuk pengujian klinis kanker payudara mungkin cepat dan
fleksibel, memungkinkan analisis multi-target otomatis, dan menurunkan biaya.
Namun ternyata, SPR baru sebatas ujicoba di laboratorium. Mengapa SPR masih
sebatas ujicoba di Laboratorium?
Jawaban:
Meskipun SPR immunosensors memiliki kapasitas untuk menggantikan metode
konvensional dalam penentuan penanda kanker payudara dengan cara sederhana, masih
ada beberapa tantangan yang berkaitan dengan pencapaian skrining yang andal. Masalah
utamanya adalah membawa perangkat SPR ke personil non-laboratorium tanpa
mengorbankan akurasi dan kehandalan.
Perhatian lain berkaitan dengan kesulitan variabilitas kualitas pada kontrol chip, dan
portabilitas, atau analisis di tempat pada perangkat. Sampai sekarang, SPR immunosensors
untuk kanker payudara hanya terbatas pada penelitian laboratorium. Oleh karena itu, selain
perbaikan teknis lebih lanjut, standarisasi perangkat SPR, dan pelatihan orang awam harus
memenuhi persyaratan dalam protokol analisis yang diterima.

Referensi :

R.L. Siegel, K.D. Miller, A. Jemal, Cancer statistics, 2016, A Cancer Journal for Clinicians 66
(2016) 7-30.
S. Tsutsui, S. Ohno, S. Murakami, Y. Hachitanda, S. Oda, Prognostic value of cerbB2 expression
in breast cancer, J. Surg. Oncol. 79 (2002) 216-223.
J.S. Ross, J.A. Fletcher, The HER-2/neu Oncogene in Breast Cancer: Prognostic Factor, Predictive
Factor, and Target for Therapy, Oncologist 3 (1998) 237-252.

Anda mungkin juga menyukai