Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gout Arthritis adalah penyakit metabolik atau inflamasi sendi yang

paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penimbunan kristal

monosodium urat monohidrat di jaringan atau akibat adanya supersaturasi

asam urat didalam cairan ekstraseluler (Roddy and Doherty, 2010). Secara

umum, Gout menyerang lutut, tumit dan jempol kaki. Sendi yang diserang

tampak bengkak, merah, panas dan terasa nyeri di kulit (Sukarmin, 2015). Gout

Arthritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun,

sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah

menopause (Sutanto, 2013).


Penyakit Gout Arthritis atau dikenal dengan asam urat terjadi terutama

pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan

presentase asam urat mulai didapati setelah memasuki masa menopause.

Gout Arthritis merupakan penyakit metabolik karena asam urat menumpuk

dalam jaringan tubuh, yang kemudian menjadi urine. Hal ini diakibatkan oleh

karena meningkatnya kadar asam urat dalam darah (Hiperuresemia) dan

mempunyai ciri khas berupa episode Gout Arthritis akut dan kronis

(Schumacher dan Chen, 2014)


Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8

negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil presentase 43% oleh India, lalu

beberapa negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 35%, Perancis 29,5% dan khususnya Indonesia 40,8. Menurut hasil

1
2

Riskesdas tahun 2018 di Sulawesi Utara sekitar 7,3% penduduk Sulawesi

Utara menderita penyakit Gout Arthritis. Minahasa sebesar 29,2% (Pratiwi VF,

2013). Pada tahun 2009, Bali mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar

18,2% (Kumalasari, 2009). Diperkirakan 75% penderita Gout Arthritis nantinya

akan mengalami kecacatan yang diakibatkan oleh kerusakan pada tulang dan

gangguan persendian (Junaidi, 2013).


Penanganan atau solusi pada pasien Gout Arthritis yaitu dengan

memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Selain memberikan edukasi

dapat juga diberikan terapi farmakologis dan non farmakologis. Tindakan

pemberian terapi farmakologis dengan pengaturan diet, istirahat yang cukup

dan pengobatan asam urat bertujuan menghilangkan keluhan nyeri dengan

obat-obatan (Aru,2010). Tindakan non farmakologis untuk penderita Gout

Arthritis adalah kompres hangat (Mellynda, 2016).


Alasan peneliti hanya memfokuskan pada terapi non farmakologis yaitu

kompres hangat karena terapi kompres hangat merupakan cara untuk

menghilangkan atau menurunkan rasa nyeri yaitu secara non farmakologis

yaitu memberikan rasa hangat, memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi atau membebaskan rasa nyeri, dan mengurangi terjadinya spasme

otot dengan menggunakan air panas bersuhu (37-40oC) atau air hangat

(Hidayat, 2015). Penelitian Wahyu Ningsih (2013), menghasilkan kesimpulan,

setelah dilakukan kompres hangat, lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada

penderita Gout Arthritis (Mellynda, 2016).


Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita

Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon”.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
3

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusakan ada masalah

pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada penderita Gout

Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon.


1.2.2 Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana penurunan nyeri sebelum dilakukan kompres hangat pada

penderita Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon ?


2. Bagaimana penurunan nyeri sesudah dilakukan kompres hangat pada

penderita Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon ?


3. Apakah ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada

penderita Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon ?


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan

nyeri Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penurunan nyeri sebelum dilakukan kompres hangat

pada penderita Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon.


2. Mengidentifikasi penurunan nyeri sesudah dilakukan kompres hangat

pada penderita Gout Arthritis di RSU GMIM Bethesda Tomohon.


3. Menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah dilakukannya kompres

hangat terhadap penurunan nyeri pada penderita Gout Arthritis di RSU

GMIM Bethesda Tomohon.


1.4 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan adanya

pengaruh dari pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri

pada penderita Gout Arthritis.


2. Bagi Penderita Gout Arthritis
Bermanfaat sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang penyakit Gout Arthritis dan perawatan jika ada

anggota keluarga ada yang menderita penyakit Gout Arthritis.


3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta sikap dalam

memberikan penanganan pada pasien yang menderita penyakit Gout


4

Arthritis untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah

terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai