Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Gout Arthritis

2.1.1 Pengertian Gout Arthritis

Gout Arthritis adalah suatu proses inflamasi yang terjadi

karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi

(tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk

sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan

meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia)

(Misnadianty, 2010).

Gout Arthritis adalah penyakit metabolik atau inflamasi

sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya

penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di jaringan

atau akibat adanya supersaturasi asam urat didalam cairan

ekstraseluler (Roddy and Doherty, 2010). Secara umum, Gout

menyerang lutut, tumit dan jempol kaki. Sendi yang diserang

tampak bengkak, merah, panas dan terasa nyeri di kulit

(Sukarmin, 2015). Gout Arthritis lebih umum terjadi pada laki-

laki, terutama yang berusia 40-50 tahun, sedangkan

perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah

menopause (Sutanto, 2013).

5
6

American College of Rheumatology, gout adalah suatu

penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi

yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari

episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout adalah

bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling

sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas

pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain

termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan

tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon.

Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu,

tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat

mempengaruhi beberapa sendi.

Penyakit asam urat lebih sering menyerang laki-laki

daripada wanita. Jika penyakit ini menyerang wanita maka

pada umumnya wanita yang menderita adalah sesudah

menopause. Pada wanita yang belum menopause maka kadar

hormone estrogen cukup tinggi, hormone ini membantu

mengeluarkan asam urat melalui kencing sehingga kadar asam

urat wanita yang belum menopause pada umumnya normal.

Laki-laki mempunyai kadar hormone estrogen yang tinggi

dalam darahnya sehingga asam urat sulit dikeluarkan melalui

kencing dan resikonya adalah kadar asam urat sering

menyerang diusia setengah baya, kadar hormone

androgennya mulai stabil tinggi dan kadar asam urat darahnya


7

pun bisa tinggi bahkan sudah bisa menimbulkan gejala

penyakit asam urat akut (Junadi, 2012).

2.1.2 Stadium Pada Penyakit Gout Arthritis

Junadi (2012), stadium asam urat dibagi menjadi beberapa

macam, yaitu:

a. Hiperurisemia: tanpa gejala atau hanya terasa tidak

segar

b. Arthritis akut: serangan akut dapat terjadi tanpa

presipitasi apapun, tetapi dapat pula terjadi karena

trauma lokal, pembedahan, stress, dan penggunaan

obat-obatan

c. Fase interkritik (arthritis rekuren): terjadi arthritis

yang rekuren dengan jarak satu serangan dengan

serangan lainnya semakin pendek

d. Arthritis kronik: disebabkan oleh kelainan sendi yang

menetap karena destruksi atau osteoarhrosis

sekunder

2.1.3 Etiologi Gout Arthritis

Ahmad (2011) penyebab asam urat yaitu :

a. Faktor dari luar

Penyebab asam urat yang paling utama adalah

makanan atau faktor dari luar. Asam urat dapat meningkat

dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan

konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.


8

b. Faktor dari dalam

Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses

penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan

dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau

manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam

urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit

sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat-obatan,

alkohol, obesitas, diabetes mellitus juga bisa menyebabkan

asam urat.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak

(kebanyakan menyerang pada malam hari). Jika gout

menyerang sendi-sendi yang terserang tampak merah,

mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa

nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakan

(Wijayakusuma, 2006).

Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala

terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar.

Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut

yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala

tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut

dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus

(tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang


9

membentuk benjolan yang menandai pengendapan kristal

asam urat (Wijayakusuma, 2006).

Biasanya serangan gout pertama hanya menyerang satu

sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Kemudian,

gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali

berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan

berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk

dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama,

lebih sering, dan menyerang bebrapa sendi. Alhasil, sendi yang

terserang bisa mengalami kerusakan permanen (Junadi,

2012).

2.1.5 Pencegahan Gout Arthritis

Gout tidak dapat dicegah, tetapi bebrapa faktor pecetusnya

bisa dihindari, misalnya cedera, konsumsi alkohol yang

berlebihan, makanan yang kaya protein. Untuk mencegah

kekambuhan dianjurkan untuk meminum banyak air,

menghindari minuman beralkohol dan mengurangi makanan

yang kaya akan protein. Banyak penderita gout yang memiliki

kelebihan berat badan, jika berat akan dikurangi, maka kerap

kali kadar asam urat dalam darah akan kembali normal atau

mendekati normal. Beberapa penderita gout, terutama yang

mengalami serangan yang berulang yang hebat, mulai

menjalani pengobatan jangka panjang ketika gejala gout telah

menghilang dan pengobatan dilanjutkan hingga diantara


10

serangan. Kolkisin dosis rendah diminum setiap hari dan bisa

mencegah serangan atau sekurang-kurangnya, mengurangi

frekuensi serangan. Mengkonsumsi obat anti peradangan non

steroid secara rutin juga bisa mencegah terjadinya serangan

gout berulang. Terkadang kolkisin dan obat anti peradangan

non steroid diberikan dalam jangka waktu yang bersamaan.

Namun kombinasi kedua obat ini tidak tidak mencegah maupun

memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan

memiliki resiko bagi penderita yang memiliki penyakit ginjal

atau hati (Junadi, 2012).

2.1.6 Pengobatan

Tujuan utama pengobatan Gout Arthritis (Syahrazad, 2010),

adalah:

1) Mengobati serangan akut secara baik dan benar

2) Mencegah serangan ulangan Gout Arthritis akut

3) Mencegah kelainan sendi yang berat akibat penimbunan

kristal urat

4) Depkes (2007), obat yang digunakan untuk terapi adalah:

a. Allopurinol 100 mg 3 kali sehari sesudah makan

b. Probenesid dengan dosis 2 kali 250 mg selama satu

minggu, kemudian 2 kali 500 mg

c. Natrium Bikarbonat dengan 2 dosis tablet 3 kali sehari,

untuk membantu kelarutan asam urat


11

Johnstone (2005), pengobatan Gout Arthritis dibagi atas 2

kategori, yaitu:

1) Terapi Gout Arthritis Akut, antara lain:

a. Istirahat yang cukup.

b. Terapi cepat pemberian NSAID (obat anti inflamasi),

misalnya Indometasin 75-100 mg per hari, dosis ini

diturunkan setelah lima hari terapi; Naproxen dengan

dosis awal 750 mg kemudian 250 mg 3 kali per hari;

Piroxicam, dengan dosis awal 40 mg kemudian 10-

20mg per hari. Diklofenak, dengan dosis awal 100 mg

kemudian 50 kali per hari selama 8 hari.

c. Bila ada kontra indikasi terhadap NSAID, alternative

lain adalah kolkisin (Colchicine) dengan dosis awal 1

mg yang kemudian diturunkan menjadi menjadi 0,5 mg

tiap 2=3 jam selama serangan akut sampai nyeri sendi

mereda.

2) Terapi Gout Arthritis kronik, antara lain:

a. Pemberian obat Allopurinol dengan cara sebagai

berikut:

1) Dimulai dengan dosis 100 mg per hari.

2) Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai

penurunan kadar asam urat dalam serum pada 2

hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah

7-10 hari. Kadar asam urat dalam serum harus


12

dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol

untuk meyakinkan turunnya kadar urat.

3) Allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah

mereda.

b. Obat urikosurik merupakan obat alternative allopurinol,

terutama untuk pasien yang tidak tahan dengan

allopurinol, antara lain: Probenesid 500 mg-1 gr, 2 kali

per hari dan Sulfinpirazon 100 mg 3-4 kali per hari.

2.1.7 Penatalaksanaan Penyakit Gout Arthritis

Secara umum penanganan arthritis gout adalah

memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan

pengobatan. Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi

kerusakan sendi ataupun komplikasi lain (Anastesya, 2009).

Tujuan terapi meliputi terminasi serangan akut, mencegah

serangan di masa depan, mengatasi rasa sakit dan

peradangan dengan cepat dan aman, mencegah komplikasi

seperti terbentuknya tophi, batu ginjal, dan arthropati destruktif.

Pengelolaan gout sebagian bertolakan karena adanya

komorbiditas; kesulitan dalam mencapai kepatuhan terutama

jika perubahan gaya hidup diindikasikan, efektivitas dan

keamanan terapi dapat bervariasi dari pasien ke pasien. (Azari,

2014).
13

2.2 Konsep Dasar Kompres

2.2.1 Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau

membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme

otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

(Uliyah dan Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat dilakukan

dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat

atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke

bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latihan

pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres

hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot

tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa

nyeri, dan memperlancar aliran darah (Kompas, 2009).

Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit

lokal, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi

pembuluh darah, mengurangi spasme otot dan meningkatkan

ambang nyeri, menghilangkan sensasi rasa nyeri, serta

memberikan ketenangan dan kenyamanan (Simkin, 2005).

Air merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan lebih

baik daripada udara. Dengan air, kita tidak terlalu banyak

terpengaruh oleh panas maupun dinginnya suhu udara,

seperti saat kita mencelupkan (merendam) tubuh kita ke

dalam air panas maupun dingin. Maksudnya, suhu udara di


14

luar bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi (rasa

tubuh), tetapi media pemindah dan penyampai rasa dan juga

berperan besar dalam menghasilkan pengaruh rasa.

Misalnya, suhu air panas yang dapat digunakan dalam kondisi

biasa berkisar sekitar 46oC (Mahmud, 2007).

Tugas utama air di sini adalah memompa suhu panas

kepada tubuh, hingga secara perlahan terjadi peringatan

mekanis dan kimiawi yang berdampak positif. Pengaruh

lainnya juga kepada tubuh bagian luar, anggota-anggota

tubuh bagian dalam, dan sirkulasi darah. Suhu panas (panas

tubuh) menjadi pendorong yang positif bagi energi tubuh. Ini

terjadi berkat pengaruh efektifnya terhadap komponen-

komponen sel yang terdiri dari berbagai elektron, ion-ion dan

lain sebagainya (Mahmud, 2007). Air hangat (46,5-51,5oC)

memiliki dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu pelunakan

jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan

sehingga dapat mencegah kekakuan otot,

memvasodilatasikan dan memperlancar aliran darah,

sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.

Jenis-jenis kompres hangat (Mahmud, 2007):

a. Kompres hangat kering

Yakni dengan menggunakan pasir yang telah dipanasi

sinar matahari guna mengobati nyeri-nyeri rematik pada


15

persendian. Selain itu, terapi ini juga dapat mengurangi

berat badan dan menghilangkan kelebihan berat badan.

b. Kompres hangat lembab

Kompres jenis ini digunakan dengan sarana atau

mediasi sebuah alat yang dikenal dengan nama

hidrokolator. Yakni alat elektrik yang diisi air, digunakan

untuk memanaskannya hingga mencapai suhu tertentu.

Di dalam alat ini dicelupkan beberapa alat kompres

dengan bobot bervariasi yang cocok untuk menutupi

seluruh bagian tubuh. Terapis mengeluaran kompres-

kompres ini dengan menggunakan penjepit khusus, lalu

melipatnya dengan handuk dan meletakkannya di atas

tubuh pasien agar kompres tersebut berfungsi

menghilangkan penyusutan otot dan membuatnya lentur

kembali. Selain itu juga untuk membatasi atau

mencegah nyeri dan memulihkan sirkulasi darah.

c. Kompres bahan wol hangat

Yakni dengan memanaskan bahan wol di atas uap

kemudian diperas. Kompres macam ini memiliki

kelebihan dengan kepanasannya yang tinggi dan tidak

akan mencederai atau berbahaya bagi kulit. Kompres

ini terdiri dari kompres dalam yang ditutup dengan tutup

plastik tahan air. Juga memiliki bungkus luar terbuat dari

bahan wol untuk mencegah atau membatasi masuknya


16

hawa panas. Kompres ini digunakan untuk

menghilangkan nyeri-nyeri dan penyusutan otot-otot.

Kompres ini juga dapat digunakan 3-4 kali selama 5-10

menit.

d. Kompres gelatine (jelly)

Kompres model ini memiliki keistimewaan yang mampu

menjaga panas atau dingin untuk beberapa lama.

Kelebihan kompres ini terletak pada fleksibelitas

bentuknya yang dapat dicocokkan dengan anggota

tubuh sehingga mampu menghasilkan suhu yang

diharapkan dan sanggup menggapai seluruh bagian

tubuh. Proses pendinginan kompres ini dihasilkan

melalui alat khusus (hidrokolaktor) yang memungkinkan

suhu panas untuk diatur. Kompres gelatine ini memiliki

pengaruh dan cara penggunaan yang sama dengan

kompres dingin.

Ketika memberikan kompres hangat pada klien, harus

tetap diperhatikan suhu dari kompres itu sendiri untuk

keefektifan kompres dalam mengurangi nyeri dan

menghindari cedera pada kulit akibat suhu yang terlalu

panas (Potter and Perry, 2010).


17

2.2.2 Tujuan Kompres Hangat

Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan

fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa

nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah dan

memberikan ketenangan pada klien. Kompres hangat yang

digunakan berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,

menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan (Perry

and Potter, 2005).

2.3 Konsep Dasar Nyeri

2.3.1 Pengertian Nyeri

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak

menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun

tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan dan mengevakuasi rasa nyeri yang dialaminya

(Hidayat, 2008).

Internasional Association for Study of Pain (IASP),

mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan

(Potter and Perry, 2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan


18

jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut

dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di

tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan

takut dan mual (Judha, 2012).

2.3.2 Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Mahon

(1994), menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman

nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan,

merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak

berkesudahan (Andarmoyo, 2013). Caffery (1980), nyeri

adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri

tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa

ia merasa nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka

perilakunya akan berubah (Potter, 2006).

2.3.4 Teori-Teori Nyeri (Andarmoyo, 2013)

1. Teori Spesivitas (Specivicity Theory)

Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes,

teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-

reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik

tertentu kepusat nyeri diotak.

Teori spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik

multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri


19

secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat

variasi dari efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

2. Teori Pola (Pattern Theory)

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada

tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di

sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di

rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini

merupakan akibat dari stimulasi reseprot yang

menghasilkan pola dari implus saraf.

Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan

neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk menimbulkan

rangsangan yang kuat yang mengakibatkan

berkembangnya gaung secara terus menerus pada

spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat

hypersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas

rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri.

3. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)

menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur dan

dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang

sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan

saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat

saat sebuah pertahanan tertutup.


20

4. Endogenous Opiat Theory

Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia

mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet

yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi ini

disebut endorphine.

Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang

diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine

kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter maupun

neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan

nyeri.

2.3.5 Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah

cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan

memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang

bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung

untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6

bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan

setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo,

2010).
21

b) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang

intermiten yang menetap sepanjang suatu priode

waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan

intensitas yang bervariasi dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986

dalam Potter and Perry, 2005).

2. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal

a) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang

diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas

nosiseptor perifer yang merupakan respetor

khusus yang mengantarkan stimulus naxious

(Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat

terjadi karna adanya adanya stimulus yang

mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat,

dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

b) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu

cedera atau abnormalitas yang di dapat pada

struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini

lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).


22

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

a) Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang

disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri

berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri

biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam

(Potter and Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).

Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong

kecil atau laserasi.

b) Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi

akibat stimulasi organ-organ internal (Potter and

Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini

bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa

arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak

menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan

gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul

(crushing) seperti angina pectoris dan sensasi

terbakar seperti pada ulkus lambung.

c) Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum

dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak

memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat

terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber


23

nyeri dan dapat terasa dengan berbagai

karakteristik (Potter and Perry, 2006 dalam

Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi

pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri

alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang

mengalihkan nyeri ke selangkangan.

d) Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang

meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh

yang lain (Potter and Perry, 2006 dalam Sulistyo,

2013). Karakteristik nyeri terasa seakan

menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang

kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian

bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur

disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai

dari iritasi saraf skiatik.

2.3.6 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa

parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas

nyeri bersifat sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas

yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang

berbeda (Andarmoyo, 2013).

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang

paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik


24

tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran

dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007

dalam Andarmoyo, 2013).

Beberapa skala intensitas nyeri (Andormoyo, 2013):

a) Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Skala pendeskripsi verbal (Verbal

Descriptor scale, VDS) merupakan alat

pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari ”tidak

nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”

(Andarmoyo,2013). Perawat menunjukkan klien

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini

memungkinkan klien memilih sebuah ketegori

untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).


25

b) Skala Intensitas Nyeri Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating

scale atau NRS) lebih digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-

10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

(Andarmoyo, 2013).

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima

dengan menggunakan skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri

2. 1-2 : Nyeri Ringan

3. 3-5 : Nyeri Sedang

4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan

(Judha, 2012).
26

c) Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Skala analog visual (Visual Analog Scale)

merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan memiliki alat

pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo,

2013).
26

2.4 Kerangka Konsep

Makanan Usia Konsumsi Alkohol Obat-Obatan

Gout Arthritis

Bengkak

Merah

Nyeri

Benjolan Pecah

Hiperurisemia

Batu Ginjal

Penurunan Nyeri

Edukasi Terapi Terapi Non


Farmakologi Farmakologi

Obat-Obatan Pengaturan Diet

Kompres Hangat

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis
27

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2017).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini meliputi:

H0: tidak ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri

pada penderita Gout Arthritis

Ha: ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada

penderita Gout Arthritis

Anda mungkin juga menyukai